Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TELAH KURIKULUM

TEORI DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

DOSEN PEMBIMING :

Dr. Luh Indrayani, M.Pd

Luh Kertiasih, S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH :

Zainul Qiram ( 2217011006 )

Gede Teguh Premana Dangin ( 2217011043 )

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

FAKULTAS EKONOMI

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa Karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Teori dan model pengembangan kurikulum” dengan baik dan tepat
waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Telah kurikulum.


Penulis berharap makalah tentang Telah kurikulum dapat menjadi refrensi bagi
pembaca dalam mencari informasi. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan bagi pembaca dan penulis dalam meningkatkan pengetahuan tentang
materi Teori dan model pengembangan kurikulum.

Penulis menyadari makalah yang berjudul “Teori dan model


pengembangan kurikulum” ini masih perlu banyak penyempurnaan karena
kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran dari pembaca
guna perbaikan kearah yang lebih sempurna. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Singaraja, 16 Maret
2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..........................................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan............................................................................................2

1.4. Manfaat ...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1. Pengertian dan konsep model pengembangan kurikulum..............................4

2.2. Teori pengembangan kurikulum.....................................................................5

2.3. Prinsip model pengembangan kurikulum.......................................................9

BAB III PENUTUP................................................................................................3


3.1 Kesimpulan ......................................................................................................12

3.2 Saran ................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan dibutuhkan yang dinamakan kurikulum yang


membantu dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional. Berbagai jenis dalam
pengembangan kurikulum dipakai oleh pemerintahan Indonesia dalam
mencapai cita-cita bangsa yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mencetak generasi penerus bangsa yang berakhlaq serta berbudi pekerti luhur.
Pengertian Kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai panduan
untuk mencapai tujuan Pendidikan. Dalam praktik pengembangan kurikulum
sering terjadi kecenderungan hanya menekankan pada pemenuhan mata
pelajaran. Artinya, isi atau materi yang harus dipelajari peserta didik hanya
berpusat pada disiplin ilmu yang terstruktur, sistematis, dan logis. Sehingga
mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan sejalan
dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, model pengembangan
kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan
pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar
keberhasilan pendidikan.

Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum.


Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja berdasarkan atas
kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil
yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pengelolaan
pendidikan yang dianut serta konsep pendidikan yang digunakan. Pada
hakikatnya kurikulum bukan hanya mata pelajaran dan rencana pembelajaran,
melainkan merupakan pengalaman peserta didik, guru, dan semua yang ikut
dalam melaksanakan pendidikan, baik itu yang diperoleh dari luar maupun
dalam kelas. Kurikulum disusun mengacu pada satu atau beberapa teori
kurikulum, dan teori tersebut dijabarkan dari teori pendidikan tertentu.
Kurikulum dipandang sebagai rencana yang benar-benar ada dalam
pendidikan

1
1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan konsep model pengembangan kurikulum ?
2. Apa saja teori pengembangan kurikulum ?
3. Apa saja prinsip prinsip model pengembangan kurikulum ?
1. 3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep – konsep model pengembangan
kurikulum
2. Agar dapat mengetahui, mengenal dan memahami teori pengembangan
kurikulum
3. Untuk mengenal atau mengetahui lebih dalam mengenai prinsip model
pengembangan kurikulum

1. 4 Manfaat
1. Bagi Penulis
a) Penulis dapat mengembangkan kreatifitas dalam menulis
b) Penulis dapat menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalamannya melalui pembuatan makalah dengan materi teori
dan model pengembangan kurikulum
2. Bagi Pembaca
a) Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan pembaca
b) Pembaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan dan juga
dapat mengetahui teori dan model pengembangan kurikulum
secara lebih jelas melalui makalah ini

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian dan konsep model pengembangan kurikulum

Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi


dasar (Zainal Abidin(2012: 137). Dalam pengembangan kurikulum, model dapat
merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau
dapat pula merupakan ulasan tentang salah satu bagian kurikulum. Sedangkan
menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia) model adalah pola, contoh,
acuan,ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model
pengembangan kurikulum berartimerupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk
kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.
Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk
mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan
untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk
dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau
sekolah. Konsep Pengembangan kurikulum sangat mewarnai pendekatan yang
diambil dalam pengembangan kurikulum. Sebagai kajian teoritis, model konsep
kurikulum merupakan dasar untuk pengembangan kurikulum. Atau dengan kata
lain, pendekatan pengembangan kurikulum didasarkan atas konsep-konsep
kurikulum yang ada. Model konsep kurikulum sangat berkaitan dengan aliran
filsafat pendidikan yang dianut. Aliran filsafat pendidikan dapat dibedakan
menjadi empat aliran, yaitu:

A). Aliran Pendidikan Klasik.

Aliran pendidikan klasik ini digunakan untuk mengembangan model konsep


kurikulum subjek akademis. Kurikulum subjek akademis merupakan salah satu
model kurikulum yang paling tua, yang banyak digunakan di berbagai negara. Isi
kurikulum merupakan kumpulan dari bahan ajar atau rencana pembelajaran.
Tingkat pencapaian/penguasaan peserta didik terhadap materi merupakan ukuran
utama dalam menilai keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, penguasaan
materi sebanyak-banyaknya merupakan salah satu hal yang diprioritaskan dalam

3
kegiatan belajar mengajar oleh guru yang menggunakan kurikulum jenis ini.
Kedudukan guru sangat penting dan dianggap serba menguasai terhadap berbagai
disiplin keilmuan yang sudah ada dan diturunkan sejak jaman dulu. Subjek
akademik berpandangan bahwa ilmu itu sudah ada dan tinggal dikembangkan,
posisi guru serba tahu dan tidak mungkin salah karena mereka sudah dibekali
dengan segudang ilmu berdasarkan hasil pendidikan yang telah diikutinya

B). Aliran Pendidikan Pribadi.

Aliran ini digunakan dalam mengembangan model konsep kurikulum humanistik.


Kurikulum humanistik didasarkan pada aliran pendidikan humanisme atau
pribadi. Aliran pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa peserta didik adalah
yang pertama dan utama dalam pendidikan. Peserta didik adalah subyek yang
menjadi pusat kegiatan pendidikan, yang mempunyai potensi, kemampuan, dan
kekuatan untuk berkembang. Prioritas pendekatan ini adalah pengalaman belajar
yang diarahkan terhadap tanggapan minat, kebutuhan, dan kemampuan siswa.
Pendekatan ini berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan unsur
afektif. Pendidikan ini diarahkan kepada pembinaan manusia yang utuh, bukan
saja segi fisik dan intelektual, tetapi juga segi sosial dan afektif (emosi, sikap,
perasaan, nilai, dan lain-lain). Hal ini membuktikan bahwa pendekatan ini
mengembangkan prinsip bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan yang
menyeluruh. Kurikulum jenis ini lebih menekankan pada proses pendidikan yang
beroreintasi pada situasi belajar mengajar yang saling menlengkapi, dan bersikap.

C). Aliran Teknologi Pendidikan.

Aliran ini digunakan dalam mengembangkan kurikulum teknologis. Teknologi


adalah wujud dari upaya amnesia yang sistematis dalam menerapkan atau
memanfaatkan ilmu pengetahuan/sains sehingga dapat memberikan kemudahan
dan kesejahteraan bagi semua umat manusia di muka bumi ini, Hadimiarsa Yusuf
(1986). Pendapat lain mengatakan bahwa Teknologi pendidikan adalah suatu
proses yang kompleks dan terintegrasi, meliputi: manusia, prosedur, ide, peralatan
dan organisasi untuk menganalisa masalah yang menyangkut semua aspek belajar
manusia, serta merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan
masalah tersebut. Dalam teknologi pendidikan, pemecahan masalah itu terjelma

4
dalam bentuk semua sumber belajar yang didesain untuk keperluan belajar sumber
belajar ini meliputi: pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar Nasution,
(2008)

D). Aliran Pendidikan Interaksionis.

Aliran ini digunakan dalam pengembangan model konsep kurikulum rekonstruksi


sosial. Sesuai dengan namanya, kurikulum ini memiliki hubungan dengan
kegiatan kemasyarakatan yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi.
Kurikulum ini dikembangkan oleh aliran interaksional. Pakar di bidang ini
berpendapat bahwa pendidikan merupakan upaya bersama dari berbagai pihak
untuk menumbuhkan adanya interaksi dan kerja sama. Interaksi di sini
mempunyai makna yang lengkap,yaitu tidak hanya mencakup interaksi pendidik-
peserta didik tetapi juga interaksi antar siswa serta interaksi siswa dengan orang
lain di sekitarnya dan sumber belajarnya. Dengan interaksi ini akan terjadi kerja
sama dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat dan
menjadi bahan masukan bagi pengembang kurikulum untuk mendesain sesuai
dengan kebutuhan. Sekolah tidak hanya mengembangkan kehidupan sosial siswa,
tetapi juga mengarah pada bagaimana siswa berpartisipasi dalam kehidupan sosial
masyarakatnya. Adapun yang menjadi tujuan utama kurikulum jenis ini adalah
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menghadapi tantangan, termasuk di
dalamnya ancaman dan hambatan

2. 2 Teori pengembangan kurikulum

Sejak abad ke-15 (limabelas) sampai abad ke-20 (duapuluh) para ahli bidang
pendidikan telah memikirkan bagaimana tahapan kurikulum dikembangkan.
Secara umum pengembangan kurikulum oleh para ahli pendidikan dikembangkan
melalui empat tahap, yaitu (1) penyusunan rancangan, (2) perencanaan, (3)
pelaksanaan, dan (4) evaluasi. Berikut dibawah ini diantaranya para ahli
pendidikan yang mengemukaan teori tentang pengembangan kurikulum :

5
1. Johann Amos Comenius (1592)
Comenius mengemukaakan teori untuk mengajar yang dikenal dengan
nama Didactica Magna artinya “didaktik besar” yang berisi teori-teori
tentang bagaimana cara mengajar agar dapat diterima dengan mudah oleh
peserta didik. Kurikulum harus bergerak lebih sederhana ke yang lebih
kompleks dengan pengulangan dan ulasan sehingga pelajar akan
mendapatkan penguasaan. Seharusnya anak-anak tidak dihukum karena
gagal tetapi sebaliknya membantu dan mendorong kemandirian diri
mereka sendiri. Mata pelajaran yang diajarkan harus memiliki penggunaan
praktis. Jika memungkinkan, demonstrasi dan pengamatan langsung harus
menjadi norma. Ide-ide John Amos Comenius terdengar sangat modem,
itu karena mereka tidak diterapkan seperti yang mungkin terjadi selama
berabad-abad

2. Ralp Tyler (1949)


Dalam sebuah bukunya yang berjudul Basic Principles of Curriculum and
Instruction, Ralp Tayler mengemukakan adanya 4 (empat) tahapan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu :
a) Menentukan tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan pendidikan yang
akan dilakukan.
b) Menentukan pilihan bentuk proses pembelajaran menuju pencapaian
tujuan yang sudah di rumuskan.
c) Menentukan pengaturan atau organisasi materi kurikulum, disesuaikan
dengan bentuk proses yang akan dilakukan.
d) Menentukan cara untuk menilai hasil pelaksanaan kurikulum yang berupa
proses pembelajaran.

3. Hilda Taba (1962)


Teori yang dikemukakan oleh Hilda Taba tidak jauh beda dengan apa yang
dikemukakan oleh Ralp Tyler, hanya saja ahli ini ahli ini membuat deretan
kegiatan sebagai rincian untuk masing-masing tahapan, sehingga

6
memperjelas bagi para pelaksana dalam memgembangkan pelaksanaan
pengembangan kurikulum. Kurikulum menurut Hilda Taba adalah: “ a
curriculum is a plan for learning, therefore what is know about the
learning process and the development of individual has bearing on the
shaping of the curriculum”. “kurikulum adalah suatu rencana belajar, oleh
karena itu, konsep-konsep tentang belajar dan perkembangan individu
dapat mewarnai bentuk-bentuk kurikulum.” Menurut Hilda Taba,
kurikulum dikembangkan secara terbalik (inverted) yaitu dengan
pendekatan induktif (Dakir, 2004). Ada lima langkah pengembangan
kurikulum model terbalik dari Taba, yaitu (Sukmadinata, 2009: 167):

a. Membuat unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru. Dalam


kegiatan ini perlu mempersiapkan:
 Perencanaan berdasarkan pada teori-teori yang kuat.
 Eksperimen harus dilakukan di dalam kelas dengan menghasilkan
data yang empiric dan teruji. Unit-unit eksperimen ini harus
dirancang melaui tahapan-tahapan sebagai berikut:
 Mendiagnosis kebutuhan.
Menentukan kebutuhan-kebutuhan siswa melalui diagnosis
tentang berbagai kekurangan (deficiencies), dan perbedaan latar
belakang siswa.
 Merumuskan tujuan khusus
Rumusan tujuan akan meliputi:
- Konsep atau gagasan yang akan dipelajari
- Sikap, kepekaan dan perasaan yang akan dikembangkan
- Cara befikir untuk memperkuat
- Kebiasaan dan keterampilan yang akan dikuasai
 Memilih isi. Pemilihan isi bukan saja didasarkan pada tujuan
yang harus dicapai sesuai dengan langkah kedua, akan tetapi
juga harus mempertimbangkan segi validitas dan
kebermaknaannya untuk siswa.

7
 Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksian, selanjutnya isi
kurikulum yang telah ditentukan itu disusun urutannya, sehingga
tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu
diberikan.
b. Menguji unit eksperimen
Unit yang sudah sudah dihasilkan pada langkah yang pertama harus
diujicobakan pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian
dilakukan untuk mengetahui tigkat validitas dan kepraktisan sehingga
dapat menghimpun data sebagai penyempurnaan.
c. Mengadakan revisi dan konsolidasi
Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan pada data yang dihimpun
sebelumnya. Selain dilakukan perbaikan dan penyempurnaan
dilakukan juga konsolidasi yaitu penarikan kesimpulan.
d. pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum (developing a frame
work)
pada proses pegembangan keseluruhan kerangka kurikulum, Ada
beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam langkah ini, yaitu:
 Apakah lingkup isi telah memadai
 Apakah isi telah tersusun secara logis
 Apakah pemebelajaran telah memberikan peluang terhadap
pengembangan intelektual, keterampilan dan sikap
 Dan apakah konsep dasar telah terakomodasi
e. Implementasi dan desiminasi
Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program
ke daerah dan sekolah-sekolah dan dilakukan pendataan tetang
kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru-guru di lapangan.
Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan yang
berkaitan dengan aspek-aspek penerapan kurikulum. Pengembangan
kurikulum realitas dengan pelaksanaannya, yaitu melalui pengujian
terlebih dahulu oleh staf pengajar yang profesional. Dengan demikian,
model ini benar-benar memadukan teori dan praktek.

4. Evelina M. Vicencio (1995-1996)

8
Ahli ini mengemukakan adanya 4 (empat) tahapan dalam pengembangan
kurikulum, yaitu (1) designing –merancang, (2) planning – merencanakan,
(3) implementing-penerapan, dan (4) evaluating – mengevaluasi. Dari
beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli diatas, teori
pengembangan kurikulum sebelum abad ke-20 pada umumnya bukan
hanya bagaimana materi pelajaran disusun, tetapi terutama bagaimana
kurikulum tersebut dilaksanakan dalam bentuk strategi pembelajaran atau
cara-cara dan metode penyampaiannya kepada peserta didik. Adapun teori
yang telah tampak implementasinya adalah teori yang dikemukakan oleh
Evalina M. Vicencio

2. 3 Prinsip model pengembangan kurikulum

Seorang pengembang kurikulum biasanya menggunakan beberapa prinsip


yang dipegangnya sebagai acuan agar kurikulum yang dihasilkan itu memenuhi
harapan siswa, pihak sekolah, orang tua, masyarakat pengguna. dan tentunya
pemerintah. Beberapa prinsip yang umum digunakan dalam pengembangan
kurikulum, antara lain prinsip berorientasi pada tujuan, kontinuitas, fleksibilitas,
dan integritas.

A). Prinsip berorientasi pada tujuan Kurikulum

sebagai suatu sistem memiliki komponen tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Komponen tujuan merupakan fokus bagi komponen-komponen lainnya dalam
pengembangan sistem tersebut. Ini berarti pengembangan kurikulum harus
berorientasi pada tujuan. Prinsip ini menegaskan bahwa tujuan merupakan arah
bagi pengembangan komponen-komponen lainnya dalam pengembangan
kurikulum. Untuk itu tujuan hurikulum harus jelas, artinya tujuan kurikulum harus
dapat dipahami dengan jelas oleh para pelaksana kurikulum untuk dapat
dijabarkan menjadi tujuan-tujuan lainnya yang lebih spesifik dan operasional

B). Prinsip Kontinuitas

Prinsip kontinuitas dimaksudkan bahwa perlu ada kesinambungan, khususnya


kesinambungan bahan/materi kurikulum pada jenis dan jenjang program

9
pendidikan. Bahan atau materi kurikulum perlu dikembangkan secara
berkesinambungan mulai dari jenjang SD, SLTP, SMU/SMK sampai ke PT.
Materi kurikulum harus memiliki hubungan hierarkis fungsional. Untuk itu dalam
pengembangan materi kurikulum harus diperhatikan minimal dua aspek
kesinambungan, yaitu: (1) materi kurikulum yang diperlukan pada sekolah
(tinakat) yang ada di atasnya harus sudah diberikan pada sekolah (tingkat) yang
ada di bawahnya dan (2) materi yang sudah diajarkan/diberikan pada sekolah
(tingkat) yang ada di bawahnya tidak perlu lagi diberikan pada sekolah (tingkat)
yang ada di atasnya. Dengan demikian dapat dihindari adanya pengulangan materi
kurikulum, yang dapat mengakibatkan kebosanan pada siswa dan atau
ketidaksiapan siswa untuk memperoleh materi di mana mereka sebelumnya tidak
memperoleh materi dasar yang memadai. Kontinuitas atau kesinambungan juga
perlu diperhatihan antara berbagai mata pelajaran.

C). Prinsip Fleksibilitas

prinsip fleksibilitas juga terkait dengan adanya kebebasan siswa dalam memilih
program studi yang dipilih. Artinya, pengembang kurikulum atau sekolah harus
mampu TEORI DAN menyediakan berbagai program pilihan bagi siswa. Siswa
diperkenankan memilih sesuai dengan minat, bakat, kemampuan, dan
kebutuhannya. Selain memberi kebebasan kepada siswa, fleksibilitas juga perlu
diberikan kepada guru, khususnya dalam mengembangkan kegiatan-kegiatan
pembelajaran, asalkan tidak menyimpang jauh dari apa yang telah digariskan
dalam kurikulum. Guru perlu diberikan kebebasan dalam menjabarkan tujuan-
tujuan, memilih materi pelajaran yang sesuai, memilih strategi dan metode yang
dikembangkan dalam suatu kegiatan pembelajaran, dan membuat kriteria yang
objektif dan rasional dalam melakukan dan memberikan penilaian kepada para
siswa.

D). Prinsip Integritas

Integritas yang dimaksud di sini adalah keterpaduan, artinya pengembangan


kurikulum harus dilakukan dengan menggunakan prinsip keterpaduan. Prinsip ini
menekankan bahwa kurikulum harus dirancang untuk mampu membentuk
manusia yang utuh, pribadi yang integrated. Artinya, manusia yang

10
berkemampuan selaras dengan lingkungan hidup sekitarnya, mampu menjawab
berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupannya. Untuk itu kurikulum
harus dapat mengembangkan berbagai keterampilan hidup (life skills).
Keterampilan atau kecakapan hidup (life skills) merupakan kecakapan yang
dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan
kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, dan kemudian secara proaktif dan
kreatif mencari dan menemukan solusi pemecahan sehingga mampu mengatasi
berbagai persoalan hidup dan kehidupan. Keterampilan hidup bukan sekadar
keterampilan manual dan bukan pula keterampilan untuk bekerja, tetapi suatu
keterampilan untuk hidup yang dapat dipilah menjadi lima kategori, yaitu: (1)
keterampilan mengenal diri sendiri (self awareness) atau keterampilan personal
(personal skill) (2) keterampilan berpikir rasional (thinking skill) (3).
keterampilan sosial (social skill) (4). keterampilan akademik (academic skill) dan
(5) keterampilan vokasional (vocational skill).

11
BAB 3

PENUTUP

3. 1 KESIMPULAN

Kesimpulan dari materi ini, Model pengembangan kurikulum adalah


model yang digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum, dimana
pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan
kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah atau sekolah. Konsep dari pengembangan kurikulum sangat
berkaitan dengan aliran filsafat pendidikan yang dianut, aliran filsafat dibedakan
menjadi 4 bagian yaitu pendidikan klasik (kurikulum subjek akademis),
pendidikan pribadi (kurikulum humanistik), aliran teknologi pendidikan
(kurikulum teknologis), dan aliran pendidikan interaksionis (kurikulum
rekonstruksi). Kurikulum pun selalu mengalami perubahan atau revolusi dari
tahun ke tahun, dan pada abad ke 15 – 20, para ahli bidang pendidikan telah
memikirkan bagaimana tahapan kurikulum dikembangkan. Secara umum
pengembangan kurikulum oleh para ahli pendidikan dikembangkan melalui empat
tahap, yaitu (1) penyusunan rancangan, (2) perencanaan, (3) pelaksanaan, dan (4)
evaluasi. Mengingat pentingnya kurikulum tidak dapat dilaksanakan secara
sembarangan adapun prinsip dari pengembangan kurikulum yang dapat digunakan
sebagai acuan untuk peserta didik dan juga pendidik. Hal ini perlu di perhatikan
agar tujuan dari pembelajaran itu dapat tercapai secara efisien dan efektif.

3. 2 Saran

Bagi penulis agar bisa menambah materi yang dibahas pada materi yang
disampaikan dan bisa menambah beberapa informasi, wawasan, dan pengetahuan.
Dan untuk pembaca agar bisa meluangkan waktu untuk mempelajari dan
membaca materi yang disampaikan dalam makalah yang disusun ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

M.pd, D. R. (2019). Teori dan Telaah pengembangan kurikulum. Lampung: aura.

S.Pd, N. i. (2016). Implementasi teori pengembangan kurikulum hilda taba dalam


sistem pendidikan. Jurnal isnpiratif pendidikan, 4-8.
Ardelia, Q. (2020). TEORI PENGEMBANGAN KURIKULUM., 3 - 5.
lativi. (2018). Teori pengembangan kurikulum. paklativi, 1-2.

13

Anda mungkin juga menyukai