Humanistik
A. Pengertian humanistik
Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini
melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal- hal yang
positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanisme yang biasanya memfokuskan pengajarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini. Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan
pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan
membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan
kepercayaan, penerimaan, kesadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal,
dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas keterampilan
interpersonal dalam kehidupan sehari-hari. Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal,
para pendidikan yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang
membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi,
mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba
untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku manusia.
Melihat hal-hal yang diusahakan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa
pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Jadi bisa dikatakan
bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran
humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi
sama dengan mengabaikan salah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar menggunakan
emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini sama seperti yang kita
dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.
Berbeda dengan behaviorisme yang melihat motivasi manusia sebagai suatu usaha untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis manusia atau melihat motivasi sebagai berbagai macam
kebutuhan seksual, humanistik melihat perilaku manusia sebagai campuran antara motivasi yang
lebih rendah atau lebih tinggi. Hal ini memunculkan salah satu ciri utama pendekatan
humanistik, yaitu bahwa yang dilihat adalah perilaku manusia, bukan spesies lain. Akan sangat
jelas perbedaan antara motivasi manusia dan motivasi yang dimiliki binatang.
Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi
dan merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini.
Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk
berkembang untuk lebih baik. Jadi sekolah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini
dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi bukan hal yang benar
apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya
keinginan. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor ataupun pengelola
perilaku seperti pada behaviorisme.
Secara singkatnya, pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada
perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan
menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini
mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode pengembangan diri yang ditujukan untuk
memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau
kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena
keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.
Dalam teori belajar humanistik, belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa
dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya,
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia
yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
B. Tokoh-Tokoh Teori Humanistik
1. Arthur Combs (1912-1999)
Lima kebutuhan dasar Maslow disusun berdasarkan kebutuhan yang paling penting
hingga yang tidak terlalu krusial :
Aktualisa
si Diri
Harga Diri
Menghargai diri sendiri
2. Dihargai oleh
Belongingness andorang
love lain
needs
Keinginan untuk dimiliki
dan dicintai mencintai
Kebutuhan akan Rasa Aman
keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum,
keteraturan, batas, kebebasan dari takut dan
Kebutuhan Fisiologis
cemas.
bersifat homeostatis (usaha menjaga keseimbangan unsur-unsur fisik)
Makan, Minum,
Tahapan tertinggi dalam tangga hierarki motivasi manusia dari Abaraham Maslow adalah
kebutuhan akan aktualisasi diri. Maslow mengatakan bahwa manusia akan berusaha keras untuk
mendapatkan aktualisasi diri mereka, atau realisasi dari potensi diri manusia seutuhnya, ketika
mereka telah meraih kepuasan dari kebutuhan yang lebih mendasarnya. Penelitian Maslow
tentang tokoh –tokoh yang terkenal dan sangat luar biasa, Abaraham Lincoln, Beethoven, dan
Eleanor Roosevelt, sekaligus juga gagasan-gagasan kontemporernya yang dipandang mempunyai
kesehatan mental yang sangat luar biasa.
Maslow mengidentifikasi beberapa karakteristik yang ada pada manusia yang
mengaktualisasikan dirinya:
a. Berorientasi secara realistik.
b. Menerima diri sendiri, orang lain, dan dunia alamiah sebagaimana mestinya.
c. Keterbukaan dan spontanitas dalam berpikir, beremosi, dan berperilaku.
d. Terpusat pada masalah dan bukan terpusat pada diri sendiri.
e. Memiliki kebutuhan privasi dan berupaya memperolehnya, jika memiliki kesempatan,
serta memerlukan waktu berkonsentrasi untuk memperoleh sesuatu yang menarik
bagi dirinya.
f. Bersifat otonom, independen, dan mampu mempertahankan kebenaran.
g. Kadang-kadang memiliki kemampuan mistik yang tidak berkaitan dengan
pengalaman keagamaan.
h. Merasa sama dengan manusia secara keseluruhan.
i. Memiliki hubungan dekat dan secara emosional dengan orang-orang yang dicintai.
j. Memiliki struktur karakter demokratis berkenaan dengan penilaian individu dan
mampu bersahabat bukan didasarkan pada ras, status, dan agama.
k. Memiliki etika yang berkembang terus.
l. Memiliki selera humor yang tinggi.
m. Memiliki selera kreativitas yang tinggi.
n. Menolak keseragaman budaya.
3. Carl Ransom Rogers
Carl Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal 8 Januari 1902
di sebuah keluarga Protestan yang fundamentalis. Kepindahan dari kota ke daerah pertanian
diusianya yang ke-12, membuat ia senang akan ilmu pertanian. Ia pun belajar pertanian di
Universitas Wisconsin. Setelah lulus pada tahun 1924, ia masuk ke Union Theology Seminary di
Big Apple dan selama masa studinya ia juga menjadi seorang pastor di sebuah gereja kecil.
Tahun 1927, Rogers bekerja di Institute for Child Guindance dan mengunakan psikoanalisa
Freud dalam terapinya meskipun ia sendiri tidak menyetujui teori Freud. Pada masa ini, Rogers
juga banyak dipengaruhi oleh Otto Rank dan John Dewey yang memperkenalkan terapi klinis.
Tahun 1957, Rogers pindah ke Universitas Wisconsin untuk mengembangkan idenya tentang
psikiatri. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers menjadi profesor psikologi di Universitas
Universitas Negeri Ohio. Kepindahan dari lingkungan klinis ke lingkungan akademik membuat
Rogers mengembangkan metode client-centered psychotherapy. Disini dia lebih senang
menggunakan istilah klien terhadap orang yang berkonsultasi dibandingkan memakai istilah
pasien. Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan).
2. Experiential ( pengalaman atau signifikansi).
Kecewa karena tidak bisa menyatukan psikiatri dengan psikolog, Rogers pindah ke
California tahun 1964 dan bergabung dengan Western Behavioral Science Institute. Ia lalu
mengembangkan teorinya ke bidang pendidikan. Selain itu ia banyak memberikan workshop di
Hongaria, Brazil, Afrika Selatan, dan bahkan ke eks Uni Soviet. Rogers wafat pada tanggal 4
Februari 1987.
a.Teori Humanistik Carl Rogers
Meskipun teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik, namun
keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya. Teori humanistik Rogers pun
mempunyai berbagai nama antara lain : teori yang berpusat pada pribadi (person centered), non-
directive, klien (client-centered), teori yang berpusat pada murid (student-centered), teori yang
berpusat pada kelompok (group centered), dan person to person). Namun istilah person centered
yang sering digunakan untuk teori Rogers.
Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram dan putus asa
dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang memandang manusia seperti robot.
Teori humanisme Rogers lebih penuh harapan dan optimis tentang manusia karena manusia
mempunyai potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai dengan pengertian
humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang
menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri,
dan kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu.
Asumsi dasar teori Rogers adalah:
Kecenderungan formatif
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih
kecil.
Kecenderungan aktualisasi
Kecenderungan setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau
pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang kreatif untuk
menyelesaikan masalahnya.
b. Struktur Kepribadian
Sejak awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan berkembang, dan ada
tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya: Organisme, Medan fenomena, dan
self.
1. Organisme
Pengertian organisme mencakup tiga hal:
Mahkluk Hidup
Organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya dan merupakan
tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran setiap saat, yakni persepsi
seseorang mengenai kejadian yang terjadi dalam diri dan dunia eksternal
Realitas Subyektif
Organisme menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya. Realita adalah persepsi
yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk tingkah laku.
Holisme
Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu bagian akan
berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan, yaitu
tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.
2. Medan fenomena
Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal,
baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan seluruh pengalaman
pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya.
3. Diri
Konsep diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potongan-potongan pengalaman
membentuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri akan identitas dirinya begitu bayi
mulai belajar apa yang terasa baik atau buruk, apa ia merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diri
itu sudah terbentuk, maka aktualisasi diri mulai terbentuk. Aktualisasi diri adalah kecenderungan
untuk mengaktualisasikan sang diri sebagai mana yang dirasakan dalam kesadaran. Sehingga
kecenderungan aktualisasi tersebut mengacu kepada pengalaman organik individual, sebagai
suatu kesatuan yang menyeluruh, akan kesadaran dan ketidak-sadaran, psikis dan kognitif.
Diri dibagi atas 2 subsistem :
Konsep diri yaitu penggabungan seluruh aspek keberadaan dan pengalaman
seseorang yang disadari oleh individual (meski tidak selalu akurat).
Diri ideal yaitu cita-cita seseorang akan diri.
Terjadinya kesenjangan akan menyebabkan ketidakseimbangan dan kepribadian menjadi
tidak sehat.
Menurut Carl Rogers ada bebeapa hal yang mempengaruhi Self atau diri, yaitu:
Kesadaran
Tanpa adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan ada. Ada 3 tingkat
kesadaran.
Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar akan ditolak atau disangkal.
Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara simbolis akan secara langsung diakui oleh
struktur diri.
Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi. Jika pengalaman yang dirasakan tidak
sesuai dengan diri (self), maka dibentuk kembali dan didistorsikan sehingga dapat
diasimilasikan oleh konsep diri.
Kebutuhan
Pemeliharaan
Pemeliharaan tubuh organisme dan pemuasannya akan makanan, air, udara, dan keamanan,
sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan menolak untuk berkembang.
Peningkatan diri
Meskipun tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai kemampuan
untuk belajar dan berubah.
Penghargaan positif (positive regard)
Begitu kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau diterima oleh orang lain.
Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)
Berkembangannya kebutuhan akan penghargaan diri (self-regard) sebagai hasil dari
pengalaman dengan kepuasan atau frustasi. Diri akan menghindari frustasi dengan mencari
kepuasan akan positive self-regard.
Stagnasi Psikis
Stagnasi psikis terjadi bila :
Ada ketidakseimbangan antara konsep diri dengan pengalaman yang dirasakan oleh diri
organis.
Ketimpangan yang semakin besar antara konsep diri dengan pengalaman membuat
seseorang menjadi mudah terkena serangan. Kurang akan kesadaran diri akan membuat
seseorang berperilaku tidak logis, bukan hanya untuk orang lain namun juga untuk dirinya.
Jika kesadaran diri tersebut hilang, maka muncul kegelisahan tanpa sebab dan akan
memuncak menjadi ancaman.
Untuk mencegah tidak konsistennya pengalaman dengan konsep diri, maka perlu
diadakan pertahanan diri dari kegelisahan dan ancaman adalah penyangkalan dan distorsi
terhadap pengalaman yang tidak konsisten. Distorsi adalah salah interpretasi pengalaman dengan
konsep diri, sedangkan penyangkalan adalah penolakan terhadap pengalaman. Keduanya
menjaga konsistensi antara pengalaman dan konsep diri supaya berimbang. Cara pertahanan
adalah karakteristik untuk orang normal dan neurotik. Jika seseorang gagal dalam menerapkan
pertahanan tersebut, maka individu akan menjadi tidak terkendali atau psikotik. Individu
dipaksakan untuk menerima keadaan yang tidak sesuai dengan konsep dirinya terus menerus dan
akhirnya konsep dirinya menjadi hancur. Perilaku tidak terkendali ini dapat muncul mendadak
atau dapat pula muncul bertahap.
Dinamika Kepribadian
1. Penerimaan Positif (Positive Regard) → Orang merasa puas menerima regard positif,
kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif kepada orang lain.
2. Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistensy and Congruence) → organisme berfungsi
untuk memelihara konsistensi (keajegkan = keadaan tanpa konflik ) dari persepsi diri, dan
kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan pengalaman.
3. Aktualisasi Diri (Self Actualization) → Freud memandang organisme sebagai sistem
energi, dan mengembangkan teori bagaimana energi psikis ditimbulkan, ditransfer dan disimpan.
Rogers memandang organisme terus menerus bergerak maju. Tujuan tingkah laku bukan untuk
mereduksi tegangan energi tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan dasar organisme
untuk aktualisasi: yakni kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan peningkatan diri
(enhancement).
Perkembangan Kepribadian
Rogers meyakini adanya kekuatan yang tumbuh pada semua orangyang mendorong orang
untuk semakin kompleks, ekspansi, sosial, otonom, dan secara keseluruhan semakin menuju
aktualisasi diri atau menjadi pribadi yang berfungsi utuh (Fully Functioning Person)
Ada lima ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya:
1. Terbuka untuk mengalami (openess to experience)
Orang yang terbuka untuk mengalami mampu mendengar dirinya sendiri, merasakan
mendalam, baik emosional maupun kognitif tanpa merasa terancam. Mendengar orang
membual menimbulkan rasa muak tanpa harus diikuti perbuatan untuk melampiaskan
rasa muak tersebut.
2. Hidup menjadi (Existential living).
Kecenderungan untuk hidup sepenuhnya dan seberisi mungkin pada seiap eksistensi.
Disini orang menjadi fleksibel, adaptable, toleran, dan spontan.
3. Keyakinan Organismik (Organismic trusting)
Orang mengambil keputusan berdasarkan pengalaman organismiknya sendiri,
mengerjakan apa yang dirasanya benar sebagai bukti kompetensi dan keyakinannya untuk
mengarahkan tingkah laku. Orang mampu memakai perasaan yang terdalam sebagai
sumber utama membuat keputusan.
4. Pengalaman kebebasan ( Experiental Freedom).
Pengalaman hidup bebas dengan cara yang diinginkan sendiri, tanpaperasan tertekan atau
terhambat. Orang itu melihat banyak pilihan hidup dan merasa mampu mengerjakan apa
yang ingin dikerjakannya.
5. Kreatifitas (Creativity)
Merupakan kemasakan psikologik yang optimal. Orang dengan good life kemungkinan
besar memunculkan produk kreatif dan hidup kreatif.
Teori Roger dalam bidang pendidikan adalah dibutuhkannya 3 sikap dalam fasilitator
belajar yaitu (1) realitas di dalam fasilitator belajar, (2) penghargaan, penerimaan, dan
kepercayaan, dan (3) pengertian yang empati.
o Realitas di dalam fasilitator belajar
Merupakan sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri dan
tidak menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk kedalam hubungan dengan
pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.
o Penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan
Menghargai pendapat, perasaan, dan sebagainya membuat timbulnya penerimaan akan
satu dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut, maka akan muncul
kepercayaan akan satu dengan lainnya.
o Pengertian yang empati
Untuk mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru harus memiliki
pengertian yang empati akan reaksi murid dari dalam. Guru harus memiliki kesadaran
yang sensitif bagi jalannya proses pendidikan dengan tidak menilai atau mengevaluasi.
Pengertian akan materi pendidikan dipandang dari sudut murid dan bukan guru.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus
belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan
pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna
bagi siswa
c. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
d. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar
humanistik yang penting diantaranya ialah :
a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri
diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan
berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan
maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan
lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai
terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan
penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar
mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman
dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif
yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai
kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati, penghargaan
dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1. Merespon perasaan siswa
2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4. Menghargai siswa
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan
segera dari siswa)
7. Tersenyum pada siswa
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,
meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik
termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi tingkat problem
yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa
menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
C.Pinsip-prinsip Belajar
Ada beberapa asumsi yang mendasari pendekatan humanistik. Pertama, peserta didik
mempelajari apa yang mereka butuhkan dan ingin diketahui. Kedua, belajar tentang cara-cara
belajar adalah lebih penting dibandingkan dengan memperoleh pengetahuan actual. Ketiga,
evaluasi tang dilakukan oleh peserta didik sendiri adalah sangat bermanfaat dalam pekerjaannya.
Keempat, perasaan adalah sama pentingnya dengan fakta, dan belajar merasakan adalah sama
pentingnya dengan belajar cara-cara berpikir. Kelima, belajar akan terjadi apabila peserta didik
tidak merasakan adanya ancaman.
1. swa arah(Self –Direction)
Prinsip swa arah menyatakan bahwa sekolah hendaknya memeberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk memutuskan bahan belajr yang ingin dipelajari. Bahan belajar yang
ingin dipelajari peserta didik adalah memenuhi kebutuhan, keinginan, hasrat ingin tahu, dan
fantasinya. Prinsip ini lebih menekankan pada motivasi intrinsik, dorongan dari dalam untuk
bereksplorasi, dan hasrat ingin tahu yang timbul dari dalam diri sendiri.
Prinsip belajar swa arah ini sangat penting bagi pendekatan humanistik. Peserta didik
hendaknya diberikan kesempatan untuk mengarahkan belajarnya, memilih apa yang ingin
mereka pelajari, dan dalam belajar tertentu, mengarahkan kapan dan bagaimana peserta didik itu
akan memepelajarinya. Dalam prinsip ini anak akan menjadi peserta didik yang mampu
mengarahkan belajarnya sendiri, memotivasi diri, dan tidak menjadi penerima informasinyang
pasif. Oleh karena itu, peserta didik akan belajar dengan motivasi yang tinggi apabila mereka
memilih beberapa pilihan bahan ajar yang akan mereka pelajari.
Tugas fasilitator di dalam mengarahkan peserta didik menjadi pembelajar swa-arah adalah
sebagai berikut:
a. Mendorong peserta didik untuk memenuhi kompetensi baru
b. Membantu memperjelas aspirasinya guna meningkatkan kompetensinya.
c. Membantu mendiagnosa kesenjangan antara aspirasi dengan kinerjanya sekarang.
d. Membantu mengidentifikasi masalah-masalah kehidupan yang mereka alami.
e. Melibatkan peserta didik dalam proses merumuskan tujuan belajar dengan
mempertimbangan kebutuhan peserta didik yang telah didiagnosa.
1. Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
2. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif
dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
3. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain
atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
1. Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
2. Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar.
H. Kesimpulan
Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing
oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka
sendiri. Dalam teori belajar humanistik, belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses
belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa
dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Prinsip- prinsip belajar humanistik secara umum:
I. Daftar Pustaka
novinasuprobo.wordpress.com/teori-belajar-humanistik
perpustakaan-online.blogspot.com/teori-belajar-humanistik.html
trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/teori-belajar-humanistik.doc
www.docstoc.com/docs/21640556/Teori-Belajar-Humanistik
www.lintasberita.com/Lifestyle/teori-belajar-humanistik
www.pdf-searcher.com/pdf/teori-belajar-humanistik.html
www.scribd.com/doc/TEORI-BELAJAR-HUMANISTIK
Nama : ESMIYATI(4001409065)
NAILIN ASFIAH(4001409064)