Anda di halaman 1dari 19

PANDANGAN FILSAFAT REKONSTRUKTIVISME

TENTANG PENDIDIKAN (ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


REKONSTRUKTIVISME)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK :7

NOVI SULISTIANI 2017 121 012

FUJI SARIUTAMI 2017 121 018

TRIFENIA MELIANI 2017 121 035

ANA ZAKIA IRAWAN 2017 121 104

PROGRAM STUDI :PENDIDIKAN MATEMATIKA

DOSEN PENGASUH : Dr. Rohana, S.Si, M.T

KELAS 2A

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syujur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini, meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan kami juga
berterimakasih pada Ibu Dosen mata kuliah Universitas PGRI Palembang, yang
telah memberikan tugas ini pada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu kami mengharapkan adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahamibagi siapapun yang


membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenandan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan

Palembang, 20 maret 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Tujuan Masalah ....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Filsafat Pendidikan ............................................................................
B. Pandangan Filsafat Rekonstruktivisme Tentang Hidup .......................
C. Pandangan Filsafat Rekonstruktivisme Tentang Pendidikan ...............
D. Kurikulum Pendidikan Rekonstruktivisme ..........................................
E. Praktik Belajar Mengajar Rekonstruktivisme ......................................

BAB III PEMBAHASAN


A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam filsafat modern dikenal beberapa aliran-aliran diantaranya aliran
rekontrusionisme di zaman modern ini banyak menimbulkan krisis di berbagai
bidang kehidupan manusia terutama dalam bidang pendidikan dimana keadaan
sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh
kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran.
Untuk mengatasi krisis kehidupan modern tersebut aliran rekonstrusionisme
menempuhnya dengan jalan berupaya membina konsensus yang paling luas dan
mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.
Oleh karena itu pada aliran rekonstruksionisme ini, peradaban manusia
masa depan sangat di tekankan. di samping itu aliran rekonstruksionisme lebih
jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sebagainya.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana filsafat rekonstruktivisme ?
2. Bagaimana pandangan filsafat rekonstruktivisme tentang hidup ?
3. Bagaimana pandangan filsafat rekonstruktivisme tentang pendidikan ?
4. Bagaimana kurikulum pendidikan rekonstruktivisme ?
5. Bagaimana praktik belajar mengajar rekonstruktivisme ?

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui filsafat rekonstruktivisme
2. Mengeahui pandangan filsafat rekonstruktivisme tentang hidup
3. Mengetahui pandangan filsafat rekonstruktivisme tentang pendidikan
4. Mengetahui kurikulum pendidikan rekonstruktivisme
5. Mengetahui praktik belajar mengajar rekonstruktivisme
BAB I
PENDAHULUAN

A. Filsafat Rekonstruksivisme

Kata rekonstruksivisme berasal dari bahasa inggris Reconstruct


yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran
rekonstruksiovisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata
susunan lama dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
bercorak modern.
Aliran rekonstruksivisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran
perenialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Menurut
Muhammad Noor Syam, kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan
sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu
oleh kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran.
Meskipun demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran ini tidaklah
sama dengan prinsip yang dipegang oleh aliran perenialisme. Keduanya
mempunyai visi dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang akan
ditempuh untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan.
Aliran perenialisme memilih cara tersendiri, yakni dengan kembali ke
alam kebudayaan lama (regressive road culture) yang mereka anggap
paling ideal. Sementara itu, aliran rekonstruksivisme menempuhnya
dengan jalan berupaya membina suatu konsensus yang paling luas dan
mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.
Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksivisme berupaya
mencari kesepakatan antar sesama manusia atau agar dapat mengatur tata
kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya.Maka,
proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksivisme perlu
merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang baru. Untuk tujuan tersebut diperlukan kerja sama
antarumat manusia.
Aliran rekonstuksivisme bercita-cita uutuk mewujudkan dan
melaksanakan sinthesa atau perpaduan ajaran Kristen dan demokrasi
modern dengan teknologi modern dan seni modern didalam suatu
kebudayaan yang dibina bersama oleh seluruh kedaulatan bangsa-bangsa
sedunia.
Rekonstruksinalisme mencita-citakan terwujudnya suatu dunia
baru, dengan kebudayaan baru dibawah suatu kedaulatan dunia, dalam
kontrol mayoritas umat manusia.Dengan kata lain perkataan aliran
rekonstruksivisme adalah aliran yang menghendaki agar anak didiknya
dapat dibandingkan kemampuaannya untuk secara kontruktif
menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan perkembangan masyarakat
sebagai akibat adanya pengaruh dari ilmu pengetahuaan dan teknologi.
Dengan penyesuaian seperti anak didik akan tetap berada dalam suasana
aman dan bebas.
Dengan singkat dapat dikemukakan bahwa aliran
rekonstruksivisme bercita-cita untuk mewujudkan suatu dunia dimana
kedaulatan nasional berada dalam pengayoman atau subordinate dari
kedaulatan dan otoritas internasional.

B. Pandangan Filsafat Rekonstruktivisme Tentang Hidup

Rekonstruksivisme mencita-citakan terwujudnya suatu dunia baru,


dengan kebudayaan baru dibawah suatu kedaulatan dunia, dalam kontrol
mayoritas umat manusia. Dengan kata lain perkataan aliran
rekonstruksivisme adalah aliran yang menghendaki agar anak didiknya
dapat dibandingkan kemampuaannya untuk secara kontruktif
menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan perkembangan masyarakat
sebagai akibat adanya pengaruh dari ilmu pengetahuaan dan teknologi.
Dengan penyesuaian seperti anak didik akan tetap berada dalam suasana
aman dan bebas.
Aliran rekonstruksivisme bercita-cita untuk mewujudkan suatu
dunia dimana kedaulatan nasional berada dalam pengayoman atau
subordinate dari kedaulatan dan otoritas internasional.

C. Pandangan rekonstruksivisme tentang pendidikan

Perkembangan teori rekonstruksivisme sejak awal kemunculannya


hingga akhir-akhir ini memperjuangkan hal yang sama yakni pendidikan
hendaklah menjadi wahana rekonstruksi social. Sebagai teori,
rekonstruksivisme menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam
kaitannya dengan masyarakat. Pendukung rekonstruksivisme yakin bahwa
pendidikan adalah institusi social dan sekolah merupakan bagian dari
masyarakat. Rekonstruksivisme tidak saja berkonsentrasi tentang hal-hal
yang berkenaaan dengan hakikat manusia, tetapi juga terhadap teori
belajar yang dikaitkan dengan pembentukan kepribadian subjek didik yang
berorientasi pada masa depan. Oleh karena itu, maka idealitas terletak
pada filsafat pendidikannya. Bahkan penetapan tujuan dalam hal ini
merupakan sesuatu yang penting dalam aliran ini. Segala sesuatu yang
diidamkan untuk masa depan suatu masyarakat mesti ditentukan secara
jelas oleh pendidikan.
Para Rekonstruksivisme menginginkan, bahwa pendidikan dapat
memunculkan kesadaran para subjek didik untuk senantiasa
memperhatikan permasalahan social, ekonomi dan politik dan menjelaskan
kepada mereka bahwa memecahkan semua problem itu hanya melalui
keterampilan memecahkan problem. Tujuan aliran ini tidak lain adalah
untuk membangun masyarakat baru, yakni suatu masyarakat global yang
memiliki hubungan interdependensi.
Teori pendidikan Rekonstruksivisme yang dikemukakan oleh
Brameld terdiri dari enam tesis, yaitu:
1. Pendidikan harus dilaksanakan di sini dan sekarang dalam rangka
menciptakan tata sosial baru yang akan mengisi nilai-nilai dasar
budaya kita, dan selaras dengan mendasari kekuatan-kekuatan
ekonomi, dan sosial masyarakat modern.
2. Masyarakat baru harus ada dalam kehidupan demokrasi sejati,
dimana sumber lembaga utama dalam masyarakatdi kontrol oleh
warga sendiri.
3. Anak, sekolah, dan pendidikan itu sendiri di kondisikan oleh
kekuatan budauya dan sosial. Menurut rekontruksionisme, hidup
beradap adalah hidup berkelompok, sehingga kelompok, sehingga
kelompok akan memainkan peran yang penting di sekolah.
4. Guru harus meyakini terhadap validitas dan urgensi dirinya dengan
cara bijaksana yaitu dengan memperhatikan prosedur yang
demokratis
5. Cara dan tujuan pendidikan harus di ubah kembali seluruhnya
dengan tujuan untuk menemukan kebutuhan-kebutuhan yang
berkaitan dengan krisis budaya dewasa ini dan menyesuaikan
kebutuhan dengan sains sosial.
6. Kita harus meninjau kembali penyusunan kurikulum, isi pelajaran,
metode yang di pakai, struktur administrasi, dan cara bagaimana
guru dilatih.
Pandangan tentang kurikulum, guru, dan siswa dalam perspektif
Rekonstruksionisme sebagai berikut:
1. Pandangan tentang Kurikulum
Keinginan Rekonstruksionisme adalah menjadikan pendidikan sebagai
wahana rekonstruksi sosial (masyarakat). Oleh karena itu apabila sekolah
atau guru kurang atau tidak menaruh perhatian terhadap apa yang ada dan
terjadi diluar dinding sekolah, maka bukanlah model pendidikan yang
tepat. Siswa perlu dibekali dengan pengetahuan yang mendorong
pengembangan kemampuan melihat dan memecahkan suatu masalah
secara kritis. Yang diperlukan adalah pengetahuan dasar seperti
Matematika, Fisika, Kimia, sosiologi dan lainnya ditambah dengan hal-hal
yang sedang aktual seperti industrialisasi, media masa, tenaga nuklir, dan
ekologi. Dengan begitu, diharapkan guru meningkat dan siswa dapat
dilatihg berfikir dan berupaya untuk mengembangkan hal-hal terpuji
dimasa mendatang.
2. Pandangan tentang guru
Menurut Stanley Aronowitz dan Henry A Giroux adalah guru yang
memiliki kemampuan. Usaha-usaha inovasi pendidikan selama ini
memang telah menghasilkan perubahan, namun belum dapat
mengembangkan pribadi guru yang ideal. Seorang guru hendaknya bukan
saja menerima dan menjalankan kurikulum, melainkan secara kritis dapat
menghubungkan materi kurikulum sehingga ada relefansinya dengan
masyarakat. Selain itu guru juga harus punya kemampuan revisi agar
materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.
3. Pandangan tentang siswa
Siswa lebih banyak dipandang sebagai makhluk yang pasif, perlu diubah
menjadi makhluk yang aktif dan kreatif. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah mengubah konsepsi pendidikan sebagai transfer
pengetahuan menjadi transformasi pengetahuan. Siswa diharapkan ikut
mencerna pengetahuan itu sehingga menjadi miliknya. Pengetahuan yang
diberikan kepada siswa hendaknya tidak hanya pengetahuan dasar tapi
pengetahuan yang berkaitan dengan problem yang ada dalam masyarakat.

Dengan demikian, Rekonstruksivisme menaruh perhatian terhadap


pendidikan dalam kaitannya dengan masyarakat. Artinya, bahwa tujuan
pendidikan, kurikulum, metode, peranan guru dan peranan sekolah sebagai
lembaga pendidikan itu hendaknya searah dengan situasi dan kebutuhan
masyarakat. Peserta didik dalam sekolah yang bercorak rekonstruksivisme ini
diarahkan supaya mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat dimana
ia tinggal. Jadi, orientasi pendidikannya adalah masyarakat.
Menurut Imam Barnadib mengartikan rekonstruksivisme sebagai filsafat
pendidikan yang menghendaki agar anak didik dapat membangkitkan
kemampuannya untuk secara rekonstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan
perubahan dan perkembangan masyarakat sebagai akibat adanya pengaruh dari
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menurut Kinsley Price bahwa hal-hal mendasar dalam aliran ini tercermin
dalam pemilihan corak aktivitas pembelajaran sebagai berikut:
1. Segala sesuatu yang bercorak otokrasi mesti dihindari, sehingga yang
belajar terhindar dari unsure pemaksaan
2. Guru mesti dapat meyakinkan subyek didiknya akan kemampuannya
dalam memecahkan masalah, sehingga masalah yang ada dalam subject
matter dapat diatasi
3. Untuk menumbuh kembangkan keinginan belajar subjek didik, seorang
guru mesti mampu mengenali setiap diri subjek didik secara individu
4. Seorang guru mesti dapat menciptakan kondisi kelas sedemikian rupa
sehingga interaksi guru dengan subjek didik dan semua yang hadir dalam
suatu ruangan kelas dapat berkomunikasi dengan baik, tanpa ada yang
menunjukkan sikap otoriter

D. Kurikulum Pendidikan Rekonstruksivisme

Para filosof rekonstruksivisme mendorong siswa untuk masuk ke


dalam masyarakat dimana mereka dapat belajar dan menerapkan
pembelajaran. Lingkungan kelas tradisional mungkin saja mempunyai
beberapa nilai, tetapi hal yang terpenting dalah untuk meminta para siswa
untuk menggunakan apa yang mereka pelajari dan sekolah tradisional
tidak mendukung hal ini.
Salah satu cara menyusun kurikulum adalah dengan memodifikasi
inti perencanaan (core plan) yang di sarankan oleh aliran progrsivisme,
yaitu ”wheel curriculum”. Menurut Brameld, inti dari perencanaan dilihat
sebagai pusat dari roda (wheel) sebagai tema utama dalam program
sekolah. Jari-jari (spokes) mewakili studi yang berhubungan seperti
diskusi kelompok, pengalaman lapangan, materi dan studi keterampilan,
dan studi vokasi. Pusat roda (hub) dan jari-jari (spokes) mendukung satu
sama lain sedangkan velek (rim) roda berperan dalam kapasitas sintesis
dan penggabungan. Ketika setiap tahun ajaran akan memiliki ”roda”
sendiri, akan ada kontinuitas dari tahun ke tahun dengan masing-masing
roda yang membanjiri dan memperkuat roda lainnya. Walaupun masing-
masing tahun akan berbeda, roda tersebut akan mewarisi persoalan dan
solusi dari tahun sebelummnya baik secara kekuatan sentripetal dan
sentrifugal. Roda itu bersifat sentrifetal karena hal ini menggambarkan
orang dalam suatu komunitas bersama-sama dalam studi umum dan roda
itu bersifat sentrifugal karena roda tersebut meluas dari sekolah ke dalam
komunitas yang lebih luas. Dengan demikian, roda tersebut mempunyai
kapasitas untuk menolong transformasi budaya yang berhubungan dengan
hubungan dinamis antara sekolah dan masyarakat.
Dalam hal kurikulum aliran konstruksionis memberikan sebuah
kurikulum yang menekankan atas kebenaran, persaudaraan dan keadilan.
Merekan menolak kurikulum yang sempit atau kurikulum paroki/gereja
yang berhubungan hanya dengan pemikiran lokal atau
komunitas.Kurikulum harus diorientasikan pada tindakan oleh keterlibatan
siswa dalam proyek-proyek seperti mengumpulakan sumbangan untuk
penyebab-penyebab yang penting, menginformasikan warga negara
tentang persoalan sosial dan penggunaan petisi dan protes. Para siswa
dapat belajar dari buku, tetapi mereka dapat juga belajar dari kegiatan-
kegiatan seperti kampaye pendaftaran pemilih, penelitian konsumen dan
kampanye anti polusi dimana mereka dapat membuat sebuah kontribusi
sosial yang asli ketika mereka belajar.
Para ahli filsafat rekonstruksivisme menyadari bahwa filsafat ini
sangat mudah untuk dibudayakan sehingga kita tidak menyadari
persoalan-persoalan bangsa lain. Para ahli filsafat akan mendorong
pembelajaran bahasa. Mereka juga mendorong untuk membaca literatur
dari bangsa lain seperti koran dan majalah yang berhubungan dengan
persoalan-persoalan dalam basis dunia yang lebih luas. Pada beberapa
sekolah, perhatian diberikan terhadap bangsa lain dengan kegiatan yang
spesial yang didesain untuk menginformasikan siswa tentang kebudayaan
dan kebiasaan yang lain. Kadang-kadang siswa dipakaikan baju dalam
kebiasaan dari bangsa lain, memnyediakan makanan kepada mereka dan
keterlibatan dalam kegiatan-kegiatan yang memberikan pengertian yang
lebih baik dalam hubungan kebudayaan. Para ahli filsafat
rekonstruksivisme ingin para guru berorientasi kemanusiaan dan
internasional dalam pandangan mereka. Mereka harus ahli dalam
melibatkan siswa dalam segala jenis tindakan proyek. Ketika seorang
siswa terlibat dalam beberapa kegiaan sosial, kurikulum dapat
menghasilkan sesuatu yang lebih banyak dibandingkan banyak kelas-kelas
ceramah.
Siswa tidak hanya berorientasi pada kebudayaannya, tetapi juga
siswa juga mereka berorientasi futuristiki dan harus belajar hal-hal bagi
masa depan. Mereka perlu untuk merencanakan kegiatan yang mengarah
ketujuan masa depan,
Para ahli filsafat rekonstruksivisme beralasan bahwa jika
masyarakat sungguh tertarik dalam hal kemasyarakatan dan pendidikan,
mereka akan menjadi tempat yang penting dimana keputusan-keputusan
tersebut dibuat. Mereka sangat menyarankan tindakan komunitas dan
mengembangkan sejenis pendidikanyang membantu masyarakat dalam
memperoleh hak azazi dan sosial. Para rekonstruksionis berpendapat
masyarakat harus terlibat dalam permasalah komunitas dan dunia dan
mereka menjadi aktivis yang efisien dan efektif bagi kelanjutan reformasi
sosial.
Menurut Sukmadinata (1997:93) kurikulum rekontrusi sosial
memiliki komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum lain
tetapi isi dan bentuk-bentuknya berbeda.
a. Tujuan dan isi kurikulum. Tujuan program pendidikan setiap tahun
berubah. Dalam program pendidikan ekonomi-politik, umpamanya
untuk tahun pertama tujuannya membangun kembali dunia
ekonomi-politik. Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut adalah
 mengadakan survai secara kritis terhadap masyarakat
 mengadakan studi tentang hubungan antara keadaan
ekonomi lokal dan ekonomi nasional serta dunia,
 mengadakan studi tentang latar belakang historis dan
kecenderungan-kecenderungan perkembangan ekonomi,
hubungannya dengan ekonomi lokal
 mengkaji praktik politik dalam hubungannya dengan faktor
ekonomi
 memantapkan rencana perubahan praktik politik
 mengevaluasi semua rencana.
b. Metode. Dalam pengajaran rekonstruksi sosial para pengembang
kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan
nasional dengan tujuan siswa. Guru-guru berusaha membantu para
siswa menemukan minat dan kebutuhannya. Sesuai dengan minat
masing-masing siswa, baik dalam kegiatan pleno maupun
kelompok-kelompok berusaha memecahkan masalah sosial yang
dihadapinya. Keja sama baik antara individu dalam kegiatan
kelompok, maupun antar kelompok dalam kegiatan kelompok,
maupun antar kelompok dalam kegiatan pleno sanagt mewarnai
metode rekonstruksi sosial.
c. Evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi para siswa dilibatkan terutama
dalam memilih dan menyusun dan menilai bahan yang akan
diujikan. Soal-soal yang akan diujikan dinilai lebih dahulu baik
ketepatan maupun keluasan isinya, juga keampuhan menilai
pencapaian tujuan-tujuan pembangunan masyarakat yang sifatnya
kualitataif. Evaluasi tidak hanya menilai apa yang telah dikuasai
siswa, tetapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah terhadap
masyarakat.

E. Praktik Belajar Mengajar Rekonstruktivisme

Filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum,maka jika


membahas filsafat pendidikkan akan berangkat dari filsafat.Dalam arti,filsafat
pendidikan,pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan
menggunakan hasil-hasil dari filsafat,yaitu berupa hasil pemikiran manusia
tentang realitas,pengetahuan,dan nilai.Dalam filsafat terhadap mazhab aliran-
aliran, seperti materialism, idealisme, pragmatisme, dan lain-lain. Karena filsafat
pendidikan merupakan terapan dari filsafat, ada dua kelompok besar, yaitu filsafat
pendidikam “progresif” dan filsafat pendidikan “konservatif”. Para pendidik
rekonstruksivisme melihat pendidikan dan reformasi social itu sesungguhnya
sama, dan kurikulum dijadikan sebagai problem centered yang merupakan
pembentukan ordo sosian baru.

Guna membangun kerasnya peradapan yang baru, progresivisme


memberikan warna bahwasanya pendidikan bukan sekedar transfer ilmu
pengetahuan, melainkan kemampuan dan keterampilan berfikir dengan
memberikan rangsangan yang tepat. Golongan progrevisme menyatakan,
pendidikan adalah proses kehidupan, bukan sebagai persiapan masa depan.
Pendidikan adalah proses kehidupan itu sendiri, maka kebutuhan individual anak
didik harus diutamakan dan di pentingkan.

Biasanya letak rekonstruksivisme masyarakat dalam aliran filsafat


pendidikan rekonstruksivisme yaitu dikurikulum. Karena kurikulum merupakan
masalah-masalah sosial dan pribadi terdidik itu sendiri, jadi kurikulum ini adalah
alat melakukan rekonstruksi masyarakat, agar pendidikan dapat dicapai melalui
perubahan kurikulum dan dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rekonstruksivisme berasal dari bahasa Inggris reconstruct yang
berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan aliran
rekonstruksivisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan
lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Melalui lembagai dan proses pendidikan, rekonstruksivisme ingin merombak
tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang sama
sekali baru.
Adapun implikasi aliran ini dalam dunia pendidikan diantaranya
yaitu: misi sekolah adalah untuk meningkatkan rekonstruksi sosial, pendidikan
bertanggung jawab dalam menciptakan aturan sosial yang ideal, kurikulum
sekolah tidak boleh didominasi oleh budaya mayoritas maupun oleh budaya
yang ditentukan atau disukai karena semua budaya dan nilai-nilai yang
berhubungan berhak untuk mendapatkan tempat dalam kurikulum, guru harus
menunjukkan rasa hormat yang sejati atau ikhlas terhadap semua budaya baik
dalam memberi pelajaran maupun dalam hal lainnya.
B. Saran
Setelah mempelajari aliran rekonstruksivisme, maka sebagai calon
guru seharusnya mampu memiliki persepsi bahwa masa depan suatu
bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara
demokratis sehingga perubahan-perubahan untuk mencapai suatu tujuan
yang lebih baik akan selalu diadakan dan dijadikan realita, dan bukan
dunia yang dikuasai golongan tertentu(orang-orang tertentu), sehingga
dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi, yang
mampu meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan
kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,
keturunan, agama dan masyarakat yang bersangkutan, akan tetapi
perubahan yang digunakan untuk kepentingan bersama dan kelak mampu
menerapkannya.
Seorang guru harus mampu menyadarkan peserta didik terhadap
masalah-masalah yang dihadapi, seorang guru harus membantu peserta
didik mengidentifikasi masalah-masalah untuk dipecahkan. Guru juga
harus mampu mendorong peserta didik untuk dapat berpikir tentang
alternatif-alternatif dalam memecahkan masalah di kehidupan modern ini.
Jadi, untuk makalah selanjutkan yang bertemakan rekonstruksionisme
untuk bisa lebih melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada dalam
makalah ini.
Soal pertanyaan:

1. Firdaus 2017 121 081


Apakah pendidikan di Indonesia menggunakan filsafat rekonstruktivisme dan
apa contoh penerapannya dalam pendidikan sekarang ?
Jawab : iya, karena filsafat rekonstruksiovisme merupakan suatu aliran yang
berusaha merombak tata susunan lama dengan membangun tata
susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Ini maksudnya
filsafat rekonstruktivisme ingin mengubah dan memperbaharui
pendidikan indonesia agar menjadi lebih baik lagi. Contoh penerapan
filsafat rekonstruktivisme dalam pendidikan sekarang teletak pada
perubahan kurikulum, dari kurikulum KTSP dan sekarang menjadi
K13. Perubahan kurikulum ini bertujuan untuk menjadikan pendidikan
di Indonesia menjadi lebih baik lagi.

2. Firda Nurul Aisya 2017 121 006


Apa pengaruh perkembangan filsafat rekonstruktivisme terhadap pendidikan
sekarang dan bagaimana perkembangan filsafat rekonstruktivisme terhadap
pendidikan ?
Jawab: pengaruh perkembangan filsafat rekonstruktivisme terhadap
perkembangan pendidikan sekarang sangat berpengaruh demi
menciptakan pendidikan yang lebih modern lagi dan berusaha
merombak tata susunan lama dengan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang bercorak modern. perkembangan filsafat
rekonstruktivisme terhadap pendidikan yaitu terlatak pada perubahan
kurikulum dari kurikulum KTSP menjadi K13 perubahan dan
perbaharuan kurikulum ini bertujuan agar pendidikan di Indonesia
menjadi lebih baik lagi dan menjadi kan pendidikan di Indonesia
menjadi lebih berkembang dan lebih maju lagi.

3. Tuti hartati 2017 121 030


Bagaimana pandangan filsafat rekonstruktivisme tentang pendidikan ?
Jawab: Perkembangan teori rekonstruksivisme sejak awal kemunculannya
hingga akhir-akhir ini memperjuangkan hal yang sama yakni
pendidikan hendaklah menjadi wahana rekonstruksi social. Sebagai
teori, rekonstruksivisme menaruh perhatian terhadap pendidikan
dalam kaitannya dengan masyarakat. Pendukung rekonstruksivisme
yakin bahwa pendidikan adalah institusi social dan sekolah merupakan
bagian dari masyarakat. Rekonstruksivisme tidak saja berkonsentrasi
tentang hal-hal yang berkenaaan dengan hakikat manusia, tetapi juga
terhadap teori belajar yang dikaitkan dengan pembentukan
kepribadian subjek didik yang berorientasi pada masa depan. Oleh
karena itu, maka idealitas terletak pada filsafat pendidikannya. Bahkan
penetapan tujuan dalam hal ini merupakan sesuatu yang penting dalam
aliran ini. Segala sesuatu yang diidamkan untuk masa depan suatu
masyarakat mesti ditentukan secara jelas oleh pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Rajawali Pers: Jakarta, 2011)


As’adi dan Miftahul, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Stain Po Press: ponorogo,
2010)
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, (PT Refika Aditama: Bandung, 2011)
Nurhayati, Filsafat Pendidikan Islam, (Benteng Media: Pekanbaru, 2013)
Hamalik Oemar, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (PT Remaja Rachman:
Bandung, 2011)
Zuhairi Rosdakarya, filsafat pendidikan islam, (PT Bumi Aksara: Jakarta, 2008
Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Kneller, F George. 1971. Introduction to Philosophy of Education. New York,
NY : John wiley and Sons Inc.
Ozmon, Howard A dan Samuel M Craver. 1990. Philosophical foundations of
education. Melbourne : Merrill Publishing Company.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1997. Pengembangan Kurikulum : Teori dan
Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai