Anda di halaman 1dari 7

Disalin oleh : Kanjeng Pangeran Norman Hadinegoro,SE.MM.

"Siapakah satria (satrio) piningit?" Akhir-akhir ini di media cetak, elektronik dan dunia maya
khususnya sedang ramai-ramainya membahas hal tersebut. Yaitu sosok yang di idam-idamkan bisa
membawa negeri ini keluar dari keterpurukan dan bangkit menjadi mercusuar dunia.

Referensi yang dipakai rata-rata bersumber dari manuskrip atau serat-serat kuno.

Dalam khasanah budaya Jawa dikenal 3 Satria :


1. Satria Pinandita, adalah tokoh panutan, pemimpin berjiwa pendeta (spiritual)
2. Satria Pinilih, dan yaitu pemimpin yang pada jamannya dibutuhkan untuk melawan angkara murka
dan menjadi penunjuk jalan di masa kegelapan.
3. Satria Piningit, adalah insan pilihan Tuhan yang akan menjadi pemimpin di masa depan. Ciricirinya, kharismatik, adil, bijaksana dan berani melawan tantangan pada jamannya.

Dalam salah satu karyanya, Raden Ngabehi Ronggowarsito menulis sebuah ramalan tentang sosok
Satrio Piningit. Diceritakannya bahwa ada tujuh nama Satrio Piningit yang kelak akan memimpin
wilayah seluas kekuasaan Majapahit dulu. Tujuh nama itu antara lain:
1. Satria Kinunjara Murwa Kuncara,
2. Satria Mukti Wibawa Kesandung Kesampar,
3. Satria Jinumput Sumela Atur,
4. Satria Lelana Tapa Ngrame,
5. Satria Piningit Hamong Tuwuh,
6. Satria Boyong Pambukaning Gapura,
7. Satria Pinandita Sinisihan Wahyu.

Meskipun dalam tulisan itu dicantumkan tujuh nama Satrio Piningit, bisa jadi ke tujuh nama itu tidak
merujuk terhadap tujuh orang yang berbeda. Meskipun ke tujuh nama itu telah ramai ditafsirkan oleh
banyak orang menjadi tujuh orang yang berbeda-beda.

Ke tujuh nama satria yang diungkapkan oleh Ronggowarsito itu mengandung makna yang
tersembunyi. Karena seperti biasa, para bijak jaman dahulu tidak pernah mengungkapkan suatu
pelajaran secara gamblang. Mungkin memang benar setiap jaman akan muncul seorang satria satu
persatu seperti yang telah diramalkan. Namun terasa ada yang tidak pas, karena dengan begitu
setelah ke tujuh satria telah merampungkan tugasnya, maka kita akan kehilangan sosok yang bisa
menjadi pemimpin nusantara ini. Jadi ada baiknya kita coba menafsirkan ke tujuh satria itu sebagai
satu karakter yang utuh, tidak terpisah-pisah.

Satria Kinunjara Murwa Kuncara :

Dilambangkan sebagai Satria Kinunjara, yang artinya adalah seorang yang berwatak satria namun
dalam proses kematangannya ia seperti dipenjara. Dalam arti disembunyikan oleh Sang Waktu,
bukan bersembunyi. Hingga akhirnya Sang Waktu mengijinkan ia keluar, maka ia akan keluar dan
membawa Nusantara Murwa Kuncara, terkenal ke seluruh jagad.

Satria Mukti Wibawa Kesandung Kesampar :

Mukti Wibawa artinya mulia dan berwibawa. Manusia ini adalah seorang satria yang mempunyai
watak yang mulia selayaknya seorang satria, dan mempunyai kewibawaan. Namun selama masa
Kinunjara, ia sering Kesandung Kesampar. Artinya, selalu ada yang berusaha menjegal jalannya.

Satria Jinumput Sumela Atur :

Jinumput mempunyai arti terambil dari tengah masyarakat, untuk ikut Sumela Atur, membantu
memperbaiki kehidupan seluruh rakyat di Nusantara. Mengapa memakai istilah jinumput ? Karena
telah dijelaskan bahwa sebelumnya ia tidak berangkat dari kalangan politikus, atau pemerintahan,
malah disembunyikan di tengah lingkungan rakyat biasa.

Satria Lelana Tapa Ngrame :

Lelana, mempunyai makna tentang perjalanannya yang sering bepergian jauh dari rumahnya.
Kepentingannya adalah Tapa Ngrame, maknanya yaitu membantu kesusahan orang lain tanpa
mengharapkan imbalan.

Satria Piningit Hamong Tuwuh :

Piningit, merupakan penekanan dari kata Kinunjara di atas. Bahwa artinya bukanlah dipenjara,
melainkan hidup bagaikan dipenjara. Hamong Tuwuh, artinya satria ini mempunyai tugas untuk
menumbuhkembangkan budaya nenek moyang yang telah lama dilupakan orang. Agar rakyat
Nusantara mempunyai jatidiri yang kuat, namun tetap menghargai budaya lain walaupun tidak ikut
budaya tersebut.

Satria Boyong Pambukaning Gapura :

Boyong Pambukaning Gapura, mempunyai makna satria ini kelak akan pindah dari tempat asalnya,
untuk membuka gapura. Namun kami rasa gapura di sini mempunyai makna yang sangat luas. Bisa
jadi gapura ini adalah gerbang dari harapan atau impian rakyat akan kehidupan yang lebih baik dari
sebelumnya.

Satria Pinandita Sinisihan Wahyu :

Pinandita, bermakna bahwa satria ini akan memimpin bangsanya. Sedangkan Sinisihan Wahyu
mempunyai makna bahwa dalam memimpin dan menentukan sikap, ia selalu memegang teguh
seluruh pelajaran yang didapat selama masa gemblengannya dulu.

Jika digabungkan menjadi satu, maka kita bisa simak sosok Satria Piningit itu sebagai berikut :

Satria adalah sosok manusia yang benar-benar menjaga hukum kehidupan. Pantang berbuat
kesalahan, pun jika telah bersalah pasti ditebusnya. Menjadi seorang satria haruslah bisa menjadi
manusia yang bermanfaat bagi alam sekitarnya. Tidak memandang apa sukunya, agamanya, adat
istiadatnya, hanya mementingkan kebaikan untuk seluruh alam. Bisa menjadi pandu bagi bhumi
pertiwi, tauladan bagi sesamanya.

Dalam masa persiapan menjalankan tugasnya, ia mendapatkan pelajaran tentang kebijaksanaan


dan hikmah kehidupan. Hidup bagaikan dipenjara, disembunyikan oleh waktu. Mendapat perintah
untuk diam, tidak boleh terlihat menonjol di lingkungan sekitarnya. Ia adalah seorang yang
mempunyai kemuliaan dan kewibawaan, karena mengalir darah para raja dari berbagai bangsa
warisan dari leluhurnya. Keturunan raja dari bangsa China, keturunan dari keluarga Muhammad saw
dan Aly bin Abu Thalib ra, keturunan dari Sriwijaya, keturunan dari Majapahit, dan mempunyai
hubungan sangat erat dengan keluarga Pajajaran.

Ia dibesarkan di suatu tempat, tanah yang mempunyai sejarah besar Nusantara. Namun ketika
remaja, ia berkelana ke arah barat dari tempat asalnya. Melakukan semua hal yang bisa
melepaskan derita seseorang, tanpa mengharap pujian atau imbalan. Walaupun selama perjalanan
itu, ia selalu di jegal oleh orang-orang yang iri terhadapnya.

Hingga akhirnya ia telah kembali ke tempat asalnya untuk menumbuhkembangkan budaya tempat ia
dilahirkan. Mengasuh pemuda-pemuda yang datang kepadanya, mengajarkan hakikat kehidupan
dan tetap menolong sesama tanpa pamrih apapun. Kepulangannya ini lah titik awal dari
pelaksanaan tugas yang sesungguhnya. Membuka gerbang impian rakyat akan hidup yang adil
sejahtera.

Dalam melaksanakan tugasnya, ia selalu berpedoman pada kebijaksanaan. Tidak mau membedabedakan sesamanya, karena semua adalah makhluk Gusti Yang Maha Pencipta. Lepas sudah
semua atribut golongan-golongan selama ia melaksanakan tugas untuk memakmurkan masyarakat
di sekitarnya. Kelak, keberhasilannya bersamaan dengan kegagalan pemerintah negara.

Tidak ada yang menyangkal, bahwa apa yang telah dikerjakan sang Satria telah membuka hati
rakyat. Satria yang telah lama dinantikan telah hadir membawa bukti, bahwa dia telah berhasil
memakmurkan rakyat sekitarnya ketika pemerintah gagal menyelamatkan negara. Dia yang akhirnya
memimpin negara, membawanya terkenal ke seluruh jagad. Negara yang kertarahaja, damai
tenteram, gemah ripah loh jinawi.

Sumber lainnya adalah Jangka Jaya Baya, uga wangsit siliwangi, dan beberapa naskah karangan
dari Raja Raja Mataram. Benarkah secara pribadi Satrio piningit ini ada ? Ya ya , saya sendiri tidak
membantahnya, suatu saat negeri ini pasti akan dipimpin oleh seorang yang benar-benar
mempunyai sifat hambeg utama , adil paramarta dan berbudi bawa leksana.

Kapankah masa itu akan datang? Tentu saja kita berharap masa itu segera tiba, namun sebelumnya
marilah kita urai sedikit-sedikit benang-benang ramalan itu satu persatu. Menurut pemikiran saya
yang masih awam ini, Satrio pininigit bukanlah hanya mengacu pada sosok pribadi saja, namun ini
bisa diartikan gambaran sebuah zaman.Sebuah zaman dimana spiritual akan mewarnai kehidupan
negeri ini, bukan liberalisme, komunisme, atau kapitalisme, ataupun fanatisme agama.

Dalam serat-serat kuno tersebut disebutkan tentang kode-kode ghaib yang akan menandai
kemunculan zaman ini, misalnya , bocah angon, trisula triniji suci, gunung merapi meletus , sabdo
palon, tumbal-tumbal brekasaan dan lain-lain. Apakah kode kode diatas akan kita terima mentah
begitu saja, o o o tentu saja tidak , kita harus jeli tentang bahasa seloka ini. Semua ini bahasa
kiasan, dimana sudah menjadi tradisi bagi orang orang jawa dalam menyampaikan sesuatu kepada
orang lain.

Lalu apakah tafsir satrio piningit pada diri kita sendiri? Satrio piningit adalah Ruh atau Roh kita,
cobalah kita jujur pada diri kita sendiri, bangsa ini telah berabad abad dijajah secara fisik maupun
fahamnya, falasafah hidup, budaya dan lain lain.Dimana terutama pada zaman Orde Baru Nafsu
angkara murka telah mengobrak abrik negeri ini. Sampai detik ini sudah berapa persenkah

penduduk negeri ini yang telah berusaha memberdayakan roh dalam hidupnya? Wah.tentu saja
sangat sedikit, terbukti masih banyaknya penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh
pemimpin kita, baik itu kejahatan dalam birokrasi maupun kejahatan kemanusiaan, juga dari yang
lapisan bawah masih banyak terjadinya pembunuhan secara sadis, perampokan , pemerkosaan dan
lain-lain.

Lalu apakah yang dimaksud dengan budak angon,gunung meletus , trisula bercadik dll. Mari kita
kupas sedikit sedikit, bocah angon, sebenarnya kita didunia ini adalah para penggembala, yaitu
menggembalakan diri kita sendiri sendiri. Kita harus bertanggung jawab tentang pengembaraan kita
di dunia ini. Kita harus bisa menggembalakan (bahasa jawa= angon, ngengon) nafsu kita, kita harus
bisa menundukkan nafsu-nafsu yang buruk kemudian tunduk dibawah perintah sang Roh melalui
pikiran yang telah jernih.

Pada hakekatnya hidup ini adalah angon atau menggembalakan tubuh ini, fikiran ini, nafsu ini dll.
Lalu apakah yang dimaksud dengan gunung gunung yang akan meletus. Gunung adalah simbol
pola pikir atau alam fikir yang ada di kepala manusia, gunung adalah bagian bumi yang paling tinggi
atau atas, pada manusia bagian teratas adalah kepala yang didalamya terdapat sang otak yang
akan melahirkan fikiran fikiran atau ide ide yang positif maupun negatif, di dalam salah satu serat
diceritakan gunung merapi akan meletus dan mengeluarkan bau anyir bacin, ya ya , itulah simbol
kekotoran pikiran.

Menurut kacamata saya akan segera ada kesadaran nasional, dimana dogma, radikalisme,
fanatisme yang mewarnai cara berfikir bangsa kita ini akan mengalami revolusi secara besar
besaran. Tanda-tanda itu akan ditandai dengan sengkalan korining langit binuka ing netra tahun ini
menandai proses bergantinya tatanan jaman anyar. Lalu apakah kesadaran secara global itu tanda
tandanya sudah mulai kelihatan?

Beberapa bulan yang lalu saya sempat survey ke desa-desa dan kota-kota, ternyata sekarang orang
orang mulai tidak nyaman mengikuti ajaran agama yang bersifat dogmatis, mereka mulai
mempelajari dan berusaha memperdalam dunia tasawuf, sufi, kebatinan, kejawen dan ajaran-ajaran
yang lebih banyak menuntut laku atau tarekat dan mengedepankan perbaikan akhlak atau keluhuran
budi.

Kemarin pada malam minggu, saya kedatangan tamu yang berjumlah enam orang, mereka ini terdiri
dari para preman yang terbiasa hidup di dunia kekerasan, mereka adalah orang yang akrab dengan
ilmu kanuragan dan kedigjayaan. Bahkan salah satu diantara mereka mendemokan kesaktiannya di
depan saya, tangannya sengaja dibakar namun tidak apa apa.

Lalu apakah kepentingannya mereka menemui saya, mereka bercerita sudah bosan hidup yang tak
tentu arah , mereka ingin membuang ilmu-ilmu kesaktiaanya dan ingin belajar hidup menjadi
manusia yang lebih berguna. Mungkin ini salah contoh kesadaran-kesadaran yang mulai tumbuh
walaupun masih dalam skala kecil. Yang jelas kesadaran di masyarakat itu tanda-tandanya sudah
mulai kelihatan adanya.

Lalu siapakah yang disebut dalam ramalan sabdo palon akan dijadikan makananan jim syetan
brekasaan ? Tentu saja mereka mereka yang dalam hidupnya hanya mementingkan hawa nafsunya,
mereka akan termakan oleh syetan yang ada didalam dirinya sendiri, karena menjelang kemunculan
Sang satrio piningit alam akan berproses secara hebat, untuk menuju zaman mulia alam akan
mengeluarkan dan menyingkirkan kekotorannya, jadi jelas siapapun manusia yang tidak mau
menyandarkan hidupnya kepada Sang Khalik akan tergerus oleh zaman, mereka akan tersingkir
baik secara fisik maupun fahamnya.

Seyogyanya sebagai manusia-manusia yang senatiasa mencari keutamaan hidup (ngupadi


kautaman) kita tidak usah terlalu meributkan siapa yang akan tampil sebagai Satrio Piningit secara
Pribadi atau tokoh yang akan memimpin bangsa ini. Marilah kita berjuang supaya bisa menjadi
satrio-satrio piningit buat diri kita sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar, syukur-syukur bisa ikut
menciptakan satrio-satrio piningit dari dari sekitar kita, sekecil apapun andil kita untuk ikut
megembangkan kesadaran spiritual akan sangat berarti bagi perkembangan bangsa ini menuju ke
NUSWANTARA YANG GEMAH RIPAH LOH JINAWI AYOM AYEM TOTO TITI TENTREM KARTA
RAHARJA.

Anda mungkin juga menyukai