Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ALIRAN REKONTRUKSIONISME

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Dr. H. Abdul Khobir, M.Ag

Disusun Oleh:

1. Rikzan Murtafi’ (2121138)


2. Desy Fitriyani (2121144)
3. Siti Baqiyah Indrianingsih (2121145)
4. Betania Salsadila Virdani (2121262)

KELAS A
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ABDURRAHMAN WAHID
PEKALONGAN
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt., atas segala nikmat dan karunia-
Nya sehingga makalah yang berjudul “Aliran Perenialisme” ini dapat diselesaikan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi dan junjungan kita, Nabi
Muhammad Saw., keluarga dan sahabatnya.
Makalah ini dapat selesai dengan baik atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. H.
Abdul Khobir, M. Ag., selaku dosen pengampu Mata Kuliah Hadis Filsafat Pendidikan
Islam dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan makalah ini.
Penulis telah berupaya menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Namun
demikian, apabila dalam makalah ini didapati kekurangan dan kesalahan, baik dalam
pengetikan maupun isinya, maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran
yang membangun dari pembaca guna penyempurnaan penulisan berikutnya. Kami
berharap walau dengan segala kekurangan, makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Pekalongan, 20 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Pengertian Aliran Rekontruksionisme.................................................................................3
B. Latar Belakang Munculnya Aliran Rekontruksionisme......................................................4
C. Pandangan Ontologi Rekontruksionisme.............................................................................4
D. Pandangan Epistimologi Rekontruksionisme......................................................................5
E. Pandangan Aksiologi Rekontruksionisme...........................................................................7
F. Pandangan Aliran Rekontruksionisme Tentang Pendididikan............................................7
G. Pandangan Aliran Rekontruksionisme Tentang Belajar.......................................................8
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................10
A. Simpulan............................................................................................................................10
B. Saran..................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat pendidikan islam pada hakikatnya adalah konsep berfikir tentang
kependidikan yang bersumber atau berlandaskan atas ajaran-ajaran Islam. Didalam
filsafat modern dikenal beberapa aliran-aliran, salah satunya yaitu aliran
rekontrusionisme yang mana di zaman modern seperti sekarang ini banyak
menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan manusia terutama dalam bidang
pendidikan. Untuk mengatasi krisis kehidupan modern tersebut aliran
rekonstruksionisme mengambil jalan dengan membina konsensus yang paling luas
mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia. Oleh karena itu
pada aliran rekotruksionisme ini, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan.
Di samping itu aliran rekotruksionisme menekankan tentang pemecahan masalah
dan berfikir kristis. Dalam teori rekotruksionisme manaruh perhatian terhadap
pendidikan yang berkaitan dengan masyarakat. Pendukung rekotruksionisme
mengambil posisi bahwa pendidikan adalah institusi sosial dan sekolah merupalan
bagian dari masyarakat. Perkembangan ilmu, teknologi, dan industrialisasi telah
memberikan sumbangan positif bagi kemanusiaan, seperti peningkatan kesejahteraan.
Namun dilain pihak juga memberukan pengaruh negatif. Masyarakat yang tenang,
tentram, dan damai dalam artian yang wajar, berangsur-angsur diganti oleh masyarakat
yang coraknya tidak menentu, tidak ada kemantapan, dan yang lebih penting lepasnya
individu dalam keterkaitannya dengan masyarakat serta adanya keterasingan.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian aliran rekontruksionisme?


2. Bagaimana latar belakang munculnya aliran rekontruksionisme?
3. Bagaimana pandangan ontologi rekontruksionisme?
4. Bagaimana pandangan estimologi rekontruksionisme?
5. Bagaimana pandangan aksiologi rekontruksionisme?
6. Bagaimana pandangan aliran rekontruksionisme tentang pendidikan?
7. Bagaimana pandangan aliran rekontruksionisme tentang belajar?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian aliran rekontruksionisme.


2. Mengetahui latar belakang munculnya aliran rekontruksionisme.

1
3. Mengetahui pandangan ontologi rekontruksionisme.
4. Mengetahui pandangan epistimologi rekontruksionisme.
5. Mengetahui pandangan aksiologi rekontruksionisme.
6. Mengetahui pandangan aliran rekontruksionisme tentang pendidikan.
7. Mengetahui pandangan aliran rekontruksionisme tentang belajar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Rekontruksionisme

Kata reconstructivism berasal dari bahasa inggris reconstruct yang berarti


menyusun kembali. Dalam kamus Oxford, to reconstruct bermakna to build or to form
(something) again after it has been damaged or destroyed. Dalam kamus ilmiah,
rekonstruksi berarti kehidupan yang merancang dan baru. Dalam konteks filsafat
pendidikan, aliran reconstructivism merupakan suatu aliran yang berusaha merombak
tata susunan lama dengan membangun tata kebudayaan yang menjawab tantangan zaman
modern. Aliran reconstructivism pada dasarnya berangkat dari titik tolak yang sama
dengan aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. 1 Sementara
menurut Imam Barnadib, reconstructivism sebagai filsafat pendidikan menghendaki anak
didik agar dibangkitkan kemampuannya untuk secara rekonstruktif menyesuaikan diri
dengan tuntutan perubahan dan perkembangan masyarakat, sebagai akibat adanya
pengaruh dari ilmu pengetahuan dan teknologi.2
Aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata
susunan lama dan membangun tata hidup kebudayaan yang menjawab permasalahan-
permasalahan dunia modern. Aliran rekonstruksionisme, pada prinsipnya, sepaham
dengan aliran perenialisme, yaitu hendak melampaui krisis kebudayaan modern. Kedua
aliran tersebut, aliran rekonstruksionisme dan perenialisme, memandang bahwa zaman
modern merupakan zaman yang tatanan sosialnya terganggu oleh kehancuran,
kebingungan dan kesimpangsiuran. Walaupun demikian, prinsip yang dimiliki oleh
aliran rekonstruksionisme tidaklah sama dengan prinsip yang dipegang oleh aliran
perenialisme. Keduanya mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang
akan ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan. Aliran
perennialisme memilih cara tersendiri, yakni dengan kembali ke alam kebudayaan lama
atau dikenal dengan regressive road culture yang mereka anggap paling ideal. Sementara
itu, rekonstruksionisme berupaya mencari kesepakatan antar sesama manusia, agar dapat
mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan yang harmonis bagi kemanusiaan
dan juga seluruh lingkungannya. Maka, proses dan lembaga pendidikan dalam
pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata

1
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan, (Jakarta:
Gaya Media Pratama, 1997), hlm. 116.
2
Siti Fatimah, “Merekonstruksi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di
Sekolah Negeri Studi Kasus SMA N 14 Yogyakarta”, (Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Islam, Volume XI,
No. 1, 2018), hlm. 23.

3
kelola yang baru. Untuk mencapai tujuan utama tersebut diperlukan kerjasama antara
seluruh elemen umat manusia.3

B. Latar Belakang Munculnya Aliran Rekontruksionisme

Lahirnya aliran rekonstruksionisme ini berawal dari krisis kebudayaan modern,


sama halnya dengan aliran perenialisme. Aliran perenialisme memilih jalan kembali ke
alam kebudayaan abad pertengahan. Menurut Muhammad Noor, kedua aliran tersebut
memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan
yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran. Suatu ketika pada
tahun 1930, George Count dan Harold Rugg muncul gagasan yang bermaksud ingin
membangun masyarakat baru, yang pantas dan adil. Dari sinilah awal kemunculan aliran
ini. Ide gagasannya selanjutnya didukung oleh pemikiran progresif Dewey, dan
menjelaskan bahwa aliran rekonstruksionisme berlandaskan filsafat pragmatisme. Aliran
Rekonstruksionisme berkeyakinan juga bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan
tugas semua umat manusia dan bangsa. Rekonstruksionisme ingin merombak tata
susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.4
Kehadiran aliran rekontruksionisme ini dalam Pendidikan didorong oleh adanya
suatu tuntutan yang menghendaki agar sekolah berperan mengambil bagian dalam
membangun masyarakat masa depan. Hal ini dikarenakan masyarakat mengalami
kebimbangan, ketakutan dan kebingungan dalam menghadapi perkembangan zaman.
Rekontruksionisme ini berusaha membina suatu konsesus yang paling luas dan paling
mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia. 5 Rekontruksi
pendidikan menuntut individu menjadi lebih baik dan dapat berkompromi terhadap
perubahan dan berperan aktif dalam menciptakan perubahan.

C. Pandangan Ontologi Rekontruksionisme

Dengan ontologi, dapat diterangkan bagaimana hakikat dari segala sesuatu.


Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa realita itu bersifat universal. Realita itu
ada di mana-mana dan sama di setiap tempat.6 Untuk mengerti realita, kita tidak hanya
harus melihat sesuatu yang konkret, tetapi juga sesuatu yang khusus, karena realita yang
kita ketahui dan hadapi tidak terlepas dari suatu sistem, selain substansi yang dipunyai
dari tiap sesuatu tersebut. Sebagai sub stansi, tiap realita itu selalu bergerak dan

3
Muhammad Kristiawan, Filsafat Pendidikan: The Choice is Yours, (Yogyakarta: Valia Pustaka,
2016), hlm. 35.
4
Taufikurrahman, “Aliran Rekontruksionisme Dalam Pandangan Filsafat Pendidikan Islam”,
(Malang: Jurnal Al-Makrifat, Vol 3, No 2, Oktober 2018), hlm. 49.
5
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2007), hlm.
70.
6
Mohammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hlm. 306.

4
berkembang dari potensialitas menuju aktualitas, sehingga gerakan tersebut mencakup
tujuan dan terarah guna mencapai tujuan masing-masing dengan caranya sendiri karena
tiap realita memiliki perspektif tersendiri.
Aliran ini berpendirian bahwa alam nyata ini mengandung dua macam hakikat
sebagai asal sumber, yakni hakikat materi dan hakikat rohani. Kedua macam hakikat ini
memiliki ciri yang bebas dan berdiri sendiri, azali dan abadi, dan hubungan keduanya
menciptakan kehidupan dalam alam.7
Sesuai dengan namanya, rekontruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha
mencari kesepakatan tentang tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia
dalam suatu tata susunan baru seluruh lingkungannya, dengan kata lain
rekontruksionisme ingin merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan
hidup kebudayaan yang sama sekali baru melalui lembaga dan proses pendidikan.8

D. Pandangan Epistimologi Rekontruksionisme

Dasar filosofis aliran rekontruksionisme:

1. Pragmatisme
Baik rekontruksionisme individualistik (radikal) dari John Dewey maupun
rekontruksionisme sosial dari George S Count bersumber pada pragmatisme.
Pragmatisme menganggap kenyataan sebagai dunia pengalaman, yang diperoleh
melalu pendirian, yang kebenarannya terkandung pada kegunaannya
dalam masyarakat.
2. Neopositivisme
Sikap umum yang menjadi dasar pemikiran kaum positivisme adalah
humanisme ilmiah, yang menghargai harkat dan martabat manusia, dan mempunyai
keyakinan teguh bahwa ilmu dapat dipergunakan untuk membangun
masyarakat masa depan.
3. Macam-macam aliran rekontruksionisme
a. Rekontruksionisme Sosial (oleh George S. Counts).
George S. Counts menulis bahwa dewasa ini terdapat jurang pemisah yang
besar dan sulit dihilangkan, antara peradaban industri dengan adat istiadat,
kesetiaan kesetiaan, pemahaman-pemahaman, dan pandangan skita. ia
menyalahkan sekolah-sekolah karena mengabdikan ketidaksamaan-ketidaksamaan
yang mencolok berdasarkan garis ras, kelas dan etnik. Ia menegaskan bahwa
sekarang ini sekolah-sekolah menengah umum sebagian besar dimasuki oleh anak-
anak dari kelas sosial yang lebih baik kemampuan keluarganya. Hal ini
memberikan tontonan kepada kita tentang suatu hak istimewa yang sedang

7
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan…, hlm 118.
8
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan…, hlm. 71.

5
dipamerkan atas biaya masyarakat, yang memperlihatkan bahwa kelas-kelas yang
berkemampuan lebih baik telah memperoleh kedudukan yang istimewa dalam
masyarakat modern.
Pertanyaan-pertanyaan didorong oleh masalah sebuah masyarakat yang
dilanda kesulitan ekonomi dan masalah-masalah sosial yang sangat besar,
pendidikan ditantang untuk lebih memberikan pelayanan sebagai sebuah agen
perubahan dari rekonstruksi sosial dari pada mempertahankan status quo dengan
ketidaksamaan ketidaksamaan dan masalah-masalah yang terendam di dalamnya.

b. Rekontruksionisme Radikal (oleh John Dewey) diinginkan.

John Dewey memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-


pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat
utama berlangsungnya pendidikan harus merupakan gambaran kecil dari
kehidupan kecil dari masyarakat. Rekontruksionisme radikal memandang
pendidikan sebagai alat membangun masa depan. Dengan membentuk individu
maka dapat dibentuk masyarakat. Pendidikan merupakan badan konstruktif untuk
memperbaiki masyarakat dan membina masa depan yang lebih baik.9
Kaum rekontruksionisme umumnya berpendapat bahwa kaum progresivisme
tidak cukup jauh dalam usaha usaha mereka memperbaiki masyarakat. Mereka percaya
bahwa perhatian kaum progresif hanya berkenaan dengan masalah-masalah masyarakat
yang ada sekarang, padahal apa yang diperlukan dalam abad kemajuan teknologi yang
cepat adalah rekontruksi masyarakat dan penciptaan sebuah tatanan dunia baru. Ia
menyatakan bahwa sekolah sekolah itu menjadi pusat-pusat bagi pengembangan dari
sebuah masyarakat baru secara keseluruhan yang terikat pada upaya menghilangkan
kemiskinan, perang, dan rasionalisme. Ia menyatakan bahwa apabila sekolah-seko lah
betul-betul efektif, maka mereka harus menjadi pusat pusat pembangunan, dan tidak
hanya untuk perenungan peradaban kita. Hal ini tidaklah berarti bahwa kita akan
berusaha memperkenalkan pembaharuan-pembaharuan khusus melalui sistem
pendidikan. Bagaimanapun, kita akan memberi kepada anak-anak kita suatu wawasan
tentang kemungkinan-kemungkinan yang terletak di depan dan berusaha memperoleh
kesetian-kesetiaan antusiasme mereka dalam mewujudkan wawasan.
Kajian epistemologis aliran ini lebih merujuk pada pendapat aliran pragmatisme
(progressive) dan perenialisme. Menurut aliran ini, untuk memahami realita memerlukan
suatu asas tahu. Maksudnya, kita tidak mungkin memahami realita ini tanpa melalui
proses pengalaman dan hubungan dengan realita terlebih dahulu melalui penemuan ilmu
pengetahuan. Karenanya, baik indra maupun rasio sama-sama berfungsi membentuk
pengetahuan, dan akal dibawa oleh pancaindra menjadi pengetahuan yang sesungguhnya.

9
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan…, hlm. 71-73.

6
Aliran ini juga berpendapat bahwa dasar dari suatu kebenaran dapat dibuktikan dengan
self-evidence, yakni bukti yang ada pada diri sendiri, realita dan eksistensinya. Dengan
kata lain, pengetahuan yang benar buktinya ada di dalam pengetahuan ilmu itu sendiri.
Sebagai ilustrasi, adanya Tuhan tidak perlu dibuktikan dengan bukti-bukti lain atas
eksistensi Tuhan (self-evidence).
Pedoman aliran ini berasal dari ajaran Aristoteles yang membicarakan dua hal
pokok, yakni pikiran (ratio) dan bukti (evidence), yang menggunakan jalan pemikiran
silogisme. Silogisme menunjukkan hubungan logis antara premis mayor, premis minor,
dan kesimpulan (conclusion), yakni memakai cara pengambilan kesimpulan
deduktif dan induktif.10

E. Pandangan Aksiologi Rekontruksionisme

Dalam proses interaksi sesama manusia, diperlukan nilai-nilai. Begitu juga


halnya dalam hubungan manusia dengan sesamanya dan alam semesta tidak mungkin
melakukan sikap netral, akan tetapi manusia sadar ataupun tidak sadar telah melakukan
proses penilaian yang merupakan kecenderungan manusia. Tetapi, secara umum ruang
lingkup (scope) tentang pengertian “nilai” tidak terbatas.
Aliran rekonstruksionisme memandang masalah nilai berdasarkan azas-azas
supernatural yakni menerima nilai natural yang universal, yang abadi berdasarkan prinsip
nilai teologis. Hakikat manusia adalah emanasi (pancaran) yang potensial yang berasal
dari dan dipimpin oleh Tuhan dan atas dasar inilah tinjauan tentang kebenaran dan
keburukan dapat diketahuinya. Kemudian, manusia sebagai subjek telah memiliki
potensi-potensi kebaikan dan keburukan sesuai dengan kodratnya. Kebaikan itu akan
tetap tinggi nilainya bila tidak dikuasai oleh hawa nafsu belaka, karena itu akal
mempunyai peran untuk memberi penentuan.11

F. Pandangan Aliran Rekontruksionisme Tentang Pendididikan

Menurut aliran rekontruksionisme teori pendidikan didasarkan kepada hal-hal


sebagai berikut:
1. Tujuan Pendidikan
a. Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk
melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat.
b. Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionis adalah mengembangkan ‘insinyur-
insinyur’ sosial, warga-warga negara yang mempunyai tujuan mengubah secara
radikal wajah masyarakat masa kini.
c. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para
peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat
10
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan…, hlm 119-120.
11
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan…, hlm. 98.

7
manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-
keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
2. Metode Pendidikan
Analisis kritis terhadap kerusakan-kerusakan masyarakat dan kebutuhan-
kebutuhan pragmatik untuk perbaikan. Dengan demikian menggunakan metode
pemecahan masalah, analisis kebutuhan, dan penyusunan program aksi
perbaikan masyarakat.
3. Kurikulum
Aliran rekonstruksionisme mengisi kurikulum dengan mata-mata pelajaran yang
berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak
berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia,
yang termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri; dan
program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah untuk aksi kolektif.
Struktur organisasi kurikulum terbentuk dari cabang-cabang ilmu sosial dan proses-
proses penyelidikan ilmiah sebagai metode pemecahan masalah.12

G. Pandangan Aliran Rekontruksionisme Tentang Belajar

Pandangan aliran ini terhadap belajar juga dapat dilihat dari beber aspek pendidikan,
yaitu:
1. Pelajar
Siswa hendaknya dipandang sebagai bunga yang sedang mekar yang
mengandung arti bahwa siswa adalah generasi muda yang sedang tumbuh menjadi
manusia pembangunan masyarakat masa depan, dan perlu berlatih keras untuk
menjadi insinyur-insinyu sosial yang diperlukan untuk membangun masyarakat masa
depan.
2. Pengajar
a. Direktur Proyek
Direktur proyek ialah guru yang tugasnya membantu para siswa
mengenali masalah-masalah yang dihadapi umat manusia sehingga para siswa
merasa terikat untuk memecahkannya, dan menjamin bahwa mereka memiliki
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah
ter sebut.
b. Pemimpin Penelitian
Pemimpin penelitian ialah guru yang tugasnya harus menumbuhkan
dalam membantu peserta didik menghadapi kontroversi dan perubahan, guru
harus menumbuhkan berpikir yang berbeda-beda sebagai suatu cara untuk
menciptakan alternatif pemecahan-pemecahan masalah yang menjanjikan
12
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan…, hlm. 78-79.

8
keberhasilan dan harus mampu mengorganisasikan dengan baik berbagai macam
kegiatan belajar serempak.
3. Pengajaran
Pengajaran dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan
tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan sesuai dengan potensi masyarakat. Sekolah
berusaha memberikan penerangan dan melatih kemampuan untuk melihat dan
mengatasi hambatan serta memecahkannya.
4. Belajar
Siswa hendaknya belajar dengan tekun dalam menghadapi perkembangan zaman
dan kemajuan teknologi agar tujuan dari pendidikan dapat terlaksana.13

13
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan…, hlm. 79-80.

9
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata
susunan lama dan membangun tata hidup kebudayaan yang menjawab permasalahan-
permasalahan dunia modern. Aliran rekonstruksionisme, pada prinsipnya, sepaham
dengan aliran perenialisme, yaitu hendak melampaui krisis kebudayaan modern.
Kedua aliran tersebut, aliran rekonstruksionisme dan perenialisme, memandang
bahwa zaman modern merupakan zaman yang tatanan sosialnya terganggu oleh
kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.
Kehadiran aliran rekontruksionisme ini dalam Pendidikan didorong oleh
adanya suatu tuntutan yang menghendaki agar sekolah berperan mengambil bagian
dalam membangun masyarakat masa depan. Hal ini dikarenakan masyarakat
mengalami kebimbangan, ketakutan dan kebingungan dalam menghadapi
perkembangan zaman. Rekontruksionisme ini berusaha membina suatu konsesus
yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan tertinggi dalam
kehidupan manusia. Rekontruksi pendidikan menuntut individu menjadi lebih baik
dan dapat berkompromi terhadap perubahan dan berperan aktif dalam menciptakan
perubahan.
B. Saran

Demikian materi yang dapat kami paparkan mengenai presentasi tugas-tugas


mahasiswa. Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan
kesalahan, baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan kalimatnya. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca makalah ini agar dapat
memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun penulis. Bagi para
pembaca diharapkan dapat memahami materi mengenai presentasi tugas-tugas
mahasiswa.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah, Siti. 2018. “Merekonstruksi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
di Sekolah Negeri Studi Kasus SMA N 14 Yogyakarta”. Yogyakarta: Jurnal Pendidikan
Islam. Volume XI. No. 1.

Idi, Abdullah dan Jalaluddin. 1997. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan.
Jakarta: Gaya Media Pratama.

Khobir, Abdul. 2007. Filsafat Pendidikan Islam. Pekalongan: STAIN Pekalongan Press.

Kristiawan, Muhammad. 2016. Filsafat Pendidikan: The Choice is Yours. Yogyakarta: Valia
Pustaka.

Syam, Mohammad Noor. 1986. Filsafat Pendidikan dan dasar Filsafat Pendidikan Pancasila.
Surabaya: Usaha Nasional.

Taufikurrahman. 2018. “Aliran Rekontruksionisme Dalam Pandangan Filsafat Pendidikan


Islam”. Malang: Jurnal Al-Makrifat. Volume 3. No 2.

11

Anda mungkin juga menyukai