Anda di halaman 1dari 10

TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER

BIOGRAFI AL – KINDI

Disusun guna memenuhi tugas UTS

Mata kuliah: Sejarah Peradaban Islam

Dosen pengampu: Akhmad Zaeni, M. Ag

Disusun oleh:

Rikzan Murtafi’ (2121138)

Kelas A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UIN KH. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN

2022
A. Riwayat hidup
Al Kindi (185 H/801 M - 260 H/873 M) adalah filosof muslim pertama. Al-Kindi,
alkindus, nama lengkapnya Abu Yusuf Yakub ibn Ishaq ibn Sabbah ibn Imran ibn Ismail
al-Ash' ats ibn Qais al-Kindi, lahir di Kufah, Iraq sekarang, tahun 801 M, wafat pada
tahun 873 M, pada masa khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dari dinasti Bani Abbas
(750-1258 M). Nama "al-Kindi" sendiri dinisbatkan kepada marga atau suku leluhurnya,
salah satu suku besar zaman pra-Islam.1
Orang tua Al-Kindi adalah gubernur dari Kufah pada masa pemerintahan Al-
Mahdi (775-758 M) dan Harun Al-Rasyid (786-809) dari Bani Abbas, akan tetapi
beberapa tahun setelah kelahiran Al-Kindi, ayahnya meninggal dunia Ishaq Ibnu As-
Sabah,2 dengan demikian Al-Kindi pun dibesarkan dalam keadaan yatim. Al-Kindi
adalah keturunan suku kindah (Yaman), di bagian arab selatan yang sejak dulu
menempati daerah selatan Jazirah Arab yang tergolong memiliki apresiasi kebudayaan
yang cukup tinggi dan banyak dikagumi banyak orang. Ia lahir ditengah keluarga yang
kaya akan informasi kebudayaan dan berderajat tinggi serta terhormat dimata masyarakat.
Kakeknya atau keturunannya yang pertama kali memeluk islam ialah Al- Asy'ats bin
Qais, seseorang yang memimpin utusan Kabilah menghadap Rasul SAW. Asy'ats
termasuk salah seorang sahabat nabi yang paling pertama datang ke kota Kufah. Ia pun
termasuk diantara para sahabat yang meriwayatkan hadist-hadist nabi bersama dengan
Sa'ad Abi Waqqash. ia turut berkecimpung dalam peperangan melawan Persia di Iraq.
Tidak ada kepastian tentang tanggal kelahiran, kematian dan siapa-siapa saja ulama yang
pernah menjadi guru Al-kindi, kecuali kepastian bahwa la dilahirkan di Kufah sekitar
tahun 801 M dari pasangan keluarga kaya dan terhormat.3
Kota Kufah sebagai tempat tinggal Al-Kindi, pada waktu itu tampil sebagai pusat
kebudayaan Islam. Di kota itu, Al-Kindi mempelajari tata bahasa Arab, Kesusasteraan,
ilmu hitung dan menghafal Al-Qur'an. Setelah itu ia mempelajari fiqh dan ilmu kalam.

1M.M. Syarif, Para Filosof Muslim, (Mizan: Bandung , 1993), hlm. 11.

2Khan Mahdi Ali, Dasar-Dasar Filsafat Islam Pengantar ke Gebrang Pemikiran, (Nuansa : Bandung, 2004), hlm.
47.

3Ahmad Fuad Al- Ahwani , Filsafat Islam, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1985), hlm. 64.
Akan tetapi ia nampak lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan filsafat, terutama setelah
ia menetap di Baghdad. Kota Kufah yang pesat kemajuannya dengan ilmu pengetahuan
telah memberi rangsangan kepadanya untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Dengan
bekal ilmu yang dimilikinya itu, ia kemudian pindah ke Basrah.4
Disinilah Al-Kindi lebih luas mengenal ilmu pengetahuan, kesusasteraan dan
kebudayaan yunani dan Syiria kuno melalui buku-buku itu ia pun menyediakan diri untuk
mmepelajari bahasa Syriani, kemudian menerjemahkan buku-buku tersebut kedalam
bahasa Arab. Al- Kindi menjadi pelopor penterjemahan filsafat Yunani ke dalam bahasa
Arab, seorang filosof dan termasuk orang yang disegani pada jamannya.5
Setelah memulai karirnya dalam penerjemahan buku- termasuk orang buku
filsafat Yunani mulailah namanya dikenal di kalangan istana. Akhirnya ia diambil oleh
Khalifah sebagai anggota Dewan penerjemah. Namun demikian Karirnya tidaklah
terhenti sebagai tukang terjemah buku-buku Yunani, tetapi selanjutnya ia sendiri bertekun
mempelaJari berbagai lapangan ilmu seperti logika, geometri, astronomi, optika,
kedokteran, musik dan sebagainya.6
Dalam masa Al-Kindi, muncul empat mazhab hukum, yakni Abu Hanifah, As-
Syafii, Ibn Hanbal dan Malik Ibn Anas. Perbedaan dasar antara mazhab-mazhab ini
terletak pada penggunaan analogi (qiyas) dan pendapat pribadi (ra’i) untuk menyesuaikan
hukum itu dengan tuntutan- tuntutan zaman atau hanya berdasarkan kesimpulan-
kesimpulan atas materi yang terkandung dalam hadist Nabi. Sungguh merupakan suatu
masalah, apakah menerima atau tidak pemakaian metode-metode Hellenistik, seperti
halnya yang digunakan di Suriah atau semata -mata dari benar-benar hanya tergantung
kepada Sunnah.7
Dalam sejarah hidupnya, disamping sebagai filusuf, Juga amat masyhur dikenal
namanya sebagai ilmuwan (perlu diketahui bahwa selama abad ke-9 M, Al Kindi
termasuk salah seorang yang gemilang namanya dalam dunia ilmu kimia, begitu pula
4Abudin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf (Di- rasah Islamiyah IV), (Raja Grafindo Persada: Jakarta, 1994),
hlm. 80.

5H.M. Yusran Asmuni, Pertumbuhan dan Perkembangan Berfikir Dalam Islam, (Al-Ikhlas, Surabaya, 1994), hlm.
24.

6Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafi Dalam Islam, (Bumi Aksara: Jakarta, 1991), hlm. 28.

7George N. Atiyeh, Al Kindi Tokoh Filosof Muslim, (Pustaka: Bandung, 1983), hlm. 3.
dalam disiplin ilmu fisika). Hanya saja kerap kali ia tidak konsisten dalam alam
pikirannya, yang tidak analitis melainkan sistesis. Hal ini ternyata dapat dimaklumi
karena di samping Jalan pikirannya sering berubah-ubah, juga karena oleh Prof. Ibrahim
Madzkur, seorang sejarahan terkemuka hanya dianggap sebagai perata jalan. Ia memiliki
perpustakaan pribadi "Al Kindiyah" dengan sejumlah koleksi buku-buku , yang
merupakan sumber informasi pengetahuan.8
Dalam catatan biografi Al-Kindi, "Al-Muntakhab", jelas menunjukkan bahwa ia
merupakan orang peratama yang termasyhur diantara orang-orang muslim Filsafat dan di
ilmu penegtahuan lainnya seperti Bidang tata bahasa, persajakan, ilmu kedokteran, seni
dan sebagainya. Ini merupakan keutamaan-keutamaan yang sekali terpadu dalam diri
jarang seorang individu tunggal. Terjemahan-terjemahannya, koreksi-koreksinya terhadap
berbagai terjemahan, ulasan-ulasan dan karya-karya aslinya sendiri menjadikannya
sebagai penggerak pengetahuan untuk melangkah maju dan mencapai puncaknya
sekarang ini. Dialah yang bertanggung Jawab dalam perkenalkan masalah-masalah
metafisika, psikologi etika serta pendekatan yang didasarkan atas metode logika dan
ilmiah kealam pikiran Muslim Arab. Ia menjembatani kesenjangan yang ada antara
penganut Rasionalisme dan fundamentalisme, sekalipun dalam beberapa hal la sendiri
tidak sependapat dengan sebagaian ahli. 9Tidak diragukan lagi perpusatakaan Al-Kindi
tentu penuh dengan buku-buku berharga, demikian terkenalnya sehingga banyak yang
dengki terhadapnya. Al-Jahidz dalam bukunya Al-Bukhala (orang-orang kikir) menyebut
10
Al-Kindi sebagai orang kikir. Al-Jahidz melukiskan kekikirannya itu dalam bentuk
karikatur yang sangat terkenal pada masa itu.
Ketekunan Al-Kindi di dalam pembahasan-pembahasan filsafatnya membuat ia
menjadi filosof besar yang pertama dalam dunia Islam. Dialah yang pertama kali
memperkenalkan filsafat Yunani di dunia Islam, sehingga dunia secara terang-terangan
Islam mengenal dengan baik inti filsafat Yunani, dan dengan ini pulalah ia memperkuat
aliran Muktazilah yang sangat mempengaruhinya dalam berkaidah, sehingga aliran ini

8Natsir Arsyad, Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah, (Mizan: Bandung, 1995), hlm. 49.

9 Natsir Arsyad, Ilmuwan Muslim…, hlm. 51.

10Ahmad Fuad Al- Ahwani , Filsafat Islam…, hlm. 52.


memakai filsafat sebagai alat dalam mempertahankan akidah Islam dari gangguan
musuh.11
Dalam memandang lingkup pengetahuan ilmiahnya yang luar biasa ini. beberapa
sejarahwan, seperti yang Al-Sijistani telah melihatnya semata-mata sebagai ilmuwan atau
ahli matematika, yang lain lebih adil telah mengakuinya sebagai seorang juru bicara
filsafat dan teologi arab, di samping ilmu dan matematika. Barang kali kejeniusannya
yang menyeluruh inilah yang menyebabkan ia memperoleh gelar "Filosof dari Arab" dan
memperoleh pujian dari para ahli yang lebih kompeten.12
Disamping digelari sebagai "Filosof Arab", Juga sebagai “Filosof Islam", karena
dialah satu-satunya filosof Islam yang berasal dari keturunan Arab. Kehebatannya tidak
saja karena metode, sikap dan penjajakannya pada bidang penyelidikan yang baru, tetapi
Juga karena usahanya dalam menjembatani kesenjangan antara pendekatan-pendekatan
intelektual yang setengah- tengah dari rekan-rekannya yang muslim pada zamannya
dengan disiplin filsafat yang keras. Ia adalah orang pertama yang memasukkan filsafat
sebagai salah satu keislaman, setelah terlebih dahulu menyesuaikannya dengan ajaran
islam. Hingga abad ke 2 H/7 M, bahkan ia dikenal sebagai pemikir muslim arab pertama
yang menghubungkan dan menyelaraskan filsafat dan agama.13
B. Karya-karya nya
Al-Kindi selama hidupnya mempunyai sebuah sekolah dan sekumpulan murid.
sebagian diantaranya disebutkan oleh al-Qithi, yang terpenting adalah Abu al-Abbas
Ahmad ibn Muhammad al-Sarakhsi (wft. kira-kira 889 M). daftar karyanya yang
berjumlah lebih dari lima puluh disajikan dalam Thabaqat yang memperlihatkan bahwa
dia adalah sarjana besar dan telah mendalami filsafat, matematika, aljabar, ilmu
kealaman, astronomi dan musik. Sedikit sekali karyanya yang masih ada sampai sekarang
dan diragukan apakah ia melangkah lebih jauh daripada apa yang dikuasainya.

11Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran…, hlm. 28.

12 Majid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam, (Pustaka Jaya: Jakarta, 1983), hlm. 4.

13 Abudin Nata, Ilmu Kalam,,,. hlm. 81.


Dibanding dengan karyanya di bidang filsafat, sebenarnya karya-karya ilmiahnya
di bidang ilmu pengetauan eksakta jauh lebih banyak. Karena itu banyak peneliti yang
menganggap al-Kindi hanya sebagai ilmuwan dan bukan sebagai filsuf.14
Sebagai karya-karyanya adalah sebagai berikut:
Bidang Astronomi
1. Risalah fi Masa'il Su'ila anha Ahwal al-Kawakib, jawaban terhadap pernyataan-
pernyataan tentang keadaan planet-planet.
2. Risalah fi Jawab Masa'il Thabi'iyyah fi Kayfiyyatul Nujumiyyah, pemecahan soal-
soal fisis tentang sifat-sifat perbintangan.
3. Risalah fi anna Ru'yat al-Hilal la Tudhbathu bi al-Haqiqah wa innama al-Qawl fiha bi
at-Taqrib, bahwa pengamatan astronomis Bulan Baru tak dapat ditentukan dengan
ketetapan mutlak.
4. Risalah fi Mathrah asy-Syu'aa, tentang proyeksi sinar.
5. Risalah fi Fashlayn, tentang dua musim (musim panas dan musim dingin).
Meteorologi
1. Risalah fi illat Kawnu adh-Dhabab, tentang sebab asal mula kabut. Ini telah
diterbitkan dalam Rasa 'il II: 76-8.
2. Risalah fi Atsar alladzi Yazhharu fi al-Jaww wa Yusamma Kawkaban, tentang tanda
yang nampak di langit dan disebut sebuah planet.
3. Risalah fi illat Ikhtilaf Anwa'us Sanah, tentang sebab perbedaan dalam tahun- tahun.
4. Risalah fi illat allati laba Yabrudu 'ala al-Jaww wa Yaskhunu maqaruba min al-Ardh,
tentang alasan mengapa bagian atas atmosfir tetap dingin sedangkan bagian lebih
dekat dengan bumi tetap panas.
5. Risalah fi al-Bard al-Musamma "Bard al-'Ajuz". tentang dingin "si Nyonya Tua".
Ramalan
1. Risalah fi Taqdimat al-Khabar, tentang prediksi.
2. Risalah fi Taqdimat al-Ma'rifah bi al-Ahdats, tentang ramalan dengan (mengamati)
gejala (meteorologi).
Magnitude (besaran)
1. Risalah fi Ab'ad Masafat al-Aqalim, tentang besarnya jarak antara (tujuh) iklim.

14 Natsir Arsyad, Ilmuwan Muslim…, hlm. 53-55.


2. Risalah fi Istikhraj Bu'da Markaz al-Qamar min al-Ardh, tentang perhitungan jarak
antara pusat bulan dan bumi.
3. Risalah fi Idhah Wujidan Ab'ad Bayna an-Nazhir wa Markaz A'midat al- Jibad,
tentang bagaimana menghitung jarak antara seorang pengamat dan puncak gunung
serta bagaimana menghitung ketinggian gunung.
4. Risalah fi Istikhraj Alat wa' Amaliha Yustakhraj biha Ab'ad al-Ajram, tentang
konstruksi sebuah instrumen untuk menentukan besarnya obyek-obyek yang diamati.
Ilmu Pengobatan
1. Risalah fi illat Nafts ad-Damm, tentang hemoptesis (batuk darah dari saluran
pernapasan)
2. Risalah fi Asyfiyat as-Sumum, tentang obat penawar racun.
3. Risalah fi illat al-Judzam wa Asyfiyatuhu, tentang penyakit lepra dan pengobatannya.
4. Risalah fi Adhat al-Kalb al-Kalib, tentang rabies.
5. Risalah fi illat Baharin al-Amradh al-Haddah, tentang sebab igauan dalam penyakit-
penyakit akut.
Geometri
1. Risalah f Amal Syakl al-Mutawassihayn, tentang konstruksi bentuk garis- garis
tengah.
2. Risalah fi Taqrib Watar ad-Da'irah tentang perhitungan yang mendekati dari daftar tali
busur-tali busur sebuah lingkaran.
3. Risalah fi Taqrib Qawl Arsyamidas fi Qadar Quthr ad-Da'irah min Muhithiha, tentang
perhitungan teori Archimedes yang mendekati mengenai besarnya suatu diameter,
yang diketahui dari kelilingnya.
4. Risalah Ishlah Kitab Uqlidis, tentang perbaikan buku Euclides.
Ilmu Hitung
1. Risalah fi Madkhalila al-Aritmathiqi, suatu pengantar ke ilmu hitung.
2. Risalah fi al-Kammiyat, al-Mudhafah, tentang jumlah relatif.
3. Kitab fi al-Khalq an-Nusbiyah wa az-Zamaniyah, tentang mengukur.
4. Risalah fi at-Tawhid min al-A'dad, tentang keesaan dari segi-segi angka.
Logika
1. Risalatuhu fi Madkhal al-Mantiq bi Istifa al-Qawi fihi, sebuah pengantar lengkap
logika.
2. Risalah fi al-Ibanah 'an Qawl Bathlimayus fi al-Awwal Kitabihi al-Majithi an Qawl
Aristhathalis fi Analuthiqa, tentang penjelasan ulasan Ptolemy pada permulaan
almagest, mengenai apa yang dikatakan Aristoteles dalam analitiknya
3. Ikhtisar Kitab Isaghuji li Farfuris, sebuah ikhtisar Eisagoge Porphyry.15
Filsafat
1. Kitab Al-Kindi Ilal Mu’tashim billah fil Falsafah al-Ula (Tentang Filsafat Pertama)
Al- Kindi membuktikan bahwa tidak ada sesuatu yang tidak terbatas selain Tuhan.
Waktu, ruang dan gerak bersifat terbatas.
2. Kitab al-Falsafah al Dakhilah wal-Masa il al Min thiyah wal Mu'tashah wa ma Fawqa
al-Thani'iyyat (Filsafat yang diperkenalkan dan Masalah-masalah logika dan Muskil
serta metafisika).
3. Kitab al-Hatsts ala Ta'allun al-Falsafah (Nasehat-nasehat untuk mempelajari filsafat).
4. Kitab fi annahu latanalu al-Falsafah illa bi ilm al-Riyadhiyyat (Filsafat tidak dapat
dicapai kecuali dengan ilmu penegtahuan dan matematika).
5. Kitab fi Dashd Aristhathalis fil Maglat (maksud-maksud Aritotels dalam katagori-
katagorinya).16
C. Pemikiran Al – Kindi
Al-Kindi terlibat secara langsung dalam konflik ideologi yang muncul pada
masanya antara mu'tazilah yang saat itu merepresentasikan ideologi negara pada satu sisi,
dengan penganut gnostik (irfan) dan penganut sunni pada sisi yang lain, dalam kondisi
tersebut, Al-Kindi berjuang didua forum sekaligus:
1. Melawan kaum Gnostik
2. Menentang rigiditas para ahli hukum yang digambarkan sebagai kelompok
"kelompok yang meninggalkan kebenaran". Mereka mengorbankan kebencian kepada
pemikiran filsafat karena mereka takut kehilangan posisi yang bukan hak mereka dan
mereka di tuduh sebagai orang-orang yang memperjual belikan agama.17

15 Nasution Harun, Filsafat dan Mistisime dalam Islam,(Bulan Bintang: Jakarta, 1973), hlm. 14.

16 M.M. Syarif, Para Filosof…, hlm. 17.

17 Supriyadi Deli,Pengantar Filsafat Islam Konsep Filsuf dan Ajarannya, (Pustaka Setia: Bandung, 2009), hlm. 56.
Ditengah-tengah konfik antara agama (ilmu-ilmu agama), dengan filsafat ini, Al-
Kindi tampil sebagai sosok pertama yang mencoba mendamaikan antara filsafat dan
agama. Upaya ini ditempuh Al-Kindi karena saat itu muncul anggapan bahwa berfikir
logika (filsafat) hukumnya haram, Al-Kindi kemudian mencoba menolak anggapan yang
dianggapnya keliru tersebut. Menurut Al-Kindi filsafat tidaklah bertentangan dengan
agama, sehingga berfilsafat atau berfikir secara logika tidaklah dilarang dalam islam. Al-
Kindi kemudian menambahkan bahwa displin teologi merupakan bagian dari filsafat,
sedangkan umat islam diwajibkan untuk belajar teologi. Meskipun demikian, Al-kindi
tetap berpendapat bahwa argumen-argumen yang dibawa oleh Al-Qu'an lebih
menyakinkan daripada argumen-argumen yang dibawa oleh filsafat, tetapi filsafat dan Al-
Qur'an tidaklah bertentangan tentang dengan kebenaran yang dibawa oleh filsafat Karena
itu, Al-Kindi berpandangan bahwa filsafat harus dipahami dan diterima sebagai bagian
dari kebudayaan islam.18
Gagasan-gagasan Al-Kindi ini secara umum berasal dari tradisi Aristetoles dan Plato,
namun la meletakan gagasan itu dalam konteks yang baru dengan meletakan asas-asas
sebuah filsafat baru. Menurut Al-Kindi filsafat merupakan pengetahuan tentang
kebenaran. Al-Kindi sebagai filosof yunani percaya bahwa kebenaran itu bersifat abadi
dan jauh berada diatas pengalaman. Karena itu, falsafah dan agama memiliki persamaan
karena tujuan agama sebagaimana filsafat adalah menerangkan apa yang benar dan apa
yang baik, dan untuk melaksanakan tugas tersebut, baik agama maupun filsafat sama-
sama menggunakan akal. Dengan demikian, Al-Kindi melihat keselarasan filsafat dan
agama dilihat dari tiga sudut :
1. Ilmu agama merupakan bagian dari filsafat.
2. Kebenaran wahyu dan kebenaran filsafat saling bersesuaian.
3. Menuntut ilmu secara logika diperintahkan.
Karena itu, Al-Kindi mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang hakikat
segala sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia. Menurut Al-Kindi tujuan filosof
dalam berteori adalah mencari kebenaran dan dalam berpraktek ialah menyesuaikan
dengan kebenaran itu.19

18 M.M. Syarif, Para Filosof…, hlm. 215.

19Nasution Harun, Filsafat dan Mistisime…, hlm. 12.


DAFTAR PUSTAKA

Al- Ahwani Fuad Ahmad. 1985. Filsafat Islam. Jakarta : Pustaka Firdaus.

Ali Mahdi Khan. 2004. Dasar-Dasar Filsafat Islam Pengantar ke Gebrang


Pemikiran. Nuansa : Bandung.

Ali Yunasril. 1991. Perkembangan Pemikiran Falsafi Dalam Islam. Bumi


Aksara: Jakarta.

Arsyad Natsir. 1995. Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah. Mizan: Bandung.

Atiyeh N George. 1983. Al Kindi Tokoh Filosof Muslim. Pustaka: Bandung.

Deli Supriyadi. 2009. Pengantar Filsafat Islam Konsep Filsuf dan Ajarannya.
Pustaka Setia: Bandung.

Fakhry Majid. 1983. Sejarah Filsafat Islam. Pustaka Jaya: Jakarta.

Nasution Harun. 1973. Filsafat dan Mistisime dalam Islam. Bulan Bintang:
Jakarta.

Nata Abudin. 1994. Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf (Di- rasah Islamiyah IV).
Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Syarif, M.M. 1993. Para Filosof Muslim. Mizan: Bandung.

Yusran Asmuni H.M. 1994. Pertumbuhan dan Perkembangan Berfikir Dalam


Islam. Al-Ikhlas, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai