Anda di halaman 1dari 28

RENE DESCARTES

Fahruddin Faiz
“I desire to live in peace and to continue the life I
have begun under the motto 'to live well you must
live unseen”
― Descartes

“Masked, I advance.”
― Descartes
“To live without philosophizing is in
truth the same as keeping the eyes
closed without attempting to open
them.”
― Descartes
“DUBIUM SAPIENTIAE INITIUM.
(DOUBT IS THE ORIGIN OF WISDOM.)”
― Descartes
METHOD OF DOUBT
“Bayangkan seseorang yang membawa satu keranjang penuh apel,
sementara ia takut beberapa apelnya busuk, sehingga ia ingin membuang
yang busuk tersebut agar tidak menyebar ke apel lain. Apa yang akan ia
lakukan? Bukankah ia akan mengeluarkan semua isi keranjang? Selanjutnya
bukankah ia akan mengamati setiap apelnya, lalu mengembalikan ke dalam
keranjang apel yang masih bagus dan meninggalkan yang lainnya? Dengan
cara yang sama, mereka yang belum pernah berfilsafat secara serius
memiliki beragam pandangan dalam pikirannya yang ia masukkan sejak
kanak-kanak, dan pasti ia juga percaya dan menganggap beberapa
pandangannya ada yang keliru. Lalu ia berusaha memisahkan pandangan
yang salah itu agar tidak mengacaukan pikirannya yang lain. Sekarang, cara
terbaik yang dapat ia lakukan adalah menolak semua yang ia anggap benar
sebagai belum pasti dan salah. Lalu ia telaah satu-satu dan akhirnya
mengambil kembali semua yang terbukti benar dan tidak diragukan lagi.”
Jangan percaya apapun sampai
terbukti kebenarannya
Analisis setiap masalah dengan
memilah semua bagiannya
EPISTEMOLOGI: Identifikasi semua kemungkinan dari
FOUR RULES satu masalah
Temukan solusi step by step, paling
mudah terlebih dahulu, kemusian
beranjak ke yang lebih sulit dan
paling sulit
Rasionalisme
• Kritik “Pengalaman”: Tubuhku dan obyek-obyek dalam realitas itu
nyata; aku dapat melihat, menyentuh, mendengar dan merasakannya.
Namun, saat aku bermimpi, jarak antara terjadinya luka dan ‘rasa sakit’,
beda antara yang terlihat jauh dan dekat, menunjukkan bahwa ‘rasa’
dan ‘sensasi’ itu tidak pasti. Lalu bagaimana aku tahu tentang
‘kenyataan’ semua itu? Mungkin aku tidak harus percaya kepada ‘panca-
indera’ saja.
• Di sisi lain, Realitas diluar diri kita, dikonstruksi oleh pikiran kita; berarti
realitas tergantung kepada subyektifitas kita.
• Rasio, kemampuan berpikir, adalah satu-satunya sumber pengetahuan
manusia yang layak disandari. Sifatnya ‘apriori’ (pengetahuan tidak
dating dari pengalaman, namun dari prinsip-prinsip logis pemikiran
kita). Akal lebih ‘reliable’ sebagai dasar pengetahuan.
DREAM ARGUMENT

• Aku sering merasakan banyak hal sama persis seperti yang aku
rasakan saat bermimpi
• Tidak ada tanda pasti untuk membedakan antara kondisi mimpi
dari kondisi sadar
• Oleh karena itu, sangat mungkin kalau saat ini aku bermimpi dan
semua yang kurasakan ini salah
The dream argument
Apa aku kupu-
kupu yang
bermimpi menjadi
manusia?
Ataukah aku ini
manusia yang bermimpi
menjadi kupu-kupu?

MANA YANG NYATA?


DECEIVING GOD ARGUMENT & EVIL-DEMON ARGUMENT

Kita percaya ada Tuhan yang maha kuasa. Dengan


kekuasaan-Nya, ia dapat membuat kita tertipu, bahkan
tentang pengetahuan-pengetahuan matematis yang
tampaknya jelas. Berarti kita mungkin saja keliru, bahkan
dalam pengetahuan matematika kita yang merupakan
struktur dasar dunia ini.
Atau seandainya kita asumsikan tidak mungkin Tuhan
menipu kita, bisa saja kan ada setan/iblis yang mampu
menipu kita sebagaimana banyak kita yakini?
Je pense donc je suis (I think
therefore I am/ Cogito ergo sum)
INNATE IDEAS

▪ Dari mana asalnya “I think”? Kemampuan berpikir ini telah ada


dalam diri kita dan kita miliki sejak kita lahir (Innate Ideas)
▪ Selain kemampuan berpikir, ada Innate ideas yang lain:
▪ ‘Ide tentang keluasan’ dimaka kita mengenali tubuh dan realitas materi di
luar diri kita
▪ ‘Ide tentang Tuhan’ dimana kita berjuang menuju ‘kesempurnaan’.
▪ Tiga Innate-Idea ini: Berpikir, Keluasan dan Tuhan, tidak hanya ada
dalam diri kita, namun juga ada di luar diri kita, karena pikiran kita
(ide) pada akhirnya mengkonstruksi realitas.
▪ Kesimpulannya: ada tiga jenis realitas di luar diri kita: yaitu res
cogitans (or thinking thing), res extensa (or expanding thing) and
God.
 Adanya realitas di luar (aku) manusia—seperti matahari, laut,
batu, dll---bisa diragukan, jangan-jangan hanya imajinasi atau
fantasi?
 Namun realitas tersebut ternyata memiliki karakter yang pasti
dan tidak diragukan oleh akal, yaitu sifat-sifat matematisnya,
seperti panjang, luas, berat, dan lain sebagainya (aspek
kuantitasnya). Kebenaran kuantitas ini sama pastinya dengan
kebenaran aku adalah makhluk pemikir.
 Oleh karena itu realitas itu ada karena akal bisa menangkapnya
dengan tegas dan jelas
TUHAN ADA
• Kalau Aku Yang Berpikir Adalah Satu Kepastian, Berarti Pemikiran/Ide
Adalah Juga Pasti Adanya
• Dalam Pikiran Ditemukan Ide/Pemikiran Bawaan Tentang Wujud Yang
Sempurna_(bandingkan Dengan Teori Idea Plato)
• Ide Yang Sempurna Ini Tidak Mungkin Berasal Dari Dirinya Sendiri,
Juga Dari Orang Lain, Karena Semuanya Memiliki Sifat Tidak
Sempurna
• Ide Tentang Wujud-wujud Sempurna Pasti Dari Wujud Yang Sempurna
Itu Sendiri (Tuhan)
• Oleh Karena Itu Adanya Tuhan Itu Sama Jelasnya Dengan Adanya Aku
Yang Berpikir
• Argumen Ontologis: menyimpulkan eksistensi Tuhan dari kesadaran
bahwa kita memiliki pengetahuan ‘apriori’ tentang Tuhan.
DUALISME

• Descartes memandang tubuh manusia sebagai rex-extensa yang berbeda dengan


jiwa manusia (res-cogitans). Berarti ada dua substansi terpisah: mental dan
material
• Badan manusia adalah ‘mesin’ yang sempurna, tetapi manusia juga memiliki pikiran
yang dapat bekerja secara mandiri sepenuhnya dari badan.
• Badan dan pikiran selalu berkait, oleh karena itu pikiran dapat selalu dipengaruhi
oleh perasaan dan nafsu yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan badaniah.
Tetapi pikiran juga dapat menjauhkan diri dari ketergantungan kepada
badan___dan tidak bisa sebaliknya.
• Pikiran dapat melepaskan diri dari tekanan badan dengan tujuan agar akal dapat
memegang kendali, sehingga akhirnya manusia bisa lepas dari tuntutan-tuntutan
badaniah dan hidup serta bertindak secara rasional.
• CATATAN: Dalam sistem etika Descartes, 6 nafsu badaniah yang harus ditaklukkan
untuk memperoleh kemerdekaan spiritual adalah: cinta, kebencian, kakaguman,
gairah, kegembiraan dan kesedihan.
 Mata menangkap obyek lalu
gambar dari mata tersebut terkirim
ke bagian tengah/pusat otak.
Bagian tengah otak ini lalu
mengirim informasi kepada akal
yang non-fisik. Akal kemudian
mengirimkan kembali satu respon
kepada otak yang berisi apa yang
harus dilakukan kemudian.
 Menurut Descartes pengiriman informasi dari otak yang fisik
kepada akal yang non fisik dan sebaliknya itu melalui pineal
gland, bagian pusat dari otak.
ETIKA CARTESIAN

 Dasar: eksistensi Tuhan,kedudukan manusia di alam, dualism tubuh-jiwa dan free-will.


 Akal telah mencukupi untuk menemukan kebaikan, dan kebajikan berawal dari
penalaran yang benar untuk memandu tindakan. Meski demikian, kualitas penalaran ini
tergantung pengetahuan, karena semakin banyak penetahuan semakin mampu akal
untuk memutuskan dengan benar.
 Penalaran dan akal juga tergantung kondisi mental, sementara kondisi mental (jiwa)
berhubungan dengan tubuh; oleh karena itu filsafat moral yang komplit harusnya
menyertakan pula kajian terhadap tubuh jasmaniah.
 Ilustrasi hubungan jiwa dan badan ini: fenomena psikosomatis
“It is not enough to have A good mind;
the main thing is to use it well.”
Descartes
“To know what people really think, pay attention to
what they do, rather than what they say.”
― Descartes

Media Resmi Masjid Jendral Sudirman :


“YOU JUST KEEP PUSHING. YOU JUST KEEP
PUSHING. I MADE EVERY MISTAKE THAT
COULD BE MADE. BUT I JUST KEPT PUSHING.”

― René Descartes
“Whenever anyone has offended
me, I try to raise my soul so high
that the offense cannot reach it.”
― RENÉ DESCARTES
Media Resmi :

Anda mungkin juga menyukai