Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Diva Fidya
Andi Ariansyah
Assalamualaikum
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan, karena atas berkat rahmat
dan karuniaNya, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Studi Pemikiran Islam Kontemporer
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara mengenai teruma kebangkitan Islam, kita akan kembali
sejenak ketika tahun 1967 dianggap sebagai “penggalan” (qat}i'ah) dari
keseluruhan wacana Arab modern, karena masa itulah yang mengubah
cara pandang bangsa Arab terhadap beberapa problem sosial-budaya yang
dihadapinya. Pukulan telak yang dilakukan Israel membuat mereka
(Bangsa Arab) bertanya-tanya apa yang terjadi dengan sekumpulan negara
besar yang mempunyai jumlah tentara dan peralatan yang cukup memadai
dipaksa kalah oleh Israel negara kecil dengan tidak lebih dari tiga juta
penduduknya, inilah awal mula yang dinamakan kritik diri yang kemudian
direfleksikan dalam wacana-wacana keilmiahan, baik dalam fora akademis
maupun lewat literatur-literatur ilmiah lainnya.6 Langkah pertama yang
diambil dan dilakukan oleh para intelektual Arab adalah menjelaskan
sebab-sebab kekalahan tersebut. Di antara sebab-sebab yang paling
signifikan adalah cara pandang orang Arab kepada budaya sendiri dan
kepada capaian modernitas. Karena itu pertanyaan yang kemudian muncul
dan diajukan adalah; bagaimana seharusnya sikap bangsa Arab dalam
menghadapi tantangan modernitas dan tuntutan turatas Telah lebih dari
dua dekade masalah tersebut terus dibicarakan dan didiskusikan dalam
seminar-seminar, dalam bentuk buku, artikel dan publikasi lainnya.
1
2
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami ajukan dalam makalah ini yaitu:
1. Menjelaskan biografi singkat Muhammed Abid Al-Jabiri
2. Apa karya-karya yang lahir oleh Muhammed Abid Al-Jabiri
3. Bagaimana latar belakang pendidikan Muhammed Abid Al-Jabiri
4. Apa Konsep Bayani, konsep Irfani dan Konsep Burhani.
C. Tujuan Masalah
Adapu tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Biografi hidupnya
2. Audien dapat mengetahui karya-karya apa saja yang lahir dari
Muhammed Abid Al-Jabiri
3. Latar belakang pendidikannya
4. Audien dapat memahami pengertian Konsep Bayani, konsep Irfani
dan Konsep Burhani
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
Selain teks sebagai kajian utama kaum bayani, persoalan ijma’ dan
qiyas juga menjadi perhatian yang serius. Al-Jabiri dalam hal ini mencoba
untuk mendekontruksi terhadap teks-teks keislaman melalui pisau analisis
strukturalisme. Sebagaimana dalam karyanya Bunya al-‘Aql al-‘Aroby, ia
menampilkan persoalan al-ashl wa al-far’u yang pokok bahasannya
berkaitan dengan prinsip ijma’ dalam kontek epistimologi bayani. Istilah
itu diduga kuat muncul pada saat periode tadwin yang digunakan sebagai
instrument teoritis bagi kepentinagn tadwin dan bangunan keilmuwan
Islam lainnya, sehingga menurut al-Jabiri wacana ini dalam dinamika
perkembangannya tidak saja mengalami perluasan makna, tetapi lebih dari
itu, bahwa bangunan epistimologi banyani selalu bermuara pada wacana
al-ashl wa al-far’u tersebut.
Adalah al-shafi’I peletak dasar prinsip-prinsip yurisprudensi (ushul
al-fiqh) dengan metodenya al-istiqra’ telah menetapkan orinsip-prinsip
teoritis dan mengikatkan fiqh kepada landasan interpretasi tekstual bahasa
arab atas nash, baik yang berbentuk al-qur’an, al-hadits, ijma’ maupun
qiyas.
Gambaran di atas mencerminkan betapa prinsip al-asl memiliki
otoritas yang dominan dalam konstruksi epistimologi bayani, sehingga
seluruh proses formulanya bermuara pada prinsip yang oleh al-Jabiri-
dibagi dalam tiga macam, yakni; bertitik tolak, berakhir dan atas petunjuk
dari ashl10. Prinsip al-Ashl yang pertama dalam epistimologi bayani
disebut deduksi (istimbat) yang dalam pengertian lebih sederhana disebut
al-istikhraj (istikhraj al-ma’rifat min al-ashl). Sedangkan pada prinsip
kedua disebut analogi (qiyas) yang hanya sekedar membuat analogi
sesuatu cabang kepada yang pokok atau analogi sesuatu yang abstrak atas
sesuatu yang kongkrit (qiyas far’i ala ashl au ghaib ala syahid), pronsip
yang ketiga dinamakan qawaid al-taujih yaitu prinsip dasar yang dibangun
oleh ulama Ushul dalam melakukan analisis atau mengambil kesimpulan.
Dengan demikian sebagai kritik al-Jabiri, pertama bahwa apa yang
dilakukan al-Jabiri terhadap penelitiannya tentang rancang bangun
7
12
13
14