Anda di halaman 1dari 20

HERMENEUTIKA AL-QUR`AN

MUHAMMAD TALBI

Tugas Ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hermeneutika
Al-Qur`an Pada Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuludin dan
Dakwah IAIN Bone

Dosen: Ruslan Sangaji, S.Ag., M.Ag.

Oleh:

Rio Muhammad Varos Rehan


762312019007

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah swt. yang telah

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahnyalah sehingga penyusun mampu

menyelesaikan makalah ini sesuai dengan apa yang telah diharapkan. Shalawat

menyertai salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad saw.

Serta ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah

ikut berpartisispasi dalam penyelesaian tugas ini.

Penyusunan tugas ini ditujukan untuk memberikan penjelasan terkait tafsir

ayat aqidah. Semoga apa yang saya sampaikan melalui makalah ini dapat

menambah pengetahuan serta wawasan kita serta dapat bernilai ibadah di sisi

Allah swt.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam tugas kami ini, oleh

karena itu kami sangat mengharap adanya kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan tugas ini.

Watampone, 4 Juli 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I ............................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2

BAB II ........................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Biografi Nurcholis Madjid ................................................................................. 3

B. Konsep Pemikiran Hermeneutika Nurcholis Madjid ......................................... 6

C. Pandangan Nurcholis Madjid terhadap Pluralisme Agama .............................. 10

BAB III ................................................................................................................. 19

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 19

B. Saran ................................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran adalah kitab petunjuk yang sangat kaya dengan aneka rupa nilai

dan ajaran yang direkam dalam teks-teks yang indah (sastrawi) walau terkesan

tidak sistematis. Oleh karena itu al-Quran tidak akan selesai dipahami dalam suatu

definisi tunggal yang semata bersifat tekstual. Sentralitas teks dalam tradisi tafsir

al-Quran tidak semata memunculkan implikasi metodis bagi mufassir tetapi juga

ketergantungan primordialisme terhadap referensi-referensi masa lalu. Sementara

jaman yang terus beranjak dan tak pernah jenak, mengajak umat Islam terus

berlari. Kenyataannya menjadi tidak pernah mudah karena umat Islam tidak dapat

jauh ke mana-mana. Elit-elit agama membatasi ruang gerak umat dengan tafsir-

tafsirnya yang tendesius: selalu merepresentasikan masa lalu secara kaku.

Keragu-raguan umat Islam menghadapi kemajuan zaman, bukan karena

umat Islam tidak sanggup menghadapi masa depan tetapi disebabkan oleh ikatan-

ikatan kusut masa lalu terhadap sentimen keagamaan umat Islam itu sendiri.

Faktanya mayoritas umat Islam masih memandang al-Quran sebagai past

perpetuation dalam bentuknya yang sedemikian rupa dan dipaksa-paksakan untuk

menghadapi dilema modernitas di saat ini.

Dalam konteks Indonesia, sejak tahun 1970-an, Nurcholish Madjid adalah

ikon cendekiawan Islam yang dianggap paling kontroversi sekaligus paling

kontibutif. Pemikirannya berkelindan diantara tiga tema besar; Keislaman,

Keindonesiaan dan Kemodernan. Dia berani mendekonstruksi pemikiran

pemikiran Islam yang dianggapnya sudah mengalami fosilisasi, kemandegan,

stagnasi dan kejumudan yang membuat umat Islam menjadi kehilangan daya

adaptasinya menghadapi laju problematika kehidupan nyata yang semakin

1
kompleks. Salah satu pemikiran yang dianggap paling polemis dan kontroversial

adalah ketika ia mendekontruksi eksklusivisme dan menawarkan inklusvisme

sebagai gantinya. Hal ini jelas dianggap melawan arus pemahaman mainstream.

Sebagai cendekiawan neomodernisme, Ia membangun nalar inklusivisme

menggunakan pendekatan dan metodologi modern tanpa menafikan argumensi

doktrin-doktrin otentik Islam itu sendiri, yaitu al Qur‟an dan hadis plus pendapat

ulama-ulama terdahulu. Oleh karena itulah, walaupun sejak ia mempublikasikan

pemikiran-pemikirannya, ia telah mengundang kontroversi yang hebat bahkan

sampai saat ini, ia tetaplah dianggap sebagai pemikir yang paling memiliki

kontribusi yang cemerlang bagi dinamika pemikiran Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Siapa Nurcholis Madjid itu?

2. Bagaimana konsep pemikiran hermeneutika Nurcholis Madjid terhadap

al-Qur‟an?

3. Bagaimana pandangan Nurcholis Madjid terhadap Pluralisme Agama?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui biografi Nurcholis Madjid

2. Untuk mengetahui konsep pemikiran hermeneutika al-Qur‟an Nurcholis

Madjid
3. Untuk mengetahui pandangan Nurcholis Madjid terhadap Pluralisme

Agama

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Nurcolis Madjid

Nurcholish Madjid lahir di Jombang, Jawa Timur pada 17 Maret 1939. Ia

berasal dari keluarga yang berlatar belakang budaya pesantren, ayahnya bernama

H. Abdul Majid, lulusan Pesantren Tebuireng dan secara personal mempunyai

hubungan dekat dengan KH. Hasyim Asy‟ari, salah seorang pendiri NU. Ibunya

juga berasal dari kalangan NU, adik dari Rais Akbar NU, dari ayah seorang
1
aktivis Serikat Dagang Islam (SDI) di Kediri, Jawa Timur. Nurcholish,

merupakan salah seorang yang menjadi saksi dari berbagai ketegangan kultural

yang mewarnai Jombang kala itu. Seperti kita tahu, Jombang secara geografis

berada di bawah jantung Islam Jawa.2 Sebagai jantung Islam, ia menyerap dan

menyalurkan berbagai gejolak masyarakat tempat Nurcholish Madjid melewati

masa kecilnya.6 Nurcholish Madjid sendiri pernah mengungkapkan kegiatannya

kala itu, “yang menjadi sumber kebencian saya terhadap komunitas lain, demikian

ujar Nurcholish Madjid, “adalah pengalaman saya dengan abanganisme.”

Abanganisme zaman itu, menurut pengakuannya adalah PKI (Pergerakan

Komunis Indonesia), yang siap menggilas anak-anak sendiri.

Menurut pengakuannya, ia pertama kali belajar agama lewat ayah dan

ibunya sendiri. Kebetulan mereka berdua memang mendirikan madrasah sendiri

pada tahun 1948 dan Nurcholish Madjid adalah salah seorang murid di madrasah

tersebut. Selain itu, Ayah Nurcholish Madjid secara bersamaan aktif dalam

1
Miftakhul Munir, “Modernisasi Pendidikan Islam dalam Perspektif Nurcholish
Madjid,”Jurnal Evaluasi 1, no. 2. (2017).
2 Tasrif, Muh. "Indonesia Modern Sebagai Konteks Penafsiran: Telaah Metodologi
Penafsiran Alquran Nurcholish Madjid (1939-2005)." Nun: Jurnal Studi Alquran dan Tafsir di
Nusantara 2.2 (2016).

3
organisasi tradisional Islam NU dan partai politik di bawah pengaruh modernisasi

Islam, Masyumi.

Tahun 1955, Nurcholish Madjid dipindahkan ke Pesantren Darussalam

Gontor. Asumsi sang ayah, Gontor merupakan pesantren Masyumi. Rupanya di

Gontor Nurcholish Madjid merasa lebih cocok. Menurut pengakuan Nurcholish

Madjid, Gontor sendiri banyak memberi kesan kepadanya. Bagi Nurcholish

Madjid, Gontor inilah yang memberi inspirasi kepadanya mengenai modernisasi,

nonsektarianisme, dan Pluralisme. Pluralisme di sini cukup terjaga, para santri

boleh ke NU atau Muhammadiyah. Karena suasana seperti ini, Nurcholish Madjid

merasa begitu cocok belajar di Gontor. Di pesantren ini pula Nurcholish Madjid

sempat menunjukkan kembali bahwa ia merupakan seorang yang pantas

diperhitungkan. Ia menjadi salah seorang siswa dengan meraih juara kelas

sehingga dari kelas I ia bisa loncat ke kelas III SMP.10 Nurcholish Madjid

mengakui bahwa di Gontor ia selalu meraih prestasi yang cukup baik.3

Kecerdasan yang dimiliki oleh Nurcholish Madjid menjadi perhatian oleh

KH. Zarkasyi sebagai seorang pimpinan pesantren, sehingga pada tahun 1960,

ketika Nurcholish Madjid menamatkan belajarnya, beliau bermaksud untuk

mengirim Nurcholish Madjid menempuh pendidikan islam terkenal didunia yaitu

di Universitas Al-Azhar, Kairo. Karena Mesir saat itu sedang terjadi krisis
Terusan Suez yang cukup kontroversial, keberangkatan Nurcholish Madjid tidak

dapat dilaksanakan. Nurcholish Madjid mengajar di Gontor selama satu tahun,

setelah mengajar ia mendaftarkan diri ke IAIN Jakarta dan diterima sebagai

mahasiswa fakultas adab.

Tidak berhenti sampai disitu saja, ia melanjutkan pendidikan hingga

doktor di Chicago, Amerika Serikat. Pada tahun 1984, ia berhasil menyandang

3
Safitri, Lis, and Fadlil Munawwar Manshur. "Tujuan Pendidikan Islam dalam
Pandangan Nurcholish Madjid." Tsamratul Fikri 10.1 (2016): 1-8.

4
gelar philosophy Doctoral (Ph.D) di Universitas Chicago dengan nilai cumlaude

dibawah bimbingan pemikir modern Islam, Fazlur Rahman. Adapun disertasinya,

ia mengangkat pemikiran Ibnu Taymiah dengan judul “Ibn Taymiyah dalam ilmu

kalam dan filsafat: masalah akal dan wahyu dalam Islam” (Ibn Taymiyah in

Kalam and Falsafah: a Problem of Reason and Revelation in Islam).4 Disertasi

doktoral yang dilakukan ini menunjukkan atas kekaguman dirinya terhadap tokoh

tersebut.

B. Konsep Pemikiran Hermeneutika Nurcholis Madjid terhadap al-Quran

Seperti yang telah diketahui bahwa Nurcholis Madjid adalah pemikir

Islam modern pada akhir abad 20 M. tak terelakkan bahwa pemikiran dan

pandangannya terhadap Islam sangatlah menuai banyak kontroversi. Ada

beberapa pandangan Nurcholis Madjid terhadap al-Quran, seperti prinsip yang ia

pegang untuk melakukan penafsiran, metode yang beliau gunakan hingga hasil

dari gabungan prinsip dan metode yang ia gunakan. Yang pertama ada prinsip

yang digunakan beliau dalam penafsiran al-Quran, diantaranya yaitu:

1. Hak untuk Melakukan Penafsiran

Menurut Nurcholish, dalam menyelesaikan persoalan berdasarkan

nilai-nilai ajaran agama, tidak ada penyelesaian ”sekali untuk selamanya”

sebab masalah hidup senantiasa bergerak dan berubah. Suatu bentuk


penyelesaian atas suatu masalah hanya absah untuk masa dan tempat

tertentu. Berdasarkan pemikiran ini, bagi Nurcholish, kaum Muslim

Indonesia, setelah meyakini dimensi-dimensi universal ajaran Islam, juga

meyakini adanya hak-hak khusus mereka sebagai bangsa untuk

menyelesaikan masalah kekinian dan kedisinian mereka, sesuai dengan

perkembangan sosial-budaya masyarakat dan tuntutan-tuntutannya.

4
Darmaji, Agus. KEBAHAGIAAN DAN KESENGSARAAN MENURUT NURCHOLISH
MADJID. BS thesis.

5
Penyelesaian yang diberikan atas persoalan bangsa Indonesia ini, dalam

kaitannya dengan kewajiban melaksanakan ajaran Tuhan, sangat boleh jadi

tidak sama dengan penyelesaian yang diberikan oleh bangsa Muslim lain.

Ia meyakini adanya hak khusus bahkan kewajiban dari kaum Muslim di

suatu tempat dan masa tertentu untuk melakukan ijtihad dalam

menyelesaikan persoalan yang dihadapi berdasarkan ajaran agama. Di

antara argumen hak tersebut adalah bahwa mereka menghadapi

perkembangan kenyataan sosial-budaya yang memiliki konsekuensi-

konsekuensinya sendiri dan harus disikapi secara berbeda-beda. 5Dalam

konteks tersebut, umat Muslim berkewajiban membuktikan bahwa

ajarannya relevan dengan perubahan-perubahan tersebutatas masalah-

masalah mereka, karena itu juga tidak dapat ditiru, meskipun bertitik tolak

dari nilai universal yang sama.

2. Hasil Penafsiran bersifat Terbatas dan Nisbi

Ide tentang kenisbian hasil penafsiran manusia terhadap agama

dalam pemikiran Nurcholish terkait erat dengan idenya tentang Tuhan

Yang Maha Esa dan Mahamutlak dan ide tentang kelemahan manusia.

Berdasarkan (Q.S. al-Ikhlas (112): 4), “Tidak seorang pun setara dengan-

Nya,” Nurcholish menyatakan bahwa kemutlakan Tuhan berimplikasi


kepada kerelatifan segala hal selain Tuhan, termasuk di dalamnya manusia

dan pandangan-pandangan keagamaan yang dikemukakannya.6 Relativitas

manusia tersebut berkaitan dengan kenyataan bahwa di samping memiliki

kecenderungan yang baik (fiṭrah) manusia diciptakan sebagai makhluk

5
HS, Muhammad Alwi, and Iin Parninsih. "MENYOAL KONSISTENSI METODE
PENAFSIRAN BINT SYATHI TENTANG MANUSIA DALAM AL-QUR‟AN (Studi Kitab
Maqāl Fī Al-Insān: Dirasah Qur‟aniyyah)." Al-Bayan: Jurnal Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir 4.2
(2019): 82-92.
6
Mursyid, Ali. "Penafsiran Ayat tentang Pluralisme Perspektif Nurcholish Madjid (1939-
2005) dan Farid Esack (L. 1959)(Studi Komparatif)." (2021).

6
yang lemah (antara lain, berpandangan pendek, cenderung tertarik kepada

hal-hal yang bersifat segera). Setiap pribadi manusia mempunyai potensi

untuk salah, karena “tergoda” oleh hal-hal menarik dalam jangka pendek.

Dengan kata lain, manusia sering gagal melihat akibat jangka panjang dari

tindakannya, disebabkan godaan kesenangan jangka pendek,41

sebagaimana ditegaskan (Q.S. al-Qiyamah (75): 20);

Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu (hai manusia)

mencintai kehidupan dunia.

Itulah beberapa prinsip penafsiran al-Quran yang dipegang oleh Nurcholis

Madjid, kata kunci untuk memahami al-Quran yang termasuk juga kedalam

prinsip penafsiran Nurcholis Madjid yaitu, Tafsir, al-„itibar, Tadabbur dan Ta‟wil.

1. Tafsir

Nurcholis Madjid berpadandangan bahwa kata tafsir berarti

mengungkapkan, merenungkan symbol-simbol dalam al-Quran.

2. Al-„itibar

„itibar sendiri dipahami beliau sebagai “seberang”, sebagai contoh

penggunaan konsep ini, ketika Cak Nur mencoba memaknai

kejatuhan (hubuth) manusia (Adam) dari surga.7 Hal ini diambil

contoh oleh Nurcholis Madjid untuk memudahkan umat Islam


untuk memahami secara jelas (seberang) „itibar. Dari kisah

tersebut.

3. Ta‟wil

Kata Nurcholis Madjid ta'wil merupakan interpretasi metaforis.

Menurut beliau, ialah pemahaman atau pemberian pengertian

7
Sukron, Mokhamad. "DIALEKTIKA PENAFSIRAN AYAT PLURALISME AGAMA
NURCHOLISH MADJID DAN MUHAMMAD MUTAWALLI AL-SYA‟RAWI." Jurnal El-
Hamra: Kependidikan dan Kemasyarakatan 7.1 (2022): 15-35.

7
fakta-fakta tekstual dari sumber suci yakni al-Quran dan as-sunnah

dengan sedemikian rupa, sehingga pemahaman terhadap sumber

suci yang dimaksud tidak terkait terhadap teks, namun pada

„makna dalam‟ yang sedalam-dalamnya.

4. Tadabbur

Tadabbur berarti menghayati dan merenungkan.

Selain itu ada beberapa prinsip lain yang dipegang Nurcholis Madjid

terhadap penafsiran al-Qur‟an. Yakni prinsip yang kuat terhadap Teks al-

Quran.

1. Isi dan Fungsi al-Quran

Sebagaimana keyakinan umat Islam pada umumnya, Nurcholish

Madjid berkeyakinan bahwa Alquran adalah dialog resmi Tuhan yang

terakhir dengan manusia, melalui Nabi terakhir Muhammad saw.

Logikanya, sebagai wahyu terakhir, ia akan mampu menjawab semua

persoalan manusia. Tentu, persoalan manusia sangat luas. Semua bidang

ilmu pengetahuan adalah relevan untuk persoalan umat manusia, dari

antropologi, ekonomi, teknologi, psikologi, politik, dan seterusnya.

Alquran sendiri menyatakan mengenai dirinya sebagai keterangan tentang

segala sesuatu, dan tidak satu pun persoalan yang dilewatkan.


Lebih jauh, Alquran sejalan dengan grand design Allah swt. adalah

kitab suci yang diturunkan dengan maksud sebagai sumber petunjuk dan

tuntunan yang harus direnungkan (tadabbur) pesan-pesannya.8 Dengan

demikian, Alquran mampu menjadi petunjuk bagi orang beriman dalam

menjalani kehidupan, baik dunia maupun akhirat.

8
Syarif, Ahmad. KONSEP TA‟WIL MENURUT NURCHOLIS MADJID DALAM
PENAFSIRAN AL-QUR‟ĀN. Diss. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2019.

8
2. Kesatuan antar Bagian al-Quran

Dalam rangka memahami ajaran-ajaran yang terkandung dalam

Alquran, Nurcholish mengemukakan pentingnya memandang al-Quran itu

sebagai sebuah keutuhan: satu bagian terkait dengan bagian yang lain

secara integral. Pemahaman terhadap Alquran dengan didasari pandangan

tentang integralitas Alquran merupakan upaya pemahaman yang dilakukan

dengan sungguh-sungguh. Sebaliknya, pemahaman Alquran tanpa didasari

oleh pandangan tersebut merupakan pemahaman yang dapat terjebak

dalam pemahaman yang parsial.

3. Muhkam dan Mutsyabih

Menurut Nurcholish, salah satu hal yang diperselisihkan di

kalangan umat Islam berkaitan dengan adanya ayat-ayat suci Alquran yang

bermakna jelas atau pasti (muḥkamāt) dan yang bermakna ambigu

(mutasyābihāt, yakni, yang interpretable).9 Terlepas dari adanya

perbedaan pandangan tentang boleh tidaknya takwil atas ayat ayat

mutasyābihāt, Nurcholish berkecenderungan untuk melakukan takwil

terhadap ayat-ayat tertentu. Hal ini terbersit jelas dalam al-Quran Surah

As-Sajadah ayat 17:

Tidak seorang pun mengetahui sesuatu yang dirahasiakan untuk mereka


yang terdiri dari hal-hal yang menyenangkan, yang membahagiakan
sebagai balasan atas semua amal yang telah mereka lakukan (Q.S. al-
Sajdah [32]: 17).

Tidak seorang pun mengetahui, jadi tidak dalam gambaran sungai,

tidak dalam gambaran rumah, dan tidak dalam gambaran apa saja. Dengan

demikian, hal itu menjadi rahasia Tuhan. Berkenaan dengan ayat tersebut,

9
Safitri, Lis, and Fadlil Munawwar Manshur. "Tujuan Pendidikan Islam dalam
Pandangan Nurcholish Madjid." Tsamratul Fikri 10.1 (2016): 1-8.

9
Nabi menyatakan dalam sebuah hadis qudsi bahwa Allah itu menyediakan

sesuatu untuk mereka yang bertakwa yang tidak pernah dilihat oleh mata,

tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terbetik dalam hati

manusia. Penakwilan Nurcholish Madjid sebagaimana telah dikemukakan

berkaitan erat dengan pandangannya tentang agama sebagai suatu sistem

simbolik, yang pendekatan terhadapnya tidak hanya sekadar berhenti

kepada makna harfiahnya, tetapi harus dilakukan suatu penyeberangan

(i„tibār) ke sebalik ungkapan linguistiknya, lalu dilakukan penafsiran

alegoris.

Adapun metode penafsiran yang Nurcholis Madjid guanakan yaitu:

1. Tafsir Tematik atau Mauḍūʿī

Untuk mendapatkan pemahaman ajaran secara tepat, Nurcholish

Madjid berpandangan bahwa pendekatan yang paling baik adalah

pendekatan tematik atau topikal yang biasa disebut dengan istilah tafsir

mauḍūʿī. Menurut Nurcholish, tafsir mauḍū‟ī merupakan setiap

pembahasan dalam kajian Islam yang menggunakan sumber al-Quran yang

dilakukan secara tematik. Untuk itulah, kajian keislaman yang dilakukan

oleh Nurcholish Madjid sendiri dapat dikategorikan pula sebagai jenis


tafsir mauḍū‟ī.10 Hal ini dapat dilihat dari segi metodologi, menurut

Nurcholish Madjid, tafsir mauḍū‟ī dilakukan melalui pengumpulan,

pemilihan, dan komparasi ayat ayat Alquran yang relevan secara

komprehensif. Sebagai contoh, penafsiran terhadap masalah perempuan

dilakukan dengan cara mencari tidak semata ayat-ayat yang mengandung

10
Sulbi, Sulbi. "Islam Kemodernan dan Keadilan Sosial dalam Pandangan Nurcholish
Madjid." Palita: Journal of Social Religion Research 6.1 (2021): 1-24.

10
perkataan perempuan, tetapi semua ayat yang berkaitan dengan

perempuan, seperti perkawinan dan talak.

Bukan tanpa alasan mengapa ia memilih menggunakan

pendekatan dan metode tafsir mauḍū‟ī. Menurut Nurcholish Madjid, tafsir

mauḍū‟ī memiliki kelebihan dibandingkan dengan tafsir taḥlīlī. Tafsir

taḥlīlī pembahasannya tidak terfokus pada suatu masalah pada satu tempat,

sehingga menjadi problem tersendiri. Karena ketika hendak dibahas, suatu

masalah harus dicari di berbagai tempat dalam tafsir itu. Hal ini

menyulitkan karena harus ditelusuri satu persatu dan dibuka lembar

perlembar untuk membahas suatu masalah.

2. Dialektika Teks dan Konteks Penafsiran

Pembahasan terhadap ajaran Islam, menurut Nurcholish Madjid,

harus diusahakan sejauh mungkin tidak hanya bersifat normatif, dalam

pengertian tidak hanya menekankan apa yang seharusnya menurut ajaran,

tetapi harus dikaitkan dengan segi-segi peradaban Islam yang berkaitan,

bahkan jika mungkin sebagai pembuktian historis perwujudan norma-

norma dalam ajaran itu. Dengan perkataan lain, ketentuan-ketentuan

normatif diusahakan dapat dilihat dalam kemungkinan pelaksanaan

historisnya. Sebab, betapapun tingginya suatu ajaran, namun yang


sesungguhnya secara nyata ada dalam kehidupan manusia dan

mempengaruhi masyarakat ialah wujud pelaksanaan konkretnya dalam

sejarah, yakni kehidupan sosial dan kultural manusia dalam konteks ruang

dan waktu. Untuk itulah, jika dilihat dari pandangan beliau terhadap

pendekatan kepada ajaran sejauh mungkin tidak dogmatis, melainkan

bersifat analitis.

11
Selain itu Gambaran tentang bangunan intelektual yang utuh dan

relevan itu, menurut Nurcholish, digambarkan dalam (Q.S. Ibrahim (14):

24- 26) demikian,

Tidakkah Engkau lihat hagaimana Allah membuat perumpamaan: kalimat


yang baik adalah bagaikan pohon yang baik; pangkalnya kukuh (dalam
bumi) dan cabangnya ada di langit. Pohon itu mendatangkan makanan
(buah) setiap saat dengan izin Tuhannya. Allah membuat berbagai
perumpamaan untuk umat manusia supaya mereka merenungkan. Dan
perumpamaan kalimat yang jelek adalah bagaikan pohon yang jelek:
tercerabut akarnya dari atas bumi dan tidak ada kekukuhan sedikit pun
baginya.
Ayat tersebut, menurut Nurcholish, menunjukkan bahwa sesuatu

yang baik adalah yang mempunyai pangkal yang kukuh, yang akarnya

tidak “tercerabut dari muka bumi,” dan terus produktif: menghasilkan

manfaat untuk masyarakat. Bila dikiaskan dengan bangunan intelektual,

diperlukan suatu bangunan yang memiliki pangkal dan akar dalam tradisi

keilmuan masa lalu peradaban sendiri. Justru, adanya pangkal yang kukuh

itu akan membuat pewaris suatu peradaban mampu melakukan inisiatif-

inisiatif intelektual dan kultural sebagai usaha untuk memberikan respon

kepada tuntutan zaman. Miskinnya intelektualitas kelompok tertentu

dalam pengambilan inisiatif yang sejati, sekaligus kreatif, antara lain

karena kurangnya pengenalan dan penghargaan terhadap warisan


peradaban sendiri. Suatu masyarakat yang terputus dari masa lampaunya

akan tidak otentik, padahal otentisitas diperlukan untuk kemantapan

kepada diri sendiri, dan kemantapan itu adalah pangkal daya cipta dan

kemampuan membuat inisiatif-inisiatif. Selain itu, umat Islam, menurut

Nurcholish juga dibenarkan, bahkan diharuskan, untuk secara wajar

mengapresiasikan warisan intelektual dari luar Islam,11 sejalan dengan

11
Muslim, Abu. Nurcholis Madjid dan Politik Muslim. IRCISOD, 2021.

12
petunjuk agama sendiri dalam hal sikap terhadap hikmah atau ilmu

pengetahuan dari manapun datangnya.

C. Pandangan Nurcholis Madjid terhadap Pluralisme Agama

Telah dijelaskan diatas bahwa ada beberapa prinsip yang dipegang erat

oleh Nurcholis Madjid terhadap penafsiran al-Quran, metode dan analitis yang

dilakukan oleh beliau. Pluralisme merupakan buah dari hasil pemikiran dan

serapan pengajaran yang beliau enyam selama menempuh pendidikan, bukan

hanya itu pluralisme juga merupakan hasil dari penafsiran Nurcholis Madjid

terhadap al-Quran.

Sebelum membahas hakikat pluralisme, maka akan terlebih baik jika

diketahui apa pengertian pluralisme tersebut. Pluralisme merupakan suatu sikap

yang mengakui sekaligus menghargai dan juga saling menghormati bahkan

mengembangkan, serta memperkaya keadaan yang bersifat plural. Paham yang

sifatnya beranekaragam di dalam suatu komunitas masyarakat tentang suatu objek

tertentu, namun saling menghormati dalam masyarakat yang plural. Pluralisme

dapat dilihat dari dua sisi yakni tataran praktis dan tataran idiologis. Dalam tataran

praktis, pluralisme dapat diterjemahkan sebagai sikap menghargai perbedaan

realitas dan saling menghormati antara pihak-pihak yang berbeda, kita sering

mendengar istilah toleransi. Kalau dalam Islam kita mengenal istilah tasammuh
„alal ikhtilāf (sikap lapang dada dalam perbedaan pendapat). Sementara dalam

tataran idiologis pluralisme adalah sebuah gagasan yang berasumsi bahwa semua

agama benar dan sama, yang membedakannya hanya pada masalah interpretatif

tapi sama dalam subtantif.

Dengan demikian pluralisme pada hakikatnya semakna dengan

sikap toleransi antar umat beragama yang satu dengan agama yang
lainnya, tidak saling mempengaruhi serta tetap menjunjung tinggi tali

13
persaudaraan sebatas yang dibenarkan oleh agama masing-masing.

Terlebih dalam konteks keindonesiaan ini bukan hal baru tetapi sudah

menjadi sunnatullah yang tidak bias diubah apa lagi untuk dihindari.

Sedangkan menurut Nurcholis Madjid pluralisme dalam Agama:

Pertama-tama, Nurcholish menegaskan bahwa masalah pluralisme (dalam

arti apa pun bentuknya) bukanlah sesuatu yang unik dan diherankan, terlebih lagi

di zaman modern, sebab secara sosiologis pun realitas kemajemukan selalu ada.

“Tidak ada suatu masyarakat dimanapun yang benar-benar tunggal (unitary),”

tegasnya. Tetapi, Nurcholish Madjid meyakinkan bahwa terdapatnya perbedaan

itu tidak berarti kesatuan atau ketunggalan tidak bisa diwujudkan, meskipun

keadaan menjadi satu (being united) tersebut sifatnya relatif dan tentatif.

Kemudian, secara teologis hukum pluralitas adalah kepastian (taqdir menurut

maknanya dalam Al-Qur‟an) dari Tuhan. Oleh karena itu, menurutnya, yang

diharapkan dari setiap masyarakat ialah menerima kemajemukan itu sebagaimana

adanya kemudian menumbuhkan sikap bersama yang sehat dalam rangka

kemajemukan agama itu sendiri. Sikap yang sehat itu adalah dengan

menggunakan segi-segi kelebihan masingmasing umat untuk secara maksimal

mendorong dalam usaha mewujudkan berbagai kebaikan dalam masyarakat.


Adapun masalah perbedaan itu diserahkan sepenuhnya kepada Tuhan semata.

kebaikan dalam masyarakat. Adapun masalah perbedaan itu diserahkan

sepenuhnya kepada Tuhan semata. 12

Karena itu, kemajemukan termasuk ke dalam kategori sunnatullah yang

tak bisa dihindari umat beragama karena kepastiannya. Sebegitu tingginya

penghargaan Islam terhadap kemajemukan agama sebelumnya, sampai Al-Qur‟an

12
Mursyid, Ali. "Penafsiran Ayat tentang Pluralisme Perspektif Nurcholish Madjid
(1939-2005) dan Farid Esack (L. 1959)(Studi Komparatif)." (2021).

14
memandang agama-agama sebelum agama Islam untuk didudukkan sebagai

agama yang patut dihormati. Salah satu bentuk penghargaan itu adalah adanya

konsep Ahl al-Kitab dalam doktrin Islam, sebuah konsep yang menunjukan

tuntutan agar kaum muslim bersikap toleran terhadap penganut agama lain.

Disebabkan adanya prinsip-prinsip yang mengakui keberadaan agama-agama lain

yang kemudian dikenal dengan konsep Ahl al-Kitab itu, maka kitab suci AlQur‟an

adalah kitab yang mengajarkan paham kemajemukan keagamaan (religious

plurality).

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan demikian dapat dipahami bahwa Nurcholis Madjid merupakan

pemikir Islam modern di akhir abad 20 M. Beliau menafsirkan al-Quran dengan

metode maudhu‟i. dengan pemahaman dan keilmuan yang ia dapatkan, Nurcholis

Madjid berhasil merumuskan pluralism yang baik dan benar.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Maka

demikian kami penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak

kekurangan dan tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan, maka dari itu

kami menginginkan agar pembaca dapat mencari tahu kebenaran suatu ilmu yang

kami paparkan jika yang ada dalam makalah ini didapati suatu kesalahan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Hermeneutika Al-Qur‟an Nurcholis Madjid (Socio-Historical

Hermeneutics), Hermeneutik: Jurnal Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Volume

12 Nomor 01 2018.

Karim, Maulana Ikhsanun ,Hermeneutika Historis Humanistik Nurcholis Madjid,

MAGHZA: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 3, No. 1, 2018.

Kurdi, dkk, Hermeneutika Al-Qur‟an & Al-Hadis, (Yogyakarta: eLSAQ press,

2010).

Rahman, Hermeneutika Al-Qur‟an Nurcholis Madjid(Diskursus Pemimpin Non

Muslim dalam Konteks Indonesia), Jurnal Al Irfani, Vol. 01, No. 02,

Desember 2020.

17

Anda mungkin juga menyukai