ISLAMIC WORLDVIEW
(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Ekonomi Syariah)
Dosen Pengampu: Sanusi Ghazali Pane, SE., M.Si
Disusun
O
L
E
H
:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Islamic Worldview” ini tepat pada waktunya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sanusi Ghazali Pane, SE.,
M.Si selaku dosen mata kuliah Ekonomi Syariah yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
Hormat Saya
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1 Makna Worldview dan Islamic Worldview....................................3
2.1.1 Makna Worldview...........................................................3
2.1.2 Makna Islamic worldview...............................................4
2.2 Prinsip-Prinsip Islamic Worldview.................................................5
2.2.1 Prinsip Tauhid..................................................................5
2.2.2 Prinsip Ilmu.....................................................................6
2.2.3 Prinsip Ahklak.................................................................7
2.2.4 Prinsip Ibadah .................................................................8
2.3 Dampak Westernisasi Ilmu Terhadap Islamic Worldview.............8
2.4 Islamic Worldview Dalam Dunia Pendidikan................................10
BAB III PENUTUP.........................................................................................12
3.1 Kesimpulan.....................................................................................12
3.2 Saran...............................................................................................12
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembahasan tentang worldview merupakan topik kontemporer yang
sedang hangat pada zaman modern ini. Pertama kali, istilah ini dikenal sebagai
weltasnschauung dari bahasa Jerman yang pertama kali digunakan oleh Immanuel
Kant (1724-1804) kemudian diterjemahkan ke bahasa Inggris sebagai worldview.
Aliran Idealisme dan Romantisisme Jerman menggunakan istilah tersebut untuk
menyatakan sebuah perangkat kepercayaan yang menjadi dasar dan membentuk
pikiran dan perbuatan manusia. Worldview telah menjadi obyek penelitian para
cendekiawan sejak lama, karena itulah worldview dikenali oleh para pemikir di
berbagai belahan dunia baik di dunia Barat hingga Timur.
Sebenarnya istilah umum dari kata worldview hanya terbatas pada
pengertian ideologis sekuler, kepercayaan animistis, atau seperangkat doktrin-
doktrin teologis yang ber visi keduniaan. Namun terdapat agama dan peradaban
yang memiliki spectrum pandangan yang lebih luas dari sekedar visi keduniaan
maka makna pandangan hidup dalam konteks Islam diperluas. Muslim mengambil
kata-kata worldview untuk makna pandangan hidup yang spektrumnya
menjangkau realitas keduniaan dan keakheratan dengan menambah kata sifat
“Islam”. Islam berpandangan bahwa hakikat manusia ialah manusia itu
merupakan perkaitan antara badan dan ruh. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita,
kebajikan dan sikap hidup. Cita-cita kebajikan, dan sikap hidup itu tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat
melepaskan diri dari cita-cita, kebajikan dan sikap hidup Mengapa negara Islam
sekarang pudar eksistensinya dalam skala ilmu pengetahuan dunia? Padahal
Islam adalah suatu ajaran yang sangat konsen dan menyeru umatnya untuk
mencari ilmu, Allah mengangkat derajat orang yang beriman dan yang memiliki
ilmu pengetahuan (QS. Al-Mujadalah: 11).
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah makna worldview dan islamic worldview ?
2. Apakah prinsip-prinsip islamic worldview ?
3. Apakah dampak westernisasi ilmu terhadap islamic worldview ?
4. Bagaimana islamic worldview dalam dunia pendidikan ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui makna worldview dan islamic worldview
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip islamic worldview
3. Untuk mengetahui dampak westernisasi ilmu terhadap islamic worldview
4. Untuk mengetahui islamic worldview dalam dunia pendidikan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
digunakan sebagai metode pendekatan ilmu perbandingan agama.
Namun karena terdapat agama dan peradaban yang memiliki spektrum
pandangan yang lebih luas dari sekadar visi keduniaan, maka makna
pandangan hidup diperluas. Tapi kosa kata bahasa Inggris tidak
memiliki istilah yang tepat untuk mengekspresikan visi yang lebih luas
dari sekadar realitas keduniaan selain dari kata-kata worldview.
4
berlandaskan keadailan, kejujuran, kebenaran, serta diikuti dengan
pesatnya dikembangkannya ilmu pengetahuan. Naiknya Harun Ar-
Rasyid menggantikan Khalifah sebelumnya sangat membawa
perubahan yang besar. Banyak para ilmuwan yang mulai bermunculan
di masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid. Kemajuan Ilmu pengetahuan
pada masa ini sudah tidak diragukan lagi.
Para ilmuwan terkenal seperti: Al-Kindi, Al-Farabi, Al-
Khawarizmi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Ibnu Khaldun, dan masih banyak
lagi. Pergerakan kemajuan keilmuan diawali dari sebuah gerakan
yang sifatnya insentif dalam hal penerjemahan pelbagai macam literasi
serta tercatat dalam sejarah, bahwa proses ini terbagi dalam tiga babak
yakni: pertama, pada masa pemerintahan Al-Mansur dengan
berhasilnya menerjemahkan karya-karya dari bidang astronomi dan
mantiq, kedua, pada masa pemerintahan Al-Makmum dengan berhasil
menerjemahkan karya-karya dalam bidang filsafat dan kedokteran, ketiga,
pada masa setelah 300 hijriyah dengan didukung oleh adanya pembuatan
kertas maka gerakan penerjemahan ini lebih insentif dilakukan. Dengan
semangat yang baru ini Islam beranjak dari masa jahiliyahnya,
menuju masa keemasan dengan menciptakan perdamaian, keadilam,
persatuan dan kesatuan, dan solidaritas persaudaraan (Muksin 2016;
Mubarok 2020).
5
). unsur-unsur Tauhid ialah Rubūbiyah dan Uluhiyah (Hanapi, 2014).
Kedua-duanya harus menjadi dasar dalam pengembangan model
manajemen berbasis Islamic worldview. Ini sesuai dengan saran dari
Fadzlila Azni Ahmad bahwa setiap metode manajemen Islam di institusi
Islam harus mengacu kepada nilai-nilai Tauhid. Salah satu contoh dalam
penelitiannya ialah pada metode manajemen Tauhidik, manajemen Syura
dan manajemen Ilahiah yang kesemuanya mengisyaratkan pengakuan
kepada Allah SWT dalam mengamalkan organisasi dan manajemen
(Ahmad, 2010).
6
2.2.3 Prinsip Akhlak
Salah satu aspek yang membuat Islam berhasil dalam waktu
singkat ialah karena akhlakul karimah yang diajarkan dan diamalkan
Rasulullah SAW (Hafidhuddin, 2003).Dalam pandangan Imam Ghazali,
akhlak ialah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang
daripadanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui
proses pertimbangan atau penelitian (Mujieb, Ismail, & Syafi'ah, 2009).
Akhlak menunjukkan sejumlah sifat tabiat asli pada manusia (Mahmud,
1996). Menurut Adnan Hasan Shalih Baharits, akhlak sebagai kondisi
pribadi yang kuat yang akan melahirkan tingkah laku dengan sadar, mudah
dan tanpa beban (Baharits, 1996).
Ayat Al-Quran berikut ini menjelaskan mengenai hakikat akhlak
yang mulia yang mendapatkan sanjungan Allah SWT (Al-Qur’an, Surah
al-Qalam, 68:4); mulianya akhlak Rasulullah (Al-Qur’an, Surah a-li
‘Imrān, 3:159); kemuliaan manusia yang mempunyai akhlak (Al-Qur’an,
Surah Sād, 38:45-48). Hadits pula menyatakan mengenai bagaimana
kedudukan orang yang berakhlak baik di dunia maupun di akhirat (Hadits
Riwayat Tirmidzi, No. 1941; Hadits Riwayat Abu Daud, No. 4143; Hadits
Riwayat Nasa’i, No. 886).
Ruang lingkup akhlak dikelompokkan kepada hubungan terhadap
Allah SWT, hubungan kepada sesama manusia dan hubungan terhadap
lingkungan alam. Ini sesuai pandangan Sayyid Quthb bahwa akhlak dalam
Islam tidak bersifat tunggal atau sendiri-sendiri tetapi merupakan sistem
yang berpadu (Quthb, 2003e). Juga menurut Imam Ghazali bahwa akhlak
haruslah kebaikannya bersifat mutlak (al-khairiyah al-mualaqah);
menyeluruh (as- salahiyyah al-‘ammah), terus-menerus; kewajiban yang
harus dipatuhi (al-ilzam al- mustajab); pengawasan yang menyeluruh (ar-
raqabah al-muhitah) (Mujieb, Ismail, & Syafi'ah, 2009).
7
2.2.4 Prinsip Ibadah
Salah satu prinsip dari Islamic worldview ialah ibadah.
Membicarakan ibadah berarti membicarakan mengenai pengabdian
manusia kepada Allah SWT (Al-Qur’an, Surah adz-Dzāriyāt, 51:56; Surah
al-An'am, 6:162; Surah al-'Ankabūt, 29:45. Secara lughawi ibadah
bermakna tunduk, sedangkan menurut syara’ bermakna menyatukan
kesempurnaan cinta, ketundukan dan ketakutan (Katsir, 2004a; Ar-Rifa'i,
1999). Ibadah sebagai wujud dari rasa tunduk, kerendahan, atau
menghambakan diri kepada Allah SWT, diamalkan melalui ucapan
maupun perbuatan lahir maupun batin (Wahab, 1996; Iwadh, 2008).
Sayyid Quthb menjelaskan bahwa ibadah ialah kebalikan dari muamalah.
Jika muamalah menumpu pada syiar-syiar hubungan manusia dengan
manusia, maka ibadah ialah syiar-syiar hubungan manusia dengan Allah
SWT. Walau bagaimanapun keduanya tidak boleh berpisah. Dalam Islam,
tiada satu pun amalan manusia yang tidak termasuk ibadah. Tujuan dari
ibadah atau menyembah Allah SWT bertujuan mencegah manusia dari
perbuatan yang mungkar (Al-Qur’an, Surah al-'Ankabūt, 29:45);
berpengaruh terhadap ketakwaan (Iwadh, 2008), pengenalan dan penunjuk
jalan kepada Allah SWT (Katsir, 2004b; Khalid, 2006); membuat manusia
merdeka, berjalan lurus dan dilindungi Allah SWT (Quthb, 2003c).
8
maupun melakukan sesuatu dengan cara yang berbeda dengan yang
seharusnya.
Berdasarkan kedua konteks tersebut dapat dikatakan bahwa kekacauan,
kerusakan maupun kerusuhan manusia disebabkan adanya kejahilan. Dalam
kaitannya dengan Westernisasi Ilmu, Keilmuan di Barat telah salah dalam
memaknai ilmu. Pandangan Barat menyatakan manusia tidak memerlukan wahyu
sebagai sumber ilmu padahal dalam Islamic Worldview ilmu bersumberkan pada
wahyu dan kenabian. Bahayanya, cara pandang ilmu yang kebarat-baratan
(Westernisasi Ilmu) telah merasuk dan merusak pemikiran umat islam.
Problem keilmuan di Barat yang tekah merambah ke berbagai penjuru dunia
memiliki dampak loss of adab (hilangnya adab pada diri manusia). Hal
tersebut dikarenakan ilmu di Barat terpengaruhi oleh paham sekularisasi
yang berusaha membebaskan seseorang dari kungkungan agama dan akalnya.
Padahal, dalam agama islam erat kaitannya dengan moral dan adab, adanya
westernisasi ilmu menjadikan seseorang kehilangan moral dan adabnya. Selain
itu, Westernisasi Ilmu berimbas pada hilangnya sikap adil dan kebingungan
intelektual yang tercermin pada ketidakmampuan menemukan distingsi ilmu
yang benar dengan ilmu sekuler. Hal tersebut berimplikasi pada muslim yang
kehilangan arah dan tujuan dalam aktivitas keilmuan seperti observasi, penelitian
dan yang lainnya. Dengan ini berakibat pada kezaliman dan kebodohan
dibuktikan dengan adanya campur tangan muslim dalam bagian eksploitasi
kekayaan alam, merusak daratan, lautan maupun udara.
Ilmu yang seharusnya menciptakan kedamaian, dalam kenyataannya justru
membawa kekacauan dengan epistemology sekularnya yang beranggapan
keraguan adalah sarana yang tepat untuk mencapai kebenarra. Ilmu yang
seharusnya menciptakan kedamaian, dalam kenyataannya justru membawa
kekacauan dengan epistemology sekularnya yang beranggapan keraguan
adalah sarana yang tepat untuk mencapai kebenaran. Kemudian, telah kita ketahui
problem keilmuan di Barat ialah sumbernya yang berdasarkan rasio dan indra,
menafikan wahyu sebagai sumber ilmu serta melenyapkan peran Tuhan dalam
berbagai hal. Paradigm tersebut telah berdampak pada tumbuh dan
berkembangnya paham Ateisme di berbagai wilayah.
9
Ateisme adalah sebuah pandangan filosof yang menyatakan bahwa
keberadaan Tuhan adalah tidak nyata. Ateisme merupakan salah satu paham
secular dimana dalam secular ilmu tidak bersumber pada wahyu dan menafikan
peran Tuhan di dalamnya. Salah satu ilmuan yang termasuk dalam Ateisme
adalah Charles Darwin. Ia menyatakan bahwa dalam Penciptaan Alam Semesta
yang berperan adalah Teori Evolusi dan Seleksi Alamnya bukan atas penciptaan
Tuhan. Dengan meluasnya Westernisasi Ilmu maka dapat menimbulkan semakin
berkembangnya Ateisme di dunia ini.
10
merupakan bagian dari problem-problem pemikiran nyata yang jelas sangat
mempengaruhi world view masyarakat muslim. Tugas utama pendidikan Islam
adalah mewujudkan nilai-nilai Islam pada pribadi manusia, sehingga menjadi
sosok yang berkepribadian muslim, beriman, bertakwa, berilmu pengetahuan, dan
berakhlak mulia.
Semuanya berawal dari penanaman konsep ilmu yang benar yang
mengantarkan pada keyakinan yang benar pula dan pada akhirnya dapat
membangun dan menguatkan pandangan hidupnya yang berasaskan pada dīn
Islam. Salah satu kekhasan yang menjadi ciri pendidikan Islam adalah bahwa
Islam di samping menekankan pengembangan individu dengan peningkatan
ilmu pengetahuan juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas iman. Dua
hal tersebut bukan merupakan unsur terpisah, namun antara satu dengan lainnya
harus saling menguatkan. Ilmu harus semakin meningkatkan iman dan iman
harus semakin mendorong untuk meningkatkan ilmu.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peradaban Barat dengan pola pemikirannya telah memasuki bidang
keilmuan Islam. Barat dengan peradabannya itu telah mempengaruhi makna dan
interpretasi ilmu dengan epistemology sekularnya. Epsitemologi inilah yang telah
melenyapkan wahyu sebagai sumber ilmu. Dengan demikian ilmu menjadi tak
tentu arah. selain itu, epistemology ini menimbulkan individu atau masyarakat
kehilangan adabnya (loss of adab) sehingga muncullah berbagai kekacauan dan
kerusakan.
Hal tersebut berbeda dengan Islam yang memiliki konsep keilmuan yang
identik. Keilmuan Islam bersumberkan Al-Qur‟an dan Hadits dan worldview
yang membangunnya adalah Islamic Worldview. Al-Qur‟an member semangat
untuk melakukan aktivitas ilmiah dan sebagainya. Kemudian, Islam menegaskan
bahwa dalam mencapai ilmu pengetahuan dan sains yang lebih tinggi, bisa dicapai
dengan epistemology yang sekuler. Artinya, ilmu pengetahuan dan sains dapat
diraih dengan tetap berpegang teguh atau berbasis pada konsep Tuhan.
3.2 Saran
Hal yang paling utama yang harus diperhatikan dalam membangun
peradaban umat adalah cara pandang terhadap Islam. Artinya pandangan umat
Islam harus menggunakan pandangan atau cara berpikir yang berasas Islam.
Banyak sekali cara yang dapat digunakan sesuai isi makalah diatas. Demikianlah
makalah ini kami susun supaya makalah ini dapat dimanfaatkan pembaca dalam
memahami tentang Islamic Worldview. Selain itu penulis juga menyarankan
untuk menerapkan apa yang baik dari makalah ini. Makalah ini masih banyak
memiliki kekurangan, untuk itu penulis menyarankan agar makalah ini bisa
disempurnakan baik dari cara penulisan maupun pada struktur pembahasan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Khalid, A. S. (2010). Konsep Dan Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Dalam Islam. jurnal
dakwah masyarakat.
Manafe, Y. D. (2016,). CARA PANDANG (WORLD VIEW) ORANG ATONI PAH METO
DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI RITUAL. Jurnal SCRIPTURA, Vol. 6, No.
2, 48-56.
13
Pratiwi, H. (2020). Westernisasi Ilmu Dalam Islamic Worldview. TADRIS : JURNAL
PENDIDIKAN ISLAM, Vol. 15 No.1.
Shaik Abdullah Hassan Mydin, A. S. (2020, april 28). PERANAN AKHLAK DALAM
KEHIDUPAN: TINJAUAN WACANA AKHLAK ISLAM. JURNAL ISLAM DAN
MASYARAKAT KONTEMPORARI.
14
Wan Adli Wan Ramli, M. K. (t.thn.). PEMIKIRAN ISLAM: SUATU ANALISIS
KONSEPTUAL KONTEMPORARI. Jurnal Usuluddin.
Zein, F. M. (2019). Konsep Syuro dalam Perspektif Islamic Worl. POLITEA Jurnal
Pemikiran Politik Islam, Vol. 2 No. 2.
15