Disusun oleh:
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini
guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Evaluasi Pendidikan, yang
kami sajikaan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr.
Nur Afif, M.Pd.I. selaku dosen mata Pengembangan Kurikulum yang telah memberikan tugas
kepada kami.
Semoga makalah ini dapat memeberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya
demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
PENUTUP ............................................................................................................................... 10
ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu dewasa ini berkembang sangat pesat,
baik secara teoritis maupun praktis. Jika dahulu kurikulum tradisional lebih banyak terfokus pada
mata pelajaran dengan sistem penyampaian penuangan, maka sekarang kurikulum lebih banyak
diorientasikan pada dimensi-dimensi baru, seperti kecakapan hidup, pengembangan diri,
pembangunan ekonomi dan industri, era globalisaasi dengan berbagai permasalahannya, politik,
bahkan dalam praktiknya telah menyentuh dimensi teknologi terutama teknologi informasi dan
komunikasi. Disiplin ilmu kurikulum harus membuka diri terhadap kekuatan-kekuatan eksternal
yang dapat mempengaruhi dan menentukan arah dan intensitas proses pengembangan kurikulum.
Pada saat ini masih banyak sekali masyarakat pendidikan yang belum mengerti dan memahami
pendekatan dan model-model pengembangan kurikulum. Sebagian besar hanya pernah mendengar
tetapi belum mengerti dan memahami secara jelas. Padahal pendekatan dan model pengembangan
kurikulum ini sangat mempengaruhi pengembangan dan pembentukan suatu kurikulum.1
Kurikulum dan pembelajaran sangat erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkan.
Pembelajaran sebagai kegiatan untuk mencapai tujuan, jenis dan prosedur kegiatannya,
membutuhkan rangkaian pemikiran yang cermat. Rangkaian pemikiran yang cermat itu, diperlukan
agar jenis dan prosedur kegiatan yang dipilih dan ditetapkan nantinya mempunyai nilai fungsional
yang tinggi sebagai alat untuk pencapaian tujuan.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Model Kurikulum ?
2. Apa saja Model Model Pembelajaran ?
Tujuan
1. Mengetahui dan memahami maksud dari hubungan kurikulum pembelajaran
2. Mengetahui dan memahami mode-model kurikulum.
1
Nana Shodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, cet.I, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1997), hlm. 150.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kurikulum dan Pengajaran
Al-Syaibany mendifinisikan bahwa kurikulum terbatas pada pengetahuanpengetahuan yang
dikemukakan oleh guru atau institusi pendidikan lainnya dalam bentuk mata pelajaran atau kitab-kitab karya
para ulama terdahulu yang dikaji begitu lama oleh para peserta didik dalam tiap tahap pendidikannya.2
Selain itu, Peter F. Olivia, sebagaimana dikutip Muhaimin mendifinisikan kurikulum sebagai rencana atau
program yang menyangkut semua pengalaman yang dihayati peserta didik dibawah pengerahan guru,
managemen sekolah atau pergururan tinggi.3
Dua definisi tentang kurikulum di atas sudah cukup mewakili definisi kurikulum secara umum,
karena pada umumnya kurikulum didefinisikan dalam dua definisi yang sedikit berbeda, yang satu
menekankan kurikulum terbatas pada materi pelajaran, dan yang lain menekankan pada segala aspek
pengalaman yang menjadi proses belajar bagi peserta didik. Namun keduanya sama-sama mengandung
pengertian bahwa kurikulum adalah rencana belajar.
Sementara itu, Abdullah Idi berpendapat bahwa kurikulum memiliki beberapa pengertian yang
memiliki perbedaan satu sama lain. karena menurutnya, kurikulum bisa diartikan sesuai dengan konteks
dari mana kurikulum itu diimplementasikan.4 Adapun beberapa pengertian tersebut adalah sebagai berikut;
2
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), 2.
3
Ibid., 3.
4
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011),
47. 4 Nasution, Pengembangan Kurikulum (Bandung: Alumni, 1988), 10.
2
1.1 Model – Model Kurikulum
Pengembangan kurikulum berkenaan dengan model kurikulum yang dikembangkannya. Minimal
ada empat model kurikulum yang banyak diacu dalam pengembangan kurikulum, yaitu model kurikulum
subjek Akademis, Humanistik, Rekonstruksi Sosial dan Kompetensi. Masing-masing model sejalan dengan
teori yang mendasarinya, bertolak dari asumsinya atau keyakinan dasar yang berbeda sehingga
menimbulkan pandangan yang berbeda pula tentang kedudukan dan peranan pendidik, peserta didik, isi
maupun proses pendidikan. Keempat model kurikulum tersebut memiliki acuan teori atau konsep
pendidikan yang berbeda.5
Kurikulum subjek akademis merupakan salah satu model kurikulum yang paling tua. Kurikulum
ini menekankan isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Kurikulum subjek akademis
bersumber dari pendidikan klasik, yang berorientasi pada masa lau, bahwa semua ilmu pengetahuan,
teknologi, dan nilai-nilai budaya telah ditemukan oleh para ahli di masa lalu.
Fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskanya kepada generasi baru. Kurikulum ini
sangat mengutamakan isi pendidikan. Ukuran keberhasilan peserta didik dalam belajar adalah yang
menguasai seluruh atau sebagian besar dari isi pendidikan yang diajarkan guru.
Para pengembang kurikulum tinggal memilih bahan-bahan materi ilmu yang telah dikembangkan
oleh para ahli disiplin ilmu, kemudian mengorganisasinya secara sistematis, sesuai dengan tujuan
pendidikan dan tahap perkembangan peserta didik . Guru sebagai penyampai bahan ajar harus
menguasai semua pengetahuan yang menjadi isi kurikulum.
Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek akademis6
a. Correlated curriculum
Pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu peajaran dikorelasikan denga
pelajaran lainnya.
b. Unfied atau concentrated curriculum
pola organisasi bahan peajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup
5
Arifin. Z, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 137.
6
Abdullah Idi, pengembangan Kurikulum: Teori dan praktek, (Yogyakarta: Ar- Ruzz, 2007), hlm. 50
3
materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.
c. Integrated curriculum
Kalau dalam unified masih tampak warna disiplin ilmunya, maka dalam pola yang integrated
warna disiplin ilmu tersebut sudah tidak kelihatan lagi. Bahan ajar diintegrasikan dalam suatu
persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu.
d. Problem solving curriculum
Pola organisasi yang berisi topik pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan
dengan menggunakan pengetahuan dan keterampian yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran
atau disiplin ilmu
B. Kurikulum humanistic
Pembelajaran segi-segi social, moral, dan afektif mendapat perhatian utama dalam model kurikulum
ini. Pembelajarannya berpusat pada peserta didik (student centererd).7
Model kurikulum ini bersumber dari pendidikan pribadi. Kurikulum humanistic dikembangkan oleh
pata ahli pendidikan humanistic, didasari oleh konsep-konsep pendidikan pribadi (personalized
education), yaitu John Dewey (progressive education) dan J.J. Rousseau (Romantic Education).
7
https://media.neliti.com/media/publications/162545-ID-kurikulum-humanistik-dan-pendidikan-kara.pdf diakses
pada tanggal 25 Pukul 00.20 WIB
4
kerjasama ini, peserta didik berusaha memecahkan permasalahan yang dihadapinya dengan
masyarakat, menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Kerja sama yang terbentuk baik antara individu dalam kegiatan kelompok, maupun
antarkelompok dalam kegiatan pleno, sangat mewarnai metode rekonstruksi social. Kerja sama ini juga
terjadi antara peserta didik dengan tokoh masyarakat. Bagi rekontruksi social, belajar merupakan
kegiatan bersama, ada ketergantungan antara seorang dengan yang lainnya. Dalam kegiatan belajar
mereka tidak ada kompetesi, yang ada adalah kerja sama, saling pengertian dan consensus. Oleh karena
itu, pendekatan pembelajaran yang cocok adalah pendekatan pembelajaran kooperatif, bukan
kompetitif.
D. Kurikulum kompetensi
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan kompetensi menjadi suatu keharusan. Setiap
orang dituntut kompeten dibidangnya. Kompetensi dapat didefinisikan sebagai pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
5
memiliki pengetahuan dibidang itu, kemudian pengetahuan tersebut diwujudkan dalam bertindak dan
bersikap dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, kita tau bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan, tetapi masih ada diantara kita
hobi nya merokok. Nah, orang yang hobi nya merokok itu, dapat dikatakan baru sekadar memiliki
pengetahuan dibidang kesehatan, tetapi belum memiliki kompetensi atau belum kompeten dibidang
kesehatan karena pengetahuannya belum diwujudkan dalam bertindak dan bersikap.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan tekonologi , dibidang pendidikan berkembang pula teknologi
pendidikan. Aliran ini ada persamaannya dengan pendidikan klasik, yaitu menekankan isi kurikulum,
tetapi diarahkan bukan pada pemelihararaa dan pengawetan ilmu tersebut, melainkan pada penguasaan
kompetensi. Suatu kompetensi yang benar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih spesifik dan
menjadi perilaku yang dapat diamati atau diukur. Penerapan tekonologi dalam bidang pendidikan
khususnya kurikulum ada dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat keras (teknologi alat) dan
perangkat (teknologi system).
Pada model ini kurikulum dan pengajaran terpisah. Keduanya tidak bertemu.
Kurikulum yang seharusnya menjadi input dalam menata sistem pengajaran tidak tampak.
Demikian juga pengajaran yang semestinya memberikan balikan dalam proses
penyempurnaan kurikulum tidak terjadi, karena kurikulum dan pengajaran berjalan sendiri.
Pada model dualistik, implementasi proses belajar mengajar yang dikendalikan oleh guru
tidak dikaitkan dengan perencanaan program kurikulum, walaupun mungkin sebenarnya
berkaitan. Pembuat kurikulum mengabaikan para pengajar demikian juga para pengajar
mengabaikan program kurikulum. Pada model dualistik ini, kurikulum dan proses
8
T.V Savage & Armstrong, D.G, Effective Teaching in Elementary Social Studies (Ohio: Prentice Hall, 1996), 17.
6
pembelajaran mungkin berubah tanpa saling mempengaruhi satu sama lain secara
singnifikan.
Adapun kelebihan dari model ini adalah dengan adanya pemisahan pada model dualistic ini,
kurikulum dan pembelajaran dapat lebih leluasa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
dilapangan. Pembelajaran tidak kaku karena bisa digerakan tanpa harus mengacu pada
kurikulum. Kekurangan dari model ini terdapat pemisahan kurikulum dan pembelajaran.
Dengan demikian tentu tidak akan ada kesamaan dan keseiringan laju kurikulum dan
pembelajaran sehingga tentu program pembelajaran dan prakteknya akan berlainan. Model ini
digambarakan sebagai berikut :
Kurikulum Pengajaran
Dalam model ini kurikulum dan pengajaran dianggap sebagai suatu sistem yang
keduanya memiliki hubungan. Kurikulum dan pengajaran maupun sebaliknya pengajaran
dan kurikulum menjadi dua hal yang berkaitan antara satu degan yang lain, sehingga
keduanya memiliki hubungan. Pada model interlocking, kurikulum dan pembelajaran
memiliki posisi yang sama. Keduanya saling mempengaruhi, pemisahan dari keduanya
dianggap akan membahayakan. Keberhasilan pembelajaran dianggap dipengaruhi oleh
perencanaan kurikulum yang baik, sebaliknya perencanaan kurikulum yang baik harus
mempertimbangkan pembelajarannya.
Kurikulum Pengajaran
Pada model ini kurikulum dan pengajaran memiliki hubungan dengan kemungkinan
kurikulum bagian dari pengajaran atau pengajaran bagian dari kurikulum. Di sini ada
ketergantungan satu dengan yang lain. salah satu dari keduanya merupakan subsistem dari
yang lainnya. Pada model ini banyak ahli berpendapat bahwa kurikulum lebih dominan dan
pembelajaran sebagai subordinatnya. Sementara para ahli yang lain mengatakan bahwa
pembelajaran lebih dominan dan kurikulum sebagai subordinatnya.
Dengan adanya lingkup besar dan kecil (dominan dan subordinat) dari kurikulum
dan pembelajaran ini, memberikan batasan lingkup kajian masing-masing. Terlepas dari
kurikulum atau pembelajaran yang menjadi dominan, namun keduanya akan bergerak
sesuai dengan wilayah cakupannya masing-masing. Namun penulis dalam makalah ini
memandang bahwa kurikulum lebih dominan dibanding pembelajaran. Dengan demikian
kurikulum memberikan kontrol atas pelaksanaan pembelajaran. Model konsentris ini
digambarkan sebagai berikut :
Kurikulum Pengajaran
Pengajaran Kurikulum
8
1.2.4 Model Siklus (the ciclical model)
Kurikulu Pembelajara
m n
Melihat beberapa bentuk model hubungan antara Pembelajaran kurikulum di atas, maka dapat
dipahami bahwa eksistensi pendidikan sebagai hajat kehidupan, sangat erat kaitannya dengan pola
korelasional antara kurikulum sebagai blue print dan pembelajaran sebagai “aksi pendidikan”
karena proses pembelajaran tanpa adanya kurikulum sebagai program atau acuan, akan
terbengkalai sehingga akan berkonsekuensi pada semakin jauhnya dalam pencapaian tujuan
pendidikan yang menjadi cita-cita jangka panjangnya.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kurikulum danpembelajaran pada
hakekatnya sama. Karena sama-sama memuat isi, tujuan, materi dan strategi pembelajaran, serta
memiliki pendekatan pengembangan dan model masing-masing dalam mengembangkannya.
Dalam proses kegiatan belajatr mengajar membutuhkan desain pembelajaran. Selanjutnya pada
desain pembelajaran terdapat materi dan tujuan kegiatan belajar dan pembelajaran. Sehingga
tidak dapat dibedakan antara kurikulum dan proses pembelajarannya, letak perbedaannya
terdapat pada implementasi kurikulum bagi sekolah dan bagi guru.
Saran
Demikian yang dapat dipaparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karna terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau refrensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
Idi, Abdullah Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek,. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Rajawali Pers, 2010.
Oliva, Peter F. Developing the Curriculum, third edition. New York. Harper Collins Publishers, 1992.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Pengembangan Kurikulum teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
Savage, T.V & Armstrong, D.G, Effective Teaching in Elementary Social Studies Ohio: Prentice Hall, 1996.
11