Anda di halaman 1dari 3

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

TUGAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


BIOGRAFI ILMUAN ISLAM

OLEH :

NAMA : ALVIN ADAM NASUTION


KELAS : VIII D

SMP ISLAM AL-ULUM TERPADU MEDAN


Biografi Al-Kindi: Pendiri Filsafat Islam
Al-Kindi dilahirkan di Kufah tahun 185 H/801 M dan meninggal di Baghdad tahun 256 H/
869 M. Ia adalah filsuf besar pertama Arab dan Islam. Nama lengkapnya adalah Abu Yusuf
Ya’qub bin Ishak bin Sabah bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin al-Asy’ats bin Qais al-
Kindi. Nama al-Kindi berasal dari nama salah satu suku arab yang besar sebelum Islam, yaitu
suku Kindah. Ayahnya bernama Ibnu as-Sabah pernah menjabat sebagai gubernur Kufah
pada masa al-Mahdi (755–785 M) dan Harun al-Rasyid (786–809 M). Kakeknya, Asy’ats bin
Qais, dikenal sebagai sahabat Nabi Muhammad SAW. Kalau nasabnya ditelusuri, al-Kindi
juga keturunan Ya’rib bin Qathan yang berasal dari daerah arab bagian selatan dan dikenal
sebagai raja di daerah Kinadah.
Mengenai pendidikannya di waktu kecil dan guru-gurunya yang telah mengajar ilmu
pengetahuan sampai kini tidak diketahui dengan jelas. Tetapi sebagai seorang yang tumbuh
dan dibesarkan di Kufah yang merupakan pusat perkembangan ilmu, khususnya ilmu kimia,
dan dibarengi dengan kecerdasan dan semangatnya dalam menggali ilmu pengetahuan, maka
tidaklah mengherankan bila al-Kindi berhasil menguasai banyak ilmu pengetahuan. Ada
suatu riwayat menyebutkan bahwa ia pernah tinggal di Basrah dan belajar di Baghdad ketika
ia telah dewasa, serta mendapat lindungan dari Khalifah al-Ma’mun (813–833 M) dan
Khalifah Mu’tasim (833–842 M). Sebagai orang yang beraliran Mu’tazilah, maka ia mulai
belajar filsafat di Baghdad, dan pada masa itu adalah masa penerjemahan buku-buku yunani
dan al-Kindi juga turut aktif dalam gerakan penerjemahan itu.
Al-Kindi hidup di peristiwa mihnah yang memperdebatkan tentang kemakhlukan al-Quran.
Dan ia mengadopsi pemikiran Mu’tazilah. Dan ia juga banyak berhubungan dengan khalifah
diwaktu itu,khususnya al-Mu’tashim khalifah kedua bani ‘Abbas yang beraliran Muktazilah
yang menjadikan Aqidah resmi bagi pemerintahan.
Al-Kindi adalah fisuf yang berbangsa arab dan dipandang sebagai filsuf muslim pertama.
Memang, secara etnis al-Kindi lahir dari keluarga berdarah arab yang berasal dari suku
Kindah, salah satu suku besar dari daerah jazirah arab selatan. Di antara kelebihan al-Kindi
adalah menghadirkan filsafat yunani pada kaum muslimin setelah terlebih dahulu meng-
Islamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
Al-Kindi telah menulis hampir seluruh ilmu pengetahuan yang berkembang pada saat itu.
Tetapi di antara dari sekian banyak ilmu, ia sangat menghargai matematika. Hal itu
disebabkan karena matematika bagi al-Kindi adalah mukadimah bagi siapa saja yang ingin
mempelajari filsafat. Mukadimah itu begitu penting sehingga tidak mungkin bagi seseorang
untuk mencapai keahlian dalam filsafat tanpa terlebih dahulu menguasai matematika.
Matematika disini meliputi tentang bilangan, harmoni, geometri, dan astronomi. Tetapi yang
paling utama dari seluruh cakupan matematika disini adalah ilmu bilangan atau aritmatika
karena jika bilangan tidak ada, maka tidak akan ada sesuatu apapun. Disini kita bisa melihat
samar-samar pengaruh filsafat Pitagoras.
Filsafat al-Kindi adalah mencari kebenaran dengan menggunakan filsafat merupakan usaha
paling tinggi dan mulia terutama tentang filsafat metafisika yaitu guna mengetahui
kebenaran. Sebab kebenaran dari segala kebenaran yaitu yang maha satu / Allah.
Corak dan bentuk filsafat al-Kindi tidak banyak diketahui karena buku-bukunya tentang
filsafat banyak yang hilang. Baru pada zaman belakangan, para peminat filsafat menemukan
kurang lebih 20 risalah al-Kindi dalam tulisan tangan.
Mereka yang berminat besar menelaah filsafat Islam, baik kaum orientalis
barat maupun orang-orang Arab sendiri, telah menerbitkan risalah-risalah
tersebut. Dengan demikian, orang mudah menemukan kejelasan mengenai
posisi dan paham al-Kindi dalam filsafatnya. Menurut al-Kindi, filsafat
adalah pengetahuan kepada yang benar (knowledge of truth). Al-Quran
yang membawa argumen-argumen yang lebih meyakinkan dan benar tidak
mungkin bertentangan dengan kebenaran yang dihasilkan filsafat.
Bertemunya agama dan filsafat dalam kebenaran dan kebaikan sekaligus
menjadi tujuan dari keduanya.
Dengan demikian, menurut al-Kindi, orang yang menolak filsafat berarti mengingkari
kebenaran. Dia mengibaratkan orang yang mengingkari kebenaran tersebut tidak jauh
berbeda dengan orang yang memperdagangkan agama, dan orang itu pada hakekatnya tidak
lagi beragama karena ia telah menjual agamanya. Pada beberapa hal, al-Kindi sependapat
dengan filosof terdahulunya seperti Plato dan Arisoteles. Namun, dalam hal-hal tertentu, al-
Kindi mempunyai pandangannya sendiri.
Para sejarawan sepakat untuk menempatkan al-Kindi sebagai seorang muslim pertama yang
mempelajari filsafat. Selain seorang filosof, al-Kindi juga dikenal juga sebagai penerjemah
terbaik di masanya. Sepeninggal al-Kindi, muncullah filosof-filosof muslim kenamaan yang
terus mengembangkan filsafat. Di antara mereka adalah al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd,
Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Iqbal.
Menurut George Atiyeh karya-karya tulis Al-Kindi dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan
mencapai sebanyak 270 risalah. Risalah-risalah itu, baik oleh Ibnu Nadim maupun Qifthi,
dikelompokkan dalam 17 kelompok, yaitu: 1. Filsafat, 2. Logika, 3 . Ilmu hitung, 4. Globural,
5. Musik, 6. Astronomi, 7. Geometri, 8. Sperikal, 9. Medis, 10. Astrologi, 11. Dialektika, 12.
Psikologi, 13. Politik, 14. Meteorologi, 15. Dimensi, 16. Benda-benda pertama, 17. Spesies
tertentu logam dan kimia.

Anda mungkin juga menyukai