Tugas Ini Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Hermeneutika Al-Qur’an Pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
FakultasUshuluddin dan Dakwah IAIN Bone
Oleh
Fahmi Mutmainnah
762312019002
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah serta nikmat sehat sehingga penyusunan
tugas ini selesai sesuai dengan apa yang diharapkan. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw., dan tak lupa kami ucapkan
terima kasih untuk pihak yang ikut membantu dalam penyusunan tugas
Hermeneutika Nasr Hamid Abu Zayd yang difokuskan pada Biografi, Metode,
Semoga apa yang saya sampaikan melalui makalah ini dapat menambah
wawasan untuk semua orang. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyusunan karya tulis ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan karya tulis
ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
A. Kesimpulan ..........................................................................................10
B. Saran.....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................11
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah pemikiran Islam terdapat banyak sarjana Muslim yang
mereka tidak selalu bersifat teologis transedental tetapi juga bersifat sosial
Sina, Al-Farabi, dan Ibnu Rusyd adalah tokoh-tokoh Muslim yang sangat
pemikiran Islam berkembang ke dalam bentuk yang sangat logis dan rasional.
Penempatan akal manusia begitu tinggi yang bahkan di sandingkan dengan Al-
tinggi antara akal dan Al-Qur'an. Kaum rasionalis yang kemudian di kenal
sebagai Mu’tazilah ini mendominasi pemikiran dunia Islam saat itu. Salah satu
teori mereka yang terkenal adalah teori yang menempatkan Al-Qur’an sebagai
makhluk. Teori ini bahkan pernah di jadikan sebagai doktrin wajib umat Islam
berbagai madzhab teologi Islam yang tetap bertahan sampai saat ini seperti Al-
1
Amir Al-Khalli, Muhammad Arkoun dan Nasir Hamid Abu Zayd adalah tokih-
Al-Qur’an sebagai “skrip suci” yang bersifat transedental tetapi juga sebagai
produk sosial, budaya dan kemanusiaan. Nasir Hamid Abu Zayd adalah salah
negaranya sebagai “exil” dalan waktu cukup lama. Tentulah dangat menarik
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
keluarga. Konon, sejak kecil, dia adalah anak yang pendiam. Sejak remaja ia
sudah tertarik pada dunia sastra dan sangat berminat dengan kajian bahasa
dan filsafat. Tidak aneh ketika kemudian dia menempuh Pendidikan tinggi,
sejak 1972, dia mengabdi sebagai dosen di almamaternya ini. Pada tahun
berharga. Di negeri Paman Sam itu ia mengenal dan mempelajari filsafat dan
matanya. Menurut Abu Zaid, “My academic experience in the United States
1
Hilman Latief, Nasr Hamid Abu Zaid Kritik Teks Keagamaan (Yogyakarta: elSAQ
Press, 2003), h. 39.
3
pengetahuan menginterpretasikan teks, telah membuka suatu dunia yang amat
kuttāb di desanya Qahafah, dan pada usia 8 tahun dia telah menghafal
kemudian jadi istrinya dalam teori tafsirnya menekankan pada aspek kajian
al-Qur’an dengan fokus utamanya kosa kata dan struktur ujaran al-Qur’an.2
mengenai al-Qur’an yang muncul di awal masa kebangkitan Islam ini, yaitu
di satu sisi mengikuti pandangan al-Khulli sebagai langkah awal yang bersifat
bahkan mungkin tujuan akhir baik secara individual maupun sosial. Sejak
digesernya Amin al-Khulli dari posisi staf pengajar, pos pengampu mata
kuliah studi-studi al-Qur’an lowong. Ketika itu, Abu Zaid ditunjuk sebagai
asisten dosen pada tahun 1972, dan Jurusan Bahasa dan Sastra Arab
ragu menerima kebijakan itu, disebabkan karena pada saat itu dia mempunyai
kecenderungan pada studi dan kritik sastra yang sangat kuat, dan studi Islam
yang dekat dengan minatnya adalah studi al-Qur’an. Namun, pada akhirnya
2
Lailatul Rohmah, Hermeneutika Studi al-Qur'an: Studi Atas Metode Penafsiran Nasr
Hamid Abu Zayd (Yogyakarta :HIKMA, 2016 ), h. 226
4
dia harus menentukan, dan sejak saat itulah dia memulai konsentrasi barunya,
Nasr Hamid menggunakan metode analisis teks bahasa sastra. Sebelum Nasr
Hamid, beberapa Intelektual Muslim Mesir seperti Thaha Husain, Amin al-
metode manusiawi yang mungkin untuk mengkaji pesan (risalah), dan berarti
bahasa manusia, sebab jika tidak maka tentu tidak akan bisa dipahami
firman Tuhan juga butuh beradaptasi dalam lingkup manusia, sebab ketika
Allah ingin berkomunikasi kepada manusia, Maka Dia harus berbicara lewat
bahasa manusia. Jika tidak, maka manusia tidak akan mengerti apa yang
3
Amin al-Khuli dan Nasr Hamid Abu Zaid, Metode Tafsir Sastra, Penerjemah: Khairon
Nahdiyyin (Yogyakarta: Adab Press, 2004), h. 10
4
Fahmi Salim, Kritik Terhadap Studi al-Qur’an Kaum Liberal (Jakarta: Kelompok Gema
Insani, 2010), h. 69-70
5
Allah kehendaki. Ini berujung bahwa al-Quran adalah bahasa manusia
(Human Language).5
berhenti dari peredaran sejarah, menurut Nasr Hamid adalah karena terpusat
pada masalah teologis. Jadi dalam pandangan Nasr Hamid, Al-Qur’an adalah
bahasa manusia. Menurut Nasr Hamid, teks ilahi telah berubah menjadi
teks manusiawi sejak dia pertama kali diturunkan kepada Muhammad SAW.
Hal itu karena menurutnya, teks sejak pertama kali diwahyukan dan sejak
dibaca oleh Nabi SAW, ia telah berubah dari teks ilahi menjadi teks
atas teks mempresentasikan tahap paling awal dalam interaksi teks dengan
(Human Text).
realitas dan budaya, selama lebih dari 20 tahun. Oleh sebab itu, Al-Qur’an
dipisahkan dari bahasa manusia, maka Nasr hamid juga menganggap Al-
6
teks-teks yang lain dalam kebudayaan manusia. Oleh sebab itu, mengkaji al-
Quran tidak memerlukan metode khusus. Sekalipun asal mulanya dari Tuhan.
metode yang khusus. Karena jika menggunakan metode khusus seperti yang
sebagainya) itu hanya akan menghalangi umat islam untuk memahami teks-
teks agama. Maka hanya sebagian manusia yang memiliki kemampuan saja
Qur‟an dengan teks manusia seperti teks-teks lain pada umumnya, dia
berharap kajian al-Qur‟an dapat dinikmati oleh siapa saja. Nasr Hamid
agar dapat dikaji oleh kaum muslim, Kristen bahkan atheis sekalipun”.7
ta’wil adalah kembali ke asal usul sesuatu untuk mengungkapkan ma’na dan
7
Moch. Nur lchwan, Meretas Kesarjaan Kritis Alquran: Teori hermenutika Nasr Abu
Zayd (Bandung: Teraju, 2003),h. 194.
7
Sedangkan maghza menunjukkan pada makna dalam konteks sosio historis.
Dalam proses penafsiran kedua hal ini sangat berhubungan kuat satu sama
Qur’an turun bukan dalam masyarakat yang sama sekali tidak memiliki
budaya. Paling tidak keberadaan asbab al-nuzul merupakan bukti bahwa teks
al-Qur’an telah merespon terhadap kondisi masyarakat saat itu. Oleh sebab
itu, bagi Nasr Hamid persoalan konteks budaya secara luas (asbabal-nuzul
makro) yang saat itu berkembang merupakan persoalan penting yang tidak
adalah sebuah hal yang sangat urgen untuk dilihat oleh seorang penafsir. Hal
ini untuk melihat substantif di dalam teks atau ideal moral menurut istilah
secara dinamis yang mengalami proses secara terus-menerus. Hal ini berarti
kata lain akan selalu terjadi produksi makna. Dinamika makna teks tersebut
menerus. Oleh karena itu, proses interpretasi tidak akan pernah berakhir dan
8
Ali Imron dkk, Hermeneutika al-Qur’an dan Hadis (Yogyakarta: Elsaq Press, 2010),
h.125
8
Dalam membangun teori penafsirannya, Nasr Hamid sangat
Pandangan Nasr Hamid ini pada dasarnya sama dengan kerangka teori yang
BAB III
PENUTUP
9
Moch Nur Ichwan Meretas Kesarjanaan Kritis: Teori Hermeneutika Nasr Abu Zayd,
(Jakarta: Teraju, 2003), h. 90.
9
A. Kesimpulan
Nasr Hamid Abu Zayd di kenal sebagai pemikir Islam yang progresif
mengkaji Islam. Abu Zaid membahas mengenai hakikat teks yang menjadi
Nasr Hamid mencoba untuk mengungkap makna asli dalam al-Qur’an yang
kekinian.
B. Saran
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat bermanfaat bagi
nantinya penulis dapat memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
10
Latief, Hilman, Nasr Hamid Abu Zaid Kritik Teks Keagamaan,
Yogyakarta: elSAQ Press, 2006.
Rohmah, Lailatul, Hermeneutika Studi al-Qur'an: Studi Atas Metode Penafsiran
Nasr Hamid Abu Zayd, Yogyakarta: HIKMA, 2006.
Al-Khulli, Amin dan Abu Zaid, Nasr Hamid, Metode Tafsir Sastra, ter.:
Khairon Nahdiyyin, Yogyakarta: Adab Press, 2004.
Armas, Adnin MA, Metodologi Bibel dalam Studi Al-Qur’an, Jakarta:
Gema Insani, 2005.
Salim, Fahmi, Kritik Terhadap Studi al-Qur’an Kaum Liberal, Jakarta:
Gema Insani, 2010
Ichwan, Moch. Nur, Meretas Kesarjaan Kritis al-Qur’an: Teori
Hermeneutika Nasr Hamid Abu Zayd, Bandung : Teraju, 2003.
Imron, Ali. dkk, Hermeneutika al-Qur’an dan Hadis, Yogyakarta :Elsaq Press,
2010.
11