DAN LAUTAN
PERGESERAN
PARADIGMA
KE LAUT
Negeri Kepulauan Terbesar di Dunia
Perlu Pergeseran Paradigma.
Langkah-langkah Strategis dan Taktis
AGUS S DJAMIL
© Hak Cipta ada pada Agus S. Djamil dan dilindungi oleh Undang Undang. Tidak ada sebarang bagian
dari buku ini yang bisa disalin dengan media apapun tanpa seijin tertulis dari pengarang.
ISBN
Buku-Buku
Buku-Buku LainLain Dari Yang
Dari Penulis Penulis
Sama Yang Sama
· Buku Lain
The Earthquake dari
Odyssey
·
· Penulis yang Sama
· The Earthquake Odyssey
·
·
Batas Dua Laut
Batas Dua Laut
Ayat Ayat
Ayat
Laut
AyatSiLaut
· Bapakku JinKunJur
· · Bapakku Si
Resepsi AgungJinKunJur
di Arafah
· ·
• Resepsi
TheAgung
Pergeseran di Arafah
Earthquake
Paradigma Ke Odyssey
Laut
· · Pergeseran
Abundace Paradigma Ke Laut
• Batas Dua Laut
· · Abundace
Fascinating Indonesia
•
· Ayat Ayat
Fascinating Laut
Indonesia
· Al Quran dan Lautan
· ·
• Al Quran
Bapakku
Kiprah dan Lautan
Si JinKunJur
·
• Kiprah
Resepsi Agung di Arafah
• Pergeseran Paradigma Ke Laut
• Abundace
• Fascinating Indonesia
• Al Quran dan Lautan
• Kiprah
Halaman | v
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Komentar
Komentar Komentar
Komentar TerhadapTerhadap
Buku ‘Induk’ Buku
Alquran ‘Induk’ Alquran
Dan Lautan
Dan Lautan
“Nilai buku ini, bukan saja karena AlQuran banyak berbicara tentang
lautan dengan segala potensinya, tetapi hari depan Indonesia untuk
KOMENTAR
survival akan sangat bergantungKOMENTAR kepada lautan, tidak saja sebagai
“Nilai buku ini, bukan saja karena AlQuran banyak berbicara tentang
terhadap
sumber
lautan
protein
dengan segala bukupotensinya,
yang ‘induk’ tetapi
berlimpah, bahan obat, dan juga sumber
hari depan Indonesia untuk
ALQURAN DAN LAUTAN
energy yang tak akan pernah habis. Bung Agus telah sangat berhasil
survival akan sangat bergantung kepada lautan, tidak saja sebagai
mengenalkan kepada kita betapa sentralnya posisi lautan, baik dilihat
sumber protein yang berlimpah, bahan obat, dan juga sumber
dari ekonomi, maupun ditinjau dari kepentingan militer. Disebut
energy yang tak akan pernah habis. Bung Agus telah sangat berhasil
misalnya letakini,Selat
“Nilai buku Malaka,
bukan Selat AlQuran
sajabetapa
karena Lombokbanyakdan Selat Makassar yang
mengenalkan kepada kita sentralnya posisiberbicara tentang
lautan, baik dilihat
sungguh strategis bagi lalu lintas pelayaran haridunia.
darilautan denganmaupun
ekonomi, segala potensinya,
ditinjau tetapi depan Indonesia
dari kepentingan militer. untuk
Disebut
Bung Agus
survivalletakmelalui
akan Selat karya tulisnya
sangatMalaka,
bergantung sungguh telah berjasa menyingkapkan
misalnya Selat kepada
Lomboklautan, tidak saja
dan Selat sebagai
Makassar yang
potensi
sumberlautanproteinuntuk
yang kepentingan umat
obat,manusia”
sungguh strategis bagiberlimpah,
lalu lintasbahan
pelayaran dandunia.
juga sumber energy yang
(Prof.
tak akanDr.pernahAhmad habis.Syafii Maarif,
Bung Agus Mantan
telah sangat berhasilKetua Umum
mengenalkan
PP
Bung Muhammadiyah,
Aguskita
kepada melalui
betapakarya
sentralnyaFounder
tulisnya sungguh
posisi Maarif
telah
lautan, baikberjasaInsitute,
dilihat pada
menyingkapkan
dari ekonomi,
kolom
potensi
maupun Resonansinya
lautan untuk
ditinjau di
darikepentingan Republika, 20
umat manusia”
kepentingan militer. November
Disebut misalnya letak Selat 2007)
“Buku ini langka. Saya tidak bosan membacanya.
Malaka, Selat Lombok dan Selat Makassar yang sungguh Terserah anda menilai
strategis bagi
apa
(Prof.ini kelebihannya
Dr. Ahmad
lalu lintas pelayaran dunia. atau
Syafii kekurangnnya.
Maarif, Buku
Mantan ini sangat
Ketua kaya akan
Umum
informasi yang beragam. Bukan
PP Muhammadiyah, pesan sponsor,
Founder Maarif kalauInsitute,
saya mengatakan
pada
bahwa
kolom buku
Bung Agus ini
Resonansinya bagus, sangat perlu
di Republika,
melalui karya tulisnya dibaca,
sungguh telah20 karena
November
berjasa informasi
2007)di
menyingkapkan
dalamnya sungguh
potensi lautan untukkaya. ”
kepentingan umat manusia”
(Prof. Dr. Quraish Shihab, Ahli Tafsir, Pusat Studi Al
Qur’an,
(Prof. Dr. Jakarta.
Ahmad Syafii Mantan Maarif, Menteri
MantanAgama Ketua Umum Republik
“Buku
PP ini
Indonesia) langka. Saya tidak bosan
Muhammadiyah, membacanya.
Founder MaarifTerserah
Insitute, anda menilai
pada
apa ini
“Semua kelebihannya
kolomyang atau
ingin saya katakan
Resonansinya kekurangnnya.
di sudah Buku
ada dalam
Republika, ini sangat
20 buku kaya akan
ini. Buku
November ini
informasi
seperti
2007) yang beragam.
menjawab kerinduanBukankita.
pesan
” sponsor, kalau saya mengatakan
bahwa
(Prof. buku ini bagus, sangat
Dr. Muchtar Achmad, perlupakar
dibaca, biologi
karena informasi
kelautan, di
dalamnyaUNRI
Rektor sungguh kaya. ”
- Riau)
“Buku ini
(Prof.
“Buku ini langka.
Dr. Saya tidak
Quraish
mudah-mudahan bosan
Shihab, membacanya.
Ahli Tafsir,
menggugah Terserah
bangsa anda Studi
Pusat menilai
Indonesia, Al
karena
apa
Qur’an, ini
penulis buku kelebihannya
Jakarta. atau kekurangnnya.
Mantan Menteri
berhasil memaparkan Buku ini sangat
Agama
secara gamblang kaya akan
Republik
posisi strategis
informasi
Indonesia) yang beragam.”
Indonesia. Disampaikan dengan sangat eloquent.“
“Gagasan-gagasan dan solusi penulis sungguh unik, reformatif dan
“Bukan pesan sponsor, kalau saya mengatakan bahwa buku ini bagus,
pragmatis bagi Indonesia untuk kembali meraih kejayaan sebagai
sangat perlu dibaca, karena informasi di dalamnya sungguh kaya.”
bangsa maritim. Buku Al Qur’an dan Lautan ini patut dijadikan
“Semua yang ingin saya katakan sudah ada dalam buku ini. Buku ini
referensi
(Prof. bagi
Dr. siapa
Quraishsaja yang terlibat
Shihab, dalam mengaktualisasikan nilai–
seperti menjawab kerinduan kita. ”Ahli Tafsir, Pusat Studi Al
nilaiQur’an,
Al Qur’an pada kehidupan
Jakarta. Mantan masyarakat
Menterinegeri
Agama kepulauan
Republikini dari
segi ekologi,
Indonesia)
(Prof. sains, ekonomi dan sosial politik.
Dr. Muchtar Achmad, pakar biologi kelautan, ”
vi | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
RektorDr.
(Prof. UNRI - Riau)Dahuri MS, Menteri Kelautan dan
Rokhmin
Perikanan RI, 1999-2004)
(Dr.yakin
“Saya M. Nabil Almunawar,
buku ini Head of
adalah sumbangan Business
yang Admin.
sangat berarti buat
Dept,
bangsa Univ. Brunei
Indonesia Darussalam)
khususnya dan ummat Islam umumnya. ”
“Sebagai orang yang awam akan dunia laut saya merasa dapat
memahami tulisan-tulisan tersebut dengan mudah. Gagasan yang
digali dengan melihat sejarah, mempunyai nilai originalitas yang
selayaknya patut ditonjolkan. ”
viii | H a l a m a n
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
“Buku ini amat krusial bukan saja bagi peminat kajiankelautan dan
Halaman | ix
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
ilmu kebumian, tetapi juga buat siapa saja yang ingin memperdalam
tentang ayat-ayat yang mengungkap tentang pelbagai fenomena alam
dan ilmu pengetahuan. ”
“Bisa dibilang, buku ini mendekati tafsir-tafsir ilmiah yang salama ini
(D.dikembangkan
Syofyan, Harun Yahya.Harian
Resensi, Buku ini mudah
MIMBAR sekali MINANG,
dibaca, karena 13
disajikan
Maret 2005) dalam bahasa yang lugas dan tidak njelimet.”
“Buku tebal –yang terdiri dari 5 bab— yang ditulis dengan menggunakan
sentuhan spiritual dan intelektual ini banyak mengungkap rahasia dan
“Buku ini amat krusial bukan saja bagi peminat kajiankelautan dan
misteri lautan sebagaimana diungkap oleh al-Qur’an yang belum
ilmu kebumian, tetapi juga buat siapa saja yang ingin memperdalam
diungkap banyak orang. ”
tentang ayat-ayat yang mengungkap tentang pelbagai fenomena alam
dan ilmu
(Cholis, pengetahuan.”
Resensi, www. hidayatullah. com )
(D. Syofyan, Resensi, Harian MIMBAR MINANG, 13
Maret 2005)
“Buku tebal –yang terdiri dari 5 bab— yang ditulis dengan menggunakan
sentuhan spiritual dan intelektual ini banyak mengungkap rahasia
dan misteri lautan sebagaimana diungkap oleh al-Qur’an yang belum
diungkap banyak orang.”
x | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Persembahan
Halaman | xi
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
xii | H a l a m a n
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Motto
H a l a m a n | xiii
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Daftar Isi
KATA PENGANTAR........................................................................................12
Cuplikan dari Resonansi Syafii Ma’arif di Koran
REPUBLIKA, Selasa, 20 November 2007..............................................13
JATI DIRI BANGSA KEPULAUAN...........................................................15
AIR LAUT SEBAGAI SOLUSI, BUKAN KENDALA.......................19
GEOEKONOMI INDONESIA YANG DAHSYAT...........................23
Selat Malaka Menghubungkan
Lautan Hindia Dan Lautan Pasifik.........................................................25
Siapa Berkepentingan Dengan Selat Malaka?.................................29
MENGELOLA RAHMAT ALLAH SESUAI SUNATULLAH......33
PERGESERAN PARADIGMA KE LAUT...............................................35
MENUJU KEJAYAAN BANGSA BAHARI...........................................41
Sosialisasi dan Apresiasi..........................................................................41
Rancangan Tindakan Strategis............................................................42
Rancangan Tindakan Taktis....................................................................78
PENULIS..................................................................................................................81
Back Cover.............................................................................................................82
xiv | H a l a m a n
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahri robbil ‘alamiin. Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian
alam, yang telah memberikan rahmat dan barakahnya sehingga dapat
terselesaikannya buku kecil ini. Sholawat dan salaam bagi junjungan kita
Rasulullah SAW, uswatun hasanah yang telah menyampaikan kebenaran dan
membawa kita semua ke akhir zaman yang tercerahkan dengan petunjuk
dan wahyu.
Beberapa bagian dari buku induk yang sama juga diterbitkan dalam format
dan pembaruan yang sama sebagai satu seri.
Selamat membaca, dan memohon masukan, serta doanya agar apa saja
manfaat yang bisa ditarik dari buku ini, bisa menjadi amal jariah dan
mengurangi dosa kesalahan dari penulis. Amiin.
Agus S. Djamil
Halaman | xv
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Beberapa hari yang lalu Bung Agus singgah ke rumah sambil membawakan
lagi karyanya itu yang sudah cetakan kedua (2005), terbitan Arasy Mizan,
Bandung. Buku ini sangat penting untuk dibaca, siapa pun kita, Muslim dan
non-Muslim. Agus memaparkan dengan rinci berdasarkan data mutakhir
tentang kekayaan lautan kita yang luar biasa. Kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat sangat dijanjikan oleh kandungan planet biru nusantara kita.
Nilai buku ini, bukan saja karena Alquran banyak berbicara tentang lautan
dengan segala potensinya, tetapi hari depan Indonesia untuk survival akan
sangat bergantung kepada lautan, tidak saja sebagai sumber protein yang
melimpah, bahan-bahan obat, dan juga sebagai sumber energi yang tidak
akan pernah habis. Bung Agus telah sangat berhasil mengenalkan kepada
kita betapa sentralnya posisi lautan, baik dilihat dari ekonomi, maupun
ditinjau dari kepentingan militer. Disebut misalnya letak Selat Malaka, Selat
Lombok, dan Selat Makassar, yang sungguh strategis bagi kepentingan lalu
lintas pelayaran dunia.
Tentang Selat Malaka, Agus menulis: ‘’Selat Malaka sendiri merupakan salah
satu jalur laut yang terpadat di dunia. Suatu tantangan bagi penduduk Riau,
dan kawasan pesisir timur Sumatra, mengapa potensi yang sangat luar biasa
ini hanya bisa diraih oleh Singapura yang arealnya kecil. Mengapa Riau hanya
bisa jadi penonton dan menguntungkan Singapura, bahkan ‘melukai diri
sendiri’ dengan menjual pasir dan kerikil untuk menimbun rawa-rawa di
kawasan Jurong Singapura untuk disulap menjadi sentra kawasan industri
yang melayani industri kelautan dan perminyakan dunia. ‘’ (Hlm. 417-418).
xvi | H a l a m a n
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Pernyataan dengan nada ini beberapa kali dilontarkan Agus dalam bukunya
itu. Tujuannya jelas, agar pembacanya terbangun dari tidur mendengkur
untuk segera menukikkan pandangan ke lautan, mencintainya, dan dengan
bantuan teknologi tinggi memanfaatkan karunia Allah yang tersimpan di
dalamnya.
Syafii Ma’arif
H a l a m a n | xvii
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
xviii | H a l a m a n
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Kita sebagai umat Islam Indonesia ini sejatinya orang-orang kepulauan, orang
yang dekat dengan laut. Lebih dari 100 juta manusia berjejalan di pulau Jawa
yang sempit. Dari pantai di Laut Jawa ke pantai di Lautan Hindia tidak lebih
dari 300 km. Lebih dari 90% penduduk Indonesia tinggal pada kawasan 100
km dari bibir pantai.
Kekeliruan kita pada beberapa puluh tahun terakhir adalah tidak menyadari
akan kekhasan benua maritim yang kita miliki. Kebijaksanaan pembangunan
nasional kita tidak difokuskan pada keunggulan kompetitif bangsa Indonesia
dalam hal kemaritiman. Laut telah dipandang sebagai ‘kendala’. Padahal
laut adalah opportunitas yang perlu mendapat perhatian besar dalam
pembangunan.
Halaman | 1
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
2 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Halaman | 3
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Jadi pada abad ke 13, Islam masuk ke Indonesia dan sejak itu secara bertahap
merubah kerajaan di kepulauan nusantara ini menjadi kesultanan-kesultanan
Islam termasuk Ternate dan Tidore di Maluku, dan pada periode awal
abad 16 itulah Majapahit yang juga terkenal dengan ekspansi samudranya
di bawah raja Hayam Wuruk dengan Maha Patih Gadjah Mada-nya mulai
terdesak sampai akhirnya runtuh.
Mengenai pelaut asal Maluku di kapal Magellan ini kemungkinan lain boleh
jadi karena para orang Portugis yang datang ke Malaka pada tahun 1511
itu, tidak bisa membedakan antara orang Maluku atau orang-orang dari
kepulauan lain, seperti Bugis misalnya. Hal mana seperti halnya tidak mudah
bagi kita untuk bisa membedakan antara orang Spanyol dengan orang Itali.
Yang jelas, pencapaian penduduk nusantara ini --yang kemudian menjadi
Indonesia ini-- pada pertengahan Millenium ke dua ini wajib dicatat dalam
sejarah para eksplorer, dan penjelajah dunia. Barat tidak bisa terus menerus
curang, menutup-nutupi kenyataan sejarah akan kenyataan bahwa manusia
pengeliling bumi yang pertama kali bukanlah Ferdinan Magellan, tetapi
beberapa putera-putera nusantara.
Tradisi kemaritiman bangsa Indonesia bukanlah baru seumur jagung.
Jauh sebelum masa bangsa-bangsa Eropa mendayung perahunya, para
leluhur bangsa kita di antero Dwipantara, atau Nusantara telah
mengembangkan layarnya, menyambut angin dan membaca hidayat maruto
(petunjuk angin) mengarungi samudra mencapai peradaban lain di ujung
dunia. Mereka ke utara hingga bibir pantai Vietnam, Filipina dan China. Ke
barat hingga kepulauan Madagaskar dan ujung selatan Afrika. Dan ke timur
berputar-putar di Samudra Pasifik hingga menemukan dan menempati
ratusan kepulauan seperti Marquesas, Hawaii, Tahiti dan Aeteroa (atau New
Zealand sekarang).
Situs arkeologis, artefak teknologi dan seni, serta bahasa dan budaya yang
tersisa hingga saat ini, serta catatan-catatan sejarah membuktikan itu semua.
Di Candi Borobudur misalnya. Borobudur yang dibangun oleh dinasti
Cailendra yang berkuasa antara tahun 750 - 850, sekitar 400 tahun
sebelum katedral-katedral di Eropa dibangun, mempunyai relief pada salah
satu sisi dinding sebelah timur bergambar perahu layar yang mengembang
layarnya. Kerajaan Cailendra juga terkenal dengan ketangguhannya dalam
perdagangan dan angkatan lautnya. Sebuah catatan panduan berbentuk
nyanyian yang dikenal dengan Chandra Cha-an, pertama kali ditulis pada
tahun 778 ( Soetjipto, H., et all, 1994).
4 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Relief perahu layar megah yang sangat indah itu mengabadikan keperkasaan
kerajaan dinasti Cailendra di Jawa Tengah dalam eksplorasinya di lautan.
Perdagangan melalui pelayaran dengan negeri China telah pun dilakukan
oleh bangsa Indonesia bahkan pada tahun-tahun di awal Millenium pertama !.
Menurut catatan China bertarikh 132 masehi menuliskan adanya hubungan
diplomatik antara China dengan Java-Dwipa.
Dari buku Bo’ Sangaji Kai: Catatan Kerajaan Bima, disebutkan bahwa daerah
Bima di Nusa Tenggara pun sudah disebut dalam kitab Nagarakertagama
dan Pararaton, sebagai dua kronik Jawa Kuno pada abad ke-14, sebagai
pelabuhan kuno yang disinggahi dari abad ke-10. Setelah itu, Tome Pires
menggambarkan daerah itu sebagai tempat berniaga yang ramai yang
menghubungkan Malaka, Cina, Jawa dan Maluku pada abad ke-16. (Wolas
Krenak, Pembaruan, 10/2/2000).
Beralih ke belahan bumi timur.
Penjelajah lautan tradisional kita, yang
orang barat mencatatnya sebagai
seafarer, pada saat prehistorik sudah
mengapungkan kano-nya mencapai
deretan pulau-pulau di Samudra Pasifik.
Kini kita bisa menyaksikan bahwa
penduduk kepulauan Hawaii, Maori
di New Zealand, Tahiti, Tonga dan
masih banyak lagi kepulauan Polynesia
mempunyai banyak kesamaan budaya
dengan berbagai budaya saudara kita
di seantero nusantara.
Pada waktu saya mengunjungi Bishop
Museum di Honolulu, di sana terdapat
Pelaut Nusantara telah berhasil menghidupkan pereko-
mural, gambar besar di dinding yang
nomian dengan perahu layar Pinisi semacam ini. Para menggambarkan migrasi penduduk di
penulis barat banyak yang mengingkari bahwa manusia
pengeliling dunia pertama sebenarnya bukan Ferdinand
berbagai kepulauan di Samudra Pasifik.
Magellan pada1521. Tetapi sembilan orang pelaut Nus- Buku The Encyclopaedia of the Earth:
antara dari Maluku yang berada di atas kapal Magellan, Oceans and Islands (Talbot, F.H. & R.E.
Victoria. Mereka telah menyelesaikan the first circumnavi-
gation (keliling bumi) pada saat mereka melewati Maluku. Stevenson, 1991) juga mencantumkan
Magellan sendiri terbunuh di Fillipina saat itu, sebelum sejarah migrasi penduduk polynesia
sempat kembali ke Portugal.
tersebut. Penduduk Hawaii ternyata
Halaman | 5
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
6 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Kita saksikan hingga hari ini, bagaimana kawasan-kawasan dunia yang tidak
mempunyai akses terhadap sungai maupun laut, masih juga tertinggal
sebagai kawasan yang terisolir dan tidak maju. Tanpa akses ke arah laut,
suatu kawasan akan sangat lamban untuk berkembang.
Paradigma pemikiran kita yang kini cenderung pada kedaratan, dan selalu
melihat lautan sebagai kendala untuk menjalani hidup ini. Ini kemunduran
yang menyengsarakan.
Adanya air laut laut bukanlah kendala, malah justru merupakan solusi.
Halaman | 7
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Kita akan mendapati bahwa keberadaan air laut di antara kedua titik tadi
ternyata mempunyai beberapa kelebihan.
Daratan Lautan
Jarak tempuh Berliku-liku mengikuti
Lurus, jarak terpendek
kontur topografi àjarak
lebih panjang
Berat Bobot kargo terbatas. Bobot kargo ratus ribu ton
Daya tahan kendaraan Daya tahan kendaraan Kapal mengapung àringan
harus kuat
Energy Perlu daya dorong motor,
Terapung dan Ikut arus = ‘Tan-
gesekan jalan = ‘Banyak
pa Energi’= Minimal energi
Energi’
Waktu tempuh Cepat sampai tujuan
Lambat sampai tujuan
Saya akan membuat ilustrasi berikut (lihat diagram di bawah ini), bagaimana
kita memandang laut sebagai solusi. Dan bandingkan pada orang yang justru
8 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Namun apabila paradigma batas dua lautan yang kita miliki, maka dalam
ilmu kita, adanya selat di antara dua pulau adalah berkah.
Dengan adanya air yang melimpah itu kita bisa memindahkan ratusan ribu
ton barang dan komoditas secara cepat dengan sekali angkut dari ”A” di
satu sisi pulau ke ”B” di satu sisi pulau lain yang jaraknya terpisah ratusan
kilometer. Kita hanya perlu sebuah pontoon / barge / kapal tongkang, ’rakit’
modern dan dua buah pelabuhan di sisi kedua pulau itu.
Atas kasih sayangNya, Allah SWT, memfasilitasi manusia dengan air laut
mempunyai karakter fisika yang bisa mengapungkan ratusan ribu ton besi
apabila diangkut dengan kapal (Al Isra’ 17:66). Kapal itu sendiri merupakan
teknologi pertama yang diwahyukan langsung oleh Allah SWT kepada
manusia melalui Nabi Nuh. (lihat Hud 11:37 dan Al Mu’minun 25: 27).
Halaman | 9
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Ayat-ayat AlQuran yang membicarakan laut itu sendiri adalah fondasi bagi
dimulainya membangun Paradigma batas dua lautan untuk membangun
negeri kita. Keimanan haruslah menjadi dasar yang kokoh melandasi kita
dalam menghimpun ilmu dan melaksanakan amal perbuatan. Keimanan
pulalah yang merupakan ranah (domain) bagi perubahan paradigma, dari
paradigma kedaratan ke paradigma kelautan.
10 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
GEOEKONOMI INDONESIA
YANG DAHSYAT
Atau kalau kita balik. Kalau punya kapling di perempatan Semanggi, bisnis apa
yang paling ideal dan banyak mendatangkan untung? Untuk ukuran makro
regional – global, pertanyaan kita, “kapling” Indonesia di “perempatan” Asia
Tenggara ini cocoknya untuk bikin usaha apa? Bikin pabrik apa? Jual jasa apa?
Lalu Rancangan Pembangunan Jangka Panjang yang bagaimana yang perlu
kita susun.
Halaman | 11
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Setelah 100 tahun lebih kita bangkit ke-nasional-an kita, maka mari kita
bangkit sekali lagi, melihat “nation” kita ini dalam “peta global”. Bukan sibuk
mengorek luka di dalam tubuh sendiri. Saling menohok kawan seiring dalam
kebangkitan.
Lokasi geoekonomi kita yang strategis itu berada di simpang jalan pusat
pertumbuhan ekonomi dunia di Asia Timur yang dimotori China, dan
pusat pertumbuhan ekonomi dunia lainnya India. Sebagai pemilik simpang
jalan, kita bisa menentukan motor ekonomi apa yang layak kita hidupkan.
Permainan perdagangan apa yang bisa menangkan dengan mudah.
Lalu apa kita perlu buat? Geoekonomi kita yang khas akan membuka peluang
antara lain; (1) Hub atau terminal pengolahan bahan sumber daya alam
menjadi produk setengah jadi untuk mendukung pertumbuhan China dan
India. Mengolah crude oil menjadi aneka refined product. Mengolah CPO
menjadi biodiesel dan minyak goreng. Mengolah bijih nikel, alumunium, besi,
menjadi lembaran, pellet atau batangan. Dlsb.
(2) Pusat pasar dan hub komoditas dunia: pelabuhan curah batubara,
minyak mentah, rempah ratus, crude palm oil, beras, jagung, kedelai,
biodiesel, gandum, dll. (3) Pelabuhan hub perdagangan internasional tempat
barang dialih-agihkan, kapal China bisa mengalirkan cargonya di kita untuk
didistribusikan ke India dan Eropa, dan sebaliknya.
12 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
(4) Pelabuhan bebas pajak yang menjadi magnet 50% pelayaran dunia
yang melintasi perairan kita, dan 95% pelayaran dagang di Asia-Pacific yang
menembusi perairan kita. Dengan bebas pajak, mereka datang. Kita bisa
menjual jasa lain seperti logistik, gudang, dll.
Saya terus terang tidak habis pikir, membaca prioritas industri nasional
yang akan dikembangkan Indonesia dalam jangka panjang. Lima industri
prioritas yaitu itu: (1) sektor agrobisnis, (2) manufaktur dan alat angkut,
(3) elektronika dan telematika, (4) industri kreatif serta (5) UKM. Padahal
pada era Presiden Soeharto, industri manufaktur, elektronika, agrobisnis dan
UKM merupakan industri yang juga menjadi prioritas. Lalu Reformasi itu
ngapain aja? Bedanya cuma nomer 4, dan itupun isinya: Industri film, design
industry, buku, dll. Apa artinya Kebangkitan Nasional, Reformasi, Indonesia
Bangkit, dsb?
Intinya, kalau kita mengabaikan geoekonomi kita, maka kita seperti pemilik
kapling sepanjang jalan Thamrin yang cukup puas menanam bayam di jaur
hijau, atau jasa ojeg di mulut gang, atau jualan asongan, pengamen dan
pengemis di perempatan jalan. Agroindustri?Angkutan? Industri Kreatif?
UKM?.
Halaman | 13
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Uniknya lagi, kita punya 2 keunggulan lain yang tidak dimiliki oleh tetangga
kita yang sudah mengeksploitir habis potensi geoekonomi-nya. Atau bahkan
kompetitor emerging market dunia lainnya. Kita punya: Sumber Daya
Manusia yang tumbuh berkembang, kreatif dan resilient (ulet), dan Sumber
Daya Alam yang berlimpah. Tapi toh inipun belum disyukuri, tapi malah
dikufuri, dikubur, dicover-up, dilupakan.
Ketika negara lain sibuk mencari pasar buat menjual produknya, maka
seperti halnya China dan India, kita punya captured market yang ada di
bumi pertiwi Indonesia. Demografi kita dengan captured market ini
dicemburui oleh negeri-negeri berpenduduk terbatas. Ada 230 juta mulut
yang menganga (istilah Taufiq Ismail) yang senantiasa perlu makan, maka
Nestle, Cocacola, Unilever dan Danone memprioritaskan industrinya
di Indonesia. Ada 230 juta tubuh yang selalu perlu sandang, papan dan
nyaman. Maka Nokia, VW, Bluesteel, dll buru-buru bikin pabrik di sini. Ada
230 juta penduduk yang kesejahteraannya tumbuh 6 % pertahun. Maka
equity fund, Channel, Louis Vutton, menjaga eksistensinya di pasar besar ini.
Dan tingkat kecerdasan manusia Indonesia yang berjibun ini juga meningkat
setapak-demi meningkat. Setiap tahun ada 12000 mahasiswa kita belajar di
Amerika, ada 15000 mahasiswa kita kuliah di Australi, dan ada 6. 9 juta anak-
anak kita yang sedang kuliah di dalam negeri. Spiritually, ada 220 ribu jamaah
haji setiap tahun yang tulus berdoa di depan Ka’bah untuk kemakmuran
keluarga dan negerinya. Dan kita haqqul yakin bahwa setiap doa pasti
dikabulkan oleh Allah bukan? Ud’u ni, astajib lakum; berdoalah, pasti Aku
kabulkan. Begitu dalam AlQuran.
Kita juga dimodaliNYA sumber daya alam yang berlimpah. Posisi di batas
dua samudra yang geoekonomisnya strategis. Arus laut lintas Indonesia
yang memfasilitasi 50% spesies ikan dunia berbiak diperairan kita. Species
terumbu karang kita 75% terumbu karang dunia. Cadangan minyak & gas
kita terbesar di Asia Tenggara & Timur.
14 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
yang sangat unggul. Sumber daya alam ini harus diolah sebelum dijual. Bukan
jamannya lagi menjual mentah komoditas kita ke pasar global.
Dengan memahami masalah geoekonomi kita yang khas ini, selayaknya akan
memudahkan kita semua menemukan jalan keluar dari kesumpekan negeri
tercinta.
Seorang perwira menengah angkatan laut kita, komandan salah satu kapal
perang kita, penrnah menanyakan kepada saya: ”Mana yang lebih dalam,
Selat Malaka ataukah Selat Makassar?”. Terus terang saat itu saya terpana,
sebelum menjawabnya. Ini salah satu bukti ’keterasingan’ kita di negeri sendiri.
Beliau yang seharusnya faham semua karakteristik, segala celuk laut dan
bibir pantai perairan laut kita, justru tidak mengenalnya. Apatah lagi rakyat
kebanyakan yang tidak bersentuhan dengan lautan dalam kesehariannya.
Halaman | 15
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
pendangkalan. Panjangnya 550 mil dengan lebar 300 mil di ujung barat laut
dan mengerucut menjadi sesempit 1. 5 mil di Selat Singapura dan Selat
Phillips.
Selat Malaka sendiri peran lokal – bilateralnya sangat sibuk. Tidak kurang
dari 80,000 orang yang menumpangi ferry menyeberangi selat ini setiap
harinya, antara Indonesia, Malaysia dan Singapore.
Sekitar 80 % dari import minyak dan gas untuk Jepang, China, Taiwan dan
Korea Selatan diangkut melalui Selat Malaka. Negara-negara ini adalah
negara yang paling produktif di dunia dan China bahkan diberi julukan
“pabrik dunia”. Tidak kurang dari 2500 kapal khusus bermuatan LNG/LPG
setiap tahunnya. Dua per tiga LNG dunia diangkut melalui Selat Malaka.
16 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Hari ini, lebih dari 10 Juta barrel minyak mentah per hari diangkut tanker
melintasi selat ini.Volume ini meliputi sekitar sepertiga dari total minyak yang
dikapalkan di seluruh dunia. Aliran komoditi sangat penting ini menjadikan
selat ini paling strategis di dunia dalam transportasi minyak setelah berlepas
dari Teluk Persia.
Dalam tahun 2005 saja, ada sekitar 50 – 60 ribu kapal berukuran di atas
300 ton yang melayari selat sempit ini. Jumlah ini sama dengan hampir
separoh armada kapal yang ada di muka bumi.
Sedikitnya, ada 600 freighter (kapal cargo/container) yang melalui selat ini
mengangkut apa saja barang penting dan bernilai. Dari bahan baku untuk
industri China, beras Vietnam dan Thailand untuk India, mobil Hyundai dari
Korea ke Eropa, mobil Eropa untuk Asia, mobil Jepang untuk Eropa hingga
limbah nuklir dari Jepang untuk diolah di Eropa.
Setiap tahun tidak kurang dari USD 1. 000 Milyar nilai barang yang diangkut
melintasi Selat Malaka, atau hampir sama dengan GDP China, sekitar 1. 5
kali GDP Indonesia atau sepuluh kali GDP Singapura!
18 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Seawal abad pertama, ketika suku bangsa dari kepulauan nusantara ini telah
berlayar jauh mengarungi lautan hingga merapat di Madagaskar, perairan
Indonesia merupakan tempat bertemunya berbagai peradaban dan
kepentingan.
Para pedagang China, India dan Arab bertemu pada kerajaan yang dalam
terminologi hari ini mungkin lebih tepat dikatanan sebagai Oceanopolitan
atau bisa juga Cosmopelago, bukan hanya cosmopolitan. Ruang Kepulauan
yang bernuansa dan beratmosfer multinasional, multicultural.
Halaman | 19
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Apakah nilai pasar masif ini akan dianggap sepi oleh para cukong yang jeli?
Apakah mudah menjual barang dan kapal hasil bajakan ini dipasar gelap
raksasa bisa dilakukan dengan mudah tanpa campur tangan pemain besar
juga? Rasanya mustahil bukan?
Apakah penduduk riau yang jadi pembajak itu bisa memasarkan hasil
rompakannya yang bernilai 4 kali lipat GDP Indonesia? Apakah orang-orang
kepulauan Riau yang tidak pandai berbahas Inggris ini mampu mengadakan
deal-deal, mengganti lambung kapal, memasarkan papal “baru” hasil
rompakan dengan surat-surat legalitas ’aspal’ (asli tapi palsu) yang baru?
Sama tidak mustahilnya kalau kita menengarai adanya permainan yang luar
biasa kotor dan besar dalah hal bajak laut ini. Bahkan tidak mustahil terjadi
kolaborasi permainan antara ”perusahaan” asuransi, perusahaan pelayaran,
pemilik barang sendiri dan para pemain invicible besar. Bajak laut kelihatannya
bukan mainan orang-orang kepulauan dengan motor tempelnya dan sejnata
murahan. Ini bisnis besar yang melibatkan pemain besar.
Tidak mustahil di masa depan, ada suatu scenario “serangan teroris” di Selat
Malaka ini, yang akan dipakai sebagai pretext atau alasan bagi Amerika untuk
memaksakan kehendaknya.
20 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Kita perlu mencermati, bahwa setelah peristiwa drama tragis 9/11 telah
kemudian digunakan sebagai pretext bagi Amerika untuk menyerang negara
lain: Afghanistan dan Iraq. Maka bukan hal yang mustahil hal yang mirip
juga akan dimainkan di perairan Selat Malaka. Namun untuk benar-benar
bermain dengan mengacaukan selat ini, harga yang harus dipikul amat
sangat mahal bagi dunia keseluruhan. Para pengguna jalur ekonomi ini tentu
tidak tinggal diam.
Halaman | 21
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Selat Malaka hingga saat ini, (2012), belum pernah menjadi issue politik di
Indonesia. Di kemudian hari issue besar ini bisa dengan mudah diangkat
untuk kepentingan politik nasional sekaligus internasional.
Issue yang bisa dipolitisir dalam skala high profil tentu saja bajak laut dan
ancaman konspirasi teorisme. Terutama dalam kaitannya dengan masalah
keamanan, keselamatan, dan campur tangan asing dalam pengamanan selat
malaka.
Sedangkan dengan efek yang sama, issue yang diangkat bisa juga dalam
hal antara lain pencemaran lingkungan hidup, kerjasama bilateral,
pengentasan kemiskinan masyarakat kepulauan Riau, pendangkalan, biota
laut, pengembangan Propinsi Riau Kepulauan, kapitalisasi jalur penting ini
jangkar ekonomi Indonesia, jalur ini sebagai bargaining power bagi politik
internasional Indonesia.
22 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Halaman | 23
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Umat Islam Indonesia sejatinya sudah diberi dua fasilitas untuk sukses
dunia-akherat. Yaitu dengan diberi petunjuk dalam AlQuran dan dilahirkan
di lokasi paling strategis di dunia dengan karunia sumber kelautan yang
tak terhingga. Kestrategisan itu antara lain, separo armada pelayaran dunia
melewati perairankita. Selat Malaka yang sempit itu saja dilalui oleh 50 ribu
kapal setiap tahunnya. Dimana di antaranya, sekitar 40% armada tanker
dunia yang membawa 10 kali lipat produksi minyak nasional , atau sepertiga
volume minyak dunia yang diangkut tanker.
24 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Padahal Allah SWT berulang kali menyindir kita dalam Ar Rahman (55:19,
20,21,22): “Dia membiarkan dua laut mengalir yang keduanya kemudian
bertemu”,”antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-
masing”,”Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”,”Dari
keduanya keluar mutiara dan marjan”.
Apakah kita bangsa yang telah mendustakan ayat-ayat ini? Naudzubillahi min
dzaalik. Keberadaan populasi muslim terpadat di batas dua samudra –Pasifik
dan Hindia– ini seharusnya mampu menuai karunia “mutiara dan marjan”
itu dalam banyak segi kehidupan: ekonomi, ekologi, hingga peradaban.
Umat Islam terbanyak ini kenapa justru tidak mampu ”melihat” karunia yang
begitu melimpah. Kenapa kita mendustakannya?
Yang mengelitik adalah, kenapa Allah SWT pada saat ini sudah memberikan
“kemampuan melihat” kepada suadara-saudara kita di Singapura. Sehingga
ia mampu menjadi salah satu poros ekonomi dunia.
Halaman | 25
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
di dikelilingi lautan). Negara-negara pulau yang telah maju dan kaya seperti
Jepang, Inggris, Singapore, Hongkong, Taiwan, New Zealand, dan Bahrain.
26 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Selat Malaka sendiri merupakan salah satu jalur laut yang terpadat di dunia.
Suatu tantangan bagi penduduk Riau, dan kawasan pesisir timur Sumatra.
Halaman | 27
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Namun kenapa potensi yang sangat luar biasa ini hanya bisa diraih oleh
Singapura yang areal tanahnya kecil. Mengapa Riau hanya bisa jadi penonton
dan menguntungkan Singapura bahkan “melukai diri sendiri” dengan
menjual pasir dan kerikil untuk menimbun rawa-rawa di kawasan Jurong
Singapura untuk disulap menjadi sentra kawasan industri yang melayani
industri kelautan dan perminyakan dunia.
Mengapa Riau dengan ribuan pulau di seputar Singapura justru tidak mampu
mengubahpulau-pulau tersebut menjadi pangkalan-pangkalan singgah
pelayaran dan perawatan kapal-kapal yang melintasi perairan Selat Malaka
dan Selat Karimata atau bahkan galangan-galangan kapal dan anjungan
minyak dunia sebagaimana halnya Singapura, Jepang, dan Korea Selatan.
28 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Dengan luas wilayah yang 80% berupa lautan dan berada di urat nadi
pelayaran serta perekonomian dunia, kita perlu lebih maju daripada sekadar
negara agraris yang berdesakan di daratan yang hanya 20% dari wilayah
negeri ini.
Perdagangan antar pulau dan lintas lautan adalah langkah ke depan yang
juga akan mendorong tumbuhnya pertanian dan industri di dalam negeri.
Karena terbukanya jalur perdagangan dengan luar pulau hingga luar negeri,
akan membentuk pasar-pasar baru dan sekaligus menjadi pulling factor bagi
tumbuhnya pertanian dan industri itu sendiri.
Kita juga jangan hanya puas dengan swasembada pangan dan kebutuhan
pertanian dalam negeri. Kita harus melihat luas ke sekeliling kita. Permintaan
pasar di kawasan pertumbuhan Asia timur, terutamannya China, serta
kawasan Asia selatan atau India, tentu akan lebih menggairahkan kegiatan
produksi yang mulanya hanya diniatkan untuk swasembada.
Apalagi Indonesia berada pada “simpang raya” jalur laut urat nadi
perekonomian dunia. Seharusnya produksi olahan hasil bumi, lautan,
dan industri kita bisa lebih mudah untuk menembus pasaran dunia.
Singapura menjadi negeri yang makmur seperti sekarang ini tidak lebih
daripada kemampuannya menjadi penjual jasa, menjadi “pedagang”
yang memanfaatkan posisi geografisnya yang berada di jalur urat nadi
perekonomian.
Pergeseran Paradigma
Pembangunan nasional berbasis KE Pembangunan nasional berbasis
DARATAN LAUTAN
Halaman | 29
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
yang sudah aslinya terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama,
merupakan modal yang amat bernilai untuk lebih berkembang lagi.
Islam menerima keanekaragaman suku, bangsa, dan budaya. Yang
dianjurkan Islam kepada umatnya adalah saling mengenal, li ta‘ârafû,
saling berinteraksi, dan membangun kesadaran berbangsa yang
multikultur. Dengan demikian, kita menjadi bangsa yang terbuka dan
mampu berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dari belahan bumi
mana pun.
Halaman | 31
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu memulai
mengubah dirinya sendiri. Oleh karena itu, kita pun harus terus berupaya
untuk berubah maju, membetulkan cara pandang kita. Allah SWT
menciptakan kita dalam sebaik-baik kejadian, melengkapkan segala fasilitas
hidup di dunia dan mengalokasikan rezeki yang cukup dalam bentuk sumber
daya ataupun karunia siap pakai, serta mengirimkan malaikat-malaikat untuk
mengawal keselamatan dan kebahagiaan kita. Dan Allah SWT pun menjamin
tidak akan merubah kondisi itu, kecuali kita manusia sendiri yang merubah
kondisi asli yang baik itu itu ke keadaan yang dekaden, merosot.
Oleh karena kelengkapan fasilitas itu, maka sejatinya kita hanya perlu
kembali. Kembali kepada fitrah kita, dan pada karunia berlimpah yang sudah
difasilitaskan kepada kita, dimana kita berada. Karena kita di kepulauan
Indonesia, maka kita perlu kembali kepada keunggulan fasilitas yang
dikaruniakan Allah SWT pada kita. Kalau kita cuma cinta daratan dan pulau
yang kita diami, itu bukanlah kembali pada fitrah. Fitrah mensyukuri nikmat
penghuni kepulauan terbesar di muka bumi ini adalah dengan melakukan
perubahan cara pandang, perubahan paradigma.
32 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
dalam berbagai sektor kehidupan kita; (3) Saat ini hanya negara-negara
tetangga saja yang mengambil keuntungan ekonomis dari keunggulan
Indonesia ini (baik melalui pelayanan jasa maritim maupun pengerukan
sumber daya kelautan); (4) Bersandar kepada industri berorientasi agraris
dan kehutanan maupun pertanian sendiri tidak cukup langgeng (sustained)
untuk mendukung pertumbuhan populasi yang sangat besar sedangkan
jumlah daratan kepulauan hanya sekitar 20% dari luas wilayah Republik
Indonesia;
(5) Sumber daya manusia mayoritas Indonesia adalah umat Islam yang
mendapat petunjuk dari Al-Quran tentang beberapa fenomena di laut dan
perintah untuk mencari karunia di lautan; dan (6) Laut adalah tempat masa
depan umat manusia ditentukan (pangan, sumber protein, sumber obat-
obatan, energi, bahan bakar, bahan baku industri, dan lain-lain).
Halaman | 33
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
PARADIGMA PARADIGMA
BIDANG DAMPAK
AGRARIS MARITIM
2. PAPAN - Aset lahan : 30% daratan - Aset lahan : 70% lautan - Aman &
- Jawa terbebani 60% - Jasa selat-selat selamat
populasi, sementara - Produksi selat-selat - Tumbuh
pulau-pulaua lain ‘kosong’. - Inland volcanic island merata
untuk pertanian pangan - Tata ruang yang
- Redesign tata ruang: berkeadilan
- Jawa: lumbung pangan & sesuai dengan
financial geosaintifik
- Kalimantan: energy faktornya.
intensive industries; pusat
pemerintahan
3. SAN- - Import kapas & wool - Consumer good dari laut: - Penghematan
DANG - Polyester polyester dari gas alam devisa.
& nafta. - Mengurangi
- Pulp kertas dari rumput beban hutan
laut produksi.
- Pupuk organis dari algae
- Kelp untuk pengganti
serat
34 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
4. UTILITAS - Oil & gas untuk listrik - Oil & gas untuk petro- - Clean Energy,
dan kendaraan. chemical Carbon credit
- PLTA - PLT Hidrokinetik: arus - Listrik abadi
- Diesel laut, arus pasang-surut, - Eksport baru:
- Artesis dan penjernihan arus sungai listrik & energy
air sungai untuk suplai - Geothermal: listrik, heat- hydrogen
air tawar. ing, cooling.
- OTEC: Listrik, Hidrogen,
Desalanisasi suplai air
tawar, mariculture air
dingin.
Halaman | 35
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
MENUJU KEJAYAAN
BANGSA BAHARI
Setelah kita mendapat wawasan yang lebih baik mengenai lautan dan Al-
Quran serta merasakan bagaimana masyarakat di Indonesia mempunyai
beban amanah sebagai khalifah yang menjaga sudut bumi. Untuk mengenali
kombinasi dua potensi kita, penulis ingin mengajukan beberapa gagasan
pemikiran sebagai masukan penyusuan rancangan tindakan (action plan)
untuk mempromosikan kelautan bagi kembali mencapai kejayaan maritim
umat Islam di rantau Nusantara ini.
36 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Rancangan tindakan ini tidak saja kepada pihak pemerintah, tetapi juga bagi
siapa saja dalam kapasitasnya sebagai anggota masyarakat yang memiliki
perhatian dan keprihatinan terhadap laut. Secara garis besar, usulan ini
penulis kelompokkan: Pertama, membangkitkan kesadaran kelautan melalui
sosialisasi dan apresiasi melalui berbagai media, Kedua usulan dalam bentuk
tindakan strategis untuk jangka panjang dan Ketiga, usulan tindakan taktis
yang bisa dilakukan dan dirasakan segera.
Giliran pembaca meneruskan, apa yang sudah dibaca dari seri buku ini,
ataupun yang sudah sempat mendengar ceramah dan pemaparan penulis.
Riak kecil yang coba saya gerakkan dari sini, InsyaAllah dengan idzin Allah
SWT akan bisa menjadi gelombang besar pada suatu hari nanti, dengan
peran serta anda sekalian pembaca buku ini.
Halaman | 37
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
38 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Dalam hal cetak biru yang menyangkut administrasi negara dan struktur
lembaga eksekutif, perlu dipertimbangkan adanya dua lembaga kementerian
di dalam pemerintahan, yaitu Kementerian/Departemen Perdagangan dan
Industri Maritim dan Kementerian/Departemen Sumber-Sumber Daya
Maritim. Hal ini berkaitan dengan fungsi fasilitator dan regulator dalam
program pembangunan berbasis kelautan
Halaman | 39
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Selain untuk kepentingan ekonomi, hal terebut juga strategis dalam menjaga
keutuhan negara kesatuan Indonesia yang aman dan stabil. Di samping itu,
pemerintah perlu juga melakukan fasilitasi kolaborasi antara industri-industri
strategis dan lembaga penelitian dan penerapan teknologi, seperti Badan
Pengembangan dan Penerapan Teknologi (BPPT), bagi pengembangan
masyarakat pesisir.
40 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Dan lebih dari itu semua, saya yakin bahwa kita juga memerlukan suatu
Undang-Undang Kelautan Nusantara yang komprehensif. Kalau Anda saat
ini sedang duduk di DPR, ini adalah kesempatan untuk memuat insiatif
membuat rancangan undang-undang ini. Kalau pun Anda bukan anggota
DPR, silakan menghubungi wakil yang Anda pilih waktu Pemilu dan
memintanya untuk menyusun perangkat undang-undang itu.
Selain itu, masih banyak publikasi resmi maupun populer yang menyebutkan
bahwa kepulauan Indonesia terdiri dari 13. 000 pulau, padahal pada tahun
1980-an Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional)
telah mengumumkan hasil penghitungan kembali bahwa jumlah kepulauan
Indonesia adalah 17. 508 pulau (bahkan hasil perhitungan tahun 2003
adalah sebanyak 18. 108 pulau) dan di samping itu, ternyata masih ribuan
yang belum memiliki nama resmi.
Perlu diatur dengan bijaksana dan saksama hak dan kewajiban dalam
pengelolaan sumber daya laut atau sumber daya alam yang ada di bawah
dasar, dalam, dan di atas lautan dengan pembagian wewenang yang jelas
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten dan Provinsi.
Halaman | 41
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Bagaimana mengelola udara, air laut, dan lapisan tanah di bawah dasar
laut dari tiap-tiap kawasan wilayah tadi. Bagaimana metode menarik garis
batas ke arah laut untuk menentukan wilayah sebuah kabupaten pesisir.
Bagaimana nanti menyelesaikan konflik atau perbedaan pendapat mengenai
pengelolaan sumber daya kelautan di kawasan perbatasan dua provinsi atau
kabupaten yang berdekatan.
42 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Industri perikanan laut kita wajib dilindungi dari kekuatan industri perikanan
asing. Kawasan penangkapan ikan di laut perlu ditata dan diatur dengan
seadil mungkin agar nelayan kecil dapat memperoleh rezeki yang sama
menguntungkannya dengan nelayan bermodal besar. Keinginan untuk
menerapkan sistem Production Sharing Contract yang biasa dilakukan di
dunia perminyakan, pada industri perikanan tangkap, perlu dipertimbangkan
masak-masak.
Kelestarian sumber daya perikanan perlu dijaga dengan pengaturan yang baik
tentang kawasan tangkap, musim tangkap, jenis ikan yang boleh ditangkap,
dan lain sebagainya. Demikian pula bagaimana mengatur dan menyelesaikan
persoalan yang mungkin bakal timbul karena tumpang tindih pemanfaatan
kawasan laut, jalur laut, dan kawasan dasar laut.
Halaman | 43
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Kita juga perlu waspada agar tidak mudah terjebak dalam romantika dan
retorika “pecinta lingkungan”Barat yang sangat vokal dengan kritik terhadap
usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintahan negara-negara berkembang.
Isu global warming masih merupakan isu politik yang penuh kontroversi.
Kritik mereka belum tentu sesuai dengan kondisi pembangunan masyarakat
di negara berkembang seperti Indonesia.
Perlu diingatkan bahwa tidak kesemuanya bergerak tanpa pamrih dan tulus
ikhlas. Sebagian adalah mendapat bantuan dana dari kepentingan besar dan
dipakai sebagai pembentuk opini publik demi menguntungkan kepentingan
ekonomis pihak pemberi dana, yang justru menghambat pembangunan
negara berkembang.
44 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Meskipun hak mendapatkan ZEE ini suatu hak yang boleh dikatakan otomatis
dimiliki oleh negara pesisir ataupun negara kepulauan, tetapi penentuan
ini sangat penting terutama pada kawasan laut yang berbatasan dengan
negara tetangga. Misalnya batas Indonesia dengan Thailand, Malaysia, Filipina
yang laut-lautnya membatasi di antara negara-negara yang bersebelahan
ini kurang dari 200 mil jaraknya. Zona Ekonomi Eksklusif ini perlu segera
didefinisikan untuk menghindari potensi konflik yang mungkin terjadi pada
kemudian hari.
Selain itu, Indonesia bersama dengan sekira 150 negara pesisir lain, memiliki
potensi untuk menambah wilayah ZEE hingga mencapai 350 nm dari garis
dasar kepulauan (archipelagic base line). Hal ini dijamin secara sah oleh
Konvensi Hukum Laut Internasional UNCLOS 1982 Part VI Continental
Shelf dalam Artikel 76 dan 77 serta Part XI Seabed Mining. Penambahan ini
tidak berlaku secara otomatis, tetapi diperlukan klaim resmi dari pemerintah
kepada badan PBB yang mengurusi hal kelautan, yaitu The Commission
on the Limits of the Continental Shelf. Pengajuan klaim ini harus dengan
menyerahkan peta-peta yang didukung dengan argumentasi berdasarkan
riset saintifik terutama penelitian geodesi, geofisika, dan geologi untuk
menentukan batas luar paparan benua Indonesia.
Menurut penulis, ada tiga kawasan di lepas pantai lautan dalam yang
berpotensi untuk diklaim oleh Indonesia sebagai bagian dari tambahan
Zona Ekonomi Eksklusifnya. KawasanIndonesian Outer Continental Shelf
(IOCS) itu dua berada di Lautan Hindia dan satu berada di Lautan Pasifik
(lihat peta). IOCS-1 bisa mencapai seluas Pulau Sumatra, sedangkan IOCS-
2 bisa mencapai seluas Pulau Jawa. Satu lagi IOCS-3 di utara Pulau Papua
dapat mencapai seluas Pulau Jawa juga. Jumlah tambahan luas ini ada sekira
0,75 juta kilometer persegi! Kawasan ini tidak berpotensi konflik dengan
tetangga mana pun karena batas ZEE yang 200 mil tersebut adalah laut
bebas atau The Area.
Halaman | 45
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Mengapa kita perlu mengajukan klaim?Sebab itu adalah hak yang dijamin
dan diharuskan untuk mengajukan klaim. Sebab kedua adalah potensi
sumber daya alam yang terdapat pada kedalaman lautan itu luar biasa besar.
Secara khusus, pada IOCS-1, menurut perkiraan penulis akan menjorok
hingga mencapai kawasan pegunungan bawah laut Ninety East Ridge di
tengah Lautan Hindia.
46 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
pada laut lepas, sumber daya yang ditemukan adalah milik siapa saja yang
mampu mengambilnya. Mereka sangat percaya diri bahwa mereka telah
menguasai teknologinya. Padahal menurut UNCLOS Artikel 136, sumber
daya apa saja yang ditemukan di sana adalah dianggap sebagai warisan umat
manusia tempat umat manusia yang tinggal di negara-negara tak berpantai
(landlock) seperti Mali, Nepal, Afghanistan, Laos, Mongolia, dan lain-lain
juga memiliki hak atas pembagian sumber daya alam yang ditambang dari
kawasan laut bebas yang didefinisikan UNCLOS sebagai The Area.
Halaman | 47
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Kekuatan angkatan laut kita masih amat kurang memadai, tidak sebanding
dengan luas lautan yang menjadi wilayah pengawasannya. Contoh yang
memprihatinkan adalah Indonesia hingga tahun 2003 tidak memiliki alat
deteksi antikapal selam untuk menangkal penyalahgunaan alur laut kepulauan
Indonesia (ALKI) oleh kekuatan militer negara asing, terutama yang
menggunakan kapal selam. Oleh karena itu, diperlukan kemauan politik dari
semua pihak baik lembaga eksekutif maupun legislatif untuk memperkuat
armada pengawal wilayah laut Indonesia. Ini tidak saja meliputi lembaga
angkatan laut yang telah ada, tetapi juga dengan reformasi pemikiran dan
kebijakan dalam membentuk kesatuan pengawal pantai nasional.
48 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Indonesia tidak memerlukan kapal induk seperti Kapal Induk yang dapat berfungsi
sebagai “pulau” terapung untuk mengakomodasikan ribuan pasukan dan membawa
puluhan pesawat tempur untuk menyerang negara yang jauh dari tanah airnya. Ada
belasan ribu pulau yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pertahanan dalam
negeri. Namun, barangkali lebih sesuai bila memiliki ratusan kapal hydrofoil pemburu
cepat untuk menghalau dan menangkap para pencuri ikan yang menggerogoti
kekayaan alam laut Indonesia serta para bajak laut yang merugikan tamu yang
berlalu-lalang di perairan kita. Model Hydrofoil pemburu (Gambar bawah) menarik
untuk dicermati sebagai alternatif kapal pemburu bagi kapal asing pencuri ikan.
Sumber & Copy right: Hydrofoil Inc, 2007
Halaman | 49
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Pendidikan Terpadu
Salah satu faktor yang paling menentukan maju mundurnya bangsa Indonesia
sebagai bangsa maritim adalah pengembangan sumber daya manusia yang
berwawasan kelautan. Sebagai umat Islam yang kebetulan ditakdirkan Allah
sebagai populasi terbesar di negara kepulauan terbesar di Bumi, kita dapat
menjadi pelopor dan motor bagi pembangunan berbasis kelautan dengan
kaidah dan nilai yang digariskan Al-Quran. Pembinaan dari menara akademik
perguruan tinggi hingga ke tingkat akar rumput di desa-desa pesisir perlu
dilakukan.
Organisasi Islam besar seperti Nahdatul Ulama (NU) dengan ribuan pondok
pesantrennya dan Muhammadiyah dengan perguruan tingginya dapat
menyinergikan langkah untuk membentuk insan kamil yang berwawasan
kelautan. Langkah yang sinergi tersebut, misalnya Muhammadiyah
membentuk perguruan tinggi khusus kelautan baik tingkat diploma maupun
sarjana.
Sinergi dan gotong royong semacam ini insya Allah dapat memberikan hasil
yang positif bagi kesejahteraan umat Islam yang akan menjadi penggerak
pusat-pusat industri dan finansial sekunder yang berbasis kelautan. Pada
akhirnya sebutan umat Islam sebagai rahmatan lil ‘alamîn ukan sekadar
angan-angan, melainkan benar-benar dapat diwujudkan dalam kehidupan
nyata.
50 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Saat ini, banyaknya TKI yang bekerja di anjungan minyak lepas pantai sudah
diakui oleh dunia internasional. Sayangnya, banyak dari mereka menggunakan
agen dari Singapura dan negara-negara lain. Para agen/calo inilah yang
mengeruk keuntungan dan banyak mengurangi penghasilan mereka.
Halaman | 51
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Pusat riset dan institut kelautan yang canggih perlu didirikan oleh pemerintah
sendiri ataupun berkolaborasi dengan swasta. Industri perminyakan dan
industri-industri yang memiliki kepentingan dengan lautan dapat menjadi
sponsor dan kontributor, yang dengannya upaya sinergis dan praktikal yang
saling menguntungkan dapat dijalankan. Di negara-negara maju, sering kali
pendirian pusat penelitian kelautan diawali dan didanai oleh para philanthropic
atau miliuner dermawan. Scripp Institution of Oceanography yang mendunia
dan berpusat di La Jolla, California adalah salah satu contohnya. Ia didirikan
oleh keluarga Scripp yang sukses dalam bidang persuratkabaran.
Riset tentang desain perahu layar yang canggih juga dimungkinkan dengan
dukungan industrialis jutawan yang bisnisnya bukan di laut. Di Indonesia,
tidak sedikit orang yang sangat kaya, meskipun kita secara kolektif adalah
negara yang miskin. Peluang mereka untuk menjadi philantropicseperti itu
tidak tertutup kemungkinannya. Andaikata tidak, usaha kolektif melalui
organisasi dapat pula diupayakan.
52 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Halaman | 53
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
54 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Selain membina diri dan masyarakat dalam bidang akidah dan syarîah
dengan memanfaatkan laut, para taruna ini diharapkan akan mampu
menjadi pelopor dan bibit unggul bagi bangkitnya kembali industri kelautan
rakyat pesisir di seluruh pelosok Indonesia dan pada gilirannya dapat
membangkitkan kembali industri maritim Nusantara jaya.
Halaman | 55
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Tindakan dakwah nyata (bilhal) perlu lebih konkrit, misalnya dalam rangka
membantu menegakkan syarîah dan menghilangkan was-was bagi konsumen
dalam hal kehalalan produk makanan laut, perlu didisiplinkan dan lebih
diprofesionalkan tugas sertifikasi halal dari Departemen Agama bersama
lembaga terkait. Sertifikasi halal pada produk-produk olahan hasil laut yang
selain akan dikonsumsi oleh umat Islam di dalam negeri juga, penting bagi
persyaratan ekspor ke negara-negara Islam. Para ahli hukum syarîah secara
proaktif dapat memberikan masukan materi kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, untuk menyusun perundang-undangan yang berhubungan dengan
ekplorasi dan eksploitasi laut yang adil dan bertanggung jawab, berasaskan
prinsip-prinsip Qurani dan Sunnah Nabi.
56 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Sehingga pada tahap awal, tidak perlu setiap provinsi memiliki rumah sakit
yang lengkap seperti itu. Cukup beberapa rumah sakit terapung yang
lengkap dan secara rutin mengunjungi pelabuhan-pelabuhan. Setiap pasien
yang memerlukan pelayanan dengan fasilitas canggih dapat menunggu
hingga rumah sakit kapal tersebut berlabuh di kotapelabuhan terdekat.
Pelayanan cuci darah (dialisis) bagi penderita gagal ginjal yang memerlukan
perawatan dengan peralatan canggih setiap dua minggu atau satu bulan
sekali, merupakan kasus yang bisa dilayani rumah sakit terapung yang
singgah secara periodik di kota pasien.
Pabrik-pabrik obat saling bersaing melakukan ini. Dan ini artinya begitu
banyak dana—konon 30% dari harga obat—yang digunakan sebagai
promosi obat secara terselubung kepada para dokter ini. Menurut penulis,
mendukung program rumah sakit terapung yang melayari Nusantara ini,
melalui sponsorship jangka panjang merupakan public relation campaign
ataupun bentuk corporate social resposibility yang positif bagi produsen obat,
daripada menghabiskan dana promosi obat dengan membiayai sebagian
dokter berjalan-jalan “menghadiri seminar” ke luar negeri.
Keuangan
Sektor keuangan dan finansial di Indonesia belum memihak dunia usaha
berbasis kelautan. Suku bunga dunia perbankan konvensional bagi usaha
perikanan di Indonesia masih tergolong tinggi, jika dibandingkan dengan
negara lain seperti Thailand, Jepang, dan Australia. Alokasi dana perbankan
Indonesia ke sektor perikanan hanya 0,2%. Ini tidak saja sungguh sangat
memprihatinkan, tetapi juga memalukan bagi bangsa yang hidup di tengah
Halaman | 57
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
kepulauan dan tumpukan ikan yang berjuta ton. Dan ini perlu dicarikan jalan
keluar yang serius bagi puluhan juta jiwa yang menggantungkan hidup pada
sektor kelautan dan perikanan dan ratusan juta manusia Indonesia yang
bergantung pada pasokan protein dari laut.
Secara nasional dan pada skala besar, perlu dilakukan inisiatif untuk
mengadakan Bank Kelautan Nasional. Bank dengan fokus melayani sektor
kelautan ini dapat didirikan dengan mengkonversikan bank yang sudah
ada dengan cabang yang cukup banyak di beberapa pulau dan kota
pesisir, khususnya kota-kota yang ditargetkan sebagai pusat industri dan
finansial primer dan sekunder. Konversi bank yang sudah ada ini alangkah
lebih baiknya apabila sekaligus dikonversi menjadi bank yang beroperasi
berdasarkan prinsip syarîah. Penulis yakin bahwa pangsa pasar pembiayaan
bagi bank masih sangat besar.
Pada skala mikro, belajar dari kesuksesan program 3. 500 Unit Desa dari
Bank Rakyat Indonesia yang dipuji dunia, serta ketangguhan Bank Perkreditan
58 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Sistem ekonomi syarîah yang terbukti tahan banting dan bertahan selama
krisis ekonomi di Indonesia tahun 1997-2000 harus berani tampil untuk
menjadi alternatif solusi finansial yang memihak dan memberikan dukungan
kepada para wirasusahawan pemilik keahlian, kepiawaian, dan keterampilan
di sektor kelautan.
Secara khas, BPR Syarîah Kelautan tadi, katakanlah demikian, dapat didorong
pertumbuhannya dengan dukungan dana dan berbagai insentif dari pihak
Bank Indonesia sebagai otoritas keuangan Indonesia dan Departemen
Keuangan, untuk dapat bertindak sebagai micro financial intermediary bagi
para pelaku industri berbasis kelautan. Mereka dapat memberikan pelayanan
bai‘ bi-tsaman âjilatau lease purchaseuntuk motor, jaring trawler atau bahkan
perahu nelayan atau memberikan pinjaman mudhârabah pada para perajin
produk hasil ikan tangkapan dan masih banyak lagi.
BPR Syarîah dapat didirikan dengan biaya yang relatif rendah. Menurut
peraturan yang berlaku pada tahun 2002, untuk mendirikan BPR Syarîah di
kota kabupaten hanya diperlukan modal Rp500 juta (kurang dari US$60 ribu,
uang tahun 2002). Lembaga semacam ini sangat menolong pedagang kecil
dan nelayan kecil karena dapat menggantikan peran tauke dan tengkulak
Halaman | 59
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
60 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Terlepas dari masalah pro dan kontra, masalah penambangan pasir yang
gencar ini perlu mendapatkan porsi perhatian yang serius dari pihak
pemerintah. Apalagi dampak permasalahan yang ditimbulkan tidak hanya
masalah kelestarian lingkungan hidup, tetapi juga dampak geopolitik karena
proyek penimbunan yang dilakukan oleh Singapura dengan menggunakan
pasir dari Riau tersebut akanmemengaruhi batas wilayah negara antara
Indonesia dan Singapura. Dan pertanyaan yang paling penting adalah apakah
usaha eksploitasi yang merupakan bagian dari industri pertambangan
tersebut memberikan nilai tambah kepada masyarakat kecil penduduk di
kawasan kepulauan tersebut.
Halaman | 61
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Selain itu, ada pula gagasan Kawasan Perikanan Terpadu (integrated fisheries
zone) yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rokhmin Dahuri. Namun, juga perlu
dikembangkan kawasan-kawasan terpadu dengan pusat-pusatnya yang tidak
saja terfokus pada perikanan, tetapi lebih terpadu lagi dalam hal industri
berbasis kelautan dengan segala sarana pendukungnya.
62 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Faktor keunggulan kelautan merupakan dasar utama karena hal inilah yang
menjadi falsafah dasar pembangunan berbasis kelautan. Faktor keunggulan
kelautan antara lain; potensi alam yang memungkinkan untuk dibangun
pelabuhan air dalam (deepwater port) yang terlindungi dari badai (well
sheltered); potensi dekat dengan kawasan yang kaya dengan ikan, berdekatan
dengan arus laut yang kaya nutrisi; berdekatan dengan potensi eksplorasi
dan eksploitasi mineral, pertambangan dasar laut, minyak, dan gas di lepas
pantai.
Faktor geografis dan demografis seperti posisi lokasi yang strategis sebagai
portal atau pintu gerbang pada Alur Laut Kepulauan Indonesia yang dilayari
kapal-kapal dagang internasional; titik ekspor yang optimal dari lokasi produksi
di pedalaman ke jalur pelayaran internasional; lokasi yang berpotensi sebagai
andalan (anchor) untuk pertumbuhan ekonomi di kawasan pedalaman dan
pulau-pulau di sekitarnya; pemberdayaan sumber daya insani Islam usia
muda untuk dikembangkan sebagai penggerak pembangunan berbasis
kelautan; serta penyebaran penduduk secara alamiah karena faktor tarikan
dari keduabelas maritime based industrial and financial secondary center di
pusat-pusat ekonomi sekunder di seluruh Indonesia tersebut.
Halaman | 63
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
lebih leluasa. Sinergi, kerja sama yang serempak, dan saling memperkuat
dengan pemerintah-pemerintah daerah lain sangatlah diperlukan dalam
memaksimalkan usaha pembinaan pusat pengembangan dan industri
berbasis kelautan ini. Asosiasi Pemerintah Kota/Daerah dari dua belas kota
yang memiliki potensi sejenis (common potential) dan kesamaan kepentingan
(common interest) dapat pula didirikan. Tujuannya adalah untuk membentuk
suatu forum yang dapat dipakai untuk saling berbagi pengalaman—sharing
best practices—dan memperkuat jaringan pertumbuhan pusat industri dan
finansial sekunder berbasis kelautan.
Mari kita tinjau beberapa kota pesisir pilihan ini satu per satu. Tidak
tertutup kemungkinan bahwa beberapa kota menengah lainnya dapat pula
dikembangkan sebagaimana kota-kota ini.
64 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
lautan Hindia, bisa diduga adanya beberapa lokasi upwelling atau lokasi di
mana plankton dari laut-dalam muncul ke permukaan laut-dangkal sehingga
ikan akan berkumpul dan menjadi lokasi target penangkapan ikan. Kawasan
pantai barat ini memerlukan sentra industri pengolahan hasil tangkapan laut
dan titik ekspor yang memadai.
Dari segi perikanan Aceh memang masih memprihatinkan. Para nelayan yang
turun ke laut masih menggunakan perahu yang amat sederhana. Meskipun
demikian, hasil tangkapannya lumayan banyak untuk ukuran sampan yang
menebar jala di lautan bebas. Suatu malam, penulis pernah berkemah
di sebuah teluk yang sangat cantik di Pantai Moale, sisi Pulau Nias yang
menghadap ke Lautan Hindia. Malam itu kami menyaksikan puluhan lampu
kelap-kelip dari sampan para nelayan, muncul tenggelam dipermainkan
ombak. Pada pagi harinya, kami memborong banyak ikan segar yang
Halaman | 65
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
melimpah dari para nelayan kecil ini. Penulis rasa lokasi ini memang banyak
ikannya, seperti yang dikemukakan oleh lembaga riset kelautan Australia.
Demikian juga dengan kemungkinan terjadinya fenomena upwelling dari
Lautan Hindia, di lokasi pesisir barat Nias dan pulau-pulau lain di sebelah
barat Sumatra.
Setiap tahun, ada 50. 000 kapal kargo, tanker, dan kapal lain yang melalui
Selat Malaka di depan Dumai ini. Dan sekira 10,3 juta barel minyak mengalir
dari Timur Tengah ke Asia Timur melalui Selat ini. Dumai, yang berada di
tepi“jalan raya utama” dan urat nadi perekonomian dunia ini dapat lebih
ditingkatkan menjadi titik ekspor segala hasil perkebunan dan produksi dari
pedalaman Sumatra bagian tengah. Pada tahun 2000, pelabuhan Dumai
sibuk melayani tanker-tanker yang mengantarsekira 750. 000 barel minyak
per hari dari bumi Riau ke segala penjuru dunia atau separuh lebih besar
daripada ekspor minyak mentah Indonesia.
Track record ini selayaknya bisa dipakai untuk mengembangkan Dumai lebih
dari sekadar titik ekspor minyak mentah. Dumai dan Pulau Rupat berpotensi
untuk dapat dikembangkan sebagai pelabuhan kontainer untuk ekspor
hasil olahan perkebunan dan pelayanan docking ribuan kapal yang melalui
Selat Malaka. Hasil olahan hulu kepala sawit di kawasan Riau dan Sumatra
Utara seperti Crude Palm Oil (CPO) atau hasil olahan hulu perkebunan
karet berupa latex dari kawasan Kotapinang dapat terus diekspor melalui
pelabuhan Dumai.
Dumai memiliki lokasi yang strategis sebagai penjaga gawang Selat Malaka,
sebagai jalur 70% kebutuhan minyak mentah Asia Timur, demikian pula
sebagai pintu gerbang terdekat ke Malaysia. Kapal-kapal yang berlalu di Selat
Malaka ini menghidupkan ekonomi Asia Timur, Timur Tengah, pesisir barat
Amerika, bahkan Eropa. Saat ini, hampir semua keperluan kapal-kapal ini
dilayani oleh galangan kapal dan pelabuhan di Singapura.
66 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Apabila pusat industri dan finansial sekunder yang berbasis kelautan lebih
ditekankan sebagai exit point, Bengkulu perlu mendapat penekanan sebagai
entry point untuk pembangunan wilayah pantai barat Sumatra bagian selatan
dan kawasan pesisir barat hingga ke Padang. Pada kawasan Bukit Barisan,
terdapat berbagai bahan tambang termasuk tambang emas yang berpotensi
untuk dieksplorasi dan dieksploitasi. Pelabuhannya dapat digunakan untuk
jalur ekspor hasil tambang dan mineral dari kawasan barat Sumatra.
Halaman | 67
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Industri perikanan dari laut dalam pada kawasan Zona Ekonomi Eksklusif ke
arah Lautan Hindia masih belum dikembangkan di kawasan ini. Sayangnya
para nelayan kita mayoritas masih tradisional. Contohnya hasil tangkapan
nelayan Bengkulu pada tahun 2002 baru sekira 20. 000 ton atau 20 persen
dari potensi yang diperkirakan ada di kawasan Bengkulu.
Para nelayan masih menggunakan jaring dan kapal tradisional dan hanya
mampu beroperasi di kawasan laut kurang dari 12 nm. Padahal, potensi laut
terbesar diyakini berada di wilayah 12 nm hingga kawasan ZEE. Di kawasan
ini hidup lebih dari 51 jenis ikan dan beberapa telah dikenali memiliki nilai
yang tinggi dan memenuhi standar ekspor seperti tuna besar, tongkol, dan
tenggiri yang kualitasnya bagus. Di samping itu, perairan Bengkulu dikenali
memiliki potensi ikan hiu dan ikanpari yang bernilai jual tinggi. Selanjutnya
proses nilai tambah, seperti pemrosesan dan pengalengan produk sebelum
diekspor dapat dilakukan di Bengkulu.
Pulau Nias dan Pini pada gugusan kepulauan busur luar Sumatra yang
menerus hingga ke Kepulauan Mentawai dan Enggano di seberang
Bengkulu juga memiliki lobster. Pengalaman pribadi menyantap lobster yang
68 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
besar sangat nikmat dan mengesankan bagi kami yang waktu itu membawa
tamu-tamu kami dari perusahaan minyak. Menurut cerita nelayan di sana,
lobster-lobster besar ini masih ditangkap dengan cara yang amat sederhana
di Pulau Pini, ditangkap satu per satu dengan tangan oleh penyelam tanpa
tabung oksigen. Tangkapan eksotis lainyang bernilai tinggi adalah kepiting-
kepiting raksasa yang selalu menjadi oleh-oleh yang dinanti-nanti.
Lahan yang luas dan akses ke sumber daya alam di pedalaman Kalimantan,
justru merupakan keunggulan yang tidak dimiliki Singapura. Di luar kota
Pontianak, pada ujung utara yang berbatasan dengan Serawak, karena
lokasinya berdekatan dengan Kepulauan Natuna yang memiliki cadangan
gas raksasa di lepas pantainya, dapat pula dipertimbangkan untuk industri
hilir perminyakan (downstream) dan industri padat energi (energy intensive)
seperti pabrik kertas dan pulpa, pabrik baja, peleburan alumunium
(alumunium smelter), pabrik pengolahan karet/ban, pabrik semen, atau
industri yang menggunakan gas sebagai bahan baku (feedstock) seperti
pabrik Petrokimia dan pabrik pupuk urea danammonia.
Hasil perikanan dari kawasan pesisir Kalimantan Barat yang menghadap Laut
Natuna dan Selat Karimata yang relatif “tenang” sebagaimana Laut Jawa,
justru membuka peluang industri budidaya perikanan sebagaimana yang
telah dilakukan para pengusaha di pesisir Sumatra Selatan dan Lampung.
Halaman | 69
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Pemasaran hasil budidaya dan hasil laut ini memiliki akses ekspor melalui
darat ke Kuching, Bintulu, Miri, Brunei, dan Kota Kinabalu. Hal ini mengingat
jalur jalan raya dari Pontianak hingga sepanjang Serawak, Brunei, dan Sabah
telah terbuka lebar.
Jalur kereta api lintas Borneo bahkan sudah mulai dirintis dari ujung utara.
Kenyataan ini memberikan keunggulan kompetitif yang unik bagi Pontianak, di
mana penyediaan fasilitas, infrastruktur yang menarik bagi investasi budidaya
kelautan, akan menarik investor dari negara tetangga yang datang dengan
modal dan siap dengan pasar di negerinya yang telah menunggu. Perbedaan
nilai tukar mata uang di perbatasan ini, juga merupakan tambahan daya tarik
bagi investasi dan perdagangan. Para pengusaha dari Brunei yang pernah
penulis temui mengatakan bahwa mereka tertarik melakukan bisnis dengan
para pengusaha di Pontianak.
Sumber energi terbarukan (renewable energy source) dari laut juga berpotensi
untuk dikembangkan di lepas pantai Kalimantan Timur ini. Contohnya,
Pembangkit Listrik OTEC (Ocean Thermal Energy Convertion), Pembangkit
Listrik Tenaga Arus Laut, Pembangkit Listrik Tenaga Pasang-Surut (tide),
dan Pembangkit Listrik Tenaga Angin. Potensi ini ditunjang oleh kondisi, (1)
70 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Jarak pantai hingga laut dalam (>1000 meter) yang relatif dekat (<10 km).
Adanya laut-dalam di dekat khatulistiwa memungkinkan diperoleh gradien
suhu yang besar antara permukaan laut tropis (~27°C) dan laut-dalam
(~4. 5°C) sehingga cukup potensial untuk mengembangkan OTEC; (2)
Delta Sungai Mahakam yang cukup dipengaruhi oleh aliran pasang-surut
(tide) setinggi 1,5 – 3,2 meter yang terus bergerak dan berbalik arah dalam
siklus 12 jam dan mampu menggenangi hingga 50 km ke arah hulu; (3)
Aliran Arus Laut Indonesia (Arlindo) yang mengalir deras di Selat Makassar
dengan debit sekitar 9 juta meter kubik per detik dari Lautan Pasifik ke arah
selatan menuju Lautan Hindia.
Bahan gas dan kondensat yang melimpah serta ekses bahan bakar dari
gas alam yang dieksploitasi dari kawasan lepas pantai Balikpapan serta
cadangan batu bara (termasuk limbah gas metananya) yang amat melimpah
dapat dimanfaatkan untuk membangun industri kertas dan pulpa yang lebih
baik daripada sekadar ekspor kayu gelondongan; pabrik baja, peleburan
alumunium (alumunium smelter), pabrik pengolahan karet/ban, pabrik semen
yang bahannya dari pegunungan Meratus di selatan atau yang menggunakan
gas sebagai bahan baku (feedstock) seperti pabrik Petrokimia, dan pabrik
pupuk urea dan amonia.
Halaman | 71
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Pulau Kalimantan dengan pedalaman yang luas dan pesisirnya yang panjang,
secara geologis tanahnya lebih stabil dengan seismisitas (kemungkinan
suatu kawasan mengalami gempa bumi) yang rendah dibandingkan dengan
kawasan Jawa dan Sumatra. Dari seluruh pulau di Indonesia, Kalimantan
memiliki seismisitas yang paling rendah. Ini artinya, kemungkinan mendapat
risiko bencana gempa bumi sangat kecil. Dengan risiko yang rendah ini, maka
biaya pendirian pabrik dalam masalah teknis dan biaya pembayaran premi
asuransinya menjadi rendah, demikian pula harga lahan yang tentu sangat
bersaing daripada Jawa, Sabah, Serawak, Singapura ataupun Semenanjung
Malaysia. Oleh karena itu, biaya investasi industri berat berorientasi kelautan
diharapkan lebih kompetitif dibandingkan dengan tempat lain.
Tuban di pantai utara Jawa Timur berpotensi besar sebagai hub atau poros
pengembangan untuk berbagai kawasan perkembangan strategis berbasis
kelautan, perminyakan lepas pantai, dan industri hilir (downstream industry)
perminyakan di kawasan Laut Jawa dan pantai utara Jawa Timur.
72 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Kawasan Tuban juga berdekatan dengan sumber minyak dan gas dari Cepu,
ladang minyak dan gas raksasa Banyu Urip yang baru ditemukan tahun 2000,
serta beberapa ladang minyak lepas pantai di kawasan utara Pulau Madura
yang banyak ditemukan pada awal abad 21. Kenyataan bahwa kawasan
utara Pulau Jawa ini telah lama menjadi kawasan minyak dari Cepu hingga
Wonokromo, tidak menjadikan kawasan ini sepi dari penemuan ladang
minyak baru baik di daratan seperti Banyu Urip terlebih lagi di lepas pantai
dari barat Bawean hingga Kangean.
Halaman | 73
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
taman lautnya, para pakar terumbu karang laut internasional memberi nilai
yang sangat tinggi bagi Pulau Tukang Besi di Kepulauan Wakatobi, yaitu pada
skala 34.
Selain itu, kepandaian para pandai besi di pulau ini, sehingga pulau ini diberi
nama Tukang Besi, serta kemampuan berlayar dengan menggunakan kapal
Lambo, yang lebih kecil dari Pinisi, telah mengantar mereka hingga ke Laut
Arafuru di Utara Australia. Dan uniknya lagi, penduduk di sini ternyata
memiliki keahlian menjinakkan bom yang banyak dijatuhkan di laut oleh para
Tentara Sekutu pada Perang Dunia ke-II dan belum meletus. Kepiawaian
para pandai besi di tingkat masyarakat pedesaan dan pesisir ini merupakan
aset budaya yang bernilai untuk dikembangkan ke arah industri berbasis
kelautan dengan teknologi yang lebih baik.
Beberapa sumber minyak dan gas yang cukup berarti telah ditemukan, di
daerah Senoro-Toili, pada tahun 2002. Penemuan ini tentu menaikkan nilai
ekonomi pesisir timur dan tenggara Sulawesi yang sudah lama tertinggal dan
mendorong masuknya para investor. Perusahaan minyak dan gas, termasuk
industri hilirnya, mulai melirik kawasan ini. Cadangan gas yang besar
mendorong rencana didirikannya kilang LNG keempat di Indonesia setelah
Aceh, Bontang, dan Tangguh-Irian. Produksi LNG ini nantinya akandiekspor
ke Meksiko dan negara-negara haus energi. Bagi masyarakat dan pemerintah
daerah, hal ini cukup menggembirakan, terlebih lagi dengan aturan baru yang
memberi bagian atas hasil minyak dan gas kepada masyarakat di daerah
tersebut melalui Pemerintah Daerah. Dana segar ini dapat dimanfaatkan
melalui lembaga-lembaga finansial yang khusus didirikan untuk memfasilitasi
tumbuhnya industri berbasis kelautan.
Proses pengayaan dan peningkatan nilai bagi hasil tambang dari Pegunungan
74 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Verbeek di utara dan hasil aspal dari Pulau Buton di selatan dapat
dilaksanakan di kawasan Kendari. Bijih nikel dapat diberi nilai tambah dengan
mengolahnya di kawasan Kendari ini.
Bima diusulkan untuk menjadi pusat industri dan finansial sekunder yang
berbasis kelautan bagi kawasan tenggara Indonesia dengan Australia dan
Timor-Timur. Saat ini, kepulauan di Nusa Tenggara ini seolah terabaikan
pembangunannya, padahal potensi kelautan yang bisa digarap tidaklah
kecil. Bima pernah menjadi pelabuhan penting pada jalur samudra klasik
yang sudah tercatat dalam sejarah sejak abad ke-10. Sayangnya, kawasan
kepulauan Nusa Tenggara ini tertinggal dalam memanfaatkan momentum
pertumbuhan ekonomi global.
Aneka perhiasan dari dasar laut, seperti cangkang kerang, pecahan karang,
sisik ikan, dan lain-lain dapat dikembangkan dengan mengikuti industri
kerajian perhiasan mutiara yang sudah terkenal terlebih dahulu. Di New
Zealand, industri hiasan—termasuk kancing baju—dari kulit kerang paua
shell, tumbuh sebagai bagian dari industri modern. Produk berkualitasnya
dapat diekspor dan dapat meningkatkan kualitas hidup pekerjanya.
Terlebih istimewa lagi, kawasan pedalaman dari pulau ini juga memiliki
kandungan emas yang cukup besar. Perusahaan penambang emas dari
Australia telah aktif mengeksplorasi dan mengeksploitasi cadangan bijih
emas berkelas dunia (porphyry copper-gold deposit, 914 Mt @ 0. 53% CU,
0. 40g/t Au)15 yang ada di kawasan Batu Hijau di pulau tempat Kota Bima
berada. Selayaknya, emas yang ditambang dari sini tidak hanya diekspor
dalam bentuk bijih mentah, tetapi diberikan proses nilai tambah juga. Industri
pengecorannya yang berpotensi untuk menyuplai industri perhiasan lokal
perlu diadakan. Alangkah idealnya apabila kemilau mutiara dari dasar lautan
dapat dirangkai dengan emas dari perbukitan Pulau Sumbawa.
Halaman | 75
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Melihat jaraknya yang tidak jauh dari Bali, Pulau Komodo, Selat Lombok,
dan Timor Leste yang sudah terkenal dalam sorotan dunia internasional,
maka situasi ini dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan potensi
kelautan kawasan ini kepada dunia, baik dalam hal pariwisata, industri
kerajian, industri emas maupun untuk budidaya laut. Mata dunia sudah
terbiasa melihat sudut kepulauan ini, maka branding dapat dilakukan
untuk menjual dan memopulerkan Bima sebagai hub wisata kelautan yang
menangguk para turis yang datang ke Bali. Objek-objek yang bisa dijadikan
sebagai andalan (anchor) antara lain Pulau Komodo, gugusan karang Pulau
Masalembo, padang rumput dengan kuda-kuda liar, budidaya mutiara, dan
Danau Tigawarna.
Toli-toli di ujung utara Indonesia untuk wilayah tengah utara yang berada
pada daerah segitiga pertumbuhan BIMEAGA (Brunei, Indonesia, Malaysia,
dan Philipines/kawasan East ASEAN Growth). Toli-toli sebagai kota laut yang
lama, posisi geografisnya sangat strategis karena merupakan pintu gerbang
masuk ke Selat Makassar dari Laut Sulawesi. Posisinya pada sebuah teluk
dengan kedalaman air laut yang cukup dalam, dan menghadap ke Filipina
dan Sabah, juga jalur ke kawasan pertumbuhan Asia Timur sangat ideal.
Kawasan ini juga tidak begitu jauh dari ladang-ladang minyak dan gas yang
baru ditemukan di kawasan laut-dalam di Selat Makassar. Prospek sumber
energi lain dari panas bumi (geotermal) juga ada di Semenanjung Sulawesi
Utara. Saat ini, baru panas bumi di Lahendong, Tomaso, dan Kotamubagu di
dekat Manado yang telah dieksploitasi. Pasokan energi ini dapat menghasilkan
listrik untuk menggerakkan industri pengolahan hasil laut dan industri lain
yang berbasis kelautan di kawasan itu.
76 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Ternate merupakan kota tua bekas tapak Kesultanan Ternate pada awal
milenium yang lalu, juga bekas ibu kota Maluku. Meski hanya berada pada
sebuah pulau yang “kecil”,sekira 15 km2, pulau ini memiliki pendukung alam
yang bagus. Dengan gunung berapi Gamalama dan dua buah danau air
tawar, serta pelabuhan yang menghadap laut-dalam dan merupakan alur
laut internasional yang penting, maka Ternate akan mampu menjadi jangkar
pengembangan kawasan yang berterusan.
Ternate dan Pulau Halmahera sampai saat ini perairannya belum dikenali
sebagai penghasil minyak bumi dan gas alam. Daratannya memang belum
diketahui terdapat panas bumi sebagai energi penggerak. Namun, ini tidak
berarti tidak memiliki potensi ekonomi yang kuat. Pada abad ke-16, kawasan
ini mulai dikenal oleh Portugis karena kekayaan rempah-rempahnya sehingga
namaKerajaan Islam pada Jazîratâ Al-Mulk,yang kemudian dikenal dengan
Maluku, menjadi perebutan berbagai kepentingan politik dan penyebaran
agama para kolonialis. Kesan historis yang telah dikenal oleh dunia ini dapat
dipergunakan sebagai citra (image dan branding) untuk membangkitkan
dan memasarkan kembali kejayaan Kepulauan Maluku sebagai penghasil
rempah-rempah dan kemudian untuk menjual hasil lautnya
Kawasan Biak beserta teluknya yang dalam dan terlindungi dari lautan
terbuka dapat dikembangkan menjadi pusat pengembangan industri dan
Halaman | 77
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Lokasi kota Biak pada sebuah pulau yang menghadap ke Lautan Pasifik
sebelah barat dan berada pada gerbang utara Pulau Papua merupakan
lokasi yang strategis, bahkan demikian pula dalam pertimbangan Jepang
pada masa PD II dan juga negara adidaya Amerika Serikat. Strategis dalam
arti pertahanan militer dan dalam hal perekonomian.
78 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Pulau Biak juga memiliki banyak pantai yang indah sebagai aset pariwisata
bahari yang sangat unggul seperti Pantai Bosnik, Paprare,Tanjung Korem, dan
pulau-pulau beserta taman lautnya yang luar biasa. Di darat juga terdapat
Air Terjun Wardo dan Sumber Biru. Wisata laut lain yang paling menarik
adalah Kepulauan Mapia yang dipenuhi terumbu karang yang indah. Pulau
Isnobabi, Rani, dan Padaido oleh sebuah pengelola perjalanan wisata disebut
sebagai the most wonderful sea gardens in the world.
Klaim ini mengikuti penilaian para pakar wisata laut yang mendasarkan pada
standart rating keelokan terumbu karang yang telah diterima internasional.
Taman laut dan pantai di sini mendapat skor tiga puluh lima. Sebagai
gambaran, skor yang diberikan kepada beberapa taman laut di luar negeri
dan di Indonesia adalah Pulau Bunaken di dekat Manado mendapat skor
24; Tahiti di Lautan Pasifik mendapat skor 22, Caribbia di Atlantik mendapat
skor 25, Maldives di Lautan Hindia mendapat skor 28, Flores mendapat skor
31, dan Pulau Tukang Besi di Sulawesi Tenggara mendapat skor 34.
Pernilaian ini meliputi kejernihan air, jenis ikan yang ada, jenis dan keadaan
terumbu karang yang tumbuh, pasir, dan sinar matahari. Dalam hal fauna di
darat, sebagai bagian dari aset wisata kepulauan, di pulau ini terdapat pula
kehidupan burung-burung eksotis yang langka di dunia seperti Kakaktua
Hitam dan Cenderawasih.
Halaman | 79
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
pada daerah di kawasan timur Indonesia ini masih sangat terbelakang dan
kurang mendapat perhatian, padahal posisinya strategis karena merupakan
pintu gerbang paling timur Indonesia ke kawasan Papua Nugini, New
Zealand, Australia, dan negara-negara Pasifik Selatan.
Sebagai laluan utama dan jalan menuju pasar luar negeri, Merauke yang
menghadap Selat Torres merupakan gerbang masuk kawasan Laut Arafura
dan menghadap ke Teluk Carpentaria yang sejak dahulu kerap dikunjungi
oleh para nelayan Bugis. Merauke dapat menjadi jangkar perkembangan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di kawasan selatan Pulau Papua
yang amat luas. Dari titik ini dapat menjadi pintu masuk ke dataran rendah
di Pulau Papua melalui banyak sungai yang menuju pedalaman di sebelah
utara.
Sungai Maro di dekat Merauke memiliki nilai yang penting, tidak saja sebagai
pemasok air tawar, tetapi juga berpotensi sebagai urat nadi transportasi
yang efektif sebelum jalan-jalan potong ke pedalaman banyak dibuka.
Sungai Maro yang lebarnya lebih kurang 500 meter itu bersama sembilan
sungai besar lainnya, yaitu Bian, Digul, Yuliana, Lorents, Unir, Kouh, Braza,
Sirets, dan Bets, merupakan sumber air tawar untuk pengairan dan potensi
prasarana angkutan. Meski sebagai prasarana transportasi belum mudah
untuk membuka daerah yang luasnya hampir sama dengan seluruh Pulau
Jawa, setidaknya jalan air ini lebih ekonomis untuk membuka daerah dan
merealisasikan potensi yang ada di pedalaman.
Kawasan ini memiliki potensi besar dalam perikanan laut dan darat, teripang,
dan berbagai jenis moluska sebagaimana yang dicari para nelayan Bugis
sejak abad ke-17-18. Sembilan puluh delapan persen luas wilayah Merauke
memang masih berupa hutan.Tahun 2000 misalnya, kehutanan memberikan
80 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Ikan hias yang amat mahal, Arwana, pun ada di sana. Populasi terbesar
ikan Arwana ada di Sungai Kumbe, Bulaka, Biau, dan Sungai Digul. Selain
sebagai potensi untuk dapat dibudidayakan, ikan ini juga merupakan daya
tarik pariwisata bahari di samping binatang-binatang eksotis seperti Kuskus,
Kasuari, Cenderawasih, Kakaktua Hitam dan Putih, Buaya, dan masih banyak
lagi.
Sungai Digul yang dalam dan tenang juga dapat dilayari hingga ke pedalaman.
Objek budaya yang sudah dikenal dunia dan menjadi andalan kawasan
ini adalah seni Patung Asmat yang dihasilkan oleh suku Asmat di daerah
ini. Potensi yang terakhir ini melengkapi sederetan keunggulan kompetitif
Merauke sebagai pusat sekunder bagi pengembangan pariwisata bahari.
Poros Pesisir-Pedalaman
Rekan penulis, Ahmiyul Rauf, di Riau mencoba menjual ide yang sangat
brilian menyangkut akses para penduduk Riau terhadap aset Riau yang
besar, Selat Malaka. Beliau pernah mengusulkan agar, di samping jalan lintas
timur Sumatra yang sudah ada, perlu diupayakan segera pembangunan
jalan-jalan yang memotong lintas timur Sumatra tersebut menuju ke pesisir-
pesisir timur Sumatra yang menghadap ke Selat Malaka. Membuat jalan
yang memotong lintas timur Sumatra berarti mengembangkan Poros
Pesisir–Pedalaman. Prasarana transportasi yang dirancang tegak lurus dari
garis pantai ini sangat masuk akal. Akan lebih membawa dampak lagi apabila
prasarana yang dibuat merupakan kombinasi penetrasi antara jalan air
berupa sungai dan kanal dan jalan darat.
Halaman | 81
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
laut utama. Akses dan interkoneksi yang tinggi yang dimiliki Tanjungpinang
sebagai ibu kota Riau terhadap dunia internasional, menjadi hilang saat ibu
kota Riau berpindah ke pedalaman di Pekanbaru. Meski masih juga di tepi
Sungai Siak yang bisa dilayari kapal pengangkut kontainer, tetapi lokasinya
tetap lebih menjorok ke dalam dibandingkan dengan ibu kota Kerajaan Siak
kuno di Siak Sri Inderapura.
Jalan potong ke pedalaman atau jalan masuk/akses dari pesisir yang menusuk
ke jantung pulau di pedalaman akan menghasilkan aliran barang dari dua
kutub yang memiliki beda potensial yang besar. Perbedaan potensial
yang besar ini tentu akan menggerakkan arus ekonomi yang kuat dan
berkesinambungan.
82 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Potensi kelautan berupa bahan pangan kaya protein, dan mineral dapat
diuangkan jika dipasarkan di daratan tempat permintaan (demand)
belum terpenuhi. Sebaliknya, potensi di pedalaman berupa bahan pangan
karbohidrat dapat dipasok untuk memenuhi permintaan di kota pelabuhan
atau diekspor.
Kalau tidak, barangkali anggaran dana yang sama dipakai untuk membuat jalan
raya lintas Poros Pesisir-Pedalaman Kalimatan Timur sebelah utara dengan
memanfaatkan Sungai Sesayap hingga Kota Bangalan kemudian diteruskan
dengan membangun jalan menuju Kota Longbawang di perbatasan negara
dan terus menembus Kota Bangar di Brunei dan Kota Lawas di Serawak
serta ke Kota Kinabalu di Sabah. Jalur kombinasi ini akan memberdayakan
potensi yang dimiliki oleh kawasan yang dilalui poros ini.
Alasannya antara lain: (1) Membuat jalan lingkar pulau, berarti menyia-
nyiakan “jalan raya” laut yang sudah ada secara alamiah; (2) Tidak membawa
nilai tambah bagi peningkatan ekonomi pedalaman tempat bahan pangan
dan mineral dihasilkan; (3) Teknologi yang lebih banyak tantangannya
untuk membangun jalan di tepi pantai pada kawasan yang kemungkinan
besar berawa (swampy), berpotensi terkena abrasi, jenis tanah yang labil,
tebing karang atau malah berpasir; (4) Biaya akan lebih mahal karena
Halaman | 83
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
memerlukan teknologi canggih yang penuh tantangan; (5) Lebih murah jika
kita membangun beberapa dermaga di ujung jalan Poros Pesisir–Pedalaman
daripada membangun banyak jembatan yang memotong beberapa muara
sungai di sepanjang lingkar pulau; (6) Beberapa habitat pesisir berupa flora
dan fauna pesisir seperti bakau berpotensi untuk dirusakkan.
Di Sumatra tengah, alangkah baiknya jika titik ekspor Riau tidak hanya
bergantung pada Pelabuhan Dumai saja, tetapi juga pada pelabuhan-
pelabuhan lain yang tumbuh berkembang karena terhubung dengan pusat-
pusat produsen getah karet di Kampar, kelapa sawit di seantero Riau,
rambutan, durian, dan lain-lain. Sungai Kampar yang cukup lebar dan dapat
dilayari hingga ke jantung Riau perlu diberdayakan untuk menjadi prasarana
pengangkutan hasil perkebunan di pedalaman. Kota Butun dan Sungai
Pakning misalnya perlu dihubungkan dengan jaringan jalan lintas pedalaman
timur laut-barat daya yang layak dan memadai, seperti ide Ahmiyul tadi.
Kombinasi lintasan-lintasan jalan air dan jalan darat sebagai Poros Pesisir-
Pedalaman lain perlu diupayakan sepanjang Pulau Sumatra dan pulau-pulau
besar lain yang miskin prasarana transportasi.
Perhatikan Singapura yang tidak memiliki sumber daya alam berupa energi
minyak seperti Riau, tetapi mengeksploitir keunggulan lokasi geografis yang
dimilikinya. Singapura paham betul bahwa memiliki lokasi yang bagus sama
beruntungnya atau bahkan lebih beruntung daripada memiliki biliunan barel
minyak mentah atau miliaran kubik meter kayu, tetapi tidak punya point of
export yang strategis dan kompetitif.
Kondisi yang telanjur dibuat misalnya di Riau masih bisa diperbaiki dengan
mengapitalisasikan potensi Riau yang lain. Sungai Siak sebagai urat nadi
perekonomian dapat diperbaiki. Kita dapat belajar dari pengalaman negara-
negara maju dalam memanfaatkan jalur air untuk meningkatkan ekonomi
daerah di pedalaman. Kota industri—dan kota bola—Manchester di Inggris
84 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Potensi kedua dari Poros Pesisir-Pedalaman adalah sungai dan kanal. Kekayaan
kawasan perairan Nusantara tidak hanya laut saja, tetapi juga kekayaan
berupa lebih dari seribu sungai dan danau. Sungai yang sudah dipetakan,
baik yang pendek dan yang panjang ada 1. 278 (menurut Sudaryono 1976).
Jumlah sungai di Indonesia yang tercatat dan panjangnya lebih dari 40 km
di Pulau Jawa ada sekitar 268 aliran sungai, di Sumatra ada 61 sungai, di
Kalimantan ada 20 batang sungai, di Sulawesi ada 41 batang sungai, dan di
Papua (Irian Jaya) ada 43 batang sungai. Sedangkan panjang seluruh sungai
di Indonesia ada 18. 000 kilometer dengan 10. 000 kilometer sungai yang
dapat dilayari kapal pada musim kemarau.
Dari data tersebut, Jawa tampaknya pulau yang paling banyak memiliki sungai
yang panjang, tetapi kemampuan untuk dilayari kapal barangkali menjadi
masalah. Sedangkan di pulau-pulau besar lainnya, sungai-sungai yang ada
dapat dilayari secara efektif hingga jauh ke pedalaman.
Beberapa sungai yang lebar dan dalam, dapat dilayari kapal besar hingga
jauh ke arah hulu. Seperti Sungai Siak di Riau sebagai sungai yang terdalam
Indonesia, mampu dilayari hingga ratusan kilometer ke arah hulu hingga
kotaPekanbaru oleh kapal-kapal peti kemas. Namun, bentuk sungai yang
Halaman | 85
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Ketika jaringan jalan raya belum berkembang di banyak pulau, terlebih lagi
jalur kereta api masih belum dibangun, pilihan memberdayakan jalan air
berupa sungai-sungai merupakan pilihan perintisan yang menarik. Hutan-
hutan tropis curah hujan yang lebat di pedalaman terlalu bernilai untuk
ditebangi. Biaya membersihkan hutan dan memperkuat lapisan tanah yang
umumnya lunak ini juga memakan biaya yang besar. Sebagai alternatif untuk
perintisan, menumbuhkan Poros Pesisir-Pedalaman dapat dilakukan dengan
memberdayakan jalan air melalui sungai-sungai besar. Dermaga-dermaga
sungai pada berapa titik kota pedalaman di arah hulu sungai dapat dibangun.
Jalur air ini memiliki beberapa kelebihan pada tahap perintisan Poros Pesisir-
Pedalaman ini.
Kelebihan jalan air berupa sungai dan kanal buatan antara lain memungkinkan
pengangkutan barang kargo yang berukuran besar dan berat dengan
cepat dan murah, berupa hasil panen, alat-alat berat untuk keperluan
pembangunan, generator listrik, bahan bakar minyak, mesin-mesin pabrik
dan industri, barang-barang pabrik, dan lain-lain. Bus air dan feri di sungai
dapat digunakan untuk pengangkutan penumpang secara massal dari muara
atau kota pelabuhan di pesisir menuju ke kota pedalaman.
86 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Di Cina, yang menyadari akan daratan yang begitu luas dan membatasi
berlangsungnya transformasi sosial dan ekonomi, telah pula memakai
pendekatan pembangunan jalan air untuk memperoleh akses ke pesisir.
Kanal tertua dan terbesar di dunia ada di Cina, yaitu The Grand Canal of
China, yang mulai dibuat pada 7 abad sebelum Masehi dan baru diselesaikan
oleh Kubilai Khan pada 1280. Panjang kanal ini lebih dari 1. 600 kilometer.
Hari ini hampir seluruh Eropa telah dipenuhi oleh jaringan jalan air hingga
ke pedalaman, baik yang menghubungkan sungai-sungai alamiah maupun
jaringan kanal buatan. Seluruh sistem sungai besar di Eropa Utara telah
tersambung karena adanya kanal-kanal.
Halaman | 87
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Pemandangan yang sangat menakjubkan saat kapal pesiar mewah raksasa Celebrity
Silhouette sedang mengarungi Sungai Ems dari galangan kapal pembuatnya di
Meyer Werft di Pepenburg Jerman,sejauh 26 mil menuju Laut Utara. Kapal berukuran
panjang hampir 3 kali lapangan sepak bola dan tinggi hampir seperti hotel 10
tingkat ini dengan hati-hati melayari sungai Ems yang dalamnya hanya 7,3 meter
dimana di beberapa tempat jharus bermanuver dengan menyisakan sela selebar 5
ft dengan memperhitungkan waktu air pasang.
Air yang memiliki sifat cair dan mampu menahan beban yang amat berat ini
memungkinkan orang mengangkut dan memindahkan barang yang amat berat
dari satu tempat ke tempat lain yang jauh. Industri mesin-mesin berat dan bahkan
perkapalan dapat dibuat di kota pedalaman sepanjang tersedia jalan air berupa
sungai atau kanal yang dapat mengangkut produk hasil industri tersebut ke laut
lepas dan kemudian ke pasar.
Sumber:
http://www. cruisenewsweekly. com/2011/07/01/celebrity-silhouette-completes-tight-
squeeze/.
88 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Pencitraan Satelit
Salah satu negara yang telah aktif memanfaatkan teknologi ruang angkasa
untuk memahami lautan adalah India. Pada 26 Mei 1999 India telah
meluncurkan satelit pengamat samudra canggihnya, IRS-P4. Satelit yang
dikhususkan untuk penelitian oseanografis tersebut mengorbit pada
ketinggian 727 kilometer diorbit polar Sun-synchronous bersama dengan
satelit-satelit peneliti milik Korea Selatan dan Jerman.
IRS-P4 memuat dua buah instrumen utama, yaitu sebuah Ocean Colour
Monitor (OCM) dan sebuah Multifrequency Scanning Microwave
Radiometer(MSMR) untuk mempelajari sifat-sifat biologis dan dinamika
fisika samudra. Data hasil pengukuran OCM maupun MSMR dipancarkan
dari satelit dan diterima oleh stasiun bumi National Remote Sensing Agency
(NRSA) yang berpusat di Hyderabad. Masyarakat kelautan dan ilmuwan
selanjutnya dapat memanfaatkan data-data yang sangat bernilai tersebut
untuk kepentingan ekonomis maupun riset. Alat OCM, yang dibuat para
ilmuwan India dengan bantuan teknologi Jerman, didesain untuk mengamati
sifat-sifat optik pigmen phytoplankton dan partikel-partikel anorganik di
lautan.
Halaman | 89
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
90 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
luar yang dibiarkan saja untuk sementara waktu menjadi proyek negara-
negara maju. Sebagai contoh, penentuan batas kontinental margin, dapat
dilakukan dengan menggunakan satelite altimeter.
Dalam bidang sastra dan budaya, tema kelautan juga dapat diangkat
sebagai latar belakang kisah roman, komedi, petualangan, tragedi, dan
metafora sejarah ribuan tahun pembentukan budaya maritim Nusantara.
Penerjemahan karya epik legendaris seperti La Galigo(Sureq Galigo) perlu
dilakukan, sebagaimana juga kisah-kisah legendaris yang dapat menumbuhkan
keinginan anak-anak bangsa untuk lebih mengenal dan mencintai lautnya.
Epik yang disebut sebagai karya sastra prosa lirik terpanjang di dunia,
300.000 larik sajak, terkumpul dalam 6000 lembar halaman lontara,
mengalahkan epik Mahabarata dari India, perlu diterjemahkan, dibuatkan
film atau sinetron ceritanya, film dokumentasi penelitiannya, dan banyak
lagi. Bukankah suatu ironi jika penduduk kepulauan yang dikelilingi air lebih
mengenal epik Mahabarata yang berbasis benua yang datang dari seberang,
daripada epik La Galigo yang berbasis lautan dan berasal dari Pulau Sulawesi,
negeri kita sendiri. Epik La Galigo ditulis pada abad ke-14 di lembaran daun
lontar (sejenis nipah). Padahal, penjelajahan maritim yang dilakukan oleh
tokoh-tokoh epik La Galigo hingga ke belahan bumi barat pada masa itu,
tampaknya menerobos hingga ke Anak Benua India dan Jazirah Arab, ke
utara hingga ke Cina. Tentunya ini merupakan rekaman dalam versi sastra
atas pencapaian masyarakat maritim Nusantara pada abad itu.
92 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Halaman | 93
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
itu. Buku ini insya Allah juga akan diikuti dengan versi audiovisual serta
multimedianya. Untuk pendidikan masyarakat global, akan pula diusahakan
dalam versi bahasa Inggris.
Semua yang dikemukakan di atas hanyalah sebagian kecil dari apa yang
dapat diupayakan. Penulis yakin berjuta generasi muda yang “melek” laut
dan tumbuh kesadaran kelautannya akan mampu berbuat lebih banyak lagi.
94 | Halaman
AGUS S DJAMIL | P E R G E S E R A N P A R A D I G M A K E L A U T
Penulis
Halaman | 95