Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PENGEMBANGAN KURIKULUM
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah: Pengembangan Kurikulum

Dosen Pengampu: Dr. H. Ahmad Fauzi, M.Ag

Disusun Oleh :

Muhammad Fashihudin
20214210104684

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL-MUSLIHUUN TLOGO BLITAR

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam.Tuhan yang Maha Pengasih
dan Maha Penyayang.Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan karunianya, sehingga kita semua dapat menjalankan kewajiban kita yaitu
menuntut ilmu sebagai bekal kesempurnaan ibadah kita kepada –Nya. Shalawat serta salam
tercurah kepada suri tauladan umat baginda Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan juga
pengikutnya sampai akhir zaman. Amin.
Atas segala kehendak-Mu Makalah yang berjudul “Pengembengan Kurikulum “ dapat
diselesaikan dalam rangka penugasaan kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum.
Kami menyadari bahwa segala apa yang telah dicapai tidak akan pernah terwujud tanpa
izin dan kehendak Allah SWT, dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kami haturkan
kepada bapak pembimbing yang selalu memberikan dukungan dan nasehat kepada kami selama
masa perkuliahan ini sampai selesai.
Semoga Makalah ini bisa menjadi tolak ukur bagi kami serta dapat bermanfaat bagi para
mahasiswa lainnya.

Blitar, 18 September 2022

Penyusun

ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................................................1
PEDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................3
A. Pengertian Pengembangan Kurikulum .......................................................................3
B. Sumber-sumber Pengembangan Kurikulum...............................................................4
C. Model Pengembangan Kurikulum................................................................................5
D. Macam-macam Prinsip Pengembangan Kurikulum.................................................10
E. Prosedur Pengembangan Kurikulum…………………………………………16
BAB III......................................................................................................................................20
PENUTUP..................................................................................................................................20
A. Kesimpulan dan Rekomendasi....................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah

Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang


mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai seperti moral, keagamaan,
politik, budaya, dan sosial, proses pengembangan, kebutuhan peserta didik,
kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan
menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan
kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif
prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan
mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan
kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan
pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan
pendidikan.
Berbagai macam model kurikulum telah dikembangkan oleh para ahli kurikulum,
pendidikan dan psikologi. Sudut pandang ahli yang satu terkadang berbeda dengan
sudut pandang ahli yang lain. Ada yang memandang dari sudut isinya dan ada juga
yang memandang dari sisi pengelolaanya (sentralisitik atau desentralistik). Tidak
sedikit pula ahli yang mengembangkan model kurikulum dari sisi proses penggunaan
kurikulum tersebut. Namun demikian, jika anda teliti lebih lanjut, para ahli tersebut
mempunyai satu tujuan atau arah yaitu mengoptimalkan kurikulum. Selanjutnya dalam
artikel ini akan dibahas tentang pengertian pengembangan kurikulum, model-model
pengembangan kurikulum, prosedur umum pengembangan kurikulum dan
implementasi manajemen kurikulum. Diharapkan dari paparan tersebut diperoleh
gambaran dan pemahaman secara jelas tentang pengembangan kurikulum secara
teoritik dan praktik.

1
B.       Rumusan Masalah
Penulis perlu membuat suatu rumusan masalah agar persoalan yang dibahas menjadi
lebih jelas dan dapat menjadi acuan bagi penulis melakukan pembahasan. Berdasarkan latar
belakang yang sudah disampaikan, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Apa pengertian prinsip pengembangan kurikulum?
2.      Apa saja sumber-sumber pengembangan kurikulum?
3.      Apa saja macam-macam prinsip pengembangan kurikulum?

C.      Tujuan
Penulisan makalah ini terkait erat dengan rumusan masalah yang diajukan yaitu untuk
menggali pengertian dan pemahaman tentang prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
Dengan demikian, makalah bertujuan untuk menjelaskan:
a.       Pengertian prinsip pengembangan kurikulum.
b.      Sumber-sumber pengembangan kurikulum.
c.       Macam-macam prinsip pengembangan kurikulum.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Pengembangan Kurikulum

Dalam bahasa Arab, kata kurikulum bisa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan
yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan
(manhaj al-dirasah) dalam kamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang
dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan- tujuan pendidikan.1

Kurikulum adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara
sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah.2 Pengembangan
kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh pengembang krikulum
dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan
acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.3
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) pendekatan adalah proses, metode atau cara
untuk mencapai sesuatu. Dikaitkan dengan pengembangan kurikulum memiliki arti sebagai
suatu proses, metode atau cara yang ditempuh oleh para pengembang kurikulum untuk
menghasilkan suatu kurikulum yang akan dijadikan pedoman pendidikan atau pembelajatan.
Adapun ‘model’ adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan. Dikaitkan
dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk
kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan atau pembelajaran.
Jika pendekatan atau model di atas dihubungkan dengan Pengembangan Kurikulum maka
pengembangan kurikulum adalah merupakan”prosedur umum dalam kegiatan mendesain
(designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum”. Dalam
pengembangan kurikulum banyak pihak pihak yang harus berpartisipasi diantaranya adalah
administrator pendidikan, para ahli pendidikan ahli dalam kurikulum, ahli dalam bidang ilmu
pengetahuan, guru dan orangtua, serta tokoh masyarakat. Dari pihak tersebut yang secara terus-
menerus turut terlibat dalam pengembangan kurikulum agar berjalan sesuai dengan yang
direncanakan.4
Jadi, pengembagan kurikulum tidak hanya melibatkan guru sebagai tenaga pendidik,
akan tetapi semua stakeholder yang berkepentingan. Dengan demikian, perenacanaan yang
dilakukan akan memberikan panduan yang jelas dalam implementasinya dan pada
akhirnya menghasilkan produk berupa output dan outcome peserta didik yang dinginkan.
1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), 150.

3
B.       Sumber-Sumber Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tidak muncul begitu saja. Peter F.
Oliva (1992) mengemukakan empat sumber yang melahirkan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum, antara lain:
1.      Data empiris
Data empiris merupakan peristiwa-peristiwa yang dialami dan didokumentasikan serta
telah terbukti secara efektif.
2.      Data eksperimen
Data eksperimen merujuk pada temuan-temuan hasil penelitian dan percobaan. Data
hasil temuan merupakan data yang dipandang valid dan reliable, sehingga tingkat
kebenarannya meyakinkan untuk dijadikan prinsip dalam pengembangan kurikulum.
3.      Cerita atau legenda yang hidup di masyarakat
Data hasil penelitian sifatnya sangat terbatas, sehingga banyak data lain yang diperoleh
bukan dari hasil penelitian yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
kehidupan yang kompleks, diantaranya adat istiadat serta legenda yang hidup di
masyarakat (folklore of curriculum).
4.      Akal sehat yang dijadikan pemahaman bersama (common of sense)
Data yang di peroleh dari penelitian sendiri digunakan setelah melalui proses
pertimbangan dan penilaian akal sehat terlebih dahulu.
Dari sumber-sumber pengembangan yang dikemukakan Oliva tersebut, dapat
dikategorikan bahwa hanya ada dua sumber yang menjadi prinsip pengembangan
kurikulum yaitu sumber ilmiah dan sumber non ilmiah. Sumber ilmiah didapat dari
hal-hal maupun data dari kegiatan yang bersifat ilmiah seperti halnya penelitian, data
empiris tentang kelemahan dan kekurangan kurikulum sebelumnya, informasi faktual
dan sebagainya. Sedangkan sumber non ilmiah didapat dari hal-hal yang bersifat non
ilmiah seperti cerita rakyat, legenda, mitos dan sebagainya yang telah menjadi
keyakinan umum oleh suatu masyarakat dan memiliki nilai-nilai tertentu di dalamnya.
Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya Pengembangan Kurikulum Teori
dan Praktek (2004) menyebutkan beberapa sumber pengembangan kurikulum
diantaranya ialah:

4
1.      Kehidupan dan pekerjaan orang dewasa, di mana isi kurikulum disesuaikan sebagai
persiapan anak untuk menjalani kehidupan dan pekerjaan orang dewasa.
2.      Budaya masyarakat, termasuk di dalamnya semua disiplin ilmu yang ada sebagai
pengetahuan ilmiah, nilai-nilai, perilaku, benda material dan unsur kebudayaan
lainnya.
3.      Anak, sebagai pusat atau sumber kegiatan pembelajaran. Perhatian dalam menyusun
pengembangan kurikulum bukan sesuatu yang akan diberikan pada anak tapi
bagaimana potensi yang ada pada anak dapat dikembangkan secara optimal.
4.      Pengalaman penyusunan kurikulum sebelumnya, baik sesuatu yang negatif maupun
hasil evaluasi positif atas pelaksanaan kurikulum sebelumnya.
5.      Tata nilai di masyarakat, termasuk nilai-nilai apa saja yang akan diajarkan di sekolah
atau dalam pelaksanaan kurikulum.
6.      Kekuasaan sosial-politik tertentu termasuk lembaga, arah kebijakan dan produk-produk
politik berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C.      Model Pengembangan Kurikulum

Berikutnya akan dibahas tujuh macam model pengembangan kurikulum,


yaitu Model Administratif, Model pendekatan Grass Roots, Model Demonstrasi,
Model Beauchamp, Model Roger’s, Model Pemecahan Masalah, dan Taba’s Inverted
Model.
1. Model Administratif
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk pengembangan kurikulum model
Administratif, antara lain yaitu: top down approach dan line staf procedure. Semuanya
memiliki arti yang sama yaitu suatu pendekatan atau prosedur pengembangan
kurikulum yang dilakukan oleh suatu tim atau para pejabat tingkat atas sebagai
pemilik kebijakan.2 Pengembangan kurikulum dilakukan dari atas ke bawah, artinya
pemerintah sebagai pemegang kebijakan menyiapkan tim pengembang kurikulum
tersendiri, sedangkan satuan pendidikan dan para guru tinggal mengoperasikannya
dalam pembelajaran.
Secara teknis operasioanal pengembangan kurikulum model administratif ini

2
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum 161.

5
adalah sebagai berikut:
a) Tim pengembangan kurikulum mulai mengembangkan konsep-konsep umum,
landasan, rujukan maupun strategi naskah akademik.
b) Analisis kebutuhan.
c) Secara operasional mulai merumuskan kurikulum secara komprehensif.
d) Kurikulum yang sudah selesai dibuat kemudian dilakukan uji validasi dengan
cara melakukan uji coba dan pengkajian secara lebih cermat oleh tim pengarah
tenaga ahli.
e) Revisi berdasarkan masukan yang diperoleh.
f) Sosialisasi dan desiminasi.
g) Monitoring dan evaluasi.3

2. Model Pendekatan Grass Roots


Pendekatan Grass roots merupakan kebalikan dari pendekatan administratif.
Pendekatan grass roots yang disebut juga dengan istilah pendekatan bottom-up, yaitu
suatu proses pengembangan kurikulum yang diawali dari keinginan yang muncul
dari tingkat bawah, yaitu sekolah sebagai satuan pendidikan atau para guru.
Keinginan ini biasanya didorong oleh hasil pengalaman yang dirasakan pihak
sekolah atau guru, di mana kurikulum yang sedang berjalan dirasakan terdapat
beberapa masalah atau ketidaksesuaian dengan kebutuhan dan potensi yang tersedia
di lapangan.
Untuk terlaksananya pengembangan kurikulum model grass roots ini diperlukan
kepedulian dan profesionalisme yang tinggi dari pihak sekolah, antara lain yaitu:
a) Sekolah atau guru bersifat kritis untuk menyikapi kurikulum yang sedang berjalan.
b) Sekolah atau guru memiliki ide-ide inovatif dan bertanggung jawab untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang
dimiliki.
c) Sekolah atau guru secara terus-menerus terlibat dalam proses pengembangan
kurikulum.
d) Sekolah atau guru bersikap terbuka dan akomodatif untuk menerima masukan-

3
Dakir, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 105.

6
masukan dalam rangka pengembangan kurikulum.4

Pengembangan kurikulum model grass roots ini secara teknis


operasional bisa dilakukan dalam pengembangan kurikulum secara menyeluruh
(kurikulum utuh), maupun pengembangan hanya terhadap aspek-aspek tertentu saja.
Misalnya, pengembangan untuk satu mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran
tertentu, pengembangan terhadap metode dan strategi pembelajaran, pengembangan
visi dan misi serta tujuan, dan lain sebagainya. Dengan demikian yang dimaksud
pengembangan kurikulum baik dengan pendekatan top down approach maupun grass
roots approach secara teknis bisa pengembangan terhadap kurikulum secara menyeluruh
(kurikulum utuh), atau pengembangan hanya berkenaan dengan bagian atau aspek-
aspek tertentu saja sesuai dengan kebutuhan.
Adapun perbedaan yang sangat mendasar bahwa pendekatan grass roots,
inisiatif perbaikan dan penyempurnaan muncul dari arus bawah (sekolah atau guru)
seperti tertera pada bagan tersebut. Adapun tahap-tahap yang dilakukan ketika
mengembangkan kurikulum dengan menggunakan pendekatan grass roots pada
dasarnya sama dengan langkah-langkah pendekatan administratif.
3. Model Demonstrasi
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass-roots, datang dari bawah. Model
ini diprakarsai oleeh sekelompok guru atau sekelompok guru, bekerja sama dengan
ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya
berskala kecil, hanya mencakup satu atau beberapa sekolah, satu komponen
kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum.

a) Sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah ditunjuk untuk
melaksanakan suatu percobaan tentang pengembangan kurikulum.
b) Kemudian hasilnya disebarluaskan di sekolah sekitar.

4. Model Beauchamp
Pengembangan kurikulum dengan menggunakan metode beauchampi ini
dikembangkan oleh Beauchamp ahli dibidang kurikulum hal ini memiliki 5 bagian

4
Dakir, Perencanaan dan Pengembangan.......................105.

7
pembuat keputusan. Lima tahap tersebut adalah:
a) Memutuskan arena atau lingkup wilayah pengembangan kurikulum, suatu
keputusan yang menjabarkan ruang lingkup upaya pengembangan. (Suatu
gagasan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas diperluas di
sekolah- sekolah di daerah tertentu baik bersekala regional atau nasional yang
disebut arena).
b) Menetapkan personalia atau tim para ahli kurikulum, yaitu siapa-siapa saja yang
ikut terlibat dalam pengembangan kurikulum.
c) Tim menyusun tujuan pengajaran kurikulum dan pelaksanaan proses belajar-
mengajar, untuk tugas tersebut perlu dibentuk dewan kurikulum sebagai
koordinator yang bertugas juga sebagai penilai pelaksanaan kurikulum, memilih
materi pelajaran baru, menentukan berbagai kriteria untuk memilih kurikulum
mana yang akan dipakai dan menulis secara menyeluruh mengenai kurikulum
yang akan dikembangkan.
d) Implementasi kurikulum, yakni kegiatan untuk menerapkan kurikulum seperti
yang sudah diputuskan dalam ruang lingkup pengembangan kurikulum.
e) Evaluasi Kurikulum

5. Model Roger’s
Carl Rogers adalah seorang ahli psikologi yang berpandangan bahwa manusia
dalam proses perubahan mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang
sendiri, tetapi karena ada hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain
untuk mempercepat untuk perubahan tersebut. Berdasarkan pandangan tentang
manusia, maka Rogers mengemukakan model pengembangan kurikulum yang
disebut dengan model Relasi Interpersonal Rogers. Ada empat langkah pengembangan
kurikulum model Rogers diantaranya adalah:
a) Diadakan kelompok untuk dapat melakukan hubungan internasional di tempat
yang tidak sibuk untuk memilih target sistem pendidikan. 5
b) Pengalaman kelompok yang intensif bagi guru, atau dalam waktu tertentu para
peserta saling bertukar pengalaman di bawah pimpinan staf pengajar.
c) Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas lagi dalam
5
Nana Syaodih Sukmadinata 167.

8
suatu sekolah, sehingga hubungan interpersonal akan lebih sempurna yaitu
antara guru dengan murid, guru dan peserta didik dan lainnya.
d) Selanjutnya diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas lagi seperti
langkah no. 3 dalam situasi ini diharapkan masing-masing person akan saling
menghayati dan lebih akrab sehingga memudahkan memecahkan problem
sekolah secara lebih cepat.

6. Model Pemecahan Masalah


Model ini dikenal juga dengan nama “action research model” dengan
asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Dari sisi
proses, kurikulum model ini sudah melibatkan seluruh komponen pendidikan yang
meliputi siswa, orang tua, guru serta sistem sekolah. Kurikulum dikembangkan
dalam rangka memenuhi kebutuhan para pemangku kepentingan (stakeholder) yang
meliputi orang tua siswa, masyarakat, dan lain-lain. Penyusunan kurikulum
dilakukan dengan mengikuti prosedur action research. Dalam model ini ada dua
langkah dalam penyusunan kurikulum, antara lain:
a) Melakukan kajian tentang data-data yang dikumpulkan sebagai bahan penyusunan
kurikulum. Data (informasi) yang dikumpulkan hendaknya valid dan reliabel
sehingga dapat digunakan sebagai dasar yang kuat dalam pengambilan keputusan
penyusunan kurikulum. Data yang lemah akan mengakibatkan kesalahan dalam
pengambilan keputusan. Berdasarkan keputusan ini, disusunlah rencana yang
menyeluruh (komprehensif) tentang cara-cara mengatasi masalah yang ada.
b) Melakukan implementasi atas keputusan yang dihasilkan pada langkah pertama.
Dari proses ini akan diperoleh data-data (informasi) baru yang selanjutnya
dimanfaatkan untuk mengevaluasi masalah-masalah yang muncul dilapangan
sebagai upaya tindak lanjut untuk memodifikasi atau memperbaiki kurikulum.

7. Taba’s Inverted Model


Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh Hilda Taba atas
dasar data induktif yang disebut model terbalik, karena biasanya pengembangan
kurikulum didahului oleh konsep-konsep yang secara deduktif.

Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok, sebab tidak merangsang

9
timbulnya inovasi-inovasi, menurutnya pengembangan kurikulum yang lebih
mendorong inovasi dan kreatiitas guru adalah yang bersifat induktif, yang
merupakan investasi atau arahan terbalik dari model tradisional.

Pengembangan model ini diawali dengan melakukan pencarian data serta


percobaan dan penyusunan teori serta diikuti dengan tahapan implementasi, hal ini
dilakukan guna mempertemukan teori dan praktik, adapun langkah–langkahnya
adalah adalah sebagai berikut:

a) Mendiagnosis kebutuhan merumuskan tujuan menentukan materi, penilaan,


memperhatikan antara luas dan dalamnya bahan, kemudian disusunkah suatu unit
kurikulum.
b) Mengadakan try out.
c) Mengadakan revisi atas try out.
d) Menyusun kerangka kerja teori.
e) Mengumumkan adanya kurikulum baru yang akan diterapkan

D.      Macam-Macam Prinsip Pengembangan Kurikulum


Kurikulum sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Kurikulum dapat
berfungsi sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan jika memperhatikan
sejumlah prinsip dalam proses pengembangannya. Wina Sanjaya (2008) mengemukakan
bahwa terdapat lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu: relevansi,
fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas. Sedangkan Nana Syaodih Sukmadinata
(2009) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dengan membaginya
ke dalam dua kelompok, yaitu: prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus. Berikut
ini adalah uraian lebih lanjut mengenai prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang
dikemukakan oleh Nana Syaodih Sukmadinata.
1.        Prinsip-Prinsip Umum Pengembangan Kurikulum
Seperti halnya Wina Sanjaya, Nana Syaodih mengemukakan lima prinsip dalam
pengembangan kurikulum, yaitu:
a.       Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi adalah prinsip kesesuaian. Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan
yang membawa siswa menuju hidup yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada di

10
masyarakat serta membekali siswa supaya mempunyai afektif, kognitif, dan psikomotor
yang sesuai dengan tuntutan, kebutuhan dan harapan masyarakat. Oleh sebab itu,
pengalaman-pengalaman belajar yang disusun dalam kurikulum harus relevan dengan
kebutuhan masyarakat.
Terdapat dua macam prinsip relevansi, yaitu:
(1)   Relevansi internal
Relevansi internal merupakan prinsip pengembangan kurikulum yang menyatakan bahwa
setiap kurikulum harus memiliki keserasian diantara komponen-komponennya, yaitu
keserasian antara tujuan yang harus dicapai, isi, materi atau pengalaman belajar yang
harus dimiliki siswa, strategi atau metode yang digunakan serta alat penilaian untuk
melihat ketercapaian tujuan. Relevansi internal ini menunjukkan keutuhan suatu
kurikulum.
(2)   Relevansi eksternal
Relevansi eksternal berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi, dan proses belajar
siswa yang tercakup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan yang ada di
masyarakat. Terdapat tiga macam relevansi eksternal, yaitu: pertama, relevan dengan
lingkungan hidup peserta didik (relevansi sosiologis). Proses pengembangan dan
penetapan isi kurikulum hendaklah disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar siswa.
Contohnya: untuk siswa yang ada di perkotaan perlu diperkenalkan kehidupan di
lingkungan kota, seperti heterogenitas penduduk dan rambu-rambu lalu lintas, pelayanan-
pelayanan publik dan lain sebagainya.
Kedua, relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan yang akan
datang. Materi dari kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang
berkembang dan sesuai dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu juga
apa yang diajarkan kepada siswa harus bermanfaat untuk kehidupan siswa pada waktu
yang akan datang. Contohnya: efek negatif dari global warming yang menjadi isu
internasional harus diajarkan di sekolah, sehingga siswa dapat menghindari perbuatan-
perbuatan yang memicu terjadinya pemanasan global. Pada kehidupan sekarang dan yang
akan datang, penggunaan komputer dan internet akan menjadi salah satu kebutuhan,
maka siswa harus diajarkan tentang bagaimana cara memanfaatkan komputer dan
bagaimana cara mendapatkan informasi dari internet.

11
Ketiga, relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan dan tuntutan potensi peserta didik
(relevansi psikologis). Materi kurikulum yang diajarkan di sekolah harus mampu
memenuhi dunia kerja. Untuk memenuhi prinsip relevansi ini, maka dalam proses
pengembangannya sebelum ditentukan materi kurikulum yang bagaimana yang akan
digunakan, perlu dilakukan studi atau survei kebutuhan dan tuntutan masyarakat, atau
melakukan studi tentang jenis-jenis pekerjaan yang dibutuhkan oleh setiap lembaga atau
instansi.
b.      Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang kaku atau tidak fleksibel akan sulit diterapkan. Apa yang diharapkan
dalam kurikulum ideal kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi kenyataan yang ada.
Oleh karena itu, kurikulum harus fleksibel. Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum
itu harus lentur dan tidak kaku, terutama dalam hal pelaksanaannya, dalam
pengembangan kurikulum mengusahakan agar apa yang dihasilkan memiliki sifat luwes,
lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-
penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang,
serta kemampuan dan latar bekang peserta didik. Kurikulum mempersiapkan anak didik
untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini dan di tempat lain, bagi anak
yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda.
Prinsip fleksibilitas dalam pengembangan kurikulum harus dilihat dari dua sisi, yaitu:
(1)   fleksibel bagi guru, yang artinya kurikulum harus memberikan ruang gerak bagi guru
untuk mengembangkan program pengajarannya sesuai dengan kondisi yang ada.
(2)   fleksibel bagi siswa, artinya kurikulum harus menyediakan berbagai kemungkinan
program pilihan sesuai dengan bakat dan minat siswa.
c.       Prinsip Kontinuitas (Berkesinambungan)
Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak
terputus-putus atau berhenti-henti. Prinsip kontinuitas yaitu adanya kesinambungan
dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Oleh karena itu,
pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya
berkesinambungan antara satu tingkat kelas, dengan kelas lainnya, antara satu jenjang
pendidikan dengan jenjang lainnya, juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.

12
Dalam penyusunan materi pelajaran, perlu dijaga agar apa yang diperlukan untuk
mempelajari suatu materi pelajaran pada jenjang yang lebih tinggi, dasar ilmu
pengetahuannya telah diberikan dan dikuasai oleh siswa pada waktu mereka berada pada
jenjang sebelumnya. Selain itu, prinsip ini juga berguna untuk menjaga agar tidak terjadi
pengulangan materi pelajaran yang mengakibatkan program pengajaran tidak efisien.
Untuk menjaga agar prinsip kontinuitas itu berjalan, maka perlu adanya komunikasi dan
kerja sama yang konstruktif antara para pengembang kurikulum pada setiap jenjang
pendidikan, baik pada jenjang sekolah dasar, jenjang SMP, jenjang SMA/SMK, dan
bahkan dengan para pengembang kurikulum di tingkat perguruan tinggi.
d.      Prinsip Praktis
Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan
biayanya juga murah. Prinsip praktis ini juga disebut prinsip efisiensi. Prinsip efisiensi
yaitu mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan
waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat
sehingga hasilnya memadai. Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara
tenaga, waktu, dan biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh. Kurikulum
dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang
minimal dan waktu yang terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal.
Walaupun bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan
peralatan-peralatan yang sangat khusus dan mahal biayanya maka kurikulum tersebut
tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan
dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun
personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.
e.       Prinsip Efektivitas
Prinsip efektivitas merujuk pada pengertian kurikulum itu selalu berorientasi pada tujuan
tertentu yang ingin dicapai. Walaupun kurikulum tersebut harus murah dan sederhana
tetapi keberhasilan pencapaian tujuan tetap harus diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan
kurikulum ini baik secara kuantitas maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum
tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan.
Perencanaan dibidang pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan dari

13
kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan
mempengaruhi keberhasilan pendidikan.
Prinsip efektivitas mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai
tujuan tanpa adanya kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. Oleh
karena itu, tujuan yang ingin dicapai dari pengembangan kurikulum harus jelas.
Kejelasan tujuan akan mengarahkan pada pemilihan dan penentuan isi, metode dan
sistem evaluasi serta model kurikulum apa yang akan digunakan serta akan
mempermudah dalam implementasi kurikulum itu sendiri. Contoh penerapan prinsip
efektivitas ini sebagai berikut: apabila guru menetapkan dalam satu semester harus
menyelesaikan sepuluh program pembelajaran sesuai dengan pedoman kurikulum,
ternyata dalam jangka waktu tersebut hanya dapat menyelesaikan enam program saja,
berarti dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program itu tidak efektif. Contoh lainnya:
apabila ditetapkan dalam satu semester siswa harus dapat mencapai sejumlah tujuan
pembelajaran, ternyata hanya sebagian saja dapat dicapai siswa, maka dapat dikatakan
bahwa, proses pembelajaran siswa tidak efektif.
2.        Prinsip-Prinsip Khusus dalam Pengembangan Kurikulum
Prinsip-prinsip khusus dalam pengembangan kurikulum ini berkaitan dengan penyusunan
tujuan, isi, pengalaman belajar dan penilaian. Prinsip khusus ini terdiri atas lima hal
yaitu:
a.       Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan merupakan pusat kegiatan dan arah semua kegiatan pendidikan. Perumusan
kompenen-kompenen kurikulum hendaknya mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang, jangka
menengah dan jangka pendek.
b.      Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Memilih isi pendidikan yang sesuai dengan keutuhan pendidikan yang telah ditentukan
para perencana kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain: penjabaran
tujuan pendidikan kedalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana;
serta isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan; unit-
unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
c.       Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar

14
Pemilihan proses belajar mengajar yang digunakan hendaknya memperhatikan
metode/teknik belajar-mengajar yang digunakan harus sesuai.
d.      Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Proses belajar mengajar yang baik perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-alat
bantu pengajaran yang tepat.
e.       Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
Penilaian merupakan bagian integral dari pengajaran, maka harus memperhatikan suatu
perencanaan penilaian yang baik dan penyusunan alat penilaian/test-nya.

Sistem pendidikan yang baik, yang didalamnya termasuk kurikulum seharusnya


memberikan respon terhadap perubahan kondisi yang terjadi masyarakat. Adanya
perubahan atau pengembangan kurikulum merupakan hal yang normal, bahkan
perubahan atau pengembangan kurikulum itu diperlukan sebagai konsekuensi dari adanya
perubahan lingkungan.
Tugas dan tanggung jawab dari para pengembang kurikulum akan dipermudah
jika mengikuti prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Peter F. Oliva mengajukan
sepuluh aksioma dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
1.      Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, bahkan diperlukan
dan diinginkan. Sekolah tumbuh dan berkembang dalam proporsi kemampuan mereka
untuk merespons perubahan dan beradaptasi dengan kondisi yang berubah. Masyarakat
dan lembaga yang terus mengalami perubahan harus meresponnya.
2.      Kurikulum merupakan produk dari waktu. Kurikulum merespon dan diubah oleh faktor-
faktor seperti kekuatan sosial, filosofis, prinsip-prinsip psikologis, akumulasi
pengetahuan, dan kepemimpinan pendidikan yang berlangsung.
3.      Perubahan kurikulum yang dibuat pada periode sebelumnya dapat eksis bersamaan
dengan perubahan kurikulum baru. Revisi kurikulum jarang dimulai dan berakhir tiba-
tiba. Perubahan dapat hidup berdampingan dan saling melengkapi untuk jangka waktu
yang lama. Biasanya kurikulum yang disusun secara bertahap juga dihapus secara
bertahap.

15
4.    Perubahan kurikulum tergantung pada orang untuk menerapkan perubahan. Orang-orang
yang akan menerapkan kurikulum harus terlibat dalam pengembangannya. Ketika hal itu
terjadi, maka perubahan kurikulum akan efektif dan tahan lama.
5.    Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerjasama kelompok. Perubahan yang
signifikan dan fundamental dalam kurikulum adalah akibat dari keputusan kelompok.
Setiap perubahan yang signifikan dalam kurikulum harus melibatkan berbagai pemangku
kepentingan untuk memperoleh pemahaman, dukungan, dan masukan.
6.    Pengembangan kurikulum adalah proses pengambilan keputusan di mana pilihan yang
terbuat dari satu set alternatif. Pengembang kurikulum harus membuat keputusan
termasuk apa yang harus diajarkan, apa filsafat atau sudut pandang yang mendukung, apa
metode atau strategi yang digunakan untuk memberikan kurikulum, dan apa jenis
organisasi sekolah terbaik untuk mendukung kurikulum.
7.    Pengembangan kirikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah berakhir
(berkelanjutan). Pemantauan terus menerus, pemeriksaan, evaluasi, dan perbaikan sangat
dibutuhkan dalam pengembangan kurikulum. Kurikulum harus memenuhi kebutuhan
setiap orang. Kurikulum harus berubah untuk memenuhi kebutuhan perubahan peserta
didik, perubahan masyarakat, dan perkembangan pengetahuan baru serta teknologi.
8.    Pengembangan kurikulum akan barhasil jika dilakukan dengan komprehensif, bukan
aktivitas bagian perbagian yang terpisah. Pengembangan kurikulum seharusnya
melibatkan perencanaan yang matang dan didukung oleh sumber daya yang memadai,
waktu yang dibutuhkan, dan personil yang memadai.
9.    Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan dengan mengikuti suatu
proses yang sistematis. Satu set prosedur atau model untuk kurikulum harus ditetapkan
terlebih dahulu, dan akan dikenal dan diterima oleh semua yang terlibat dalam proses
pengembangan kurikulum. Model ini harus menguraikan urutan langkah-langkah yang
harus diikuti untuk pengembangan kurikulum.
10.     Pengembangan kurikulum dilakukan barangkat dari kurikulum yang ada. Perencanaan
kurikulum dimulai dengan kurikulum yang ada. Oliva menyarankan kepada perencana
untuk "berpegang teguh pada apa yang baik", yaitu kurikulum sebelumnya yang diyakini
baik.

16
E. Prosedur Pengembangan Kurikulum

Setelah kita memahami pengertian dan model-model pengembangan


kurikulum, kita tinggal bagaimana menerapkan konsep pengembangan kurikulum
tersebut. Akan tetapi, penerapan tersebut haruslah melalui beberapa prosedur.
Prosedur yang sistematis ini saling terkait dan berkelanjutan atau bisa dikatakan
berdasarkan pada proses manajeman. Adapun prosedurnya yaitu; perencanaan
kurikulum, pengorganisasian kurikulum, penyusunan staf dan kontrol kurikulum.

1. Perencanaan Kurikulum

Perencanaan merupakan suatu proses intelektual yang melibatkan pembuatan


keputusan.proses ini menuntut persiapan mental untuk berpikir sebelum bertindak,
berbuat berdasarkan kenyataan, bukan perkiraan dan berbuat sesuatu secara teratur.
Perencanaan membantu organisasi untuk fokus pada keuntungan jangka pendek
untuk mempertimbangkan pentingnya program dan kegiatan-kegiatan serta
pengaruhnya untuk masa mendatang. Suatu rencana yang baik terdiri dari 5 unsur
khusus, yaitu:

a. Tujuan dirumuskan secara jelas.


b. Komperhensif, menyeluruh namun jelas bagi staf dan para anggota organisasi.
c. Hirarki rencana yang terfokus pada daerah yang paling penting.
d. Bersifat ekonomis, mempertimbangkan sumber-sumber yang tersedia.
e. Layak, yaitu memungkinkan adanya perubahan.

2. Pengorganisasian Kurikulum

Organisasi adalah suatu kelompok sosial yang bersifat tertutup atau terbuka
terhadap pihak luar yang diatur berdasarkan aturan tertentu yang dipimpim oleh
seorang pemimpin atau seorang staf administratif yang dapat melaksanakan
bimbingan secara teratur dan bertujuan. Untuk mengembangkan kurikulum,
pengorganisasiannya adalah:

a. Organisasi perencanaan kurikulum, dilaksanakan oleh suatu tim pengembang

17
kurikulum.
b. Organisasi dalam rangka plaksanaam kurikulum, pada tingkat daerah.
c. Organisasi dalam evaluasi kurikulum, yang melibatkan berbagai pihak yang
berkepentingan.

Pada masing-masing jenis organisasi tersebut dilaksanakan oleh suatu


susunan kepengurusan yang ditentukan sesuai dengan struktur organisasi dengan
tugas-tugas ornganisasi tertentu. Secara akademik, organisai kurikulumnya meliputi:

a. Kurikulum mata pelajaran, terdiri dari sejumlah mata pelajaran secara terpisah.
b. Kurikulum bidang studi, memfungsikan beberapa mata pelajaran sejenis.
c. Kurilukulum integrasi, memusatkan kurikulum pada topik atau masalah tertentu.
d. Core Curicullum, kurikum disusun berdasarkan masalah dan kebutuhan siswa.

Di sini, bentuk-betuk kurikulum disusun menurut pola organisasi kurikulum


yang terstruktur, urutan dan ruang lingkup materi tertentu.

3. Penyusunan Staf

Staffing adalah fungsi yang menyediakan orang-orang untuk melaksanakan


suatu sistem yang direncanakan dan diorganisasikan. Staffing dilaksanakan setelah
semua tugas ditetapkan terlebih dahulu. Staffing terdiri dari:

a. Rekrutmen; adalah suatu proses ketenagaan yang berkualifikasi tertentu untuk


menempati posisi kerja yang tersedia. Rekrutmen ini bisa dilaksanakan secara internal
dan eksternal.

b. Seleksi; adalah proses mengidentifikasi kriteria seleksi bagi calon ketenagaan.


c. Hiring; setelah mengidentifikasi kandidat-kandidat terbaik, kemudian perlu dipilih
kandidat yang paling baik dari daftar tersebut, menentukan calon yang paling
memenuhi kualifikasi yang telah ditetapkan.
d. Penempatan; proses ini merupakan pekerjaan yang senyatanya. Disini, tenaga kerja
diberikan kesempatan untuk mengembangkan bakatnya secara maksimal.
e. Manajemen staf; adalah kegiatan menumbuhkan dan mengembangkan unsur

18
ketenagaan pada suatu lembaga.

4. Kontrol Kurikulum

Pengontrolan adalah proses pengecekan performance terhadap standar untuk


menentukan sejauh mana tujuan telah tercapai. Kontrol ini sangat berhubungan erat
dengan perencanaan sebagai bagian dari sistem. Sedangkan kontrol kurikulum
adalah proses pembuatan beberapa keputusan tentang kurikulum di dalam sekolah,
atau proses pengajaran yanag dibatasi oleh minat-minat pihak luar, seperti orang tua,
karyawan dan masyarakat.

19
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.      Kesimpulan
1.      Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup
perencanaan, penerapan dan evaluasi kurikulum.
2.      Prinsip pengembangan kurikulum mengandung pengertian tentang berbagai hal yang harus
dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan berbagai hal yang terkait dengan
pengembangan kurikulum.
3.      Peter F. Oliva mengemukakan bahwa paling tidak ada empat sumber yang menjadi acuan
sebuah pengembangan kurikulum yaitu data empiris, data hasil eksperimen, cerita rakyat,
serta pemahaman bersama dalam suatu masyarakat. Sedangkan Nana Syaodih Sukmadinata
menyebutkan sumber pengembangan kurikulum diantaranya: kehidupan dan pekerjaan orang
dewasa, budaya masyarakat, anak, pengalaman penyusunan kurikulum sebelumnya, tata nilai
di masyarakat, dan kekuasaan sosial-politik tertentu.
4.      Tipe-tipe prinsip kurikulum dapat dipandang sebagai kebenaran utuh, kebenaran parsial, atau
hipotesis.
5.      Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum dibagi menjadi prinsip-prinsip umum dan prinsip-
prinsip khusus. Prinsip-prinsip umum terdiri atas prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas,
praktis, dan efektivitas. Sedangkan prinsip-prinsip khusus adalah prinsip yang berkenaan
dengan tujuan pendidikan, pemilihan isi pendidikan, pemilihan proses belajar mengajar,
pemilihan media dan alat pengajaran, serta pemilihan kegiatan penilaian.

B.       Saran

20
Setelah mempelajari prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, penulis memberikan
beberapa rekomendasi bagi para pembaca yang budiman. Adapun rekomendasi kami adalah
sebagai berikut:
1.      Para pihak yang terkait dalam pengembangan kurikulum harus memperhatikan
prinsip-prinsip dalam proses pengembangannya.
2.      Pendidik harus mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum serta
melaksanakan pengajarannya sesuai dengan prinsip-prinsip kurikulum yang berlaku.
3.      Siswa harus bisa berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum, khususnya
dalam program pembelaran maupun pendidikan agar tujuan pendidikan yang
diharapkan bisa tercapai dengan optimal.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dra, Subandijan. Pengembangan Dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta, PT.Raja Grafindo, 1996).

Soetopo,Hendiyat. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta, Bina Aksara, 1982).

Idi.Abdullah. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik, (Yogyakarta, Ar-Ruzz Meda,


2009).
Wina, Sajaya. Kurikulum Dan Pembelajaran, Kencana, Jakarta, 2008

Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan kurikulum. (Bandung, PT Remaja Rosda


Karya, 2007). 

Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. (Jakarta, Bumi


Aksara, 2006).

Miller, John P dan Seller, Wayne. Curriculum Perspectives and Practice, (London, Longman,


1985).

Sukmadinata, N.S. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung, Remaja Rosda
Karya, 1997).

Prof. Drs. H. Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta, Rineka Cipta,
2004).

Departemen Agama RI Majelis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan Agama dan


Keagamaan MP3A 2005, Panduan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta, Bina
Mitra Pemberdaya Madrasah, 2005).

Syaodih, Nana, Kurikulum pembelajaran. (Bandung, Jurusan Kutekpen FIP UPI, 2000).

Joko susilo, Muhammad, Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan, (Yogyakrta, Pustaka Pelajar,
2007)
Sukmadinata, Nana Saodih, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2007).

22

Anda mungkin juga menyukai