Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TELAAH REVISI TEORI TAKSONOMI BLOOM DAN


KETERKAITANYA DALAM KURIKULUM PAI
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Telaah Kurikulum PAI

Disusun oleh:
Adit Kheruloh, S.Pd.
NIM. 1276.31.1.22

Dosen pengampu:
Dr. H. Abdul Majid, M.Pd.

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
2023
MAKALAH
TELAAH REVISI TEORI TAKSONOMI BLOOM DAN
KETERKAITANYA DALAM KURIKULUM PAI
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Telaah Kurikulum PAI

Disusun oleh:
Adit Kheruloh, S.Pd.
NIM. 1276.31.1.22

Dosen pengampu:
Dr. H. Abdul Majid, M.Pd.

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH
DI WONOSOBO
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “telaah
revisi teori taksonomi bloom dan keerkaitanya dengan kurikulum PAI” tepat
waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Telaah Kurikulum
PAI. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca tentang dasar-dasar pengembangan kurikulum.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr. H. Abdul
Majid, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah filsafat pendidikan dan
pembelajaran. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Wonosobo, 23 Mei 2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................2

C. Tujuan .......................................................................................................2

BAB II: PEMBAHASAN

A. Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum.........................................3

B. Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum......................................5

C. Landasan Empiris Pengemanga Kurikulum..............................................8

D. Landasan Sosial Budaya Pengembangan Kurikulum................................8

E. Landasan Teknologi dan Pengetahuan Pengembangan Kurikulum..........10

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................14

B. Saran..........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komponen penting dalam pendidikan yang sering diabaikan
adalah kurikulum. Kurikulum memiliki posisi strategis karena secara umum
kurikulum merupakan deskripsi dari visi, misi, dan tujuan pendidikan sebuah
bangsa. Hal ini sekaligus memposisikan kurikulum sebagai sentral muatan-
muatan nilai yang akan kepada peserta didik.1
Arah dan tujuan kurikulum pendidikan akan mengalami pergeseran dan
perubahan seiring dengan dinamika perubahan sosial yang disebabkan oleh
berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Karena sifatnya yang
dinamis dalam menyikapi perubahan, kurikulum mutlak harus fleksibel dan
futuristik. Ketimpangan-ketimpangan dalam disain kurikulum karena kurang
respon terhadap perubahan sosial boleh jadi berkonsekuensi kepada lahirnya
output pendidikan yang “gagap” dalam beradaptasi dengan kondisi sosial
yang dimaksud.
Atas dasar pertimbangan ini, maka pengembangan kurikulum menjadi
salah satu tugas pokok pemerintah untuk mengatur dan mengembangkan
pendidikan. Demikian juga halnya dengan peran tokoh maupun pemerhati
pendidikan agar mengikuti setiap episode dari perubahan sosial, karena
semua itu akan menjadi bahan pertimbangan dalam mendisain serta
mengembangkan kurikulum.2 Selain itu, partisipasi masyarakat aktif juga
sangat diharapkan untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam
merespon setiap perubahan.
Banyak hal yang harus dipertimbankan dalam pengembangan
kurikulum, mulai dari pemahaman teori dan konsep kurikulum, asasasas
kurikulum, macam-macam model konsep kurikulum, anatomi dan desain
kurikulum, landasan-landasan pengembangan kurikulum dan lain-lain yang
berkaitan dengan proses pengembangan kurikulum.
1
Syamsul Bahri, “Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya”, Islam Futura 11,
no. 1 (2011): hal. 15.
2
Ibid., hal 16.

1
Dari cakupan materi dan pembahasan dalam pengembangan
kurikulum, kajian ini hanya fokus pada pembahasan mengenai dasar
pengembangan kurikulum. Yakni paparan singkat apa sebenarnya yang
menjadi dasar pengembangan kurikulum serta apa sebenarnya tujuan
pengembangan kurikulum. Paparan ini diharapkan dapat menjadi bahan
informasi berharga bagi stakeholders, terutama terkait pengembangan
kurikulum.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana landasan filosofis pengembangan kurikulum?
2. Bagaiamna landasan psikologis pengembangan kurikulum?
3. Bagiamana landasan empiris pengembangan kurikulum?
4. Bagaimana landasan social budaya pengembangan kurikulum?
5. Bagaimana landasan teknologi dan pengetahuan pengembangan
kurikulum?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui landasan filosofis pengembangan kurikulum.
2. Untuk mengetahui landasan psikologis pengembangan kurikulum.
3. Untuk mengetahui landasan empiris pengembangan kurikulum.
4. Untuk mengetahui landasan social budaya pengembangan kurikulum.
5. Untuk mengetahui landasan teknologi dan pengetahuan pengembangan
kurikulum.

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum


Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti “cinta akan kebijakan” (love of
wisdom). Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan
berbuat secara bijak. Untuk dapat mengerti kebijakan dan berbuat secara bijak,
ia harus tau atau mengetahui. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui proses
berfikir, yaitu berfikir secara sistematis, logis, dan mendalam. Pemikiran
demikian dalam filsafat sering disebut sebagai pemikiran radikal atau berfikir
sampai ke akar-akarnya.
Dalam perkembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada
aliranaliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan. Berikut akan diuraikan tentang
isi dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan pengembangan
kurikulum.3
1. Perenialisme
Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan,
kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial
tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan
kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan
pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada
tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
2. Essensialisme
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan
pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat
menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata
pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang
berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme,
essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
3. Eksistensialisme
3
Widodo Winarso, “Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah”, (Cirebon: CV.
Covident, 2015), hal. 7-8.

3
Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber
pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan
seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan:
bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu?
4. Progresivisme
Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan
individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan
proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar
peserta didik aktif.
5. Rekonstruktivisme
Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran
progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan
sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual
seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan
tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan
melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar
dari pada proses.
Aliran Filsafat perenialisme, essensialisme, eksistensialisme
merupakan aliran filsafat yang mendasari terhadap pengembangan model
kurikulum subjek-akademis. Sedangkan, filsafat progresivisme memberikan
dasar bagi pengembangan model kurikulum pendidikan pribadi. Sementara,
filsafat rekonstruktivisme banyak diterapkan dalam pengembangan model
kurikulum interaksional
Pandangan-pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam pendidikan,
terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat akan
menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa. Untuk itu harus ada
kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan
eksistensinya. Filsafat atau pandangan hidup yang dianut oleh suatu bangsa
atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan
akan sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Sedangkan

4
tujuan pendidikan sendiri pada dasarnya merupakan rumusan yang
komprehensif mengenai apa yang seharusnya dicapai.4
Tujuan pendidikan memuat pernyataan-pernyataan mengenai berbagai
kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik selaras dengan
sistem nilai dan falsafah yang dianutnya. Dengan demikian, sistem nilai atau
filsafat yang dianut oleh suatu komunitas akan memiliki keterkaitan yang
sangat erat dengan rumusan tujuan pendidikan yang dihasilkannya. Dengan
kata lain, filsafat suatu negara tidak bisa dipungkiri akan mempengaruhi
tujuan pendidikan di negara tersebut. Oleh karena itu,tujuan pendidikan di
suatu negara akan berbeda dengan tujuan pendidikan di negara lainnya,
sebagai implikasi dari adanya perbedaan filsafat yang dianutnya.

B. Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum


Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
sedangkan kurikulum adalah serangkaian program pendidikan sebagai
pedoman dalam mencapai ujuan. Psikologi juga menjadi landasan
terbentukanya kurikulum, Sebagai bagian pengembangan kurikulum,
pengembang semestinya melihat kondisi peserta didik saat menyusun dan
merealisasikan kurikulum sehingga tujuan pendidikan akan berhasil secara
optimal.5
Adapun unsur-unsur psikologi diantaranya adalah psikologi
perkembangan, psikologi belajar dan psikologi sosial. Dengan pertimbangan
ini, harapanya guru mampu menerapkan kurikulum sesuai dengan tingkat
perkembangan sehingga, perkembangan potensi anak beriringan dengan
perkembangan psikologis anak.6 Pertimbangan psikologi diperlukan dalam
memilih dan menentukan isi dari mata pelajaran yang hendak disampaikan
kepada peserta didik supaya kedalaman materi sesuai dengan perkembangan
peserta didik. Sedangkan psikologi belajar yakni berkenaan dengan
4
Ibid., hal. 11
5
Ahmad Nur Kholik, “Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum Abad 21”, As-
Salam I 8, no.1 (2019) hal. 70.
6
Nur Ulwiyah, “Landasan Psikologi dan Aktualisasinya dalam Pendidikan Islam”,
Religia: Jurnal Studi Islam Vol. 6, no. No. 1 (April 2015): hal. 98.

5
serangkaian proses bagaimana materi disampaikan kepada peserta didik serta
bagaimana langkah peserta didik dalam mempelajari materi supaya tujuan
pembelajaran dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.7
Pertimbangan utama disaat mengambil kebijakan tentang
pengembangan kurikulum, hendaknya pengetahuan psikologi anak dan
bagaimana anak belajar diperlukan untuk menjadi acuan. Sehingga anak tidak
menjadi korban ketidak mampuan dalam memahami teori psikologi anak
secara umum seperti teori-teori belajar, teori-teori kognitif, pengembangan
emosional, dinamika group, perbedaan kemampuan masing-masing peserta
didik, kepribadian, model formasi sikap dan perubahan saat mengembangkan
kurikulum.8
Berikut adalah unsur-unsur landasan psikologi:
1. Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan peserta didik adalah salah satu unsur
yang wajib diperhatikan saat pengembang kurikulum ingin
mengembangkan kurikulum. Psikologi peserta didik sangat diperlukan
terutama dalam menentukan isi kurikulum, baik dari tingkat kedalaman
materi, kesulitan dan kelayakan materi serta manfaat materi itu sendiri.9 4……

Berkaitan dengan perkembangan atau peningkatan kemampuan


mental menurut S.B. Hurlock yang dikutip oleh Tedjo Narsoyo dalam
buku yang berjudul Pengembangan Kurikulum Pendidikan,
mengungkapkan adanya 10 perkembangan manusia dalam aspek
pendidikan yaitu10:
a. Sikap kritis
b. Peran kematangan dan belajar

7
Rahmat Raharja, “Pengembangan dan Inovasi Kurikulum” (Yogyakarta: Baituna
Publishing, 2012), hal. 31.
8
Abdullah Idi, “Pengembangan Kurikulum” (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2016), hal. 68.
9
Ahmad Nur Kholik, “Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum Abad 21”, op. cit.
hal. 72.
10
Tedjo Narsoyo Reksoatmojo, “ Pengembangan Kurikulum Pendidikan” (Jakarta:
Rafika ADITAMA, 2010), hal. 25-27.

6
c. Pola perkembangan
d. Pola perkembangan individu
e. Tahapan perkembangan
f. Dampak tahapan perkembangan
g. Rangsangan
h. Pengaruh budaya
i. Harapan social pada setiap pengaruh perkembangan
j. Keyakinan tradisional
2. Psikologi Belajar
Psikologi belajar adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang
bagaimana peserta didik mampu untuk melakukan kegiatan belajar. Secara
umum belajar merupakan suatu proses perubahan tingkahlaku karena
adanya interaksi individu dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku
dapat berupa pengetahuan, keterampilan, sikap atau nilai-nilai. Perubahan
tingkah laku karena insting dan pengaruh zat-zat kimia tidak termasuk
kegiatan belajar11 . Beberapa teori yang perlu pakai saat pengembang
7F

kurikulum ingin melakukan pengembangan kurikulum melalui landasan


psikologi belajar peserta didik, yakni:
a. Teori Disiplin Mental
b. Teori Behaviorisme
c. Teori Kepribadian

C. Landasan Empiris Pengembangan Kurikulum


Pendidikan yang berjalan saat ini didorong oleh kepentingan untuk
menjawab berbagai masalah, diantaranya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang sangat pesat yang memunculkan tuntutan baru dalam
berbagai aspek kehidupan seperti diterapkannya sistem demokrasi,

11
Zainal Arifin, “Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum” (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 56.

7
desentralisasi, keadilan yang masuk dalam sistem pendidikan.
Indonesia merupakan salah satu bangsa yang memiliki berbagai
macam suku, ras, dan agama yang sangat beragam. Hal ini berpotensi untuk
melahirkan konflik horizontal yang akan mengancam keutuhan bangsa. Sistem
pengelolaan pendidikan yang berbasis desentralik sebenarnya dapat
menjawab berbagai keragaman tersebut, dan pada hakekatnya kurikulum
dapat meminimalisir adanya konflik yang diakibatkan oleh berbagai
perbedaan yang ada.
Berbagai perubahan telah terjadi id Indonesia. Kemajuan terjadi di
beberapa sektor di Indonesia, namun di beberapa sektor yang lain, khususnya
pendidikan, Indonesia tetap tinggal di tempat, atau bahkan mundur. Hal-hal
seperti ini menunujukkan perlunya perubahan orientasi kurikulum dengan
tidak membebani peserta didik dengan konten, namun pada aspek kemampuan
esensial yang diperlukan semua warga untuk berperan serta dalam
membangun negara pada masa mendatang.12
Dalam satu sistem pendidikan, kurikulum itu bersifat dinamis serta
harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat mengikuti
perkembangan dan tantangan zaman. Namun demikian, perubahan dan
pengembangan kurikulum harus dilakukan secara terarah dan tidak asal-
asalan.13
D. Landasan Sosial Budaya Pengembangan Kurikulum
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan.
Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Ini dapat dimaklumi bahwa pendidikan merupakan usaha sadar
untuk mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat.
Peserta didik berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik
formal maupun informal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan bagi
kehidupan masyarakat pula. Kehidupan masyarakat, dengan segala
karakteristik dan kekayaan budayanya menjadi landasan dan sekaligus acuan
12
Suarga, “Kerangka Dasar dan Landasan Pengembangan Kurikulum 2013”, Inspiratif
Pendidikan 6, no. 1 (2017), hal. 18.
13
Ibid., hal. 19.

8
bagi pendidikan. Kita tidak mengharapkan munculnya manusia yang terasing
dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan diharapkan
lahirnya manusia yang dapat lebih mengerti dan mampu membangun
kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses
pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik,
kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.
Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan, bahwa melalui
pendidikan manusia mengenal peradaban masa lalu, turut serta dalam
peradaban sekarang dan membuat peradaban masa yang akan datang. 14
Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya
mempertimbangkan, merespon dan berlandaskan pada perkembangan sosial-
budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun
global. Setiap lingkungan masyarakat masingmasing memiliki sistem-sosial-
budaya tersendiri yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar
anggota masyarakat.
Salah satu aspek penting dalam sistem sosial-budaya adalah tatanan
nilai-nilai yang mengatur cara kehidupan dan berperilaku para warga
masyarakat. Nilai-nilai tersebut dapat bersumber dari agama, budaya, politik
atau segi-segi kehidupan lainnya. Sejalan dengan perkembangan masyarakat
maka nilai-nilai yang ada dalam masyarakat juga turut berkembang sehingga
menuntut setiap warga masyarakat untuk melakukan perubahan dan
penyesuaian terhadap tuntutan perkembangan zaman.

E. Landasan Teknologi dan Pengetahun Pengembangan Kurikulum


Awalnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang dimiliki
manusia masih relatif sederhana, namun sejak abad pertengahan mengalami
perkembangan yang pesat. Berbagai penemuan baru terus berlangsung hingga
saat ini. Dapat dipastikan, bahwa masa yang akan datang penemuan tersebut
semakin berkembang. Seiring perkembangan akal manusia yang telah mampu
menjangkau hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu tidak mungkin.

14
Syamsul Bahri, “Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya”, op.cit, hal 24.

9
Sebagai ilustrasi, pada zaman dahulu kala, mungkin orang akan menganggap
mustahil kalau manusia bisa menginjakkan kaki di permukaan Bulan, tetapi
berkat kemajuan dan perkembangan IPTEK pada pertengahan abad ke-20,
pesawat Apollo 11 berhasil mendarat di bulan dan Neil Amstrong merupakan
orang pertama yang berhasil menginjakkan kaki di bulan.15
Kemajuan cepat di bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa
warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan
pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan
sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-
nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global
dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan
masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan
standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus
dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan
kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi
untuk berpikir dan bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses,
memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan
antisipatif terhadap ketidakpastian.
Perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
terutama dalam bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah
tatanan kehidupan manusia. Oleh karena itu, kurikulum selayaknya dapat
mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan
keberlangsungan hidup manusia.
Masing-masing dasar tentunya memiliki sumbangan penting terhadap
pengembangan kurikulum pendidikan. Dasar filosofis berperan dalam
merumuskan tujuan pendidikan. Sementara dasar psikologis memberi
gambaran terhadap isi, proses dan evaluasi pendidikan. Adapun dasar sosial-

15
Ibid., hal. 25.

10
budaya, memberi gambaran tentang tujuan dan isi pendidikan. Sedangkan
dasar ilmu teknologi, memberi gambaran tentang isi dan proses pendidikan.16
Selain empat dasar yang telah diuraikan sebelumnya, ada beberapa
faktor penting yang merupakan dasar pengembangan kurikulum yang perlu
diperhatikan di mana pengembangan kurikulum sejatinya dilaksanakan secara
terus menerus dan dinamis. Pengembangan kurikulum bukanlah hal yang
malah merumitkan sistem pembelajaran, melainkan sebuah langkah antisifatif
dalam merespon perubahan sosial yang terus berlangsung tanpa henti. Oleh
sebab itu, menurut Hamalik, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan:
1. Kebijakan nasional sebagai upaya merealisasikan butir-butir keterpaduan
dalam GBHN, khususnya yang berkenaan dengan sistem pendidikan
nasional.
2. Kebijakan-kebijakan dalam bidang pendidikan dalam rangka
merealisasikan Undang-undang (UU) sisdiknas nomor 20 tahun 2003)
yang menyebutkan kurikulum menempati kedudukan sentral.
3. Perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sinkron dengan kebutuhan pembangunan dan memenuhi keperluan sistem
pendidikan dalam upaya memanfaatkan, mengembangkan, dan
menciptakan IPTEK.
4. Kebutuhan, tuntutan, aspirasi dan masalah dalam sistem masyarakat yang
bersifat dinamis, dan berubah dengan cepat dewasa ini dan masa akan
datang.
5. Profesionalisasi dan fungsionalisasi ketenagaan bidang pengembangan
kurikulum dan teknologi pendidikan yang berkualitas dan mampu
bekerjasama dengan unsur ketenagaan profesi lainnya.
6. Upaya pembinaan disiplin ilmu pengembangan kurikulum dan teknologi
pendidikan yang berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin ilmu lainnya,
serta pembinaan ilmu pendidikan pada khususnya.17

16
Ibid., hal. 26.
17
Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Cet. Ke-4 (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), hal. 97-98.

11
Lebih rinci, Oemar Hamalik mengemukakan beberapa dasar yang
harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
1. Kurikulum disusun untuk mewujudkan sisdiknas.
2. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan dengan
pendekatan kemampuan.
3. Kurikulum harus sesuai dengan ciri khas satuan pendidikan pada masing-
masing jenjang pendidikan.
4. Kurikulum pendidikan dasar, menengah dan tinggi dikembangkan atas
dasar standar nasional pendidikan untuk setiap jenis dan jenjang
pendidikan.
5. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan secara
berdivertifikasi, sesuai dengan kebutuhan potensi, dan minat peserta didik
serta tuntutan pihak-pihak yang memerlukan dan berkepentingan.
6. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan tuntutan pembangunan
daerah dan nasional, keanekaragaman potensi daerah dan lingkungan serta
kebutuhan pengembangan iptek dan seni.
7. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan dikembangkan secara
berdiversifikasi, sesuai tuntutan lingkungan dan budaya setempat.
8. Kurikulum pada semua jenjang pendidikan mencakup aspek spiritual
keagamaan, intelektualitas, watak konsep diri, keterampilan belajar,
kewirausahaan, keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, pola
hidup sehat, estetika dan rasa kebangsaan.18

18
Ibid., hal. 99.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa
kurikulum merupakan kumpulan seperangkat nilai yang diinternalisasikan
kepada subjek didik, baik nilai-nilai dalam bentuk kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Adapun dasar kurikulum meliputi landasan filsafat, psikologi,
empiris, sosial budaya dan ilmu teknologi. Keempat dasar ini harus benar-benar
dipedomani dalam upaya menghasilkan kurikulum yang lebih baik.

13
Pandangan-pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam pendidikan,
terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat akan
menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa. Untuk itu harus ada
kejelasan tentang pandangan hidup manusia atau tentang hidup dan
eksistensinya.Psikologi juga menjadi landasan terbentukanya kurikulum,
Sebagai bagian pengembangan kurikulum, pengembang semestinya melihat
kondisi peserta didik saat menyusun dan merealisasikan kurikulum sehingga
tujuan pendidikan akan berhasil secara optimal. Dalam satu sistem pendidikan,
kurikulum itu bersifat dinamis serta harus selalu dilakukan perubahan dan
pengembangan, agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman.
Kurikulum yang dikembangkan sudah seharusnya mempertimbangkan,
merespon dan berlandaskan pada perkembangan sosial-budaya dalam suatu
masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global. Setiap
lingkungan masyarakat masingmasing memiliki sistem-sosial-budaya tersendiri
yang mengatur pola kehidupan dan pola hubungan antar anggota masyarakat.
Perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam
bidang transportasi dan komunikasi telah mampu merubah tatanan kehidupan
manusia. Oleh karena itu, kurikulum selayaknya dapat mengakomodir dan
mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan keberlangsungan hidup
manusia.

B. Saran
Demikianlah makalah yang penulis buat ini, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan para pembaca. Penulis mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
dimengerti, dan lugas. Karena penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan dan penulis juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari penulis semoga
dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

14
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2013. “Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum”.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Bahri, Syamsul. 2011. “Pengembangan Kurikulum Dasar dan Tujuannya”. Islam
Futura 11, no. 1.
Hamalik, Oemar. 2010. “Manajemen Pengembangan Kurikulum, Cet. Ke-4”.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Idi, Abdullah. 2016. “Pengembangan Kurikulum”. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.
Kholik, Ahmad Nur. 2019. “Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum
Abad 21”, As-Salam I 8, no.1.

15
Raharja, Rahmat. 2012. “Pengembangan dan Inovasi Kurikulum”.
Yogyakarta: Baituna Publishing.
Reksoatmojo, Tedjo Narsoyo. 2010. “ Pengembangan Kurikulum Pendidikan”.
Jakarta: Rafika ADITAMA.
Suarga. 2017. “Kerangka Dasar dan Landasan Pengembangan Kurikulum
2013”, Inspiratif Pendidikan 6, no. 1.
Ulwiyah, Nur. 2015. “Landasan Psikologi dan Aktualisasinya dalam
Pendidikan Islam”, Religia: Jurnal Studi Islam Vol. 6, no. No. 1.
Winarso, Widodo. 2015. “Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah”. Cirebon:
CV. Covident.

16

Anda mungkin juga menyukai