Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

NALAR KEILMUAN DALAM ISLAM MENURUT MUHAMMAD ABID


AL JABIRI
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu: Bapak Muhammad Hilal. M.Phil

Kelompok 7
Bintang Sania 22308401461028
Ulfia Khusna 22308401461016
Ahmad Kamiluddin 22308401461002
Zaky Ali Taufan 22308401461026
Arina Nura 22308401461017

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INDONESIA


FAKULTAS TARBIYAH
INSITUT AGAMA ISLAM AL-QOLAM MALANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Filsafat Ilmu dengan judul "Nalar keilmuan dalam Islam menurut Muhammad
Abid Al-Jabiri". Dalam makalah ini, kami akan membahas tentang Nalar
Keilmuan dalam islam menurut Muhammad Abid Al-Jabiri, yang meliputi
Biografi M.Abid Al-jabiri, karakteristik pemikiran M.Abid Al-jabiri, kontribusi
M.Abid Al-Jabiri dalam filsafat islam. Kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat dan pemahaman yang lebih dalam tentang pengertian HAM
Internasional dan Penegakkan HAM.

Dalam penyusunan makalah ini ditulis berdasarkan sumber-sumber


terpercaya yang berkaitan dengan “Nalar keilmuan dalam Islam menurut
Muhammad Abid Al-Jabiri" dan serta dari media massa yang berhubungan
dengan materi tersebut. Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat kurang
sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun
demi kesempurnaanya

Akhir kata kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
memberi inspirasi bagi seluruh pembaca, sekian.

Penyusun

20 Desember 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Biografi Muhammad Abid Al-Jabiri.............................................................3
B. Karakteristik pemikiran Muhammad Abid Al-Jabiri....................................4
C. Kontribusi al-Jabiri dalam Filsafat Ilmu Islam.............................................6
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pemikiran keislaman telah menjadi landasan utama dalam pemahaman


atas kehidupan, filsafat, dan tata nilai masyarakat di seluruh dunia.
Muhammad Abid al-Jabiri, seorang intelektual dan pemikir besar dari dunia
Arab, muncul sebagai sosok yang mengubah paradigma pemikiran keislaman
pada abad ke-20. Melalui kerangka berpikir kritis dan analitisnya, Al-Jabiri
telah memberikan kontribusi yang substansial dalam membangun nalar
keilmuan Islam yang relevan dengan zaman modern.
Karya-karya Al-Jabiri menggugah minat para akademisi untuk memahami
kembali hakikat ilmu pengetahuan dalam konteks Islam. Konsepnya tentang
"nalar keilmuan" tidak hanya mencoba memahami keislaman secara dogmatis,
tetapi juga menggali substansi keilmuan dari akar-akar intelektual dalam
tradisi Islam. Dengan pemikiran kritisnya, ia menegaskan perlunya melihat
kembali paradigma keislaman sebagai sumber inspirasi untuk berinovasi dan
beradaptasi dengan perubahan zaman.
Tidak dapat disangkal bahwa pemikiran Al-Jabiri telah menjadi pijakan
penting bagi kalangan akademisi untuk mengeksplorasi kembali esensi ilmu
pengetahuan dalam konteks Islam. Khususnya, kontribusinya terhadap "nalar
keilmuan" telah menimbulkan refleksi mendalam dalam upaya memahami
Islam sebagai agama dan kebudayaan yang inklusif serta adaptif.
Dalam konteks yang begitu luas dan relevan ini, penulisan makalah
tentang "Nalar Keilmuan Islam Menurut Muhammad Abid al-Jabiri"
diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang
kontribusi dan pengaruh Al-Jabiri dalam perkembangan keilmuan Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Siapakah Muhammad Abid Al-Jabiri?


2. Bagaimana karakteristik pemikiran Muhammad Abid Al-Jabiri?
3. Bagaimana Kontribusi al-Jabiri dalam Filsafat Ilmu Islam?

iv
C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui biografi Muhammad Abid Al-Jabiri


2. Mengetahui karakteristik pemikiran Muhammad Abid Al-Jabiri
3. Mengetahui Kontribusi al-Jabiri dalam Filsafat Ilmu Islam

v
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Muhammad Abid Al-Jabiri

Muhammad Abed Al-Jabiri lahir di kota Fejij ( Fekik) Maroko pada


tahun 1936 M2. Sebuah wilayah negeri maghribi, yang pernah menjadi
wilayah protektoriat Perancis. Setelah merdeka, negara Maroko mengenal dua
bahasa resmi, Arab dan Perancis. Barang kali tradisi bahasa tersebut menjadi
salah satu faktor-disamping faktor lingkungan intelektual, budaya dan politik-
yang ikut mendukung pengenalan warisan pemikiran klasik yang
menggunakan bahasa perancis.
Perkenalan al-Jabiri dengan tradisi pemikiran Perancis bermula sejak
ia masih kuliah di Universitas Muhammad al-Khamis, Rabat, Maroko. Saat
itu, pada akhir dekade 1950-an, pemikiran-pemikiran Marxisme sedang
berkembang dengan suburnya di wilayah Arab. Sejumlah literature Marxisme
yang berbahasa Peracis ia lahab, termasuk karya Karl Marx sendiri, termasuk
juga karya-karya yang membandingkan Karl Marx dengan Ibnu Khaldun.
Penelaahan terhadap tradisi Barat yang diperbandingkan dengan tradisi Islam
seperti ini, tak pelak lagi mendorong al-Jabiri mempertanyakan asumsi-asumsi
kaum orientalis yang terkesan memaksakan kepentingan mereka dalam
mengkaji Islam yang historis.
Selain itu, iklim yang dominan ketika al-Jabiri meneliti karir
intelektualnya adalah suatu iklim dimana masyarakat Arab dalam sedang
ramai memperbincangkan tradisinya. Ini terutama terjadi setelah kekalahan
bangsa Arab dalam melawan Israil pada tahun 1967 M. Maka slogan ihya al-
turath bergema di belahan dunia Arab, dan sering terkait dengan fenomena
kebangkitan Islam. Sehingga tidak heran, kalau fokus perhatian karya-karya
al- Jabiri berkenaan dengan kritik metodologi dan epistimologi, yaitu suatu
kritik yang ditujuakan kepada kerangka dan mekanisme berfikir yang
mendominasi kebudayaan Arab dalam babakan sejarah tertentu, juga tentang
bagaimana umat Islam membawa tradisinya sendiri.
Dalam sisi yang lain, karya-karya al-jabiri3-sebagaimana diamati oleh
sejumlah pengamat banyak berkaitan dengan proyek nasionalisme Arab, yang

vi
ditujukan untuk merekontruksi identitas bangsa Arab atas dasar yang lebih
maju. Ia sendiri adalah seorang nasionalis, pengagum ide-ide tokoh
nasionalisme Arab. Karenanya wajar bila dalam berbagai kesempatan, al-
Jabiri mendambakan sebuah persatuan, minimal pada tingkat pemikiran dan
epistimologis, sebelum sampai pada persatuan bangsa Arab pada tataran
sosiologis dan empiris, karena menurutnya bangsa Arab, dengan nasionalisme
dan idiologi persatuan Arab hanya akan bisa maju setaraf dengan bangsa-
bangsa Barat.1

B. Karakteristik pemikiran Muhammad Abid Al-Jabiri

Muhammad Abid al-Jabiri (1936–2010) adalah seorang filsuf dan


intelektual Muslim asal Maroko yang dikenal karena kontribusinya dalam
bidang pemikiran Islam kontemporer. Berikut adalah beberapa karakteristik
pemikiran Muhammad Abid al-Jabiri:

1. Reformasi Pemikiran Islam

Al-Jabiri dikenal sebagai seorang pemikir reformis yang berusaha


untuk mereformasi pemikiran Islam. Dia menekankan perlunya
beradaptasi dengan perubahan zaman dan menghadapi tantangan
kontemporer dengan menggunakan metodologi rasional dan ilmiah.

2. Metode Kritis

Al-Jabiri menganut metode kritis dalam menganalisis teks-teks


Islam. Ia menekankan pentingnya pendekatan ilmiah dan pemikiran kritis
terhadap warisan intelektual Islam. Dalam karyanya, dia mencoba
memisahkan elemen-elemen budaya dan sejarah dari substansi esensial
Islam.

3. Kritis terhadap Tradisionalisme


1
Jamhari, “KONTRIBUSI METODOLOGIS MUHAMMAD ABED AL-JABIRI DALAM STUDI ISLAM,”
Elfikr 1 (2017): 19–34.

vii
Al-Jabiri mengkritik tradisionalisme dan taklid (taqlid) buta
terhadap otoritas keagamaan. Ia berpendapat bahwa umat Islam harus
lebih terbuka terhadap perkembangan ilmiah dan pemikiran baru, serta
tidak boleh hanya mengikuti tradisi tanpa pemahaman kritis.

4. Pemisahan Antara Agama dan Budaya

Al-Jabiri berusaha untuk memisahkan antara esensi agama Islam


dan warisan budaya Arab. Ia berpendapat bahwa budaya Arab tidak boleh
dianggap sebagai bagian intrinsik dari Islam, dan umat Islam harus
memahami prinsip-prinsip Islam dengan membebaskan diri dari budaya
lokal yang mungkin telah bercampur dengan ajaran agama.

5. Pentingnya Bahasa dan Linguistik:

Al-Jabiri menekankan pentingnya bahasa dan linguistik dalam


memahami teks-teks keagamaan. Ia berpendapat bahwa pemahaman yang
benar terhadap ajaran Islam memerlukan pemahaman yang mendalam
terhadap bahasa Arab dan konteks linguistiknya.

6. Hubungan antara Islam dan Modernitas:

Al-Jabiri mempertanyakan hubungan antara Islam dan modernitas.


Meskipun ia menerima perlunya pembaruan dan adaptasi, ia tetap mencari
cara untuk memadukan nilai-nilai Islam dengan nilai-nilai modernitas
tanpa mengorbankan esensi ajaran agama.

7. Konteks Sosial dan Sejarah

Pemikiran al-Jabiri sangat dipengaruhi oleh konteks sosial dan


sejarahnya, terutama oleh perubahan-perubahan yang terjadi di dunia Arab
dan Muslim pada abad ke-20.

Pemikiran al-Jabiri sering kali dianggap kontroversial dan telah


memicu debat di dunia intelektual Islam. Meskipun demikian,
kontribusinya dalam upaya mereformasi dan mengembangkan pemikiran
Islam kontemporer tidak dapat diabaikan.

viii
C. Kontribusi al-Jabiri dalam Filsafat Ilmu Islam

Menurut Ali Harb, ―Kritik Nalar Arab‖ (Naql al-Aql al-Arabi) al-
Jabiri sebagaimana yang tertuang dalam trilogi karyanya yang terkenal, ada
lima bagian: pertama dari sisi bahasa kajian dan penulisan: sebagaimana sudah
maklum, al-Jabiri mengkaji dan menulis dalam bahasa Arab karena ia seorang
guru besar di sebuah universitas Ribat Maroko. Kedua, dari sisi wilayah
kecenderungan: al-Jabiri cenderung pada wacana Arab karena memang ia
adalah seorang berkebangsaan Arab, dan problem pertama yang dihadapinya
adalah bersifat Nasionalisme. Karena itu, gagasannya disebut dengan ―Kritik
Nalar Arab‖. Ketiga, dari sisi wilayah kajian: al- Jabiri menekankan kajiannya
pada kebudayaan akademis, yang mencakup berbagai disiplin pemikiran
ilmiah. Keempat, dari strategi pengkritikan: al-Jabiri menjauhi wacana tentang
wahyu dan kenabian sebagai obyek kritikannya, karena ia berpendapat bahwa
kritik ketuhanan (teologi) tidak mendapatkan tempat gaungnya dalam dunia
Arab. Kelima, masalah metodologi, al-Jabiri lebih cenderung menggunakan
epistemologi dalam melakukan penganalisisan dan kritik.
Dengan demikian, al-Jabiri membangun dan mengalisis struktur Nalar
Arab (buya al-aql al-Arabi), ia mengembalikan struktur tersebut pada tiga
komposisi pembangunan. Pertama, komposisi Arab murni (Mukawwan Arabi
Sharf) yang ia sebut dengan rasionalitas agama (al-Ma‟qul al-Din) atau nalar
explication/retoris (al-Aql al- Bayani), yang tergambarkan dalam ilmu-ilmu
bahasa dan keagamaan, yang meliputi
ilmu Nahwu, Balagha, Fiqh, dan ilmu Kalam. Kedua, komposisi
Yunani-Aristotelian (Mukawwan Yunani Aristoteli) yang ia sebut dengan
rasionalitas yang rasional (al-Ma‟qul al-Aql) atau nalar demonstratif-
kosmologis (al-Aql al-Burhani al-Kauni) yang terlihat dalam filsafat dan ilmu-
ilmunya. Ketiga, komposisi lama (Mukawwan al-Qadim) yang ia sebut
dengan irrasionalitas yang rasional (al-La Ma‟qul al-Aql) atau nalar masa
depan (al-Aql al-Mustaqbal), ini secara khusus terdapat pengertian dalam
pengetahuan Irfani (Gnostik), dan membentuk tradisi lama yang telah diwarisi
oleh orang Arab dari berbagai agama dan filsafat kuno, seperti Gnotisisme
Yunani (al-Ghunush al-Yunani), Ilmunisasi Persia, atau Tasawuf Hindia.

ix
1. Nalar Bayani
Nalar bayani ini, bisa disebut nalar yang berorientasi pada teks.
Nalar adalah metode pemikiran khas Arab yang menekankan otoritas teks
(nash), baik secara lansung atau tidak langsung, dan justikasi oleh akal
kebahasaan yang digali lewat inferensi. Artinya memahami teks sebagai
pengetahuan jadi dan langsung mengaplikasikan tanpa perlu pemikiran
secara tidak langsung berarti memahami teks sebagai pengetahuan mentah
sehingga perlu tafsir dan penalaran. Meski demikian, hal ini tidak berarti
akal dan rasio bisa bebas menentukan makna dan maksudnya, tetapi harus
bersandar pada teks. Dalam bayani, rasio dianggap tidak mampu
memberikan pengetahuan kecuali disandarkan pada teks. Dalam tinjauan
keagamaan, sasaran bidik metode bayani adalah aspek esoterik (syariah).
2. Nalar Burhani
Epistemologi burhani. Dalam bahasa Arab, al-burhan berarti
argumen (al-hujjah) yang jelas (al-bayyinah). Dan distinc (al-fashl), yang
dalam bahasa inggris adalah demonstration, yang mempunyai akar bahasa
latin dari kata demontratio (berarti memberi isyarat, sifat, keterangan, dan
penjelasan). Dalam perspektif logika (al-mantiq), burhani adalah aktivitas
berpikir untuk menetapkan kebenaran melalui metode penyimpulan (al-
istintaj), dengan menghubungkan premis tersebut dengan premis yang lain
yang oleh nalar dibenarkan atau telah terbukti kebenarannya. Sedang
dalam pengertian umum, burhani adalah aktivitas nalar yang menetapkan
kebenaran suatu premis.
Istilah burhani mempunyai akar pemikiran dalam filsafat
Aristoteles ini, yang digunakan oleh al-Jabiri sebagai sebutan terhadap
sebuah sistem pengetahuan (nidham ma‟rifi) yang menggunakan metode
tersendiri dalam pemikiran dan memiliki pandangan dunia tertentu, tanpa
bersandar pada otoritas pengetahuan yang lain. Ia bertumpu pada kekuatan
natural manusia, yaitu pengalaman empiris dan penilaian akal yang
mengikat pada sebab akibat. Cara berpikir seperti ini tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh gaya logika aristoteles. Menurut al-Jabiri logika
Aristoteles belum hadir secara utuh dalam kebudayaan Arab Islam kecuali

x
pada 4 abad H. Atau kurang dari 2 abad H, setelah proses penterjemahan
dan kodifikasi berlangsung.
3. Nalar Irfani
Epistemologi Irfani, pengetahuan ini tidak didasarkan atas teks
seperti bayani, tetapi pada kasyf, tersingkapnya rahasia-rahasia realitas
oleh Tuhan. karena itu, pengetahuan irfani tidak diperoleh berdasarkan
analisa teks tetap dengan olah ruhani, di mana dengan kesucian hati,
diharapkan Tuhan akan melimpahkan pengetahuan langsung kepadanya.
masuk dalam pikiran, dikonsep kemudian dikemukakan kepada orang lain
secara logis2

2
Tauhedi A S Ad, “KRITIK NALAR ISLAM ARAB ( TELAAH NALAR KRITIS EPISTEMOLOGI MOH ABID
Al-,” Al-‗Adâlah 16 (2001): 169–82.

xi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Muhammad Abed Al-Jabiri lahir di kota Fejij ( Fekik) Maroko pada


tahun 1936 M2. Sebuah wilayah negeri maghribi, yang pernah menjadi
wilayah protektoriat Perancis. Setelah merdeka, negara Maroko mengenal dua
bahasa resmi, Arab dan Perancis. Barang kali tradisi bahasa tersebut menjadi
salah satu faktor-disamping faktor lingkungan intelektual, budaya dan politik-
yang ikut mendukung pengenalan warisan pemikiran klasik yang
menggunakan bahasa perancis.
karakteristik pemikiran Muhammad Abid al-Jabiri meliputi:
• Reformasi Pemikiran Islam
• Metode Kritis
• Kritis terhadap Tradisionalisme
• Pemisahan Antara Agama dan Budaya
• Pentingnya Bahasa dan Linguistik
• Hubungan antara Islam dan Modernitas
• Konteks Sosial dan Sejarah
Dengan demikian, al-Jabiri membangun dan mengalisis struktur Nalar
Arab (buya al-aql al-Arabi), ia mengembalikan struktur tersebut pada tiga
komposisi pembangunan. Pertama, komposisi Arab murni (Mukawwan Arabi
Sharf) yang ia sebut dengan rasionalitas agama (al-Ma‟qul al-Din) atau nalar
explication/retoris (al-Aql al- Bayani), yang tergambarkan dalam ilmu-ilmu
bahasa dan keagamaan

xii
DAFTAR PUSTAKA
Ad, Tauhedi A S. “Kritik Nalar Islam Arab ( Telaah Nalar Kritis Epistemologi
Moh Abid Al-.” Al-‗Adâlah 16 (2001): 169–82.
Jamhari. “Kontribusi Metodologis Muhammad Abed Al-Jabiri Dalam Studi
Islam.” Elfikr 1 (2017): 19–34.

xiii

Anda mungkin juga menyukai