Pemikiran Islam
Etika Menurut Filosof Al-Kindi
Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Pemikiran filosofis masuk ke dalam Islam melalui falsafat Yunani yang dijumpai
ahli-ahli pikir Islam di Suria, Mesopotamia, Persia dan Mesir. Pada masa Bani
Umayyah pengaruh kebudayaan Yunani terhadap Islam belum
kelihatan.Pengaruh baru nyata kelihatan di masa Bani Abbas, karena yang
berpengaruh di pusat pemerintahan bukan lagi orang Arab, tetapi orang-orang
Persia yang telah lama berkecimpung dalam kebudayaan Yunani. Al-Kindi
merupakan filosof muslim pertama yang menyusun pemikiran Filsafat Islam
dengan sistematika yang jelas. Pemikiran filsafat Al-Kindi merupakan refleksi
doktrin-doktrin yang diperolehnya dari sumber-sumber Yunani klasik dan
warisan Neo Platonis yang dipadukan dengan keyakinan agama Islam. Al-Kindi
membuka ruang pembicaraan sebagai upaya pemaduan antara doktrin filsafat
dan agama. Filsafat etika Al-Kindi dapat tercemin dalam pandangan Al-Kindi
sendiri dalam memahami Filsafat, dimana Al-Kindi menyimpulkan bahwa definisi
filsafat adalah suatu upayah meneladani perbuatan-perbuatan Tuhan (Allah)
sejauh yang dapat dijangkau oleh kemampuan manusia
PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang memungkinkan filsafat Yunani dikaji oleh orang- orang
Islam adalah karena adanya karya-karya terjemahan filsafat yang disalin
secara bebas kedalam bahasa Arab baik langsung dari bahasa Yunani maupun
dari teks asli versi Siriac. Gerakan penerjemahan ini berlangsung dari tahun
750 sampai tahun 1000 masehi . Oleh karena itu, lewat penerjemahan-
penerjemahan ini para pemikir muslim mengenal pemikiran-pemikiran filosof
Yunani seperti Plato, Aristoteles, dan ajaran-ajaran Neoplatonis untuk
kemudian mereka kembangkan dan perkaya dengan pendekatan Islam,
sehingga lahirlah disiplin baru dalam dunia pemikiran Islam yang dikenal
dengan sebutan Filsafat Islam (al-Falsafah al-Islamiyah)11, dengan beberapa
tokohnya seperti;
Para tokoh-tokoh itu memiliki reputasi dan pengaruh yang diakui tidak hanya
di dunia Islam abad pertengahan bahkan juga mewarnai filosof-filosof Barat
Modern. Sedemikian besarnya pengaruh filosof-filosof muslim ini hingga W.
Montgomery Watt mengambil kesimpulan bahwa tanpa keberadaan mereka,
ilmu pengetahuan dan filsafat orang-orang Eropa tidak akan bisa berkembang
1
Sirajudin Zar, Filsafat Islam Filosofi dan Filsafatnya, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004),h.37
seperti ketika dulu nenek moyang mereka mengembangkannya untuk pertama
kalinya.22
2
irajudin Zar, Filsafat Islam . . . . . ., h.43
3
irajudin Zar, Filsafat Islam . . . . . ., h.22
BAB II
PEMBAHASAN
4
irajudin Zar, Filsafat Islam . . . . . ., h.21
sumber kedengkian orang-orang yang dengki dan membuat jiwanya lemah
sehingga hampir saja Al-Kindi akan dipenjara, dicambuk dan diboikot.
Dalam bahasa asing Al-Kindi menguasai dua bahasa yaitu bahasa
Yunani dan Suryani. Selain itu, ada yang mengatakan bahwa dia juga
menguasai bahasa asing lainnya. Penguasaannya terhadap berbagai bahasa
inilah yang telah membantunya menguasai berbagai macam ilmu dan
menjadikannya sangat berpengaruh bagi khalifah Al Ma’mun sehingga
khalifah mengankatnya sebagai penerjemah buku-buku asing yang
dianggap penting.
5
Mustafa, Filsafat Islam….op.cit, hal 104
(umum), tidak parsial (berhubungan), bersifat immaterial
(tidak terdiri dari materi). Biasanya objeknya bukanlah
individu, akan tetapi genus dan spesies.
c. Pengetahuan Isyraqi atau Iluminitif
Dimana pengetahuan ini diperoleh secara langsung dari
pancaran nur illhi. Pengetahuan seperti ini biasanya diperoleh
para nabi yang terjadi karena kehendak Tuhan (Allah) semata.
Dengan jalanya itulah Tuhan telah membersihkan jiwa mereka
untuk menerima kebenara-Nya. Ruang lingkup filasaf menurut
Al-Kindi terbagi atas dua, dimana Al-Kindi hanya mengikuti
Aristoteles dalam pembagian filsafat, yaitu secara teoritis dan
praktis.6 Menurutnya eksistensi manusia bersifat dwi ganda,
yaitu intelktual (teoritis) dan yang praktis
Metafisika
Teoritis
Fisika
Filsafat
Etika
Praktis Ekonomi
Politik
6
Georgi N Atiyeh, op.cit. hal 104
Sedangkan jika kita tinjau dari sudut pandang yang lain lagi
maka teoritis itu sendiri akan terbagi lagi menjadi tiga
komponen, yaitu :
Dalam hal ini pula dapat kita simpulkan bahwa pemikiran Al-Kindi ini
mengenai filsafat itu selaras dengan ajaran agama. Seperti dalam Hadis
Riwayat Al Baihaqi, Yaitu :
Dari sini maka akan timbul juga beberapa pertanyaan diantaranya ada dua
pertanyaan besar, yaitu :
1. Bagaimana cara untuk menjadi manusia yang memiliki keutamaan
yang sempurna itu?
2. Bagaimana cara untuk mematikan hawa nafsu agar dapat mencapai
keutamaan itu?
Maka jawaban dari pertanyaan ini di jawab oleh Al-Kindi ialah :
ketahuilah keutamaan itu dan bertingkahlakulah sesuai tuntutan keutamaan
itu
8
Sudarsono, op.cit, hal 28-29
Jika kita memperhatikan apa sebab timbul kesusahan,
pada kebanyakan orang akan kita jumpai bahwa
sebabnya adalah karena orang kehilangan sesuatu
yang dimilikinya, atau karena tidak berhasil
memperoleh sesuatu yang ingin diperoleh, yang
sifatnya adalah kebendaan. Jika orang itu
menyandarkan kebahagiannya kepada memiliki,
mengusai, dan memperoleh kekayaan kebendaan, maka
orang itu telah menyimpang dari jalan yang benar.
Kebahagiaan yang sebenarnya terletak pada jiwa,
tidak pada yang dimiliki oleh jiwa. Semua yang bersifat
kebendaan wataknya, dapat mengalami perubahan
dan menghilang. Orang yang berakal seharusnya tidak
menyandarkan kebahagiaan hidupnya dengan sesuatu
yang berubah dan hilang itu. 9
9
Mustofa, Filsafat Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2007, hlm 111
2.3 Pengaruh Pemikiran Filsafat Al-Kindi
10
MM Syarif, dkk. Para Filosof …..op.cit, hlm 20
kejayaan dimasa pemerintahan Al-Mutawakkil (232-247 H/
847-861 M). Serta pemikiran-pemikiran Al-Kindi ini juga telah
banyak menginspirasi para pemikir baik lain pada masa itu
hingga kini. Hal itu juga dapat dibuktikan dengan sebagian
karya-karya ilmiahnya telah diterjemahkan oleh Gerard dan
Cremona ke dalam Bahasa Latin. Karya-karya itu juga sangat
mempengaruhi Eropa pada abad pertengahan. Cardano
menganggap Al-Kindi sebagai salah satu dari dua belas para
pemikir terbesar.11
11
MM Syarif, ibid, hlm 13
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan