Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN DESAIN PEMBELAJARAN


MATEMATIKA

The Field of Curriculum and History of Curriculum in Indonesia

DISUSUN OLEH:

Kelompok 1

Mar Atus Shalehah (P2A923002)


Muziyati Hanim (P2A923004)

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:

Prof. Dr. Drs. Syaiful, M.Pd.


Prof. Dr. M. Rusdi, S.Pd.,M.Sc.
Prof. Drs. Maison, M.Si., P.hD

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa
yang selalu memberikan limpahan nikmat dan berkah kepada kita, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam atas Nabi
Muhammad SAW pembawa risalah pencerahan dan risalah ilmu pengetahuan
bagi manusia. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada Dosen Pengampu yang telah bersedia memberikan bimbingannya dalam
penyelesaian makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya hingga makalah ini
dapat diselesaikan.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan, pengetahuan, serta penunjang atau referensi materi mata
kuliah Pengembangan Kurikulum dan Desain Pembelajaran Matematika terkait.
Makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu, jika ada kritik dan saran yang
dapat membangun makalah ini kearah yang lebih baik lagi kami dengan senang
hati menerima dan memperbaiki makalah selanjutnya dengan baik. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang.

Jambi, 24 Agustus 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Pengertian Kurikulum...............................................................................3
2.2 Bidang-bidang dalam Kurikulum..............................................................4
2.2.1 Pendekatan Kurikulum.......................................................................4
2.2.2 Domain Kurikulum............................................................................8
2.2.3 Kompenen Kurikulum......................................................................12
2.3 Sejarah Kurikulum di Indonesia..............................................................16
BAB III PENUTUP..............................................................................................23
3.1 Kesimpulan..............................................................................................23
3.2 Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai program pendidikan
yang dikehendaki. Sebagai sarana, kurikulum tidak akan berarti jika tidak
ditunjang oleh sarana dan prasarana yang diperlukan seperti sumber-sumber
belajar dan mengajar yang memadai, kemampuan tenaga pengajar,
metodologi yang sesuai, serta kejernihan arah serta tujuan yang akan
dicapai.
Ada ungkapan menggelitik yang acapkali muncul setiap kali pergantian
pemerintahan di negeri ini yakni “ganti menteri ganti kurikulum”, nyatanya
sepanjang sejarah sejak Indonesia merdeka tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional memang telah berulangkali mengalami perubahan, yaitu pada tahun
1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan 2004, 2006, 2013 serta yang
terbaru adalah kurikulum merdeka. Perubahan-perubahan tersebut merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab,
kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara
dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat.
Seiring perkembangan zaman, dengan berbagai alasan dan rasionalisasi
kurikulum Indonesia terus memngalami pergantian dari periode ke periode.
Keberadaan kurikulum memberi pengaruh yang signifikan bagi kualitas
pendidikan di Indonesia.
Kurikulum sebagai suatu desain pendidikan menempati kedudukan yang
sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya peranan kurikulum dalam pendidikan dan perrkembangan
kehidupan masyarakat maka dalam penyusunan kurikulum tidak dapat
dilakukan tanpa adanya pemahaman yang mendalam terkait konsep dasar dari
kurikulum.
Makalah ini disusun oleh penulis sesuai dengan buku referensi yaitu
buku Curriculum Foundations Principles and Global Issues, sebagai salah

1
satu tugas kelompok untuk mata kuliah Pengembangan Kurikulum Dan
Desain Pembelajaran Matematika.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi kurikulum?
2. Apa saja bidang-bidang dalam kurikulum?
3. Bagaimana sejarah perkembangan kurikulum Matematika di Indonesia?

1.3 Tujuan
Mengacu pada rumusan masalah maka yang menjadi tujuan penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi kurikulum.
2. Untuk mengetahui bidang-bidang dalam kurikulum
3. Untuk mengetahui sejarah perkembangan kurikulum Matematika di
Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kurikulum


Secara harfiah, kurikulum berasal dari bahasa latin, curiculum yang
berarti bahan pengajaran. Kata kurikulum selanjutnya menjadi suatu istilah
yang digunakan untuk menunjukan pada sejumlah mata pelajaran yang
harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah. Pengertian diatas
sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Saylor, Alexander, dan
Lewis dalam buku Wina Sanjaya menyatakan bahwa kurikulum adalah
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh peserta didik (Sanjaya, 2005).
Pengertian kurikulum menurut definisi Kerr, J.F, adalah semua
pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun
berkelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pengertian kurikulum
menurut definisi Inlow, mengemukakan pendapatnya bahwa pengertian
kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang khusus oleh pihak
sekolah guna membimbing murid untuk memperoleh hasil dari
pembelajaran yang sudah ditentukan. Menurut definisi Neagley dan Evans,
pengertian kurikulum adalah semua pengalaman yang telah dirancang oleh
pihak sekolah. Menurut pendapat Beauchamp, pengertian kurikulum adalah
dokumen tertulis yang kandungannya berisi mata pelajaran yang akan
diajarkan kepada peserta didik dengan melalui berbagai mata pelajaran,
pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan Pengertian Kurikulum secara umum dan pengertian
kurikulum menurut definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa dari
penjelasan diatas tentang pengertian kurikulum sangatlah fundamental yang
menggambarkan fungsi kurikulum yang sesungguhnya dalam sebuah proses
pendidikan. pengertian kurikulum itu amat beragam tergantung kepada dari
sudut mana kita memandangnya. Akan tetapi, dari semua pengertian itu
dapat ditarik persamaan-persamaan bahwa kurikulum adalah semua
pengalaman baik formal maupun informal, terstruktur dengan baik atau
tidak, yang akan dihayati siswa selama menempuh pendidikannya di level
pendidikan tertentu.

3
2.2 Bidang-bidang dalam Kurikulum
2.2.1 Pendekatan Kurikulum
Ada beberapa pendekatan dalam pengembangan kurikulum di
antaranya, yaitu: pendekatan subyek akademis, pendekatan humanistik,
pendekatan berorientasi pada kompetensi, pendekatan teknologi, dan
pendekatan rekonstruksi social, kemudian disini kami akan menguraikan
pendekatan-pendekatan tersebut.
1. Pendekatan Akademis
Pendekatan ini adalah pendekatan yang tertua, sejak sekolah yang
pertama berdiri kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Kurikulum disajikan
dalam bagian-bagian ilmu pengetahuan, mata pelajaran yang diintregasikan.
Ciri-ciri ini berhubungan dengan maksud, metode, organisasi dan
evaluasi. Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau
program pendidikan didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-
masing.
Para ahli akademis terus mencoba mengembangkan sebuah
kurikulum yang akan melengkapi peserta didik untuk masuk ke dunia
pengetahuan, dengan konsep dasar dan metode untuk mengamati, hubungan
antara sesama, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Pengembangan
kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu
mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan
untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu.
Prioritas pendekatan ini adalah mengutamakan sifat perencanaan
program dan juga mengutamakan penguasaan bahan dan proses dalam
disiplin ilmu tertentu (Idi, 2007).
2. Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa atau peserta didik (student-
centered) dan mengutamakan perkembangan afektif peserta didik sebagai
prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses belajar. Para pendidik
humanistic meyakini bahwa kesejahteraan mental dan emosional peserta

4
didik harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar proses belajar
memberikan hasil yang maksimal.
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan
dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Menurut para pakar
humanis kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman berharga untuk
membantu memperlancar perkembangan pribadi murid. Bagi mereka tujuan
pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang
diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap
yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar. Semua itu
merupakan bagian dari cita-cita perkembangan manusia yang teraktualisasi
(self actualizing person) (Idi, 2007).
Kurikulum Humanistis memiliki kelemahan, antara lain:
a. Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi
perkembangan individual peserta didik.
b. Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu tapi kenyataannya
terdapat keseragaman peserta didik.
c. Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara
keseluruhan.
d. Dalam kurikulum ini prisip-prinsip psikologis yang ada kurang
terhubungkan.
3. Pendekatan Kurikulum Berdasarkan Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) salah salu model kurikulum
yang mulai dikembangkan dan diterapkan pada pendidikan kejuruan. KBK
pada dasarnya membuat inventarisasi kompetensi yang diperkirakan esensial
untuk suatu pekerjaan, jabatan atau karier tertentu. Inti dari KBK adalah
kompetensi, merefleksikan kemampuan mengerjakan sesuatu. Secara
spesifik KBK adalah kurikulum yang menitikberatkan pada penguasaan
suatu pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu serta penerapannya di
lapangan kerja. Pengetahuan, sikap dan keterampilan itu harus dapat
didemonstrasikan dengan standar industri yang ada, bukan standar relatif
yang ditentukan oleh keherhasilan seseorang di dalam suatu kelompok.

5
Pengetesannya yakni dengan menggunakan “Criterion Referenced” bukan
“Norm Referenced”.
Konsep-konsep dalam pendekatan competency based didasarkan dua
filosofi dasar yakni: Filosofi pertama, gagasan bahwa human comptence
merupakan kemampuan yang benar-benar terlihat, pengetahuan, tingkah
laku dan usaha merupakan hal yang tidak berharga tanpa adanya hasil.
Filosofi kedua, mastery learning menyebutkan bahwa hampir semua orang
dapat mempelajari hampir semua hal pengetahuan dengan baik, apabila
mendapatkan pengajaran yang berkualitas serta waktu mencukupi.
Pendekatan dengan competency-based merupakan pendekatan pendidikan
yang sangat sistematis, di mana setiap komponen dalam program pengajaran
dirancang, diawasi, dan disesuaikan dengan satu hal dalam pikiran dan hasil.
Dalam program pembelajaran konvensional pengajaran seringkali dimulai
dan diakhiri hanya berdasarkan waktu dan kalender pendidikan dengan
sedikit perhatian terhadap seberapa banyak pengajaran yang dibutuhkan oleh
setiap anak didik. Pengajaran mungkin disampaikan dalam waktu lima puluh
menit, tiga jam pelajaran, atau enam belas minggu dalam satu semester
tanpa memperhatikan seberapa banyak pembelajaran yang dibutuhkan oleh
setiap siswa untuk dapat menguasai sepenuhnya setiap program pengajaran.
Kurikulum Berbasis Kompetensi, sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan kurikulum 1994 dari segi penyajian. Kurikulum Berbasis
Kompetensi berisi kompetensi atau kemampuan dasar yang harus dicapai
oleh peserta didik melalui materi pokok dan indikator pencapaian hasil
belajar yang telah ditetapkan. Kurikulum ini dikembangkan berdasarkan
pemikiran-pemikiran selektif yang mengadopsi dan mengkompromikan
unsur-unsur, nilai-nilai, dan praktek-praktek dari berbagai pendekatan.
Kurikulum Berbasis Kompetensi berorientasikan pada perluasan wawasan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya, sebagai salah satu usaha untuk
mempertahankan integritas bangsa melalui pembentukan-pembentukan
individu yang cerdas, religius, toleran, mandiri, dan berdisiplin serta
menjunjung tinggi moral dalam pergaulan antar sesama. Kurikulum
Berbasis Kompetensi difokuskan pada peningkatan mutu hasil belajar dan

6
peningkatan mutu lulusan. Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah salah
satu bentuk kurikulum yang menekankan ketuntasan dalam belajar yang
dicerminkan dalam performanasi, yang merupakan perpaduan ranah afektif,
psikomotor, dan kognitif.
4. Pendekatan Rekonsrtuksi Sosial
Jika dilihat dari konteks pemaknaan tentang kuriklum itu sendiri
maka, kurikulum rekonstruksi sosial meposisikan diri dalam pemaknaan
kurikulum dalam artian luas. Karena peserta didik tidak hanya berkutat di
dalam kelas menikmati hidangan (materi yang disampaikan oleh guru).
Tetapi lebih kepada pemaknaan diri, menepatkan diri ditengah-tengah
masyarakat umum, sehinga pada tataran selanjutnya peserta didik lebih
memahami posisinya di tengah masyarakat dan lebih peka terhadap kondisi
sosial masyakat pada umumnya. Mengutip pendapatnya Nana Syaodih
Sukmadinata, kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-
problem yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber
pada aliran pendidikan interaksional (Sukmadinata, 2006).
Titik pusat dari kurikulum ini adalah ingin mengentaskan
permasalahan permasalah yang muncul di tengah tengah mayarakat. Karena
pendidikan bertujuan untuk saling tolong menolong antar sesama, jadi ada
interaksi sosial yang ingin dimunculkan dalam kurikulum ini. Peserta didik
diayomi, didik, diajar dan ditumbuhkembangkan (pisik dan spikisnya) untuk
kebaikan dirinya tetapi untuk orang lain. Sehingga pihak sekolah
menawarkan lingkungan yang kondusif bagi pembelajaran para siswa,
sekolah merekonstruksi tatanan yang ada dilingkungan sekolah agar tercipta
suasana seperti layaknya kehidupan bermasyarakat. Kepala sekolah, guru,
stap dan pegawai, siswa dan seluruh personil sekolah melakukan segala
kegiatan atas dasar kebersamaan (kehidupan sosial). Sehingga sekolah
dijadikan sebagai laboratorium dalam menunjang perkembangan peserta
didik, baik di lihat dari sisi kepekaannya terhadap sesama teman, guru,
pegawai dan sebagainya.
5. Pendekatan Teknologi

7
Perkembangan IPTEK pada abad 21 sekarang ini, berimplikasi pada
proses dan pola pengembangan kurikulum dan program pembelajaran yang
didesain oleh para praktisi pendidikan. Memang pada awal perkembangan
teknologi sederhana para guru khususnya menerapkan dan mengunakan
teknologi sederhana seperti menggunakan kapur dan papan tulis yang pada
dasarnya masih bersifat sangat sederhana. Dan sekarang dunia teknologi
sangat berkembang pesat seperti audio dan videocassette, OHP, flm slide,
komputer dan lainnya.
Menurut Muhaimin, pendekatan teknologis dalam menyusun
kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang
dibtutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan
, kriteria evaluasi sukses, dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan
analisis tugas tersebut. Kurikulum berbasis kompetensi yang saat ini sedang
digalakkan di sekolah madrasah termasuk dalam katagori pendekatan
teknologis (Muhaimin, 2014).
Adapun kekurangan dari model pendekatan teknologis ketika
kurikulum diterapkan dalam proses pembelajaran, ditegaskan oleh Rahman
yaitu: ia terbatas pada hal-hal yang bisa dirancang sebelumnya, baik yang
menyangkut proses pembelajaran maupun produknya.

2.2.2 Domain Kurikulum


Sementara fondasi kurikulum mewakili batas-batas eksternal bidang
tersebut, tujuan kurikulum mendefinisikan batas-batas internal bidang
tersebut-pengetahuan yang diterima dalam bidang tersebut yang disajikan
dalam artikel dan buku-buku yang diterbitkan. Meskipun para ahli
kurikulum umumnya sepakat mengenai bidang-bidang dasar, mereka sering
kali tidak sepakat mengenai domain pengetahuan kurikulum. Banyak upaya
telah dilakukan untuk menentukan domain-domain ini. Namun, banyak
literatur tentang hal ini sebagian besar belum dibaca," dan dalam kasus lain,
dianggap menyebar dan terpisah-pisah (Allan & Hunkins, 2018).
Kurangnya konsensus tentang domain kurikulum diilustrasikan oleh
para ahli itu sendiri. Beauchamp membagi pengetahuan kurikulum ke dalam
perencanaan, implementasi, dan evaluasi." Fenwick English memandang

8
kurikulum dalam hal ideologis (filosofis-ilmiah), teknis (desain), dan
operasional (manajerial)." Edmund Short membuat daftar domain kurikulum
sebagai pembuatan kebijakan, pengembangan, evaluasi, perubahan,
pengambilan keputusan, kegiatan atau bidang studi, dan bentuk dan bahasa
pertanyaan."
Linda Behar membuat sebuah format empiris untuk mengidentifikasi
domain kurikulum (bidang pengetahuan yang luas berdasarkan buku-buku
teks kurikulum yang paling berpengaruh selama periode 20 tahun) dan
praktik-praktik kurikulum (kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para guru
dan spesialis kurikulum ketika mereka bertanya tentang perencanaan atau
pelaksanaan kurikulum). Sebanyak 49 praktik kurikulum dievaluasi dan
kemudian dinilai tingkat kepentingannya oleh para profesor kurikulum di
Amerika Serikat. Praktik-praktik ini dikelompokkan ke dalam sembilan
domain kurikulum: (1) filosofi kurikulum, (2) teori kurikulum, (3) penelitian
kurikulum, (4) sejarah kurikulum, (5) pengembangan kurikulum, (6) desain
kurikulum, (7) evaluasi kurikulum, (8) kebijakan kurikulum, dan (9)
kurikulum sebagai suatu bidang studi." Kesembilan domain ini membantu
menentukan konten yang direkomendasikan untuk sebuah teks kurikulum,
karena domain-domain yang diuraikan berdasarkan penilaian terhadap teks-
teks yang paling berpengaruh di bidang tersebut dalam kurun waktu 20
tahun.
1. Pengembangan Kurikulum
Dari semua domain pengetahuan kurikulum, pengembangan dan
kurikulum dan berakar pada prinsip-prinsip ilmiah pendidikan. Banyak teks
kurikulum saat ini menggunakan istilah pengembangan dan rencana dalam
judulnya dan dengan demikian mencerminkan pemikiran ini.
Sebagian besar buku teks kurikulum menawarkan beberapa model
pengembangan, garis besar, atau rencana. Dimulai dengan filosofi atau
serangkaian tujuan, model ini mencakup penilaian siswa, pemilihan dan
pengorganisasian isi, implementasi, dan evaluasi. Jumlah langkahnya
berkisar antara empat (Tyler, Saylor Alexander, dan Lewis, Wiles dan
Bondi) hingga tujuh (Taba) atau lebih (Doll). Lebih mementingkan standar,

9
Glatthorn dan Jailall serta David Squires menekankan perlunya
menyelaraskan kurikulum dengan apa yang diujikan."
Semua model pengembangan ini berusaha menunjukkan hubungan
kurikulum dengan berbagai keputusan, kegiatan, dan proses. Model-model
tersebut memberikan rambu-rambu Model-model tersebut cenderung
diilustrasikan secara grafis atau gambar. Model-model tersebut
menunjukkan input, transformasi, dan output dan memperlakukan
kurikulum sebagai sebuah sistem yang terdiri dari subsistem. Secara teoritis
dan ilmiah, model-model pengembangan disusun dalam istilah-istilah teknis.
Seseorang harus memiliki pengetahuan tentang bidang tersebut untuk dapat
sepenuhnya menghargai dan memahaminya. Model-model tersebut
cenderung mengabaikan proses-proses yang tidak mudah diamati, diukur,
atau dikendalikan. Model-model tersebut terkadang mengabaikan sikap,
emosi, perasaan, dan keyakinan yang terkait dengan pengajaran dan
pembelajaran.
Sistem pengembangan kurikulum dapat bersifat terbuka atau tertutup.
Sistem terbuka bersifat dinamis dan evolusioner, sistem ini berkembang
melalui perubahan. Sistem tertutup bersifat statis dan tidak dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan. Mungkin setiap orang yang terlibat
harus memikirkan pengembangan kurikulum sebagai sebuah sistem terbuka-
sebuah perjalanan, dan bukan sebuah tujuan.
2. Desain Kurikulum
Desain kurikulum mengacu pada cara kita mengkonseptualisasikan
kurikulum dan menyusun komponen-komponen utamanya (materi pelajaran
atau konten, metode dan materi instruksional, pengalaman atau kegiatan
peserta didik) untuk memberikan arahan dan panduan saat kita
mengembangkan kurikulum. Kebanyakan penulis kurikulum tidak memiliki
desain tunggal atau murni untuk kurikulum. Mereka dipengaruhi oleh
banyak desain dan pendekatan, mereka mengambil sedikit demi sedikit dari
desain yang berbeda.
Secara umum, sebuah desain kurikulum harus menyediakan kerangka
acuan dasar, sebuah template jika Anda menginginkannya, untuk

10
merencanakan seperti apa kurikulum tersebut setelah terlibat dalam
pengembangan kurikulum. Jika kita mengibaratkan sebuah kurikulum
sebagai sebuah lukisan, desain mengacu pada bagaimana kita ingin posisi
artistik kita diatur. Sementara sebuah desain kurikulum dipengaruhi sampai
batas tertentu oleh pendekatan kurikulum penulis, seperti halnya sebuah
lukisan dipengaruhi sampai batas tertentu oleh pendekatan seniman,
pandangan penulis tentang dunia dan pandangannya tentang pengajaran,
pembelajaran, dan instruksi adalah kunci untuk pemilihan desain.
Cara orang mendesain kurikulum sebagian merupakan produk dari
pandangan mereka terhadap kurikulum. Sebagai contoh, mereka yang
melihat kurikulum dalam istilah behavioris dan mendukung rencana yang
telah ditentukan dan seperangkat hasil pembelajaran menghasilkan desain
kurikulum yang berbeda dari mereka yang melihat kurikulum sebagai
sebuah sistem untuk mengelola orang dan prosedur pengorganisasian.
Mereka yang melihat pengajaran dan pembelajaran dalam istilah psikologis
yang lebih menekankan pada aspek psikologis akan menghasilkan desain
kurikulum yang berbeda dengan mereka yang melihat kurikulum dari aspek
sosial atau politik. Jika pengembangan kurikulum cenderung bersifat teknis
dan ilmiah, desain kurikulum lebih bervariasi karena didasarkan pada nilai-
nilai dan keyakinan para ahli kurikulum tentang pendidikan.
Jika pengetahuan akademis adalah yang terpenting bagi seorang
kurikuleris, rancangannya kemungkinan besar menekankan pada
pengetahuan yang berdisiplin. Sebaliknya, jika pertumbuhan siswa secara
keseluruhan merupakan hal yang utama, maka seorang ahli kurikulum akan
merancang kurikulum dengan mempertimbangkan masalah sosial dan
psikologis. Secara umum, desain kurikulum harus menyediakan kerangka
kerja untuk merencanakan seperti apa kurikulum yang akan terlihat setelah
pengembangan kurikulum.
Hampir sepanjang abad ke-20, para ahli kurikulum yang memulai
kariernya sebagai guru berorientasi pada tenda, menekankan pada disiplin
akademis inti. Banyak orang percaya bahwa kita membutuhkan desain yang
lebih berfokus pada siswa dan kurang berfokus pada konten, tetapi desain

11
seperti itu belum diterima secara luas. Sepertinya sekolah tidak akan
menerima desain baru dan radikal dalam waktu dekat. Bagaimanapun juga,
sekolah mensosialisasikan siswa sesuai dengan norma-norma masyarakat
dan oleh karena itu, pada dasarnya bersifat konservatif. Selain itu, kita
sebagai pendidik berada di tengah-tengah pengujian dan standar yang
berisiko tinggi, yang menekankan pada pengetahuan dan informasi-yang
oleh sebagian besar dari kita di bidang pengajaran disebut sebagai konten.
3. Kurikulum Terencana dan Tidak Terencana
Apa yang dipelajari siswa di sekolah lebih dari sekedar kurikulum
yang direncanakan (formal atau eksplisit). Kurikulum terencana
menerjemahkan tujuan sekolah ke dalam mata pelajaran yang diharapkan
untuk dipelajari oleh siswa, tujuan yang terukur dari mata pelajaran dan
pelajaran (sering dinyatakan dalam rencana unit guru dan rencana
pelajaran), dan bacaan yang ditugaskan untuk mata pelajaran tersebut.
Namun, sekolah juga mentransmisikan kurikulum yang tidak direncanakan
(informal), kurikulum yang tidak dimaksudkan atau dinyatakan.
Eisner juga membedakan antara kurikulum yang direncanakan dan
kurikulum operasional Kurikulum yang direncanakan dikembangkan setelah
mempertimbangkanbeberapa pilihan dan biasanya dipersiapkan oleh komite
kurikulum sekolah atau distrik sekolah. Kurikulum operasional muncul di
ruang kelas sebagai hasil dari situasi aktual dan mengharuskan guru
melakukan penyesuaian sesuai kebutuhan."
Kemudian, ada kurikulum tersembunyi, yang muncul dari interaksi di
antara para siswa dan antara siswa dan guru. Terlalu sering, teks kurikulum
mengabaikan pengaruh kuat dari kurikulum tersembunyi, yang dibangun di
sekitar kelompok teman sebaya dan sering kali bersaing dengan kurikulum
yang direncanakan guru. Hal ini mempengaruhi pemikiran dan perilaku di
ruang kelas, bahkan terkadang bertentangan dengan tujuan dan nilai-nilai
utama sekolah dan masyarakat luas. Ketika guru dan sekolah terlalu
menekankan pada nilai, kurikulum tersembunyi mengutamakan jawaban
yang benar daripada pemahaman, fakta daripada ide, perilaku yang sesuai
daripada perilaku mandiri, dan masuk dalam daftar kehormatan daripada

12
membantu orang lain. Para kritikus berpendapat bahwa kurikulum
tersembunyi mengajarkan siswa bahwa "mengalahkan sistem" atau
"menang" lebih penting daripada apa pun ".
Sebagai bagian dari proses sosialisasi, sekolah dan masyarakat
mengharuskan siswa untuk menyesuaikan diri dan sebagian besar pasif dan
patuh di dalam kelas. Siswa harus tetap duduk di tempat duduk mereka,
mengangkat tangan dan menunggu untuk dipanggil, berbaris sesuai yang
diminta, dan sebagainya. Anak-anak disosialisasikan untuk mengikuti
peraturan dan tata tertib.

2.2.3 Kompenen Kurikulum


Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
memiliki komponen pokok yang saling berkaitan, berinteraksi dalam rangka
mendukung tercapainya tujuan. Kurikulum terdiri dari lima komponen utama,
yaitu (a) tujuan; (b) materi; (c) strategi pembelajaran; (d) organisasi kurikulum,
dan (e) evaluasi. Kelima komponen tersebut memiliki keterkaitan yang erat dan
tidak bisa dipisahkan.
1. Komponen tujuan
Kurikulum merupakan suatu program yang bertujuan untuk mencapai
tujuan pendidikan. Tujuan tersebut menjadi arah atau acuan bagi seluruh
kegiatan pendidikan yang dilaksanakan. Berhasil atau tidaknya program
pengajaran di sekolah dapat diukur dari seberapa jauh dan seberapa banyaknya
pencapaian tujuan-tujuan tersebut. Dalam setiap kurikulum lembaga
pendidikan, pasti dicantumkan tujuan-tujuan pendidikan yang akan atau harus
dicapai oleh lembaga pendidikan yang bersangkutan. Meskipun rumusan
tujuan pendidikan diberbagai negara berbeda-beda, tetapi umumnya memiliki
esensi yang sama secara umum.
Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam tujuan institusional
yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Pada Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa
tujuan umum pendidikan adalah sebagai berikut:

13
 Tujuan pendidikan dasar adalah untuk meletakkan dasar kecerdasa,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan
untuk hidup mandiri dan menempuh pendidikan lanjut.
 Tujuan pendidikan menengah adalah untuk meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan untuk hidup mandiri dan menempuh pendidikan tingkat tinggi.
 Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah untuk meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan untuk hidup mandiri dan menempuh pendidikan sesuai
dengan kejuruannya.
Dalam kurikulum suatu lembaga pendidikan terdapat dua tujuan, yaitu:
 Tujuan yang dicapai pada seluruh Mata Pelajaran/Bidang Studi. Tujuan
tersebut biasanya mencakup aspek pengetahuan, keterampilan
(psikomotor), sikap (afektif), dan nilai-nilai yang diharapkan dapat dimiliki
lulusan lembaga pendidikan. Hal ini disebut tujuan lembaga (institusional).
 Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi yang disebut tujuan
kurikuler. Dalam kurikulum yang ada saat ini, tujuan ini dituangkan dalam
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Kompetensi Mata Pelajaran, da
Kompetensi Dasar. Setelah dijelaskan oleh guru diperoleh Indikator dan
Tujuan Pembelajaran.
2. Komponen isi/materi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada
siswa dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi
kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program
pada masing-masing bidang studi. Bidang studi disesuaikan dengan jenis,
jenjang dan jalur pendidikan yang ada. Langkah-langkah yang harus diambil
sebelum menentukan isi atau konten yang dibakukan sebagai kurikulum,
terlebih dahulu perencana kurikulum harus menyeleksi isi agar lebih efektif
dan efisien. Kriteria yang dapat diperhatikan antara lain sebagai berikut:
1) Kebermaknaan (signifikasi): kebermaknaan suatu isi/materi diukur dari
bagaimana esensi atau posisinya dalam kaitan dengan isi materi disiplin ilmu

14
yang lain. Isi kurikulum yang bersifat konsep atau prinsip dasar lebih
diutamakan daripada konsep atau prinsip yang kurang mendasar.
2) Manfaat atau kegunaan: adapun parameter kriteria kebermanfaatan isi adalah
sejauh mana isi/materi kurikulum berkontribusi terhadap berjalannya
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
3) Pengembangan manusia: kriteria pengembangan manusia mengarah pada
nilai-nilai demokratis, nilai sosial, atau pada pengembangan sosial.
3. Komponen Media (sarana dan prasarana)
Media merupakan sarana perantara dalam pengajaran. Media merupakan
perantara untuk menggambarkan isi kurikulum sehingga lebih mudah
dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, pemanfaatan dan pemakaian media
dalam pembelajaran akan mempermudah siswa dalam menanggapi,
memahami materi yang disampaikan guru.
4. Komponen strategi pembelajaran
Strategi mengacu pada pendekatan dan metode serta peralatan
mengajar yang digunakan dalam pembelajaran, namun pada hakikatnya
strategi pembelajaran tidak sebatas itu saja. Strategi pembelajaran juga dapat
tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran,
mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan, baik
yang secara umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam
pembelajaran. Strategi/metode/model pembelajaran sangat ditentukan oleh
karakteristik substansi yang akan diajarkan dan karakteristik siswa. Tidak
ada satu pun strategi/metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengajarkan semua mata pelajaran dengan cara yang sama. Substansi (isi)
pelajaran memiliki karakteristik tertentu, sehingga hanya cocok untuk
diajarkan dengan cara tertentu pula. Tujuan-tujuan pembelajaran yang
bersifat prosedural, psikomotorik serta terstruktur dengan baik, diajarkan
secara bertahap, lebih baik lagi jika guru menggunakan metode
pembelajaran langsung.
Sementara itu, keterampilan sosial seperti cara berinteraksi dengan
orang lain, bekerja sama dan mengungkapkan gagasan, akan sangat cocok
bila diajarkan menggunakan pembelajaran kooperatif. Begitu juga dengan

15
kemampuan pemecahan masalah hanya dapat dilatih dengan baik jika siswa
mempunyai kesempatan untuk melakukan latihan pemecahan masalah.
Kesempatan tersebut dapat diperoleh siswa jika pembelajaran dilakukan
melalui pembelajaran berbasis masalah seperti inkuiri, diskoveri dan lain-
lain. Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003, strategi pembelajaran di
kelas hendaknya dilaksanakan dengan cara melatih olah hati, olah raga, olah
rasa, dan olah otak. Strategi pembelajaran yang demikian mengandung
makna bahwa strategi yang digunakan harus mampu menilai seluruh potensi
yang dimiliki siswa.
5. Komponen proses belajar mengajar
Komponen ini sangat penting dalam sistem pembelajaran, sebab
diharapkan melalui proses belajar mengajar akan terjadi perubahan perilaku
pada diri siswa. Keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar
merupakan indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Kemampuan
guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, merupakan
indikator kreativitas dan efektivitas guru dalam mengajar. Kecenderungan
proses pembelajaran adalah terjadi perubahan paradigma dari mengajar ke
pembelajaran. Perubahan yang dimaksud ditandai dengan terjadi perubahan
sebagai berikut.
1) peralihan dari berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat pada siswa
2) Berorientasi disiplin (mapel tertentu) beralih ke pembelajaran yang integratif.
3) beberapa mata pelajaran berorientasi pada pembelajaran berbasis masalah.
4) Pembelajaran mengikuti alur tertentu (standardized) beralih ke pembelajaran
dengan alternatif-alternatif.
6. Komponen evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam
pengertian terbatas, evaluasi kurikulum bertujuan untuk memverifikasi
sejauh mana tujuan-tujuan pendidikan ingin dicapai melalui kurikulum yang
bersangkutan. Dalam arti yang lebih luas, evaluasi kurikulum adalah
evaluasi program, yang bertujuan untuk mengakses kinerja kurikulum secara
keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dinilai
tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, tetapi juga relevansi, efisiensi,

16
kelayakan program. Elemen penting dari kurikulum yang perlu dievaluasi
adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa. Evaluasi kurikulum
juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang akan dievaluasi.
Aspek yang sering mendapat sorotan adalah aspek kuantitas dan kualitas.
Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi aspek kuantitatif berbeda
dengan aspek kualitatif. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi
aspek kuantitatif, seperti tes standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan
lain-lain.
Sementara itu, instrumen untuk mengevaluasi dimensi kualitatif
dapat digunakan, questionnare, inventori, interview, dan catatan anekdot.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik dalam menentukan
kebijakan pendidikan pada umumnya maupun pengambilan keputusan
dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan
oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para pengembang kurikulum
dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan
dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi
kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para
pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu
perkembangan peserta didik, memilih bahan pelajaran, memilih metode dan
alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.

2.3 Sejarah Kurikulum di Indonesia


1. Kurikulum 1974
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan menggunakan
istilah bahasa Belanda “leer plan” artinya rencana pelajaran. Perubahan arah
pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila.
Kurikulum yang berjalan saat itu dikenal dengan sebutan "Rentjana Pelajaran
1947", yang baru dilaksanakan pada tahun 1950. Sejumlah kalangan menyebut
sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok: (1) daftar mata pelajaran dan jam pengajaranya; (2)
garis-garis besar pengajaran.

17
Pada saat itu, kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi
sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan
yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan
sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana
kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut
kemerdekaan maka pendidikan sebagai development conformism lebih
menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di muka bumi ini. Orientasi Rencana
Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang diutamakan
adalah: pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap
kesenian dan pendidikan.
2. Kurikulum 1952, "Rentjana Pelajaran Terurai 1952"
Setelah "Rentjana Pelajaran 1947", pada tahun 1952 kurikulum di
Indonesia mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap
mata pelajaran yang kemudian diberi nama "Rentjana Pelajaran Terurai
1952". Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan
nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini
bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang
dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajarannya
menunjukkan secara jelas bahwa seorang guru mengajar satu mata pelajaran.
3. Kurikulum 1964, "Rentjana Pendidikan 1964"
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964, pemerintah kembali
menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kali ini diberi nama
Rentjana Pendidikan 1964. Pokok-pokok pikiran kurikulum 1964 yang
menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan
pada jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program
Pancawardhana, yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional artistik
dan jasmani.
4. Kurikulum 1968

18
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana
Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi
tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan
pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat
jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi
pekerti dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan
dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi
pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Mata pelajaran dikelompokkan menjadi 9 mata pelajaran
pokok saja. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan
kuat.
5. Kurikulum 1975
Kurikulum tahun 1975 merupakan perubahan dari kurikulum 1968.
Dalam bidang matematika, pada tahun 1975 pengajaran matematika di
Indonesia mengalami perubahan. Karakteristik pengajaran matematika pada
kurikulum tahun 1975 adalah sebagai berikut:
1) Terdapat materi-materi baru seperti himpunan, geometri ruang, geometri
bidang, statistika dan peluang, relasi, sistem numerasi kuno dan penulisan
notasi bilangan non desimal. Selain itu juga ada konsep-konsep baru seperti
penggunaan himpunan, pengajaran matematika dengan metode spiral,
pengajaran geometri dimulai dari kurva.
2) Adanya pergeseran dari pengajaran yang lebih menekankan pada
pembelajaran.
3) Soal-soal yang diberikan lebih mengutamakan dalam bentuk
menyelesaikan permasalahan dibandingkan permasalahan yang umum.
4) Adanya kesinambungan penyajian bahan ajar antara SD dan SMP.
5) Penekanan pada struktur.
6) Kurikulum matematika modern lebih memperhatikan keberagaman siswa.
7) Terdapat upaya untuk menggunakan terminologi (istilah) yang tepat.

19
8) Pergeseran dari pengajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada
siswa.
9) Melalui pengajaran yang berpusat pada siswa, banyak digunakan metode
pengajaran dengan menemukan dan memecahkan masalah dengan
menggunakan teknik diskusi.
10) Terdapat upaya untuk mengajarkan matematika dengan cara yang
menyenangkan, seperti melalui permainan, kuis atau kegiatan di lapangan.
Dari karakteristik pengajaran matematika diatas, tampak ada
kemajuan diantaranya dari sistem pembelajaran yang berpusat pada guru
menjadi berpusat pada siswa serta adanya penganalan dengan materi
matematika yang selama ini tidak dimasukkan kedalam kurikulum
sebelumnya.
6. Kurikulum 1984
Pembelajaran matematika pada era 1980-an merupakan sebuah
gerakan revolusi matematika. Revolusi ini diawali oleh kekhawatiran negara
maju yang akan disusul oleh negara-negara berkembang saat itu, seperti
Jerman Barat, Jepang, Korea dan Taiwan. Ditandai dengan adanya kemajuan
teknologi seperti kalkulator dan komputer.
Perkembangan matematika di luar negeri memberikan pengaruh
terhadap matematika di Indonesia. Di Indonesia pada tahun 1984 pemerintah
menyusun kurikulum baru. Alasan dalam menerapkan kurikulum baru
meliputi: sarat akan materi, terdapat perbedaan kemajuan pendidikan antar
daerah dalam segi teknologi serta belum sesuainya materi kurikulum dengan
tarap kemampuan siswa. Dalam kurikulum ini siswa di sekolah dasar diberi
materi aritmatika sosial, sementara untuk siswa sekolah menengah atas
diberi materi baru seperti komputer. Karakteristik dari kurikulum 1984
adalah penerapan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Pada hakikatnya CBSA
adalah proses yang melibatkan siswa secara intelektual-emosional dalam
proses pembelajaran. Dimana siswa memiliki keberanian untuk mewujudkan
minat, keinginan serta dorongan dalam proses pembelajaran. Pengajar
berperan sebagai inovator dan motivator dalam meningkatkan keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran.

20
7. Kurikulum 1994
Kegiatan matematika begitu marak di tahun 90-an. Walaupun hal itu
bukan hal yang baru sebab tahun-tahun sebelumnya kegiatan internasional
seperti olimpiade matematika sudah berjalan beberapa kali. Indonesia tidak
ketinggalan dalam pentass olimpiade tersebut namun jarang mendulang
medali. Keprihatinan tersebut diperparah dengan Indonesia tidak
ketinggalan dalam pentas olimpiade tersebut namun jarang mendulang
medali. Keprihatinan tersebut diperparah dengan kondisi lulusan yang
kurang siap dalam kancah kehidupan. Para lulusan kurang mampu dalam
menyelesaikan problem-problem kehidupan. Dengan dasar inilah
pemerintah berusaha mengembangkan kurikulum baru yang mampu
membekali siswa berkaitan dengan problem-solving kehidupan. Lahirlah
kurikulum tahun 1994. Dalam kurikulum tahun 1994, pembelajaran
matematika mempunyai karakter yang khas, struktur materi sudah
disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi keahlian seperti
komputer semakin mendalam, model-model pembelajaran matematika
kehidupan disajikan dalam berbagai pokok bahasan. Intinya pembelajaran
matematika saat itu mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan
hal-hal kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi sajian
menarik di setiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan dengan
pertimbangan agar siswa mampu menyelesaikan permasalahan kehidupan
sehari-hari.
 SD : aritmatika (berhitung), pengantar aljabar, geometri
 SMP : aritmatika, aljabar, peluang, geometri, dan statistika
 SMA : pengenalan teori grafik

8. Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi)


Pada tahun 2004, Pusat kurikulum mengeluarkan dokumen
kurikulum baru yang disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi. Karakteristik
dari Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sebagai berikut:
1) Karena kurikulum ini dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu,
maka kurikulum 2004 diberi nama Kurikulum Berbasis Kompetensi.

21
2) Berpusat pada anak sebagai pengembang pengetahuan.
3) Terdapat penekanan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah;
kemampuan berpikir logis, kritis, serta penalaran dan komunikasi.
4) Cakupan materi untuk SD meliputi: bilangan, geometrid an pengukuran,
pengolahan data, pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi.
5) Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometri dan
pengukuran, peluang dan statistika, pemecahan masalah, serta penalaran
dan komunikasi.
6) Cakupan materi untuk SMU meliputi: aljabar, geometrid an pengukuran,
trigonometri, peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika,
pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi.
9. Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional
yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan
karakteristik daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan peserta
didik. Karakteristik dari Kurikulum pendidikan matematika 2006 adalah:
1) Dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu.
2) Berpusat pada anak sebagai pengembangan pengetahuan.
3) Terdapat penekanan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah,
kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif serta kemampuan
mengkomunikasikan matematika.
4) Cakupan materi sekolah dasar meliputi bilangan, geometrid an pengukuran,
pengolahan data, pemecahan masalah, serta penalaran dan komunikasi.
5) Cakupan materi untuk SLTP meliputi: bilangan, aljabar, geometrid an
pengukuran, peluang dan statistika, pemecahan masalah, serta penalaran
dan komunikasi.
6) Cakupan materi untuk SMU meliputi: aljabar, geometrid an pengukuran,
trigonometri, peluang dan statistika, kalkulus, logika matematika,
pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi.
7) Kurikulum ini mencakup kompetensi dasar, materi pokok dan indikator
hasil pencapaian belajar.

22
8) Kemampuan pemecahan masalah serta penalaran dan komunikasi bukan
merupakan pokok bahasan tersendiri, melainkan harus dicapai melalui
proses belajar dengan mengintegrasikan topik-topik tertentu yang sesuai.

10. Kurikulum 13
Kurikulum 2013 menjadi penyempurna kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan tahun 2006. Kurikulum 2013 adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran yang digunakan
sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 bertujuan
membentuk dan meningkatkan sumber daya manusia sebagai model
pembangunan bangsa dan negara Indonesia serta meningkatkan persaingan
yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan
dicapai. Karena sekolah diberikan keleluasaan untuk mengembangkan
kurikulum 2013 sesuai kondisi satuan pendidikan, kebutuhan siswa dan
potensi daerah.
Karakteristik dari kurikulum 2013 yaitu lebih menekankan pada
pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan siswa serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat. Sehingga
dapat menciptakan sumber daya manusia yang dapat menghadapi persoalan-
persoalan.
11. Kurikulum Merdeka
Pada tahun ajaran baru 2022/2023, sekolah bisa menerapkan
Kurikulum Merdeka sesuai dengan kesiapan sekolah. Hal ini dilakukan agar
pada tahun 2024 atau ketika Kurikulum merdeka dilaksanakan, sekolah
sudah siap melaksanakannya. Karakteristik kurikulum merdeka adalah
sebagai berikut.
2) Pengembangan soft skills dan karakter melalui projek penguatan profil
pelajar Pancasila
3) Fokus Terhadap Materi yang Esensial, relevan dan mendalam sehingga ada
waktu cukup untuk membangun kreativitas dan inovasi peserta didik dalam
mencapai kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.

23
4) Pembelajaran yang fleksibel guru untuk melakukan peembelajaran yang
sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan masing-masing peserta
didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kurikulum sangatlah fundamental yang menggambarkan fungsi
kurikulum yang sesungguhnya dalam sebuah proses pendidikan. Beberapa
pendekatan dalam kurikulum diantaranya pendekatan akademik,
humanistik, pendekatan kurikulum berdasarkan kompetensi, Rekonsrtuksi
Sosial, dan pendekatan teknologi. Kurikulum sangat erat kaitannya dengan
pengembangan kurikulum, desaian kurikulum, dan kurikulm terencana dan
tidak terencana. Kuikulum dan aplikasinya di Indonesia senantiasa
mengalami perubahan mengikuti perkembangan, sosial, politik, kebutuhan
terhadap pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan/teknologi.
kurikulum memiliki enam komponen utama, yaitu tujuan, isi/materi, media,
metode atau strategi pencapaian tujuan pembelajaran, proses belajar
mengajar dan evaluasi.

3.2 Saran

Penulis sangat berharap para pembaca memberikan kritik apabila


terdapat kekurangan pada makalah ini sehingga penulis bisa memperbaikinya

25
DAFTAR PUSTAKA

Alhamuddin. (2014). Sejarah Kurikulum di Indonesia (Studi Analisis Kebijakan


Pengembangan Kurikulum). Nur El-Islam, 48-58.

Ansyar, M. (2015). Kurikulum : Hakikat, Fondasi, Desain dan Pengembangan. Jakarta:


Kencana.

Allan, C., & Hunkins, F. (2018). Curriculum: Foundations, Principles, and


Issues. Pearson Education.
Idi, A. (2007). Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek. Ar-Ruzz Media.
Muhaimin. (2014). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di
Sekolah, Madrasah, Dan Perguruan Tinggi. PT Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, wina. (2005). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikilum Berbasis
Kompetensi. Prenada Media Group.
Sukmadinata, N. S. (2006). Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik. PT
Remaja Rosdakarya.

26

Anda mungkin juga menyukai