Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PEMIKIRAN FILSAFAT AL -KINDI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah filsafat islam

Dosen pengampuh : Dr. Iyad suryadi,M.M

Di susun oleh kelompok 1 :

1. Frida maulani 21030803221013


2. Rifha rafsanjani 21030803221014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASA


IBTIDAIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kepala allah swt. Atas karunia dan rahmat-nya,
kami dapat menyusun makalah yang berjudul “MEMIKIRAN FILSAFAT AL
KINDI “ DENGAN LANCAR .

Adapun maksud penyususnan makalah ini untuk memenuhi salah satu


tugas mata kuliah filsafat islam . rasa terima kasih tidak terkirakan kepada yang
terhormat bapak Dr iyad suryadi M,M. Selaku pembimbing materi dalam
membuatan makalah ini, serta semua pihak yang telah mendukung dalam
penyusun makalah ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai materi memikiran filsafat
al -kindi .

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dengan
keterbatasan yang kami miliki. Tegur sapa dari pembaca akan kami terima dengan
tanan terbuka perbaikan dan penyempurnaan makalah ini .

bandung,oktober20
23

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PEDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBAHASAN

BAB II PEMBAHASAN

A. MEMAHAMI BIOGRAFI AL-KINDI DAN KARYA KARYANYA


B. KONSEP FILSAFAT KETUHANAN MENURUT AL-KINDI
1. HAKEKAT TUHAN MENURUT AL KINDI
2. BUKTI BUKTI WUJUD TUHAN MENURUT AL KINDI
3. SIFAT SIFAT TUHAN MENURUT AL -KINDI
C. PEMIKIRAN AL KINDI MENGENAI FILSAFAT DAN AGAMA
D. PEMIKIRAN AL KINDI MENGENAI ALAM
E. PEMIKIRAN AL-KINDI MENGENAI JIWA DAN ROH
F. URGENSI GAGASAN FILSAFAT AL-KINDI

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
B. B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A .LATAR BELAKANG

Pemikiran filsafat telah memainkan peran yang sangat penting dalam


sejarah perkembangan intelektual dan budaya umat manusia. Salah satu tokoh
penting dalam sejarah pemikiran filsafat Islam adalah Al-Kindi, yang hidup pada
abad ke-9 Masehi. Al-Kindi, juga dikenal sebagai "Al-Farabi" dalam budaya
Barat, adalah figur yang sangat signifikan dalam penggabungan filsafat Yunani
klasik dengan tradisi intelektual Islam. Pemikiran Al-Kindi tidak hanya
memberikan landasan bagi perkembangan filsafat di dunia Islam, tetapi juga
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ilmu pengetahuan, matematika,
dan kedokteran.

Melalui karyanya, Al-Kindi menggabungkan gagasan-gagasan filsafat


Plato dan Aristoteles dengan ajaran Islam, menciptakan sintesis yang
mengesankan dalam dunia pemikiran intelektual. Penggabungan ini telah
membawa pemikiran filsafat ke dalam budaya intelektual Islam, yang kemudian
menjadi penunjang bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan di
seluruh dunia. Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang pemikiran
Al-Kindi adalah kunci untuk memahami peran pentingnya dalam sejarah
pemikiran Islam dan warisan intelektual yang berkelanjutan. Makalah ini akan
mengulas secara rinci pemikiran filosofis Al-Kindi, kontribusinya terhadap
perkembangan intelektual, dan dampaknya pada budaya intelektual yang le
bih luas.

iv
B .RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka rumusan masalah


pembahasan makalah ini sebagai berikut :

1. Bagaimana biografi sejarah hidup Al-Kindi dan apa saja karya - karya nya?

2. Bagaimana pemikiran Al-Kindi mengenai hubungan antara filsafat dan agama


memengaruhi pandangan masyarakat Muslim terhadap keduanya?

3. Bagaimana konsep ketuhanan (metafisika) Al-Kindi, termasuk hakekat Tuhan,


bukti-bukti wujud Tuhan, dan sifat-sifat Tuhan, berkontribusi pada pemahaman
tentang Tuhan dalam pemikiran Islam?

4. Bagaimana pemikiran Al-Kindi terhadap konsep filsafat alam

5. Bagaimana pandangan Al-Kindi mengenai jiwa dan roh memengaruhi


pemahaman tentang aspek spiritual dalam Islam?

C .TUJUAN PEMBAHASAN

Merujuk pada llatar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan
pembasahan makalah ini sebagai berikut :

1.untuk memahami biografi Al-Kindi dan konteks sejarah di mana dia hidup dan
apa saja karya - karyanya.

2. Untuk menyelidiki pemikiran Al-Kindi mengenai hubungan antara filsafat dan


agama.

3. Untuk menganalisis konsep ketuhanan (metafisika), termasuk hakekat Tuhan,


bukti-bukti wujud Tuhan, dan sifat-sifat Tuhan menurut pandangan Al-Kindi.

4. Untuk memahami pandangan Al-Kindi

Mengenai konsep alam dalam kacamata filsafat.

v
5. Untuk memahami pandangan Al-Kindi mengenai jiwa dan roh

vi
BAB II

PEBAMBAHASAN

A. MEMAHAMI BIOGRAFI AL-KINDI DAN KARYA KARYANYA

Hasil dan Pembahasan

Memahami Biografi Al-Kindi

Al-Kindi merupakan nama populernya, adapun nama lengkapnya adalah Abu


Yusuf Ya'qub Ibn Ishaq Ibn al-Shabbah Ibn 'Imran Ibn Muhammad Ibn al-
Menguak Hal-Hal Penting Dalam Pemikiran Filsafat al-Kindi Salam: Jurnal
Sosial dan Budaya Syar-i. Volume 6 Nomor 2 (2019). ISSN: 2356-1459. E-ISSN:
2654-9050 - 193 Asy'as Ibn Qais al-Kindi. Kindah, pada nama al-Kindi
dinisbahtkan, merupakan suatu kabilah terkemuka pra Islam yang merupakan
cabang dari Bani Kahlan yang menetap di Yaman (al-Ahwaniy: 1962: 63).
Kabilah ini pula yang melahirkan seorang tokoh sastrawan yang terbesar
kesusteraan Arab, sang penyair – pangeran Imr al-Qais, yang gagal untuk
memulihkan tahta kerajaan Kindah setelah ayahnya terbunuh (Zar, 2004: 37). Al-
Kindi dilahirkan di Kufah, pada masa khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dari
Dinasti Abbasiyah (750-1258 M) sekitar tahun 185 H (801 M) dari keluarga kaya
dan terhormat (Aravik, 2018: 33). Silsilah nasabnya kalau dirunut sampai kepada
Ja’rub bin Qahthan, yaitu nenek pertama Suku Arab Selatan (Ahmad, dkk, 1982:
92). Kakek buyutnya, al-Asy'as Ibn Qais, adalah seorang sahabat Rasulullah Saw,
yang gugur sebagai shuhada' bersama Sa'ad Ibn Abi Waqqas dalam peperangan
kaum muslimin dengan Persia di Irak,. Sementara itu ayahnya, Ishaq Ibn al-
Shabbah, adalah Gubernur Kufah pada masa pemerintahan al-Mahdi (775-785 M)
dan al-Rasyid (786-809 M). Ayahnya meninggal ketika ia masih usia kanak-
kanak, namun ia tetap memperoleh kesempatan menuntut ilmu dengan baik. Al-
Kindi sendiri hidup dalam masa pemerintahan lima khalifah Abbasiyah, yakni al-
Amin (809-813 M), al-Ma’mun (813-833 M), al-Mu’tashim (833-842 M), al-

vii
Wasiq (842-847 M), dan alMuttawakkil (847-861 M) (Zar, 2004: 37-38). Namun
sangat sedikit sekali informasi yang dapat diperoleh tentang pendidikannya. Ia
pindah dari Kufah ke Basrah, sebuah pusat studi bahasa dan teologi Islam.
Kemudian ia menetap di Baghdad, Ibukota kerajaan Abbasiyyah yang merupakan
pusat intelektual dan peradaban Islam (Zar, 2004: 38). Di sana, pengetahuan
lengkap tentang ilmu dan filsafat Yunani bisa diperoleh dengan menguasai dua
bahasa Yunani dan Syiria. Al-Kindi sangat menguasai bahasa Syiria dan tidak
untuk bahasa Yunani. Al-Kindi kemudian mempelajari bahasa Yunani, dan
berhasil merevisi beberapa terjemahan pemikiran Yunani ke dalam bahasa Arab
yang dilakukan oleh intelektual Islam sebelumnya, seperti terjemahan Enneads-
nya Plotinus oleh al-Himsi, yang sampai kepada orangorang Arab sebagai salah
satu karya Aristoteles (Syarif (ed), 1994: 12). Berkat kecerdasannya tersebut, al-
Ma'mun kemudian mengajaknya bergabung dengan kalangan cendekiawan yang
bergiat dalam usaha pengumpulan dan penerjemahan karya-karya Yunani. Di
samping itu, al-Kindi merupakan salah satu dari sedikit orang Islam Arab pada
waktu itu yang menguasai bahasa Yunani dan Siryani, atau kedua-duanya. 1 Oleh
karenanya, menurut Ahmad Fuad al-Ahlawi sebagaimana dikutip Sirajuddin Zar
(2004: 39) al-Kindi termasuk salah seorang dari empat besar penerjemah terbaik
Baghdad bersama Hunain Ibn Ishaq, Sabit Ibn Qurra, dan Umar ibn al-Farkhan al-
Thabari. Al-Kindi memperoleh kedudukan terhormat di sisi dua Khalifah
Abbasiyah al-Makmun dan al-Mu'tasim dalam rangka membangun megah Havis
Aravik, Hoirul Amri 194 – Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta proyek menjadikan Mu’tazilah sebagai mazhab negara dan al-Kindi
diminta ikut sebagai penyokong utama paham tersebut, dan membuat bantahan-
bantahan terhadap paham-paham yang bertentang dengan madzhab negara
tersebut. Bahkan al-Kindi juga diangkat sebagai guru bagi Ahmad putra al-
Mu'tasim (Zar, 2004: 39-40). Selain itu, Al-Kindi juga ikut serta dalam usaha
Khalifah Harun ArRasyid membangun ”Baitul Hikmah” (Balai Ilmu
Pengetahuan) sebagai pusat ilmu pengetahuan seluruh dunia yang berpusat di
1
Aravik & amri ”hal-hal penting dalam pemikiran al-kindi. ” SALAM jurnal sosial & budaya,vol (6)
no.2 2019,hlm.193.

viii
Kota Baghdad (Sudarsono, 1979: 22). Namun cerita manis tersebut tidak berlanjut
ketika pucuk pimpinan beralih ke tangan al-Mutawakkil di mana ia mengeluarkan
sebuah kebijakan kembali menjadikan ahlusunnah wal-jama'ah sebagai madzhab
negara. Kesempatan tersebut sangat dimanfaatkan oleh "musuh-musuh" politik al-
Kindi yang tidak menyukai filsafat dan teologi Mu'tazilah untuk memojokkannya.
Atas taktik licik dan hasutan Muhammad dan Ahmad, dua orang putra Ibn Syakir
– diantara yang mereka katakan, orang yang mempelajari filsafat menjadi kurang
hormat pada agama – al-Mutawakkil memerintahkan agar al-Kindi didera dan
perpustakaannya yang bernama al-Kindiyah disita. Akan tetapi, tidak lama
kemudian perpustakaan tersebut dikembalikan lagi kepada pemiliknya. Para
cendikiawan berbeda pendapat tentang wafatnya al-Kindi, Mustaffa ‘Abd al-Raziq
misalnya mengatakan bahwa wafatnya al-Kindi pada tahun 252 H, sementara
Massignon, Henry Corbin dan Nellino sepakat bahwa wafatnya alKindi terjadi
pada tahun 260 H. Sedangkan Yaqut al-Himawi percaya bahwa alKindi Wafat
sesudah berusia 80 tahun atau lebih sedikit (Zar, 2004:2

Karya karya yang di buat oleh al kindi3

Menurut Ali Mahdi Khan (2004: 47) al-Kindi adalah seorang penulis dan
ilmuwan eksiklopedia. Tulisan-tulisan orisinalnya berjumlah 275 buah, termasuk
buku-buku filsafat, logika, fisika, politik, psikologi, etika, astronomi, kedokteran,
peradaban, teologi, musik, optik, geografi, fenomenologi, sejarah dan
bidangbidang lainnya. al-Kindi juga sangat dihormati para pemikir Eropa abad
pertengahan, sangat disayangkan buku-bukunya yang masih ada hanya berjumlah
kurang dari dua puluh buah, segelintir dalam bahasa Arab, sebagian lagi dalam
bahasa Latin. Adapun beberapa karya yang tulis al-Kindi adalah sebagai berikut:
Pertama, fil al-falsafat al-Ula, Kedua, Kitab al-Hassi ’ala Ta’allum al-Falsafat.
Ketiga, Risalat ila al-Ma’mun fi al-’illat wa Ma’lul. Keempat, Risalat fi Ta’lif al-
A’dad. Kelima, Kitab al-Falsafat al-Dakhilatn wa al-Masa’il al-Manthiqiyyat wa

2
Nurul islam “pemikiran al-kindi (rasional-religius ) tentang pendidikan islam dan relevansinya
terhadap pendidikan islam kontmporer”,mandania jurnal-jurnal ilmu keislaman , jogjakarta,juni
2203,vol (13) no.1,hlm.65
3
Aravik & Amri .,hlm194

ix
al-Mu’tashah wa ma Faruqa al-Thabi’yyat. Keenam, Kammiyat Kutub
Aristoteles, Ketujuh, Fi alNafs (Zar, 2004: 43). Dari uraian di atas dapat dijadikan
bukti bahwa wawasan keilmuan al- Menguak Hal-Hal Penting Dalam Pemikiran
Filsafat al-Kindi Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i. Volume 6 Nomor 2
(2019). ISSN: 2356-1459. E-ISSN: 2654-9050 - 195 Kindi sangatlah luas. Bahkan
beberapa karya tulisnya telah diterjemahkan oleh Gerard Cremona ke dalam
bahasa Latin, yang sangat mempengaruhi pemikiran Eropa pada abad
pertengahan. Oleh karena itu, Cardono sebagaimana dikutip Sirajuddin Zar (2004:
43) menyatakan bahwa al-Kindi termasuk salah satu dari dua belas pemikir besar.4

B.KONSEP FILSAFAT KETUHANAN MENURUT AL KINDI

Konsep keTuhanan Al-Kindi dibangun atas dasar metafisika, dalam


menafsirkanya di titikberatkan pada masalah hakikat tuhan, bukti-bukti, dan sifat-
sifat Tuhan (Sudarsono, 1997). Al-kindi banyak menulis pembahasan mengenai
tuhan, salah satunya adalah fi wahdaniyat allah wa tunahi jism al-alam (mengenai
keesaan Allah). Dalam berbagai karyanya Al-kindi banyak terpengaruh oleh
karyanya Aristoteles, akan tetapi Al-Kindi menarik kesimpulanya sendiri yang
bertumpu pada pemikiran islam. Sesuai ajaran Islam, Tuhan bagi Al-Kindi adalah
pencipta dan bukan penggerak pertama sebagaimana pendapat Aristoteles (Praja,
2005). Kesimpulan yang dikemukakan AlKindi mengacu pada kemampuanya
untuk menyatakan beberapa bukti mengenai keberadaan Tuhan. Salah satunya,
Al-kindi menyatakan bahwa segala sesuatu hasil ciptaan tidak bisa menciptakan
dirinya sendiri. Jika memang bisa seperti itu, maka dia harus ada terlebih dahulu
sebelum proses penciptaanya, dan hal demikian tidak masuk akal. Pemikiran Al-
Kindi ini menggambarkan sosoknya sebagai seorang ilmuwan, meskipun konteks
pembahasanya di ranah religious, namun hujjahnya tetap mendasar pada logika
dan nalar yang terilhami sains (Abboud, 2013). Secara khusus juga Al-Kindi
membahas mengenai hakekat Tuhan, wujud Tuhan, dan sifat-sifat Tuhan. Al-
Kindi, Tuhan adalah pencipta dan bukan penggerak pertama, yang merupakan
4
Ibid.,hlm 66

x
pandangan yang berbeda dengan pendapat Aristoteles. Pemikiran Al-Kindi ini
selaras dengan ajaran Islam yang mengakui Tuhan sebagai pencipta segala
sesuatu. Salah satu bukti yang dikemukakan oleh Al-Kindi adalah bahwa segala
sesuatu yang diciptakan tidak dapat menciptakan dirinya sendiri. Jika demikian,
maka ada keberadaan sebelumnya sebelum proses penciptaannya, yang tidak
masuk akal. Dalam hal ini, Al-Kindi menunjukkan pendekatan ilmiahnya, di mana
argumennya didasarkan pada logika dan nalar yang terinspirasi oleh sains. Secara
khusus, Al-Kindi membahas hakikat Tuhan, wujud Tuhan, dan sifat-sifat Tuhan.
Melalui analisis dan penafsiran, ia berusaha untuk memahami sifat-sifat Tuhan 67
secara lebih mendalam. Pemikiran Al-Kindi ini mencerminkan peran dan
kontribusinya sebagai seorang ilmuwan yang tidak hanya mengandalkan
keyakinan religius semata, tetapi juga menggunakan pemikiran rasional dan
metode ilmiah dalam merumuskan pandangannya tentang Tuhan. Dengan
pendekatan yang menggabungkan filsafat, teologi, dan logika, Al-Kindi
memberikan kontribusi penting dalam pengembangan pemikiran keTuhanan
dalam konteks Islam. Analisis ini juga menggarisbawahi bahwa Al-Kindi
menghubungkan antara pemikiran keagamaan dengan argumen-argumen logis
yang dapat dipertanggungjawabkan secara intelektual. Pemikiran Al-Kindi
tentang keTuhanan memperkaya tradisi pemikiran Islam dan mengilhami para
pemikir Islam kontemporer untuk memperdalam pemahaman mereka tentang
konsep Tuhan dalam konteks yang relevan dengan zaman sekarang.

Hakekat Tuhan

Menurut Al-Kindi Tuhan adalah wujud yang haqq, yang selalu ada dan pasti ada.
Oleh karena itu, Tuhan merupakan wujud yang sempurna. Yang keberadaanya
tidak didahului oleh wujud lain, wujudnya kekal dan tidak akan ada wujud
melainkan denganya. Menurut Al-Kindi filsafat ketuhananlah yang mendapat
derajat paling tinggi dibandingan dengan yang lainya (Santalia & umar, 2022).
Dalam epistimologi Islam, Tuhan adalah tema sentral yang merupakan sumber
kebenaran utama yang mutlak. Tuhan adalah penyebab semua sebab (Supriyadi,

xi
2009).5 Pandangan Al-Kindi, filsafat ketuhanan mendapatkan derajat paling tinggi
dibandingkan dengan yang lainnya. Ini menggambarkan pentingnya pemahaman
tentang Tuhan dalam kerangka pemikiran Al-Kindi. Bagi Al-Kindi, filsafat
ketuhanan menjadi landasan yang fundamental dalam memahami realitas dan
kebenaran. Dalam epistemologi Islam, Tuhan memiliki peran sentral sebagai
sumber kebenaran utama yang mutlak. Pandangan ini menegaskan bahwa
pengetahuan dan pemahaman yang benar hanya dapat dicapai melalui pemahaman
tentang Tuhan. Tuhan dianggap sebagai penyebab dari segala sebab, yang
menjadikannya pusat dari segala eksistensi dan pengetahuan. Dengan pandangan
Al-Kindi tentang Tuhan memiliki kedalaman epistemologis yang kuat dalam
tradisi pemikiran Islam. Pemikirannya menggarisbawahi pentingnya memahami
dan mengakui keberadaan Tuhan dalam pencarian kebenaran dan pemahaman
akan realitas. Konsep-konsep ini memberikan dasar filosofis yang kuat bagi
pemikiran Al-Kindi dan juga memberikan kontribusi penting dalam
perkembangan pemikiran keTuhanan dalam tradisi Islam.

Bukti-bukti wujud tuhan

Tuhan adalah wujud yang hak (benar) yang bukan asalnya tidak ada kemudian
menjadi ada. Ia selalu ada dan akan selalu ada, karena Tuhan adalah wujud yang
sempurna yang tidak didahului oleh wujud lain , tidak berakhir wujud-Nya dan
tidakk ada wujud kecuali dengan-Nya. Tuhan adalah maha Esa dalam arti
sesungguhnya, dan keesaanya tidak menganduk kejamakan (Wahda, 2019).
Dalam menjelaskan wujud Tuhan, Al-kindi menggunakan 3 pendekatan. Yang
pertama melalui baharunya alam, dalam hal ini Al-kindi memunculkan
pertanyaan, apakah mungkin sesuatu menjadi penyebab bagi wujudnya, atau tidak
mungkin? Kemudian Al-kindi memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut
bahwa hal itu tidak mungkin. Karena alam tidak mungkin menjadi sebab atas
wujudnya sendiri, jadi jelaslah alam ini ada permulaan waktunya, yakni dari
ketiadaan kemudian menjadi ada. Kedua melalui keanekaragaman 68 dalam
5
Ibid., hlm 67

xii
wujud, dalam hal ini Al-kindi mengungkapkan, baik alam indrawi maupun alam
yang lain yang serupa, tidak mungkin ada keanekaragaman tanpa keseragaman,
dan begitupun sebaliknya. Misalnya alam indrawi tergabung dalam alam
keankaragaman dan keseragaman secara bersamaan, maka hal ini bukanlah
sebagai kebetulan, melainkan karena adanya penyebab, dan penyebab tersebut
bukan berasal dari alam itu sendiri. Oleh karena itu, sebab tersebut pastilah
berasal dari luar alam dan lebih mulia, lebih tinggi dan lebih dahulu adanya.
Ketiga melalui pendekatan kerapian alam dan pemeliharaan tuhan terhadapnya,
Al-kindi mengemukakan bahwa alam ini terjadi tidak mungkin langsung tertata
rapi melainkan adanya zat yang tidak Nampak. Zat yang tidak Nampak ini dapat
diketahui dari tanda-tandanya atau pengaruhnya terhadap bentuk kerapian alam ini
(Syarif, 1993)6. Al-Kindi menggunakan tiga pendekatan untuk menjelaskan wujud
Tuhan. Pertama, melalui pengamatan terhadap alam dan pertanyaan apakah
sesuatu bisa menjadi penyebab bagi wujudnya sendiri. Al-Kindi menyimpulkan
bahwa alam tidak bisa menjadi sebab atas wujudnya sendiri, sehingga alam
memiliki permulaan waktunya. Kedua, melalui keanekaragaman dalam wujud, Al-
Kindi menyatakan bahwa keanekaragaman tidak bisa ada tanpa keseragaman, dan
ini menunjukkan adanya penyebab yang lebih mulia dan lebih tinggi dari alam itu
sendiri. Ketiga, melalui pengamatan terhadap keteraturan alam dan pemeliharaan
Tuhan terhadapnya, AlKindi menyimpulkan bahwa alam ini tidak mungkin teratur
tanpa adanya zat yang tidak tampak yang dapat diketahui melalui tanda-tandanya.
Ungkapan Al-Kindi mengenai keteraturan, ketertiban dan keselerasan alam raya
ini merupakan wujud dari pengaturan-Nya yang maha bijak dan sempurna.
Sungguh Kehidupan alam yang serba teratur dan bijak telah cukup (sebagai bukti
tentang adaNya). Keteraturan Alam semesta, dunia hirarkis beserta bagian-
bagianya. Interaksi keteraturan tersebut merupakan kesempurnaan paling tinggi.
Alam lahir tidak mungkin teratur, kecuali ada dzat yang tidak tampak, dan hanya
dapat diketahui melalui bekasNya(illat tujuan/illat ghaniyyah) (Naif, 2013). Al-
Kindi menganggap keteraturan alam sebagai bukti yang cukup tentang keberadaan
Tuhan. Keteraturan ini mencakup alam semesta beserta hierarki dan bagian-

6
Ibid., hlm 68

xiii
bagiannya. Al-Kindi menyadari bahwa keteraturan tersebut tidak dapat terjadi
tanpa adanya zat yang tidak tampak yang dapat diketahui melalui pengaruhnya
terhadap alam.

Sifat-sifat Tuhan

Al-kindi mengemukakan sifat tuhan itu esa, maha tau, maha kuasa, dan maha
hidup. Al-kindi mengemukakan keesaan Tuhan itu bukan benda (maddah, materi),
bukan bentuk (surah, form),bukan kuantitas, bukan kualitas, tidak berhubunga
dengan yang lain, tidak bisa di sifati dengan apa yang ada dalam pikiran, bukan
jenis, bukan macam, bukan tubuh, dan tidak bergerak, tidak ada penyerupaan
apapun melainkan keesaan itu semata. Tuhan juga bersifat azali (qadim), yakni zat
yang tidak ada yang menjadikanya dan tidak ada sebab yang menyebabkan
wujudnya. Dia merupakan wujud yang kekal, yang tidak rusak dan keberadaanya
di luar dimensi ruang dan waktu. Ia menjadikan sesuatu yang tidak ada menjadi
ada (Atiyeh, 1983). Al-Kindi juga memandang Tuhan sebagai maha tau, maha
kuasa, dan maha hidup. Tuhan memiliki pengetahuan yang sempurna tentang
segala sesuatu, memiliki kekuasaan yang mutlak untuk mengatur dan
mengendalikan seluruh alam semesta, dan memiliki kehidupan yang abadi.
Pandangan Al-Kindi tentang sifat-sifat Tuhan 69 menekankan bahwa Tuhan
adalah suatu entitas yang unik dan tak tergantikan. Ia meyakini bahwa Tuhan
sebagai wujud yang abadi, yang tidak terbatas oleh waktu dan ruang. Al-Kindi
juga menekankan bahwa pengetahuan, kekuasaan, dan kehidupan Tuhan
melampaui pemahaman dan pengalaman manusia

C.PEMIKIRAN AL-KINDI MENGENAI FILSAFAT DAN AGAMA

Pemikiranya mengenai filsafat dan agama Filsafat dipandang sebagai salah satu
ilmu yang mempunyai kedudukan tinggi, dalam karyanya fi al-falsafat al ula, Al-
kindi mengemukakan: yang paling luhur dan mulia di antara segala seni manusia
adalah filsafat. Filsafat dideskripsikan sebagai pengetahuan tentang segala hal,
sejauh batas jangkauan manusia, dan tujuanya untuk mengantarkan pada
kebenaran sesuatu yang sedang dikaji, agar bertindak sesuai dengan kebenaran

xiv
tersebut. Filsafat merupakan perwujudan kebenaran dalam perbuatan (Atiyeh,
1983). sedangkan Agama adalah apa yang baik dan apa yang benar, hal ini
mengindikasikan adanya hubungan antara filsafat dan Agama, Al-kindi
berpendapat bahwa antara Agama dan filsafat sama-sama berorientasi pada
kebenaran (Kamaluddin, 2021). Agama dan filsafat mempunyai kesamaan tujuan,
dan karenanya tidak boleh dipertentangkan. Agama bertujuan menjelaskan yang
benar dan yang baik, filsafat bertujuan memperoleh yang benar dan yang baik
(Wijaya, 2020). Al-kindi berusaha memperkenalkan filsafat dalam dunia Islam
dengan memberikan pengertian kepada masyarakat pada saat itu untuk menerima
kebenaran dari manapun sumbernya, Al-kindi juga memberikan pandangan bahwa
filsafat merupakan bagian dari kebudayaan Islam. Pada masa itu terjadi banyak
penolakan terhadap filsafat, khususnya dari kalangan ulama ortodoks, karena
mereka memiliki anggapan terhadap hasil pemikiran filsafat akan memunculkan
pertentangan dengan ajaran Agama. Dalam hal ini, Al-kindi menjadi pembela
filsafat, dengan dasar bahwa keduanya memiliki kesamaan gagasan, yakni
kebenaran. Untuk mengkokohkan pendapatnya, sekaligus memberikan kepuasan
terhadap pihak-pihak yang bertentangan denganya, Al-kindi menyertakan ayat Al-
Qur’an. Menurutnya, untuk menghadirkan pemahaman bahwa filsafat itu sejalan
dengan Agama, hal ini dapat dilihat dari anjuran dalam Al-Qur’an yang berisi
perintah kepada umat manusia untuk meneliti dan membahas segala fenomena
yang ada dalam alam semesta ini, sebagaimana dalam QS Al-Gasiyah ayat17- 20
(Nilyati, 2010)7.

َ)‫ ) إت‬18 ) ‫ إت)َ َلى الَّ سَ ماِ ءَ كإيِ َ وإ‬17 ) ‫فُ ِخ لَق إتِ ِ لَ كإي ْإِلب َلى اِ َف ََ ل َينُ ظُ روَ ن إَ فُ رِفَع أ‬
19) ‫( إرِ ضَ كإي ْإَل َلى اِ َ وإ‬20)‫ِصَب َ ف ُن ِ لَ كإيِ جَبا إ َلى الِ َ وإَ فُ سِ طَ ح إت‬

Artinya: maka tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana diciptakan? Dan


langit, bagaimana ditinggikan?, dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan,? dan
bumi bagaimana dihamparkan? Al-Kindi menunjukan keselarasan antara filsafat
dan agama berdasarkan tiga alasan, yang pertama, ilmu agama meruapakan bagian
dari filsafat. kedua, wahyu yang diturunkan kepada Nabi dan kebenaran filsafat

7
Aravik & Amri.,hlm 198

xv
saling bersesuaian. Ketiga, menuntut ilmu secara logis diperintahkan dalam agama
(Kuswanjono, 2006).

D.PEMIKIRAN AL-KINDI MENGENAI ALAM

Filsafat Alam menurut Al-Kindi

Al-Kindi, seorang filsuf Muslim terkenal dari abad ke-9, memiliki pandangan
khusus tentang filsafat alam. Menurut Al-Kindi, alam semesta adalah suatu
realitas yang dipengaruhi oleh prinsip-prinsip ilahi. Beberapa poin penting dalam
pemikirannya tentang filsafat alam mencakup:

1. Prinsip Penyebab Pertama: Al-Kindi meyakini adanya satu prinsip penyebab


pertama yang mengawasi dan menggerakkan seluruh alam semesta. Prinsip ini
adalah Tuhan, yang menjadi sumber dari segala sesuatu dan memberikan
keberadaan pada semua hal.

2. Ilmu dan Matematika: Al-Kindi sangat menekankan pentingnya ilmu dan


matematika dalam pemahaman alam. Ia menganggap bahwa ilmu dan matematika
adalah alat yang membantu manusia memahami hukum-hukum alam dan
hubungannya dengan Tuhan.

3. Ketertiban Alam: Al-Kindi percaya bahwa alam semesta adalah suatu rangkaian
yang penuh dengan ketertiban dan harmoni. Ketertiban ini mencerminkan akal
budi Tuhan.

4. Gerak dan Ruang: Al-Kindi juga memikirkan konsep gerak dan ruang. Ia
berpendapat bahwa alam semesta memiliki gerak dan ruang yang berhubungan
dengan prinsip-prinsip ilahi, dan manusia dapat memahaminya melalui akal budi.

Pandangan Al-Kindi tentang filsafat alam sangat memengaruhi perkembangan


pemikiran Islam dan filsafat selanjutnya, terutama dalam upaya untuk menyatukan
ilmu pengetahuan, matematika, dan agama dalam satu pandangan yang koheren.

Pemikiran Al-Kindi tentang filsafat alam melibatkan pandangan bahwa alam


semesta adalah hasil ciptaan Tuhan yang penuh dengan ketertiban dan hukum-

xvi
hukum yang dapat dipahami melalui akal budi dan rasio. Ia meyakini bahwa alam
adalah suatu realitas yang terstruktur dan bahwa ilmu pengetahuan adalah cara
untuk memahami ketertiban dalam alam.

Reference

1. "The Cambridge Companion to Classical Islamic Theology" (2008) oleh Tim


Winter - Buku ini mungkin mencakup pemikiran Al-Kindi tentang filsafat alam.

2. "Islamic Philosophy A-Z" (2007) oleh Peter Groff - Buku ini memberikan
pandangan singkat tentang berbagai pemikiran filsafat Islam, termasuk Al-Kindi.

3. "The Oxford Handbook of Islamic Philosophy" (2016) - Mungkin termasuk


esai atau bab yang membahas pemikiran Al-Kindi tentang filsafat alam

E.PEMIKIRAN AL -KINDI MENGENAI JIWA DAN ROH

Masalah jiwa merupakan agenda yang penting dalam Islam, karena jiwa
merupakan unsur utama dari manusia, bahkan ada yang mengatakan sebagai
intisari manusia (Nasution, 1973: 13). Kaum filosof Muslim memakai kata jiwa
(al-nafs) pada apa yang diistilahkan al-Qur’an dengan al-Ruh. Ruh merupakan
suatu wujud sederhana, dan zatnya terpancar dari Sang Pencipta, persis
sebagaimana sinar terpancar dari matahari. Ruh bersifat spiritual, ketuhanan,
terpisah dan berbeda dari tubuh (Syarif, (ed), 1994: 25-26). Pemikiran Al-Kindi
tentang jiwa tidak terlepas dari pemikiran Aristoteles. Menurut Al-Kindi, Jiwa itu
tidak tersusun, tetapi mempunyai arti penting, sempurna dan mulia. Substansi roh
berasal dari substansi Tuhan. Hubungan roh dengan Tuhan sama dengan
hubungan cahaya dengan matahari. Selain itu jiwa bersifat spiritual, Illahiah,
terpisah dan berbeda dari badan (Hasyimsyah Nasution, 22) 8. Sebagai bukti ini
Al-Kindi mengemukakan bahwa kenyataan jiwa menentang keinginan nafsu yang
berorientasi bagi kepentingan badan. Jika perlu sesuatu waktu marah mendorong
manusia untuk berbuat sesuatu, maka jiwa Menguak Hal-Hal Penting Dalam
Pemikiran Filsafat al-Kindi Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i. Volume 6
Nomor 2 (2019). ISSN: 2356-1459. E-ISSN: 2654-9050 - 201 akan melarang dan
8
Aravik & amri., hlm 202

xvii
mengontrolnya, seperti penunggang kuda yang hendak menerjang terjang. Jika
nafsu syahwat muncul kepermukaan, maka jika akan berpikir bahwa ajakan
syahwat itu salah dan membawa pada keerendahan, pada saat itu jiwa akan
menentang dan melarangnya. Hal ini menunjukkan bahwa jiwa itu lain dari nafsu
yang dimiliki badan. Menurut Al-Kindi, jiwa itu kekal dan tidak hancur bersama
hancurnya badan. Jiwa tidak hancur karena subtansinya dari Tuhan. Ketika jiwa
berada dalam badan, ia tidak boleh kesenangan yang sebenarnya dan
pengetahuannya tidak sempurna. Baru setelah ia berpisah dengan badan, ia akan
memperoleh kesenangan yang sebenarnya dalam bentuk pengetahuan yang
sempurna. Setelah berpisah dengan badan, jiwa pergi ke Alam Kebenaran atau
Alam Akal (al-‘alam a- haq, al-‘alam al-aql) di dalam lingkungan cahaya Tuhan,
dekat dengan Tuhan dan dapat melihat Tuhan. Tempat inilah kebahagiaan abadi
yang akan dirasakan oleh jiwa yang suci. Jiwa yang tidak suci, setelah berpisah
dengan badan, ia tidak akan langsung masuk ke Alam kekal, tetapi ia akan
mengembara untuk jangka waktu tertentu untuk membersihkan diri. Mula-mula
jiwa bermukim di Bulan, kemudian di Mercuri dan terus ke Falak yang lebih
tinggi lagi guna pembersihannya setahap demi setahap. Setelah jiwa benar-benar
bersih, jiwa itu baru memasuki Alam Kebenaran atau Alam Kekal (Nasution,
1978: 18). Namun demikian, al-Kindi menolak pendapat Plato yang menyatakan
bahwa jiwa berasal dari alam idea (Zar, 2004: 60). Dari argumen ini terlihat jelas
bahwa AlKindi mengakui keabadian jiwa, namun keabadiaan jiwa itu jelas
berbeda dengan keabadian Tuhan, karena keabadian jiwa bukan dari dirinya
sendiri melainkan keabadiannya karena Allah. Jiwa merupakan entitas tunggal
yang subtansinya sama dengan subtansi pencipta sendiri karena ia sesunggunya
adalah limpahan dari subtansi Tuhan artinya Subtansi roh berasal dari subtansi
Tuhan. Hubungan roh dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan
matahari. Sekalipun ia bergabung dengan tubuh, sesunggunya ia terpisah dan
independen dari tubuh. Tubuh adalah rintangan bagi jiwa sehingga ketika jiwa
meninggalkan tempat tinggal sementaranya (tubuh), ia akan bersatu kembali
dengan dunia intelek dan bersatu dengan-Nya (Qadir, 1991: 85). Jiwa sendiri
menurut al-Kindi sebagaimana dikutip Harun Nasution (1973: 12) mempunyai

xviii
tiga daya; Pertama, Daya Bernafsu (appetitive), Kedua, Daya Pemarah (irascible),
Ketiga, Daya Berpikir (cognitive faculty). Daya berpikir itu disebut akal. Al-Kindi
menyatakan bahwa Daya Bernafsu pada manusia sama dengan babi, Daya Marah
sama dengan anjing, dan daya pikir sama dengan malaikat. Jadi, orang yang
dikuasai oleh jiwa bernafsu, tujuan hidupnya seperti yang dimiliki oleh babi; siapa
yang dikuasai oleh nafsu marah, ia bersifat seperti anjing; dan siapa yang dikuasai
oleh jiwa berakal, ia akan mengetahui hakikat- hakikat dan menjadi manusia
utama yang hampir menyerupai sifat Allah, seperti bijaksana, adil, pemurah,
mengutamakan kebenaran dan keindahan (Zar, 2004: 61). Pada kitab al-Hilah li
Daf’ al-Ahzan (seni menepis kesedihan), al-Kindi berupaya menganalisis
beberapa penyakit jiwa, diantaranya adalah kesedihan (al-huzn). Menurutnya
kesedihan adalah penyakit jiwa yang disebabkan karena hilangnya apa yang
dicinta dan luputnya yang didamba. Untuk mengobati kesedihan, al-Kindi
menawarkan pengobatan sebagai berikut. Pertama, kesedihan karena hilangnya
apa yang dicinta. Untuk mengobatinya, al-Kindi menganjurkan agar manusia
memahami sifat dasar keberadaan makhluk di dunia yang fana ini. Apapun yang
dicintai di dunia ini pasti akan musnah. Oleh karena itu manusia janganlah
mengharapkannya menjadi kekal abadi, karena hal itu sama dengan mengharap
yang tak mungkin dan akan menimbulkan kesedihan. Kedua, yaitu luputnya yang
didamba bisa diatasi dengan mengembangkan sikap hidup yang sederhana, suka
menerima (qana‘ah), menyesuaikan keinginan dengan kemampuan dan
kemungkinan yang dimiliki, agar tidak lebih besar pengeluaran daripada
penghasilan (Aravik, 2018: 34). Roh sendiri adalah terpisah dari badan dan
mempunyai wujud sendiri. Argumen yang dikemukakan Al-Kindi tentang
kelainan roh dari badan ialah keadaan badan mempunyai hawa nafsu (carnal
desire) dan sifat pemarah (passion). Roh menentang keinginan hawa nafsu dan
passion. Sudah jelas hawa yang melarang tidak sama, tetapi berlainan dari yang
dilarang (Nasution, 1973: 10). Roh bersifat kekal dan tidak hancur dengan
hancurnya badan. Dia tidak hancur, karena substansinya berasal dari substansi
Tuhan. Ia adalah cahaya yang dipancarkan Tuhan selama dalam badan, roh tidak
memperoleh kesenangan yang sebenarnya dan pengetahuannya tidak sempurna.

xix
Hanya setelah bercerai dengan badan, roh memperoleh kesenangan sebenarnya
dalam bentuk pengetahuan yang sempurna. Setelah bercerai dengan badan, roh
pergi ke alam kebenaran atau alam akal diatas bintang-bintang, di dalam
lingkungan cahaya Tuhan, dekat dengan Tuhan dan dapat melihat Tuhan.
Disinilah terletak kesenangan abadi dari roh (Nasution, 1973: 11). Hanya roh
yang sudah suci di dunia ini yang dapat pergi ke alam kebenaran itu. Roh yang
masih kotor dan belum bersih, pergi dahulu ke bulan. Setelah berhasil
membersihkan diri dari sana, baru ia pindah ke merkuri, dan demikianlah naik
setingkat demi setingkat hingga ia akhirnya setelah benarbenar bersih, sampai ke
alam akal, dalam lingkungan cahaya Tuhan dan melihat Tuhan (Nasution, 1973:
12).

F.URGENSI GAGASAN GAGASAN FILSAFAT AL-KINDI

Urgensi Gagasan-Gagasan Filsafat Al-Kindi Dari proposisi di atas dapat dipahami


bahwa al-Kindi merupakan filosof pertama yang mengenalkan filsafat ke dalam
dunia Islam. Bahkan al-Kindi juga orang pertama yang menyelami filsafat dan
keilmuan dengan menggunakan bahsa Arab, seperti Descartes dengan bahasa
Prancis, meskipun berbeda waktu, coral pemikiran dan luasnya pembicaraan
(Ahmad, dkk, 1982: 99). al-Kindi juga concern dalam proyek rekonsiliasi antara
agama (Islam) dengan filsafat. Di samping itu, al-Kindi juga meluruskan
pemahaman-pemahaman filosuf Yunani seperti Aristoteles dan Plato tentang
keabadian alam. Menurutnya alam semesta itu adalah ciptaan Allah, yang
diciptakan dari tiada dan akan berakhir menjadi tiada, yang dikenal dengan slogan
creation ex nihilio. Kontribusi terbesar yang diberikan al-Kindi adalah terbukanya
pintu-pintu filsafat bagi para ilmuwan muslim. Bagi al-Kindi Filsafat merupakan
pengetahuan yang benar (Knowledge of truth), dan al-Qur’an yang membawa
argumen-argumen yang lebih meyakinkan dan benar tidak mungkin bertentangan
dengan kebenaran yang dihasilkan filsafat (Aravik, 2018: 33). Lebih lanjut, al-
Kindi menyatakan bahwa filsafat Ketuhanan adalah paling tinggi kedudukannya
dibandingkan dengan lainnya. Oleh karenanya, pembahasan mengenai Tuhan
merupakan sebagai bagian filsafat yang paling tinggi kedudukannya. Sehingga

xx
tidak mengherankan jika dikatakan bahwa pemikiran al-Kindi sangat terpengaruh
dengan Aliran Mu'tazilah yang sangat berpegang teguh terhadap Al-Qur'an dan
kekuatan akal, terutama di dalam mengemukakan pendapatnya yang berhubungan
dengan masalah Ketuhanan, di samping pengaruh filsafat Yunani. Kemudian
dalam filsafat Jiwanya al-Kindi sangat terpengaruh dengan pemikiran Platinus
tentang ruh, dan mengikuti pola Aristoteles dalam berteori tentang akal. Akan
tetapi, al-Kindi juga kritis dengan pendapat Aristoteles yang menyatakan bahwa
jiwa manusia sebagaimana benda-benda, tersusun dari dua unsur materi dan
bentuk (Zar, 2004: 60).9 Menurut Al-Kindi, jiwa tidak tersusun, namun
mempunyai arti penting, sempurna, dan mulia. Substansi jiwa berasal dari Tuhan.
Hubungan jiwa dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan matahari.
Selain itu jiwa bersifat spiritual, llahiah, terpisah dan berbeda dari tubuh. Jiwa
atau ruh tidak pernah tidur, hanya saja ketika tubuh tertidur, ia tidak menggunakan
indera-inderanya. Dan bila disucikan, ruh dapat melihat mimpi-mimpi luar biasa
dalam tidur dan dapat berbicara dengan ruh-ruh lain yang telah terpisah dari
tubuh-tubuh mereka. Lebih dari itu, dalam konteks sejarah peradaban dan
pemikiran Islam dan dunia al-Kindi berhasil membangun bangunan filsafat jiwa
yang kemudian diikuti oleh filosof-filosof Islam sesudahnya seperti al-Farabi dan
Ibn Sina dalam berbagai varian-variannya. Dan dunia Barat wajib berterima kasih
padanya karena kemajuan-kemajuan yang mereka capai, ada jerih payah al-Kindi
disana

9
Ibid., hlm 204

xxi
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa; Pertama, al-Kindi adalah
filosof pertama dalam Islam dan pertama dari bangsa Arab. Kedua, filsafat
menurut al-Kindi merupakan ilmu tentang hakikat segala sesuatu yang
dipelajari orang menurut kadar kemampuannya, yang mencakup ilmu ke-
Tuhan-an (rububiyyah), ilmu keesaan (wahdaniyyah), ilmu keutamaan
(fadhilah), semua ilmuilmu yang bermanfaat dan bagaimana cara
memperolehnya, serta bagaimana cara menjauhi perkara-perkara yang
merugikan. Ketiga, Filsafat merupakan pengetahuan yang benar
(Knowledge of truth), dan al-Qur’an yang membawa argumen-argumen
yang lebih meyakinkan dan benar tidak mungkin bertentangan dengan
kebenaran yang dihasilkan filsafat. Jadi antara agama dan filsafat tidak
bertentangan. Oleh karenanya, al-Kindi berusaha untuk menyatukan antara
Filsafat dengan agama, sekaligus menjawab kritik-kritik dari para ulama
yang menyatakan bahwa filsafat merupakan ilmu yang sesat dan
menyesatkan. Ketiga, menurut al-Kindi bukti adanya tuhan lewat dalil
Baharunya alam, Keanekaragaman dalam wujud, dan kerapian alam.
Keempat, dalam filsafat jiwanya al-Kindi menyatakan bahwa jiwa adalah
jauhar basith (tunggal, tidak tersusun, tidak panjang, dalam, dan lebar).
Kelima, dalam pemikiran tentang akal al-Kindi menyatakan bahwa akal
terbagi menjadi empat bentuk akal yang merupakan tahapan-tahapan
proses pemahaman hal-hal yang rasional. akal yang selamanya dalam
aktualitas (al-’aql allazi bi al-fi’l abada). akal potensial (al-aql bi al-
quwwat ), akal yang berubah di dalam jiwa, dari potensial menjadi aktual,
dan akal yang berada dalam keadaan aktual.

xxii
B. SARAN

Dengan di susunya makalahh filsafat islam tentang pemikiran filsafat


islam , peunilis mengahrapkan pembaca dapat mengetahui lebih jauh ,dan
lebih lengkap tentang membahasan filsafat islam dalam pemikiran filsafat al-
kindi .pembaca di harapkan dapat membaca dan mempelajari buku buku
tentang materi tersebut .

Disini penulis penyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih


jauh dari sempurna. Sehingga kritik dan saran yang membangun untuk
penulisan makalah makalah selanjutnya sangat di harapkan

xxiii
DAFTAR PUSTAKA

Nurul islam , A. (2015). "Pemikiran Filsafat Al-Kindi". Jurnal Lentera, 108. Naif, F. (2013).
Pemikiran Filosof Muslim dari Al-Kindi Sampai Ibn Arabi. Yogyakarta: Multi Presind
Dauly, Ahmad, 1989, Kuliah Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang. Fahry, Majid, 1987,
Sejarah Filsafat Islam, terj. Mulyadhi Kartanegara, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Hasyimsyah Nasution, 2002, Filsafat Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama. Aravik,amri,
(2015).” Hal hal penting dalam pemikiran filsafat al-kindi”

xxiv

Anda mungkin juga menyukai