Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FILSAFAT REKONSTRUKSIONISME

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Perancang dan Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu: Prof Dr. Drs. Ersis Warmansyah Abbas, BA, M.Pd
/Dr. Syahruddin, MA

Oleh :

Aulia Riska Nugraheny (2230111721715)


Ayu Sari Sofa (2230111721666)
Meylina Eka Setiawati (2230111721495)
Mutia Amanda Putri (2230111721683)
Rahma Ina Yati (2230111721583)
Salamat Riyani (2230111711446)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU


PRAJABATAN GELOMBANG 2
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat-Nya,


penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Filsafat
Rekonstruktivisme”. Penulisan makalah merupakan salah satu tugas mata kuliah
Perancang dan Pengembangan Kurikulum di Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin.

Selesainya penulisan makalah ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan, dan
sumbang saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya serta penghargaan yang
setinggi-tingginya, khususnya kepada :

1. Prof Dr. Drs. Ersis Warmansyah Abbas, BA, M.Pd /Dr. Syahruddin, MA
selaku dosen Perancang dan Pengembangan Kurikulum yang memberikan
motivasi dan memberikan bimbingan serta saran-saran dalam menyelesaikan
penulisan makalah ini.
2. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta
yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar
kepada penulis, baik selama mengikuti pembelajaran maupun dalam
menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman yang telah banyak berpartisipasi mendukung dan memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari, bahwa dalam penulisan ini masih ditemukan kekurangan
dan hal ini disebabkan karena keterbatasan wawasan yang penulis miliki, maka
untuk kesempurnaan penulis berharap sumbang saran dan kritik membangun
untuk penulisan pada masa yang akan datang.

Banjarmasin, 24
Desember
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................. i
BAB I Pendahuluan...................................................................... 1
a. Latar Belakang.................................................................. 1
b. Rumusan Masalah............................................................. 1

BAB II Pembahasan ................................................................... 3


1. Pengertian filsafat konstruktivisme……………………….. 3
2. Praktik filsafat konstruktivisme di Indonesia……………... 5

BAB III Penutup……………....................................................... 7


1. Kesimpulan…………………………………………. 7
2. Saran…………………………………………………7

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………8
BAB I
PENDAHULUAN

1. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam keseluruhan
hidup manusia. Pendidikan berintikan interaksi antar manusia, terutama
antara pendidik dan terdidik demi mencapai tujuan pendidikan. Dalam
interaksi tersebut terlibat isi yang diinteraksikan serta proses bagaimana
interaksi tersebut berlangsung. Apakah yang menjadi tujuan pendidikan,
siapakah pendidik dan terdidik, apa isi pendidikan dan bagaimana proses
interaksi pendidikan tersebut, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang
membutuhkan jawaban yang mendasar, yang esensial, yakni jawaban-
jawaban filosofis.
Dalam proses pendidikan, aliran konstruktivisme menghendaki
agar anak didik dapat menggunakan kemampuannya secara konstruktif
untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan ilmu dan
teknologi. Anak didik harus aktif mengembangkan pengetahuan, bukan
hanya menunggu arahan dan petunjuk dari guru atau sesama siswa.
Kreativitas dan keaktifan siswa membantu untuk berdiri sendiri dalam
kehidupan, aliran ini mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif.
Sedangkan penerapan dalam proses belajar mengajar aliran
konstruktivisme memberikan keleluasaan pada siswa untuk aktif
membangun kebermaknaan sesuai dengan pemahaman yang telah mereka
miliki, memerlukan serangkaian kesadaran akan makna bahwa
pengetahuan tidak bersifat obyektif atau stabil, tetapi bersifat temporer
atau selalu berkembang tergantung pada persepsi subyektif individu dan
individu yang berpengetahuan menginterpretasikan serta mengkonstruksi
suatu realisasi berdasarkan pengalaman dan interaksinya dengan
lingkungan. Pengetahuan berguna jika mampu memecahkan persoalan
yang ada.
Berdasarkan uraian di atas, melalui makalah ini penulis
merumuskan masalah mengenai apa yang dimaksud dengan
konstruktivisme dan bagaimana praktik filsafat konstruktivisme di
Indonesia Hal tersebut sangat perlu dibahas karena bertujuan agar kita
mengetahui apa yang dimaksud dengan konstruktivisme dan bagaimana
praktik filsafat konstruktivisme di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat konstruktivisme?
2. Bagaimana praktik filsafat konstruktivisme di Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Filsafat Rekonstruktivisme


Rekonstruksionisme berasal dari kata reconstruct yang berarti menyusun
kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, alian rekonstruksionisme adalah
suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata
susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran ini dipelopori oleh
George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930. Pada dasarnya aliran ini
adalah sepaham dengan aliran perenialisme dalam mengatasi krisis kehidupan
modern. Hanya saja jalan yang ditempuh berbeda dengan apa yang dipakai
oleh pernialisme, tetapi sesuai dengan istilah yang dikandungnya, yaitu
berusaha membina konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang
tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.

Filsafat rekonstruksianisme menaruh perhatian terhadap pendidikan dalam


kaitannya dengan masyarakat. Pendukung rekonstruksianisme mengambil
posisi bahwa pendidikan adalah institusi sosial dan sekolah merupakan bagian
dari masyarakat (Imam Barnadib,1996). Kata rekonstruksianisme dalam bahasa
Inggris reconstruct yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat
pendidikan, aliran rekonstruksianisme adalah suatu aliran yang berusaha
merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang bercorak modern. Aliran rekonstruksianisme, pada prinsipnya, sepaham
dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan
modern. Kedua aliran tersebut, aliran rekonstruksianisme.

Filsafat rekonstruksianisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran


progresivisme. Pada filsafat rekonstruksianisme, peradaban manusia masa
depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan
individual seperti pada progresivisme, rekonstruksianisme lebih jauh
menekankan tentang pemecahan masalah, berpikir kritis dan sejenisnya. Aliran
ini akan mempertanyakan untuk apa berpikir kritis, memecahkan masalah, dan
melakukan sesuatu. Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari
pada proses.. Filsafat Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan
Harold Rugg pada tahun (1930), ingin membangun masyarakat baru,
masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini yaitu
Caroline Pratt, George Count, dan Harold Rugg.
Aliran filsafat rekonstruksianisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan
dunia merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya
pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat akan membina
kembali manusia melalui pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang
benar pula demi generasi sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga
terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia. Kemudian aliran ini
memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia
yang diatur, diperintah oleh rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang
dikuasai oleh golongan tertentu. Sila-sila demokrasi yang sungguh bukan
hanya teori tetapi mesti menjadi kenyataan, sehingga dapat diwujudkan suatu
dunia dengan potensi-potensi teknologi, mampu meningkatkan kualitas
kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa
membedakan warna kulit, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan
masyarakat bersangkutan.

Model pengembangan kurikulum dengan berdasarkan pada filsafat


rekonstruksionisme adalah model yang biasanya digunakan dalam banyak
proses pengembangan kurikulum. Dalam model ini kurikulum lebih banyak
mengambil posisi pertama yaitu sebagai rencana dan kegiatan. Ide yang
dikembangkan pada langkah awal lebih banyak berfokus pada kualitas apa
yang harus dimiliki dalam belajar suatu disiplin ilmu, teknologi, agama, seni,
dan sebagainya. Pada fase pengembangan ide, permasalahan pendidikan hanya
terbatas pada permasalahan transfer dan transmisi. Masalah yang muncul di
masyarakat atau ide tentang masyarakat masa depan menjadi kepedulian
kurikulum jika paradigma filsafat rekonstruksionisme digunakan. Kegiatan
evaluasi diarahkan untuk menemukan kelemahan kurikulum yang ada, model
yang tersedia dan dianggap sesuai untuk suatu kurikulum baru, dan diakhiri
dengan melihat hasil kurikulum berdasarkan tujuan yang terbatas.

2. Praktik Filsafat Rekonstruktivisme di Indonesia

Filsafat rekonstruksianisme banyak diterapkan dalam Pengembangan


Model Kurikulum Interaksional. Masing-masing aliran filsafat pasti memiliki
kelemahan dan keunggulan tersendiri. Oleh karena itu, dalam praktek
pengembangan kurikulum, penerapan aliran filsafat cenderung dilakukan
secara efektif untuk lebih mengkompromikan dan mengakomodasikan
berbagai kepentingan yang terkait dengan pendidikan. Meskipun demikian
saat ini, pada beberapa negara dan khususnya di Indonesia, tampaknya mulai
terjadi pergeseran landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu dengan
lebih menitikberatkan pada filsafat rekonstruksionisme.

Dewasa ini, dunia pendidikan mendapat sumbangan pemikiran dari teori


rekonstruksionisme sehingga banyak negara mengadakan perubahan-
perubahan secara mendasar terhadap sistem dan praktek pendidikan mereka,
bahkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) maupun kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) , sekarang menjadi K.13 saat ini tidak lepas dari
pengaruh teori ini. Paul Suparno dalam ”Filsafat konstruktivisme dalam
pendidikan” mencoba mengurai implikasi filsafat rekonstruksianisme dalam
implementasi kurikulum pendidikan. Menurut Paul Suparno: Sebelum kita
melangkah kepada pembahasan “Filsafat Rekontruksionisme dalam
pendidikan” terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu
rekonstruksianisme. Rekonstruksionisme adalah salah satu filsafat
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi
(bentukan) kita sendiri.
Proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksianisme
perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama tersebut memerlukan
kerjasama antar umat manusia. Aliran filsafat rekonstruksianisme
berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat
manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali daya intelektual dan
spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui pendidikan yang
tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi sekarang dan
generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan
umat manusia. Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan
suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh rakyat secara
demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Sila-sila
demokrasi yang sungguh bukan hanya teori tetapi mesti menjadi kenyataan,
sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi teknologi,
mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran
serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturunan,
nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
Model pengembangan kurikulum dengan berdasarkan pada filsafat
rekonstruksionisme adalah model yang biasanya digunakan dalam banyak
proses pengembangan kurikulum. Dalam model ini kurikulum lebih banyak
mengambil posisi pertama yaitu sebagai rencana dan kegiatan. Ide yang
dikembangkan pada langkah awal lebih banyak berfokus pada kualitas apa
yang harus dimiliki dalam belajar suatu disiplin ilmu, teknologi, agama, seni,
dan sebagainya. Pada fase pengembangan ide, permasalahan pendidikan hanya
terbatas pada permasalahan transfer dan transmisi. Masalah yang muncul di
masyarakat atau ide tentang masyarakat masa depan menjadi kepedulian
kurikulum jika paradigma filsafat rekonstruksionisme digunakan. Kegiatan
evaluasi diarahkan untuk menemukan kelemahan kurikulum yang ada, model
yang tersedia dan dianggap sesuai untuk suatu kurikulum baru, dan diakhiri
dengan melihat hasil kurikulum berdasarkan tujuan yang terbatas.
Aplikasi Pendidikan Menurut Rekon-struksionisme yaitu:
1. Tujuan Pendidikan
a) Sekolah-sekolah rekonstruksionisme berfungsi sebagai lembaga utama
untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam
masyarakat.
b) Tugas sekolah-sekolah rekonstruksionisme, adalah mengembangkan
insinyur-insinyur sosial, warga-warga negara yang mempunyai tujuan
mengubah secara radikal wajah masyarakat masa kini.
c) Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah membangkitkan kesadaran para
peserta didik masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat
manusia dalam skala global dan mengajarkan kepada mereka
keterampilan- keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah
tersebut.
Aliran pembentukan Rekonstruksionisme menekankan bahwa sekolah
merupakan agen perubahan dan harus berpartisipasi dalam masyarakat sosial,
belajar adalah sebagai proses pembentukan ilmu pengetahuan dan muridlah
yang mendukung membuat pembentukan itu, tugas guru adalah membantu
agar proses pembentukan itu berjalan dengan lancar. Rekonstruksionisme
memandang peserta didik sebagai generasi muda yang sedang tumbuh menjadi
manusia pembangun masyarakat masa depan dan perlu berlatih keras untuk
menjadi insinyur-insinyur sosial yang diperlukan untuk membangun
masyakarat masa depan.
Pada aliran rekonstruksionisme posisi pendidik harus membuat para
peserta didik menyadari masalah-masalah yang dihadapi umat manusia,
membantu mereka merasa mengenali masalah- masalah tersebut sehingga
mereka merasa terikat untuk memecahkannya.. guru harus terampil dalam
membantu peserta didik menghadapi konstroversi dan perubahan. Guru harus
menumbuhkan berpikir berbeda-beda sebagai suatu cara untuk menciptakan
alternatif pemecahan masalah yang menjanjikan keberhasilannya.
Rekonstruksionisme tidak hanya memandang pada hal-hal yang berkenaan
dengan hakikat manusia, tetapi juga terhadap teori pembelajaran yang
berkaitan dengan pembentukan kepribadian subjek yang di didik, teori ini
subjek perhatian didik yang diarahkan pada masa depan. Oleh karena itu ,
maka idealitasnya terletak pada filsafat pendidikannya. Rekonstruksionisme
menginginkan, bahwa pendidikan dapat memunculkan kesadaran para subjek
didik untuk memperhatikan masalah-masalah di bidang sosial, ekonomi dan
politik. Subjek didik dijelaskan oleh pendidik bahwa memecahkan semua
permasalahan itu hanya melalui keterampilan memecahkan masalah. Tujuan
aliran ini tidak lain adalah untuk membangun masyarakat baru,yakni suatu
masyarakat global yang memiliki hubungan interdependensi. Menurut aliran
rekontruksionisme, guru memiliki tugas untuk meyakinkan subjek didiknya
tentang betapa pentingnya pembangunan dalam memajukan kehidupan sosial
kemasyarakatan dan melatih mereka untuk selalu peka terhadap berbagai
permasalahan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat serta mencari
solusi yang dibutuhkan untuk melakukan perbaikan dan perubahan-perubahan
di dalam masyarakat .
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata
susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak
modern. Model pengembangan kurikulum dengan berdasarkan pada filsafat
rekonstruksionisme adalah model yang biasanya digunakan dalam banyak proses
pengembangan kurikulum. Dalam model ini kurikulum lebih banyak mengambil
posisi pertama yaitu sebagai rencana dan kegiatan. Rekonstruksionisme
memandang peserta didik sebagai generasi muda yang sedang tumbuh menjadi
manusia pembangun masyarakat masa depan. Sedangkan Pada aliran
rekonstruksionisme posisi pendidik harus membuat para peserta didik menyadari
masalah-masalah yang dihadapi umat manusia, membantu mereka merasa
mengenali masalah- masalah tersbeut sehingga mereka merasa terikat untuk
memecahkannya.
Adapun penerapan Aliran Rekonstruktivisme di Indonesia,
Rekonstruksionisme tidak hanya memandang pada hal-hal yang berkenaan dengan
hakikat manusia, tetapi juga terhadap teori pembelajaran yang berkaitan dengan
pembentukan kepribadian subjek yang di didik, teori ini subjek perhatian didik
yang diarahkan pada masa depan. Oleh karena itu , maka idealitasnya terletak
pada filsafat pendidikannya, dunia pendidikan mendapat sumbangan pemikiran
dari teori rekonstruksionisme sehingga banyak negara mengadakan perubahan-
perubahan secara mendasar terhadap sistem dan praktek pendidikan mereka,
bahkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) maupun kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP), sekarang menjadi K.13 saat ini tidak lepas dari pengaruh
teori ini. Paul Suparno dalam ”Filsafat konstruktivisme dalam pendidikan”
mencoba mengurai implikasi filsafat rekonstruksianisme dalam implementasi
kurikulum pendidikan. Menurut Paul Suparno: Sebelum kita melangkah kepada
pembahasan “Filsafat Rekontruksionisme dalam pendidikan” terlebih dahulu kita
harus mengetahui apa itu rekonstruksianisme. Rekonstruksionisme adalah salah
satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah
konstruksi (bentukan) kita sendiri.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna dalam menyusun
makalah yang membahasa mengenai Filsafat Rekonstruktivisme. Kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail menjelaskan makalah ini. Maka dari itu
penulis meminta saran kepada pembaca berupa kritik yang membangun terhadap
penulisan makalah ini. Semoga adanya makalah ini pembaca dapat mengerti dan
memahami tentang makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Hasanah, Milla. 2022. Filsafat Pendidikan. Banjarmasin: CV.Kanhaya Karya
(Buku)

Rohmat. 2019. Kurikulum dalam Tinjuan Filsafat Rekonstruktivisme. Purwokerto:


IAIN (jurnal)

Anda mungkin juga menyukai