Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MEMAHAMI MODEL, PROSEDUR, DAN IMPEMENTASI


PENGEMBANGAN KURIKULUM

Makalah ini Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas


Pada Mata Kuliah Telaah Kurikulum

Dosen Pengampu
SUSI SAFITRI, M. Pd.

Di Susun Oleh Kelompok 3

Anang Kurniadi : 210101008


Umi Hanifah : 210101016
Ani Kusniawati : 210101007
Aprian : 210100025

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH ISPINI
NURUL QODIRI (STIT ISPINI NQ)
LAMPNG TENGAH-LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Memahami
Model, Prosedur, Dan Impementasi Pengembangan Kurikulum”.

Shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat dan sekalian umatnya yang bertaqwa.

Ucapan terima kasih pula kami tujukan kepada rekan- rekan yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini, baik bantuan materil maupun nonmateril.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Lampung Tengah, 15 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... ..................i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ..................ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ..................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................ ..................1

B. Rumusan Masalah........................................................................... ..................1

C. Tujuan Pembahasan Masalah ......................................................... ..................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengembangan Kurikulum .......................................... ..................3

B. Model Pengembangan Kurikulum.................................................. ..................4

C. Prosedur Umum Pengembangan Kurikulum.................................... .................6

D. Implementasi Pengembangan Kurikulum ...................................... ..................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................... ..................18

B. Saran............................................................................................... ..................18

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ..................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pemerintah saat ini berusaha meningkatkan kualitas pendidikan di indonesia. Salah


satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan adanya perubahan
kurikulum. Kurikulum yang dibuat pemerintah bertujuan untuk menciptakan generasi yang
lebih unggul dan berkualitas. Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua
jenis dan jenjang pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan,
dengan kata lain sebagai instrumental input untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Tidak hanya sebagai mata pelajaran yang harus dibelajarkan kepada peserta didik. Melainkan
sebagai aktivitas pendidikan yang direncanakan untuk didalami dan diwujudkan dalam
prilaku peserta didik. Oleh karna itu, perubahan dan pembeharuan kurikulum harus
menyesuaikan kebutuhan dan perkembangan masyarakat serta perkembangan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Kurikulum 2013 merupakan solusi yang ditawarkan sebagai salah satu cara untuk
mengantisipasi permasalahan sistem pendidikan nasional di indonesia. Dalam permendikbud
No. 69 tahun 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang pada dasarnya adalah perubahan pola pikir dan
budaya mengajar dari kemampuan mengajar tenaga pendidik dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. Dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ini diperlukan pemahaman yang
mendalam dari para pelaksana dan pemahaman tersebut akan menjadi bekal pelaksana dalam
mennyukseskan implementasi kurikulum 2013 dilapangan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari Pengembangan Kurikulum ?

2. Apa saja model Pengembangan Kurikulum?

3. Bagaimana Prosedur Umum Pengembangan Kurikulum?

4. Apa yang dimaksud Implementasi Kurikulum?

1
C. TUJUAN PEMBAHASAN MASALAH

1. Untuk mengetahui apa pengertian dari Pengembangan Kurikulum ?

2. Untuk mengetahui apa saja model Pengembangan Kurikulum?

3. Untuk mengetahui bagaimana Prosedur Umum Pengembangan Kurikulum?

4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Implementasi Kurikulum?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum oleh


pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum
yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.

Definisi yang dikemukakan terdahulu menggambarkan pengertian yang membedakan


antara apa yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya terjadi di kelas
(instruction/pengajaran). Memang banyak ahli kurikulum yang menentang pemisahan ini,
tetapi banyak pula yang menganut pendapat adanya perbedaan antara keduanya. Kelompok
yang menyetujui pemisahan itu beranggapan bahwa kurikulum adalah rencana yang mungkin
saja terlaksana tapi mungkin juga tidak, sedangkan apa yang terjadi di sekolah /kelas adalah
sesuatu yang benar – benar terjadi yang mungkin berdasarkan rencana tetapi mungkin juga
berbeda atau bahkan menyimpang dari apa yang direncanakan. Perbedaan titik pandang ini
tidak sama dengan perbedaan cara pandang antara kelompok ahli kurikulum dan ahli
pengajaran. Baik ahli kurikulum maupun ahli pengajaran mempelajari fenomena kegiatan
kelas, tetapi dengan latar belajang teoretis dan tujuan yang berbeda.

Kurikulum, sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis,
karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya
kurikulum sebagai sentra kegiatan pendidikan maka harus benar-benar dikembangkan.
Pengembangan kurikulum dilakukan karena sifat kurikulum yang dinamis, selalu berubah,
menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka yang belajar. Disamping itu, masyarakat dan
mereka yang belajar mengalami perubahan maka langkah awal dalam perumusan kurikulum
ialah penyelidikan mengenai situasi (situation analysis) yang kita hadapi, termasuk situasi
lingkungan belajar dalam artian menyeluruh, situasi peserta didik, dan para calon pengajar
yang diharapkan melaksanakan kegiatan.12

1
Rouf, Muhammad, Akhmad Said, and Dedi Eko Riyadi HS. "Pengembangan Kurikulum Sekolah: Konsep,
Model dan Implementasi." AL-IBRAH 5.2 (2020): 23-40.
2
Kebudayaan, Kementerian Pendidikan. "Implementasi Kurikulum 2013." Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Pusat Kurikulum (2013).
3
B. MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Kata model secara etimologi memiliki arti pola (acuan dan contoh dari
sesuatu yang dibuat). Sedangan menurut analisis penulis sesungguhnya model
pengembangan kurikulum bisa juga diartikan sebagai sebuah pendekatan atau pola
‘apa’ yang digunakan untuk mengembangkan kurikulum. Sehingga dalam proses
pengembangan kurikulum bisa terlaksana secara tepat guna, tepat sasaran, dan tepat
pembiayaanya.

Pemilihan salah satu dari model pengembangan kurikulum bukan hanya di dasarkan
pada kelebihan, kebaikan, dan bisa ke tingkat pencapaian optimal. Tetapi juga harus
disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolalan pendidikan serta model
konsep pendidikan yang digunakan.

Model-model pengembangan kurikulum diantaranya adalah:

1). Top Down

Model ini disebut juga model administratif atau garis-komando (line-Staff)


merupakan pola pengembangan kurikulum yang paling awal dan mungkin yang
paling dikenal. Model pengembangan kurikulum ini berdasarkan pada cara
kerja atasan-bawahan (top-down) yang dipandang efektif dalam pelaksanaan perubahan
kurikulum.

Model administrasi/garis komando memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

a. Administrator Pedidikan/Top Administrative Officers (pemimpin) membentuk


komisi pengarah.

b. Komisi Pengarah (Steering Comittee) bertugas merumuskan rencana umum,


mengembangkan prinsip-prinsip sebagai pedoman, dan menyaipkan suatu pernyataan
filosofi dan tujuan-tujuan untuk seluruh wilayah sekolah.

c. Membentuk komisi kerja pengembangan kurikilum yang bertugas mengembangkan


kurikulum secara operasional mencakup keseluruhan komponen kurikulum dengan
mempertimbangkan landasan dan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

4
d. Komisi pengarah memeriksa hasil kerja dari komisi kerja dan menyempurnakan
bagian-bagian tertentu bila dianggap tidak perlu. Karena pengembangan kurikulum
model administratif ini berdasarkan konsep, inisiatif, dan arahan dari atas kebawah,
maka akan membutuhkan waktu bertahun-tahun agar dapat berjalan dengan
baik. Hal ini disebabkan adanya tunututan untuk mempersiapkan para pelaksana
kurikulum tersebut.

Dari uraian mengenai model pengembangan kurikulum administratif kita


dapat menandai adanya dua kegiatan didalamnya:

a). Menyiapkan seperangkat dokumen kurikulum baru, dan

b). Menyiapkan instalasi dan implementasi dokumen.

Dengan kata lain, model administratif/ garis-komando membutuhkan kegiatan


pemyiapan para pelaksana kurikulum melalui berbagai bentuk pelatihan agar dapat
melaksanakan kurkulum dengan baik.

2). Grass Roots

Pendekatan Grass roots merupakan kebalikan dari pendekatan Adminidtratif,


Pendekatangrass roots yang disebut juga dengan istilah pendekatan bottom-up, yaitu suatu
proses pengembangan kurikulum yang diawali dari keinginan yang muncul dari tingkat
bawah (sekolah atau guru).

Keinginan ini biasanya didorong oleh hasil pengalaman yang dirasakan pihak sekolah
atau guru, dimana kurikulum yang sedang berjalan dirasakan terdapat beberapa masalah
atau ketidaksesuaian dengan kebutuhan dan potensi yang tersedia di lapangan.

Untuk terlaksananya pengembangan kurikulum model grass roots ini diperlukan


kepedulian dan profesionalisme yang tinggi dari pihak sekolah antara lain yaitu.

a. Sekolah atau guru bersifat kritis untuk menyikapi terhadap kurikulum yang
sedang berjalan.

b. Sekolah atau guru memiliki ide-ide inovatif dan bertanggung jawab untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang
dimiliki.

5
c. Sekolah atau guru secara terus menerus terlibat dalam proses
pengembangan kurikulum.

d. Sekolah atau guru bersikap terbuka dan akomodatif untuk menerima


masukan-masukan dalam rangka pengembangan kurikulum.

Pengembangan kurikulum model grass roots ini secara teknis operasional bisa
dilakukan dalam pengembangan kurikulum secara menyeluruh (kurikulum utuh), maupun
pengembangan hanya terhadap aspek-aspek tertentu saja. Misalnya pengembangan
untuk satu mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran tertentu, pengembangan
terhadap metode dan strategi pembelajaran, pengembangan visi dan misi serta
tujuan, dan lain sebagainya. Dengan demikian yang dimaksud pengembangan kurikulum
baik dengan pendekatan top down approach maupun grass roots approach secara
teknis bisa pengembangan terhadap kurikulum secara menyeluruh (kurikulum utuh),
atau pengembangan hanya berkenaan dengan bagian atau aspek-aspek tertentu saja sesuai
dengan kebutuhan.

C. PRODESUR UMUM PENGEMBANGAN KURIKULUM

Secara umum langkah-langkah pengembangan kurikulum itu terdiri atas diagnosis


kebutuhan, perumusan tujuan, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan dan
pengorganisasian pengalaman belajar, dan pengembangan alat evaluasi.

1. Analisis dan Diagnosis Kebutuhan

Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah menganalisis dan


mendiagnosis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan mempelajari tiga hal,
yaitu kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat/dunia kerja, dan harapan-harapan dari pemerintah
(kebijakan pendidikan). Kebutuhan siswa dapat dianalisis dari aspek-aspek perkembangan
psikologis siswa, tuntutan masyarakat dan dunia kerja dapat dianalisis dari berbagai kemajuan
yang ada di masyarakat dan prediksi-prediksi kemajuan masyarakat di masa yang akan
datang, sedangkan harapan pemerintah dapat dianalisis dari kebijakankebijakan, khususnya
kebijakan-kebijakan bidang pendidikan yang dikeluarkan, baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Hasil analisis dari ketiga aspek tersebut kemudian didiagnosis untuk
disusun menjadi serangkaian kebutuhan sebagai bahan masukan bagi kegiatan pengembangan
tujuan.

6
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menganalisis kebutuhan ada tiga, yaitu survei
kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis tugas. Survei kebutuhan merupakan cara yang
relafif sederhana dalam menganalisis kebutuhan. Seorang pengembang kurikulum dapat
melakukan wawancara dengan sejumlah orang, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dan
para ahli terkait tentang apa yang dibutuhkan oleh siswa, masyarakat, dan pemerintah
berkaitan dengan kurikulum sebagai suatu program pendidikan. Studi kompetensi dilakukan
dengan analisis terhadap kompetensi- kompetensi yang dibutuhkan oleh lulusan suatu jenis
dan jenjang program pendidikan. Pendekatan-ketiga, analisis tugas merupakan cara yang lebih
rumit dibandingkan dengan dua pendekatan sebelumnya. Pendekatan ini dilakukan dengan
cara menganalisis setiap jenis tugas yang harus diselesaikan. Tugas-tugas itu bisa berkaitan
dengan aspek kognitif, afektif, dan atau psikomotor. Hasil akhir kegiatan analisis dan
diagnosis kebutuhan ini adalah deskripsi kebutuhan sebagai bahan yang akan dijadikan
masukan bagi langkah selanjutnya dalam pengembangan kurikulum yaitu perumusan tujuan.3

2. Perumusan Tujuan

Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan.


Tujuan-tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai dari tujuan yang paling umum (kompleks)
sampai pada tujuan-tujuan yang lebih khusus dan operasional. Hierarki tujuan tersebut
meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, serta tujuan
instruksional: tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan juga dapat
dibagi ke dalam beberapa taksonomi tujuan. Benyamin S. Bloom dalam Taxonomy of
Educational Objectives membagi tujuan ini menjadi tiga ranah/domain, yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotor. Ketiga.domain ini masing-masing terdiri atas beberapa aspek yang disusun
secara hierarkis, Domain kognitif berkenaan dengan penguasaan kemampuan-kemampuan
intelektual atau berpikir, domain afektif berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan
perasaan, sikap, minat, dan nilai- nilai, sedangkan domain psikomotor berkenaan dengan
penguasaan dan pengembangan keterampilan-keterampilan motorik. Menurut Davies (1976),
ketiga domain tujuan tersebut dirinci gambar sebagai berikut:

3
ROUF, Muhammad; SAID, Akhmad; HS, Dedi Eko Riyadi. Pengembangan Kurikulum Sekolah: Konsep, Model dan
Implementasi. AL-IBRAH, 2020, 5.2: 23-40.
7
3. Pengorganisasian Materi

Secara makro materi kurikulum disusun berdasarkan prosedur- prosedur tertentu yang
merupakan salah satu bagian dalam pengembangan kurikulum secara keseluruhan. Hal ini
berkaitan. dengan keaiatan memilih, menilai, dan menentukan jenis bidang studi apa yang
harus diajarkan pada suatu jenis dan jenjang persekolahan, kemudian pokok-pokok dan
subpokok bahasan serta uraian materi secara garis besar, juga termasuk scope (ruang lingkup)
dan sequence (urutan)-nya..Adapun patokan kegiatan tersebut ditentukan oleh tujuan-tujuan
dari jenis dan jenjang sekolah yang bersangkutan.

Handbook for Evaluating and Selecting Curriculum Materials, M.D. Gall (1981)
mengemukakan sembilan tahap dalam pengembangan bahan kurikulum, yaitu : identifikasi
kebutuhan, merumuskan misi kurikulum, menentukan anggaran biaya, membentuk tim,
mendapatkan susunan bahan, menganalisis bahan, menilai bahan. membuat keputusan adopsi,
menyebarkan, mempergunakan, dan memonitor penggunaan bahan. Secara spesifik, yang
dimaksud dengan materi kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Isi dari kegiatan pembelajaran tersebut adalah isi dari kurikulum.
Isi atau bahan tersebut disusun dalam berbagai program pendidikan berdasarkan jenis dan
jenjang sekolah, kemudian dikemas dalam berbagai bidang studi yang kemudian dijabarkan
dalam pokok dan subpokok bahasan, yang secara lebih rinci disusun dalam bentuk bahan
pengajaran dalam berbagai bentuknya. Tugas guru adalah mengembangkan bahan pelajaran
tersebut berdasarkan tujuan instruksional yang telah disusun dan dirumuskan sebelumnya.
Dalam hal penyusunan bahan pelajaran ini dikenal ada istilah scope dan sequence. Scope atau
ruang lingkup menyangkut keluasan dan kedalaman materi kurikulum. Scope materi
kurikulum sebenarnya agak sulit untuk disusun, karena setidaknya.ada dua hal, yaitu:

1. materi suatu ilmu berkembang dan bertambah setiap waktu dan

2. belum ada kriteria yang pasti tentang materi apa yang perlu diajarkan dan
pengorganisasian bahan yang dapat diterima oleh semua pihak.

Namun demikan ada sejumlah kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan materi
kurikulum ini, antara lain:

1. Materi kurikulum harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai; Materi
kurikulum dipilih karena dianggap berharga sebagaiwarisan budaya (positif) dari
generasi masa lalu;

8
2. Materi kurikulum dipilih karena berguna bagi penguasaan suatu disiplin ilmu;

3. Materi kurikulum dipilih karena dianggap bermanfaat bagi kehidupan umat manusia,
untuk bekal hidup di masa kini dan masa yang akan datang;

4. Materi kurikulum dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak didik
(siswa) dan kebutuhan masyarakat.

Sequence menyangkut urutan susunan bahan kurikulum. Sequence materi kurikulum


dapat disusun dengan mempertimbangkan tiga hal, yaitu struktur disiplin ilmu, taraf
perkembangan siswa, dan pembagian materi kurikulum berdasarkan tingkatan kelas. Ada
beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menyusun sekuens bahan ajar, yaitu sekuens
kronologis (urutan kejadian), sekuens kausal (sebab-akibat), sekuens struktural, sekuens logis
dan psikologis, sekuens spiral, dan lain-lain. Untuk itu dalam penyusunan sequence, perlu
dipertimbangkan beberapa hal berikut:

Taraf kesulitan materi pelajaran/isi kurikulum;

1. Apersepsi atau pengalaman masa yang lalu;

2. Kematangan dan perkembangan siswa;

3. Minat dan kebutuhan siswa.

4. Pengorganisasian Pengalaman Belajar

Setelah materi kurikulum dipilih dan diorganisasikan, langkah selanjutnya adalah


memilih dan mengorganisasikan pengalaman belajar. Cara pemilihan dan pengorganisasian
pengalaman belajar dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pendekatan. strategi,
metode serta teknik yang disesuaikan dengan tujuan dan sifat materi yangakan diberikan.
Pengalaman belajar siswa bisa bersumber dari pengalaman visual, pengalaman suara,
pengalaman perabaan, pengalaman penciuman, atau variasi dari visual, suara, perabaan, dan
penciuman. Semua pengalaman belajar tersebut dapat diorganisasikan sedemikian rupa
dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti siswa, guru, bahan, tujuan, waktu, sumber,
fasilitas, dan masyarakat. Pengalaman belajar yang dipilih harus mencakup berbagai kegiatan
mental- fisik yang menarik minat siswa, sesuai dengan tingkat perkembangannya, dan
merangsang siswa untuk belajar aktif dan kreatif.

9
5. Penggunaan Alat Evaluasi

Pengembangan alat evaluasi dimaksudkan untuk menelaah kembali apakah kegiatan


yang telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Mc. Neil (1977)
mengungkapkan ada dua hal yang perlu mendapatkan jawaban dari penilaian kurikulum, yaitu
(1) apakah kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan diorganisasikan itu memungkinkan
tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan dan (2) apakah kurikulum yang telah
dikembangkan itu dapat diperbaiki dan bagaimana cara memperbaikinya. Setelah
informasi/jawaban terhadap kedua pertanyaan tersebut diperoleh, langkah selanjutnya adalah
memutuskan dan menetapkan bahwa kurikulum itu diberlakukan dan dilaksanakan. Ada orang
yang beranggapan bahwa penilaian sama artinya dengan pengukuran, tes atau pemberian nilai.
Ketiganya memang merupakan bagian dari proses penilaian. Penilaian pada dasarnya
merupakan suatu proses pembuatan pertimbangan terhadap suatu hal.

Scriven dalam Nurgiyantoro (1988) mengemukakan bahwa penilaian itu terdiri atas
tiga komponen, yaitu, pengumpulan informasi, pembuatan pertimbangan, dan pernbuatan
keputusan. Informasi merupakan bagian dari penilaian yang penting karena berkaitan dengan
data-data awal yang berguna dalam pembuatan keputusan selanjutnya. Informasi ini bisa
berupa kualitatif atau kuantitatif. Pertimbangan adalah taksiran atau estimasi dari kondisi
yang ada sekarang atau merupakan prediksi penampilan di masa yang akan datang.
Sedangkan pengambilan keputusan adalah suatu pilihan tindakan yang didasarkan pada
informasi yang diperoleh dan pertimbangan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
Evaluasi kurikulum dapat dilakukan terhadap komponen-komponen kurikulum itu sendiri,
evaluasi terhadap implementasi kurikulum, dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.

D. IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. Pengertian Implementasi Kurikulum

Dalam Oxford Advance Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi


adalah:“Outsome thing into effect” atau penerapan sesuatu yang memberikan efek.
Implementasi kurikulum juga dapat diartikan sebagai aktualisasi kurikulum tertulis (written
curriculum) dalam bentuk pembelajaran. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Miller
dan Seller (1985): bahwa “in some case implementation has been identified with instruction”
lebih lanjut dijelaskan bahwa implementasi kurikulum merupakan suatu penerapan konsep ide
program atau tatanan kurikulum ke dalam praktik pembelajaran atau berbagai kreativitas baru
sehingga terjadinya perubahan pada sekelompok orang yang diharapkan untuk berubah.

10
Fullan dalam Hamalik (1991: 65-66) mendefinisikan suatu gagasan, program atau
kumpulan kegiatan yang baru bagi orang-orang yang berusaha atau diharapkan untuk
berubah. Dengan demikian, implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan
program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian
diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan yang disesuaikan terhadap situasi dan
kondisi lapangan dan karakteristik peserta didik baik perkembangan intelektual, emosional,
serta fisiknya.

B. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum, didasari pada permen 22 tahun 2006. Beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan di setiap satuan pendidikan sebagai berikut:

a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta


didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta
didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh
kesempatan ukntuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan
menyenangkan.
b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar pelajar, yaitu: (a) belajar
untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk
memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat
secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna pada orang lain, dan (e)
belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang
bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap
perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan
pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan,
kesosialan, dan moral.
d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang
saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsisp tut wuri
handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan
daya dan kekutan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberi
contoh dan teladan).
e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan
multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan alam
11
sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang
terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta
lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).
f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya
serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan serta muatan seluruh bahan
kajian secara optimal.
g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan
lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan
kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis jenjang pendidikan.

C. Pendekatan dan Model Implementasi Kurikulum

Kurikulum yang telah tersusun harus diimplementasikan di lapangan. Para peneliti


atau para ahli dalam menyusun program implementasi kurikulum secara umum bertujuan
untuk; 1) mengukur derajat keberhasilan suatu inovasi kurikulum setelah suatu rencana
diterapkan dan 2) mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi
kurikulum.

Jackson (1991: 406) mengidentifikasi ada lima faktor yang menjadi penghambat
implementasi kurikulum, yaitu: 1) guru yang tidak inovatif, 2) guru tidak mempunyai
keterampilan dan pengetahuan terhadap hal-hal baru, 3) tidak tersedia sarana, 4)
ketidakcocokan kebijakan dengan inovasi, dan 5) tidak adanya motivasi bagi pelaksana
inovasi.

Jackson (1991: 404) menjelaskan tiga pendekatan dalam implementasi kurikulum


yaitu: (1) fidelity perspective, (2) mutual adaptation, dan (3) enactment curriculum, yang akan
diuraikan sebagai berikut:

1. Fidelity Perspective

Jackson (1991: 428-429) menyebutkan bahwa dalam Fidelity Perspective kurikulum


dipandang sebagai rancangan (program) yang dibuat di luar ruang kelas, kurikulum
menurut perspective ini juga dipandang sebagai sesuatu yang riil (rencana program)
yang diajarkan oleh guru, para pengembang kurikulum pada umumnya mempunyai
spesialisasi kurikulum di luar sistem sekolah seperti konsultan, akademis, atau para
guru. Namun demikian ahli kurikulum tersebut dapat dipegang oleh administrator
pendidikan atau komite kurikulum.

12
2. Mutual Adaptation

Pendekatan ini memiliki ciri pokok dalam implementasinya, pelaksana kurikulum


mengadakan penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi riil, kebutuhan dan
tuntutan perkembangan secara kontekstual. Pendekatan berangkat dari asumsi bahwa
berdasarkan temuan empirik, pada kenyataannya kurikulum tidak pernah benar-benar
dapat diimplementasikan sesuai rencana, tetapi perlu diadaptasi sesuai kebutuhan
setempat (Jackson, 1991: 428).

3. Enactment Curriculum

Perspektif enactment curriculum memandang bahwa rencana kurikulum bukan


merupakan produk atau peristiwa, melainkan sebagai proses yang berkembang dalam
interaksi antara guru dan siswa, terutama dalam membentuk kemampuan berpikir dan
bertindak (Jackson 1991: 429).

Para guru menggunakan rencana kurikulum eksternal sebagai acuan agar kurikulum
dapat ditetapkan lebih baik dan bermakna, baik untuk dirinya maupun untuk siswa,
mereka (para guru) adalah creator dalam implementasi kurikulum.

Berkenaan dengan model-model implementasi kurikulum, Miller dan Seller (1985:


249-250) menggolongkan model dalam implementasi menjadi tiga, yaitu The concerns-based
adaption model, model Leithwood, dan model TORI.

a. The Concerns-Based Adaption Model (CBAM)

Model CBAM ini adalah sebuah model deskriptif yang dikembangkan melalui
pengidentifikasian tingkat kepedulian guru terhadap sebuah inovasi. Perubahan dalam
inovasi ini ada dua dimensi, yakni tingkatan-tingkatan kepedulian terhadap inovasi
serta tingkatan-tingkatan penggunaan inovasi. Perubahan yang terjadi merupakan
suatu proses bukan peristiwa yang sering terjadi ketika program baru diberikan kepada
guru, merupakan pengalaman pribadi, dan individu yang melakukan perubahan.

b. Model Leithwood

Model ini memfokuskan pada guru. Asumsi yang mendasari model ini adalah 1)
setiap guru mempunyai kesiapan yang berbeda; 2) implementasi merupakan proses
timbal balik; serta 3) pertumbuhan dan perkembangan memungkinkan adanya
tahap-tahap individu untuk identifikasi. Intinya membolehkan para guru dan

13
pengembang kurikulum mengembangkan profil yang merupakan hambatan untuk
perubahan dan bagaimana para guru dapat mengatasi hambatan tersebut. Model ini
tidak hanya menggamnbarkan hambatan dalam implementasi, tetapi juga menawarkan
cara dan strategi para guru dalam mengatasi hambatan yang dihadapinya tersebut.

c. Model TORI

Model ini dimaksudkan untuk menggugah masyarakat dalam mengadakan perubahan.


Dengan model ini diharapkan adanya minat (interest) dalam diri guru untuk memanfaatkan
perubahan. Esensi dari model TORI adalah: 1) Trusting: menumbuhkan kepercayaan diri; 2)
Opening: menumbuhkan dan membuka keinginan; 3) Realizing: mewujudkan, dalam arti
setiap orang bebas berbuat dan mewujudkan keinginannya untuk perbaikan; 4)
Interdepending: saling ketergantungan dengan lingkungan. Inti dari model ini memfokuskan
pada perubahan personal dan perubahan sosial. Model ini menyediakan suatu skala yang
membantu guru mengidentifikasi, bagaimana lingkungan akan menerima ide-ide baru sebagai
harapan untuk mengimplementasikan inovasi dalam praktik serta menyediakan beberapa
petunjuk untuk menyediakan perubahan.

D. Pihak yang Terkait dalam Implementasi Kurikulum

Pihak-pihak yang terlibat atau terkait dengan implementasi kurikulum adalah sebagai
berikut:

1. Pakar Ilmu Pendidikan

Dalam praktik pengembangan kurikulum dan implementasi kurikulum pakar ilmu


pendidikan ini sering kali berada dalam posisi sebagai konsultan kurikulum dengan tugas
yang sesuai dengan kepakarannya.

2. Ahli Kurikulum

Yaitu orang-orang yang terlibat dalam membuat konsep, model ataupun persiapan
pengelolaan kurikulum yang dijadikan sebagai dokumen terdiri dari pakar pendidikan dan
pakar kurikulum dan administrator pendidikan.

3. Supervisor

Dalam proses pengembangan kurikulum dan implementasi kurikulum haruslah ada


supervisor dalam kerangka tugas sebagai pemimpin pendidikan, sehingga setiap supervisor

14
berkewajiban melaksanakan tugasnya mengawasi sebuah kegiatan untuk mendatangi dan
membimbing yang disupervisi, yaitu guru ke arah pencapaian tujuan pendidikan sekolah.

4. Sekolah

Pihak sekolah mempunyai peran dan tanggung jawab yang terkait dengan peran dan
tanggung jawab pihak lainnya dalam pendidikan di daerah yang bersangkutan.

5. Kepala sekolah

Tugas dari kepala sekolah dalam implementasi kurikulum adalah menjamin


tersedianya dokumen kurikulum, membantu dan memberikan nasihat kepada guru, mengatur
jadwal pertemuan guru dan menyusun laporan evaluasi. Adapun kegiatan yang dilakukan
kepala sekolah adalah menciptakan kondisi bagi pengembangan kurikulum di sekolahnya dan
menyusun rencana anggaran tahunan yang berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan kepemimpinannya, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.

6. Guru

Dalam implementasi kurikulum guru, dapat dikatakan sebagai ujung tombak


keberhasilan implementasi kurikulum. Mengingat pentingnya kepentingan keterampilan guru
dalam pembelajaran terhadap keberhasilan implementasi kurikulum, wajar apabila pendidikan
guru haruslah diperhatikan dengan pertimbangan berbagai aspek yang dibutuhkan atau perlu
dikuasai oleh seorang guru.

7. Siswa

Siswa sampai berperan dalam keberhasilan implementasi kurikulum karena semua


kegiatan pengembangan kurikulum sampai dengan implementasi kurikulum yang sangat nyata
adalah dalam bentuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang sewajarnya. Minat yang
penuh, usaha yang sungguh penyesuaian tugas-tugas serta partisipasi dalam setiap kegiatan
sekolah.

8. Orang Tua dan Masyarakat

Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum peran orang tua siswa melalui kerja
sama sekolah dengan orang tua siswa. Hal ini disebabkan tidak semua kegiatan belajar yang
dituntut oleh kurikulum dapat dilaksanakan oleh sekolah sehingga sebagian dilakukan di
rumah. Secara berkala orang tua siswa menerima laporan kemajuan anaknya dari sekolah

15
berupa rapor yang merupakan komunikasi tentang program atau kegiatan yang dilaksanakan
di sekolah.

E. Tahap-Tahap Implementasi Kurikiulum

Secara garis besar tahapan implementasi kurikulum meliputi tahap perencanaan,


pelaksanaan dan evaluasi.

1. Tahap Perencanaan Implementasi

Tahap ini bertujuan untuk menguraikan visi dan misi atau mengembangkan tujuan
implementasi (operasional) yang ingin dicapai. Dalam setiap penetapan berbagai elemen yang
akan digunakan dalam proses implementasi kurikulum terdapat tahapan proses pembuatan
keputusan yang meliputi; 1) Identifikasi masalah yang dihadapi (tujuan yang ingin dicapai);
2) Pengembangan setiap alternatif metode, evaluasi, personalia, anggaran dan waktu, 3)
Evaluasi setiap alternatif tersebut; 4) penentuan alternatif yang paling tepat (Poster 1996).

2. Tahap Pelaksanaan Implementasi

Tahap ini bertujuan untuk melaksanakan Blue Print yang telah disusun dalam
perencanaan dengan menggunakan sejumlah teknik dan sumber daya yang ada dan telah
ditentukan pada tahap perencanaan sebelumnya.

Pelaksanaan dilakukan oleh suatu tim terpadu, menurut departemen/divisi/seksi


masing-masing atau gabungan, tergantung pada rencana sebelumnya, hasil dari pekerjaan ini
adalah tercapainya tujuan-tujuan kegiatan yang telah ditetapkan.

3. Tahap Evaluasi Implementasi

Tahap ini bertujuan untuk melihat dua hal: 1) Melihat proses pelaksanaan yang sedang
berjalan sebagai tugas kontrol, apakah pelaksanaan evaluasi telah sesuai dengan rencana dan
sebagai fungsi perbaikan jika selama proses terdapat kekurangan. 2) Melihat hasil akhir yang
dicapai. Hasil akhir ini merujuk pada kriteria waktu dan hasil yang dicapai dibandingkan
terhadap fase perencanaan. Evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan suatu metode, sarana
dan prasarana, anggaran personal dan waktu yang ditentukan dalam tahap perencanaan.

16
F. Pelaksanaan/Implementasi Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu pelaksanaan kurikulum


tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat sekolah yang berperan adalah kepala sekolah
dan pada tingkat kelas yang berperan adalah guru. Walaupun dibedakan antara tugas kepala
sekolah dan tugas guru dalam pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan tingkat dalam
pelaksanaan administrasi, yaitu tingkat kelas dan tingkat sekolah, tetapi antara kedua tingkat
dalam pelaksanaan administrasi kurikulum tersebut senantiasa bergandengan dan
bersama-sama bertanggung jawab melaksanakan proses administrasi kurikulum.

1. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Sekolah

Pada tingkat sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab untuk melaksanakan


kurikulum di lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Tanggung jawab kepala sekolah adalah
kepala sekolah sebagai pemimpin, sebagai administrator, penyusunan rencana tahunan,
pembinaan organisasi sekolah, koordinator dalam pelaksanaan kurikulum, kegiatan
memimpin rapat kurikuler, sistem komunikasi dan pembinaan kurikuler.

2. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Kelas

Pembagian tugas guru harus diatur secara administrasi untuk menjamin kelancaran
pelaksanaan kurikulum lingkungan kelas. Pembagian tugas-tugas tersebut meliputi tiga jenis
kegiatan administrasi, yaitu pembagian tugas mengajar, pembagian tugas-tugas pembinaan
ekstrakurikuler, pembagian tugas bimbingan belajar.

17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Implementasi kurikulum adalah proses menerapkan kurikulum (program) dalam


bentuk pembelajaran melibatkan interaksi siswa dengan guru dan konteks permasalahan baik
di dalam maupun di luar kelas. Prinsip pelaksanaan kurikulum didasari pada permen 22 tahun
2006. Jackson (1991: 404) membagi pendekatan implementasi kepada: 1) Fidelity
Perspective; 2) Mutual adaptation; 3) Curriculum Enactment. Miller dan Seller (1985:
249-250) menggolongkan model dalam implementasi menjadi tiga, yaitu The concerns-based
adaption model, model Leithwood, dan model TORI.

Pihak-pihak yang terkait dalam implementasi kurikulum adalah: 1) pakar ilmu


pendidikan, 2) ahli kurikulum, 3) supervisor, 4) sekolah, 5) kepala sekolah, 6) guru, 7) siswa,
8) orang tua siswa dan masyarakat.Tahap-tahap implementasi kurikulum meliputi tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.

Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum


tingkat sekolah dan tingkat kelas. Pada pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah, kepala
sekolah bertanggung jawab untuk melaksanakan kurikulum di lingkungan sekolah yang
dipimpinnya. Pada pelaksanaan kurikulum tingkat kelas yang berperan besar adalah guru
yang meliputi tiga jenis kegiatan administrasi yaitu: 1) sebagai yang bertugas melaksanakan
kegiatan dalam bidang proses belajar mengajar; 2) pembinaan kegiatan ekstrakurikuler; dan 3)
pembimbing dalam kegiatan bimbingan belajar.

18
DAFTAR PUSTAKA

KEBUDAYAAN, Kementerian Pendidikan. Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:


Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2013.

Kebudayaan, Kementerian Pendidikan. "Implementasi Kurikulum 2013." Jakarta:


Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (2013).

Hamalik, Oemar. 2007b. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Jackson.P.W. 1991. Handbook of research on curriculum. New York: Mac Millan


Publishing Company

Miller, J. P, & W. Seller. 1985. Curriculum perspective and practice. New York and
London: Longman.

Wahyudin, Dinn. 2014. Manajemen kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

19

Anda mungkin juga menyukai