BIOGRAFI AL – KINDI
Disusun oleh:
Kelas A
2022
A. Riwayat hidup
Al Kindi (185 H/801 M - 260 H/873 M) adalah filosof muslim pertama. Al-Kindi,
alkindus, nama lengkapnya Abu Yusuf Yakub ibn Ishaq ibn Sabbah ibn Imran ibn Ismail
al-Ash' ats ibn Qais al-Kindi, lahir di Kufah, Iraq sekarang, tahun 801 M, wafat pada
tahun 873 M, pada masa khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dari dinasti Bani Abbas
(750-1258 M). Nama "al-Kindi" sendiri dinisbatkan kepada marga atau suku leluhurnya,
salah satu suku besar zaman pra-Islam.1
Orang tua Al-Kindi adalah gubernur dari Kufah pada masa pemerintahan Al-
Mahdi (775-758 M) dan Harun Al-Rasyid (786-809) dari Bani Abbas, akan tetapi
beberapa tahun setelah kelahiran Al-Kindi, ayahnya meninggal dunia Ishaq Ibnu As-
Sabah,2 dengan demikian Al-Kindi pun dibesarkan dalam keadaan yatim. Al-Kindi
adalah keturunan suku kindah (Yaman), di bagian arab selatan yang sejak dulu
menempati daerah selatan Jazirah Arab yang tergolong memiliki apresiasi kebudayaan
yang cukup tinggi dan banyak dikagumi banyak orang. Ia lahir ditengah keluarga yang
kaya akan informasi kebudayaan dan berderajat tinggi serta terhormat dimata masyarakat.
Kakeknya atau keturunannya yang pertama kali memeluk islam ialah Al- Asy'ats bin
Qais, seseorang yang memimpin utusan Kabilah menghadap Rasul SAW. Asy'ats
termasuk salah seorang sahabat nabi yang paling pertama datang ke kota Kufah. Ia pun
termasuk diantara para sahabat yang meriwayatkan hadist-hadist nabi bersama dengan
Sa'ad Abi Waqqash. ia turut berkecimpung dalam peperangan melawan Persia di Iraq.
Tidak ada kepastian tentang tanggal kelahiran, kematian dan siapa-siapa saja ulama yang
pernah menjadi guru Al-kindi, kecuali kepastian bahwa la dilahirkan di Kufah sekitar
tahun 801 M dari pasangan keluarga kaya dan terhormat.3
Kota Kufah sebagai tempat tinggal Al-Kindi, pada waktu itu tampil sebagai pusat
kebudayaan Islam. Di kota itu, Al-Kindi mempelajari tata bahasa Arab, Kesusasteraan,
ilmu hitung dan menghafal Al-Qur'an. Setelah itu ia mempelajari fiqh dan ilmu kalam.
1M.M. Syarif, Para Filosof Muslim, (Mizan: Bandung , 1993), hlm. 11.
2Khan Mahdi Ali, Dasar-Dasar Filsafat Islam Pengantar ke Gebrang Pemikiran, (Nuansa : Bandung, 2004), hlm.
47.
3Ahmad Fuad Al- Ahwani , Filsafat Islam, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1985), hlm. 64.
Akan tetapi ia nampak lebih tertarik pada ilmu pengetahuan dan filsafat, terutama setelah
ia menetap di Baghdad. Kota Kufah yang pesat kemajuannya dengan ilmu pengetahuan
telah memberi rangsangan kepadanya untuk mempelajari ilmu pengetahuan. Dengan
bekal ilmu yang dimilikinya itu, ia kemudian pindah ke Basrah.4
Disinilah Al-Kindi lebih luas mengenal ilmu pengetahuan, kesusasteraan dan
kebudayaan yunani dan Syiria kuno melalui buku-buku itu ia pun menyediakan diri untuk
mmepelajari bahasa Syriani, kemudian menerjemahkan buku-buku tersebut kedalam
bahasa Arab. Al- Kindi menjadi pelopor penterjemahan filsafat Yunani ke dalam bahasa
Arab, seorang filosof dan termasuk orang yang disegani pada jamannya.5
Setelah memulai karirnya dalam penerjemahan buku- termasuk orang buku
filsafat Yunani mulailah namanya dikenal di kalangan istana. Akhirnya ia diambil oleh
Khalifah sebagai anggota Dewan penerjemah. Namun demikian Karirnya tidaklah
terhenti sebagai tukang terjemah buku-buku Yunani, tetapi selanjutnya ia sendiri bertekun
mempelaJari berbagai lapangan ilmu seperti logika, geometri, astronomi, optika,
kedokteran, musik dan sebagainya.6
Dalam masa Al-Kindi, muncul empat mazhab hukum, yakni Abu Hanifah, As-
Syafii, Ibn Hanbal dan Malik Ibn Anas. Perbedaan dasar antara mazhab-mazhab ini
terletak pada penggunaan analogi (qiyas) dan pendapat pribadi (ra’i) untuk menyesuaikan
hukum itu dengan tuntutan- tuntutan zaman atau hanya berdasarkan kesimpulan-
kesimpulan atas materi yang terkandung dalam hadist Nabi. Sungguh merupakan suatu
masalah, apakah menerima atau tidak pemakaian metode-metode Hellenistik, seperti
halnya yang digunakan di Suriah atau semata -mata dari benar-benar hanya tergantung
kepada Sunnah.7
Dalam sejarah hidupnya, disamping sebagai filusuf, Juga amat masyhur dikenal
namanya sebagai ilmuwan (perlu diketahui bahwa selama abad ke-9 M, Al Kindi
termasuk salah seorang yang gemilang namanya dalam dunia ilmu kimia, begitu pula
4Abudin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf (Di- rasah Islamiyah IV), (Raja Grafindo Persada: Jakarta, 1994),
hlm. 80.
5H.M. Yusran Asmuni, Pertumbuhan dan Perkembangan Berfikir Dalam Islam, (Al-Ikhlas, Surabaya, 1994), hlm.
24.
6Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafi Dalam Islam, (Bumi Aksara: Jakarta, 1991), hlm. 28.
7George N. Atiyeh, Al Kindi Tokoh Filosof Muslim, (Pustaka: Bandung, 1983), hlm. 3.
dalam disiplin ilmu fisika). Hanya saja kerap kali ia tidak konsisten dalam alam
pikirannya, yang tidak analitis melainkan sistesis. Hal ini ternyata dapat dimaklumi
karena di samping Jalan pikirannya sering berubah-ubah, juga karena oleh Prof. Ibrahim
Madzkur, seorang sejarahan terkemuka hanya dianggap sebagai perata jalan. Ia memiliki
perpustakaan pribadi "Al Kindiyah" dengan sejumlah koleksi buku-buku , yang
merupakan sumber informasi pengetahuan.8
Dalam catatan biografi Al-Kindi, "Al-Muntakhab", jelas menunjukkan bahwa ia
merupakan orang peratama yang termasyhur diantara orang-orang muslim Filsafat dan di
ilmu penegtahuan lainnya seperti Bidang tata bahasa, persajakan, ilmu kedokteran, seni
dan sebagainya. Ini merupakan keutamaan-keutamaan yang sekali terpadu dalam diri
jarang seorang individu tunggal. Terjemahan-terjemahannya, koreksi-koreksinya terhadap
berbagai terjemahan, ulasan-ulasan dan karya-karya aslinya sendiri menjadikannya
sebagai penggerak pengetahuan untuk melangkah maju dan mencapai puncaknya
sekarang ini. Dialah yang bertanggung Jawab dalam perkenalkan masalah-masalah
metafisika, psikologi etika serta pendekatan yang didasarkan atas metode logika dan
ilmiah kealam pikiran Muslim Arab. Ia menjembatani kesenjangan yang ada antara
penganut Rasionalisme dan fundamentalisme, sekalipun dalam beberapa hal la sendiri
tidak sependapat dengan sebagaian ahli. 9Tidak diragukan lagi perpusatakaan Al-Kindi
tentu penuh dengan buku-buku berharga, demikian terkenalnya sehingga banyak yang
dengki terhadapnya. Al-Jahidz dalam bukunya Al-Bukhala (orang-orang kikir) menyebut
10
Al-Kindi sebagai orang kikir. Al-Jahidz melukiskan kekikirannya itu dalam bentuk
karikatur yang sangat terkenal pada masa itu.
Ketekunan Al-Kindi di dalam pembahasan-pembahasan filsafatnya membuat ia
menjadi filosof besar yang pertama dalam dunia Islam. Dialah yang pertama kali
memperkenalkan filsafat Yunani di dunia Islam, sehingga dunia secara terang-terangan
Islam mengenal dengan baik inti filsafat Yunani, dan dengan ini pulalah ia memperkuat
aliran Muktazilah yang sangat mempengaruhinya dalam berkaidah, sehingga aliran ini
8Natsir Arsyad, Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah, (Mizan: Bandung, 1995), hlm. 49.
12 Majid Fakhry, Sejarah Filsafat Islam, (Pustaka Jaya: Jakarta, 1983), hlm. 4.
15 Nasution Harun, Filsafat dan Mistisime dalam Islam,(Bulan Bintang: Jakarta, 1973), hlm. 14.
17 Supriyadi Deli,Pengantar Filsafat Islam Konsep Filsuf dan Ajarannya, (Pustaka Setia: Bandung, 2009), hlm. 56.
Ditengah-tengah konfik antara agama (ilmu-ilmu agama), dengan filsafat ini, Al-
Kindi tampil sebagai sosok pertama yang mencoba mendamaikan antara filsafat dan
agama. Upaya ini ditempuh Al-Kindi karena saat itu muncul anggapan bahwa berfikir
logika (filsafat) hukumnya haram, Al-Kindi kemudian mencoba menolak anggapan yang
dianggapnya keliru tersebut. Menurut Al-Kindi filsafat tidaklah bertentangan dengan
agama, sehingga berfilsafat atau berfikir secara logika tidaklah dilarang dalam islam. Al-
Kindi kemudian menambahkan bahwa displin teologi merupakan bagian dari filsafat,
sedangkan umat islam diwajibkan untuk belajar teologi. Meskipun demikian, Al-kindi
tetap berpendapat bahwa argumen-argumen yang dibawa oleh Al-Qu'an lebih
menyakinkan daripada argumen-argumen yang dibawa oleh filsafat, tetapi filsafat dan Al-
Qur'an tidaklah bertentangan tentang dengan kebenaran yang dibawa oleh filsafat Karena
itu, Al-Kindi berpandangan bahwa filsafat harus dipahami dan diterima sebagai bagian
dari kebudayaan islam.18
Gagasan-gagasan Al-Kindi ini secara umum berasal dari tradisi Aristetoles dan Plato,
namun la meletakan gagasan itu dalam konteks yang baru dengan meletakan asas-asas
sebuah filsafat baru. Menurut Al-Kindi filsafat merupakan pengetahuan tentang
kebenaran. Al-Kindi sebagai filosof yunani percaya bahwa kebenaran itu bersifat abadi
dan jauh berada diatas pengalaman. Karena itu, falsafah dan agama memiliki persamaan
karena tujuan agama sebagaimana filsafat adalah menerangkan apa yang benar dan apa
yang baik, dan untuk melaksanakan tugas tersebut, baik agama maupun filsafat sama-
sama menggunakan akal. Dengan demikian, Al-Kindi melihat keselarasan filsafat dan
agama dilihat dari tiga sudut :
1. Ilmu agama merupakan bagian dari filsafat.
2. Kebenaran wahyu dan kebenaran filsafat saling bersesuaian.
3. Menuntut ilmu secara logika diperintahkan.
Karena itu, Al-Kindi mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang hakikat
segala sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia. Menurut Al-Kindi tujuan filosof
dalam berteori adalah mencari kebenaran dan dalam berpraktek ialah menyesuaikan
dengan kebenaran itu.19
Al- Ahwani Fuad Ahmad. 1985. Filsafat Islam. Jakarta : Pustaka Firdaus.
Deli Supriyadi. 2009. Pengantar Filsafat Islam Konsep Filsuf dan Ajarannya.
Pustaka Setia: Bandung.
Nasution Harun. 1973. Filsafat dan Mistisime dalam Islam. Bulan Bintang:
Jakarta.
Nata Abudin. 1994. Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf (Di- rasah Islamiyah IV).
Raja Grafindo Persada: Jakarta.