Dosen Pengampu
SUSI SAFITRI, M. Pd.
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Memahami
Model, Prosedur, Dan Impementasi Pengembangan Kurikulum”.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat dan sekalian umatnya yang bertaqwa.
Ucapan terima kasih pula kami tujukan kepada rekan- rekan yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini, baik bantuan materil maupun nonmateril.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..................................................................................... ..................18
B. Saran............................................................................................... ..................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kurikulum 2013 merupakan solusi yang ditawarkan sebagai salah satu cara untuk
mengantisipasi permasalahan sistem pendidikan nasional di indonesia. Dalam permendikbud
No. 69 tahun 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia indonesia agar memiliki
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang pada dasarnya adalah perubahan pola pikir dan
budaya mengajar dari kemampuan mengajar tenaga pendidik dalam melaksanakan proses
belajar mengajar. Dalam pelaksanaan kurikulum 2013 ini diperlukan pemahaman yang
mendalam dari para pelaksana dan pemahaman tersebut akan menjadi bekal pelaksana dalam
mennyukseskan implementasi kurikulum 2013 dilapangan.
B. RUMUSAN MASALAH
1
C. TUJUAN PEMBAHASAN MASALAH
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kurikulum, sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis,
karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya
kurikulum sebagai sentra kegiatan pendidikan maka harus benar-benar dikembangkan.
Pengembangan kurikulum dilakukan karena sifat kurikulum yang dinamis, selalu berubah,
menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka yang belajar. Disamping itu, masyarakat dan
mereka yang belajar mengalami perubahan maka langkah awal dalam perumusan kurikulum
ialah penyelidikan mengenai situasi (situation analysis) yang kita hadapi, termasuk situasi
lingkungan belajar dalam artian menyeluruh, situasi peserta didik, dan para calon pengajar
yang diharapkan melaksanakan kegiatan.12
1
Rouf, Muhammad, Akhmad Said, and Dedi Eko Riyadi HS. "Pengembangan Kurikulum Sekolah: Konsep,
Model dan Implementasi." AL-IBRAH 5.2 (2020): 23-40.
2
Kebudayaan, Kementerian Pendidikan. "Implementasi Kurikulum 2013." Jakarta: Badan Penelitian
dan Pengembangan Pusat Kurikulum (2013).
3
B. MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
Kata model secara etimologi memiliki arti pola (acuan dan contoh dari
sesuatu yang dibuat). Sedangan menurut analisis penulis sesungguhnya model
pengembangan kurikulum bisa juga diartikan sebagai sebuah pendekatan atau pola
‘apa’ yang digunakan untuk mengembangkan kurikulum. Sehingga dalam proses
pengembangan kurikulum bisa terlaksana secara tepat guna, tepat sasaran, dan tepat
pembiayaanya.
Pemilihan salah satu dari model pengembangan kurikulum bukan hanya di dasarkan
pada kelebihan, kebaikan, dan bisa ke tingkat pencapaian optimal. Tetapi juga harus
disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolalan pendidikan serta model
konsep pendidikan yang digunakan.
4
d. Komisi pengarah memeriksa hasil kerja dari komisi kerja dan menyempurnakan
bagian-bagian tertentu bila dianggap tidak perlu. Karena pengembangan kurikulum
model administratif ini berdasarkan konsep, inisiatif, dan arahan dari atas kebawah,
maka akan membutuhkan waktu bertahun-tahun agar dapat berjalan dengan
baik. Hal ini disebabkan adanya tunututan untuk mempersiapkan para pelaksana
kurikulum tersebut.
Keinginan ini biasanya didorong oleh hasil pengalaman yang dirasakan pihak sekolah
atau guru, dimana kurikulum yang sedang berjalan dirasakan terdapat beberapa masalah
atau ketidaksesuaian dengan kebutuhan dan potensi yang tersedia di lapangan.
a. Sekolah atau guru bersifat kritis untuk menyikapi terhadap kurikulum yang
sedang berjalan.
b. Sekolah atau guru memiliki ide-ide inovatif dan bertanggung jawab untuk
mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang
dimiliki.
5
c. Sekolah atau guru secara terus menerus terlibat dalam proses
pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum model grass roots ini secara teknis operasional bisa
dilakukan dalam pengembangan kurikulum secara menyeluruh (kurikulum utuh), maupun
pengembangan hanya terhadap aspek-aspek tertentu saja. Misalnya pengembangan
untuk satu mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran tertentu, pengembangan
terhadap metode dan strategi pembelajaran, pengembangan visi dan misi serta
tujuan, dan lain sebagainya. Dengan demikian yang dimaksud pengembangan kurikulum
baik dengan pendekatan top down approach maupun grass roots approach secara
teknis bisa pengembangan terhadap kurikulum secara menyeluruh (kurikulum utuh),
atau pengembangan hanya berkenaan dengan bagian atau aspek-aspek tertentu saja sesuai
dengan kebutuhan.
6
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menganalisis kebutuhan ada tiga, yaitu survei
kebutuhan, studi kompetensi, dan analisis tugas. Survei kebutuhan merupakan cara yang
relafif sederhana dalam menganalisis kebutuhan. Seorang pengembang kurikulum dapat
melakukan wawancara dengan sejumlah orang, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dan
para ahli terkait tentang apa yang dibutuhkan oleh siswa, masyarakat, dan pemerintah
berkaitan dengan kurikulum sebagai suatu program pendidikan. Studi kompetensi dilakukan
dengan analisis terhadap kompetensi- kompetensi yang dibutuhkan oleh lulusan suatu jenis
dan jenjang program pendidikan. Pendekatan-ketiga, analisis tugas merupakan cara yang lebih
rumit dibandingkan dengan dua pendekatan sebelumnya. Pendekatan ini dilakukan dengan
cara menganalisis setiap jenis tugas yang harus diselesaikan. Tugas-tugas itu bisa berkaitan
dengan aspek kognitif, afektif, dan atau psikomotor. Hasil akhir kegiatan analisis dan
diagnosis kebutuhan ini adalah deskripsi kebutuhan sebagai bahan yang akan dijadikan
masukan bagi langkah selanjutnya dalam pengembangan kurikulum yaitu perumusan tujuan.3
2. Perumusan Tujuan
3
ROUF, Muhammad; SAID, Akhmad; HS, Dedi Eko Riyadi. Pengembangan Kurikulum Sekolah: Konsep, Model dan
Implementasi. AL-IBRAH, 2020, 5.2: 23-40.
7
3. Pengorganisasian Materi
Secara makro materi kurikulum disusun berdasarkan prosedur- prosedur tertentu yang
merupakan salah satu bagian dalam pengembangan kurikulum secara keseluruhan. Hal ini
berkaitan. dengan keaiatan memilih, menilai, dan menentukan jenis bidang studi apa yang
harus diajarkan pada suatu jenis dan jenjang persekolahan, kemudian pokok-pokok dan
subpokok bahasan serta uraian materi secara garis besar, juga termasuk scope (ruang lingkup)
dan sequence (urutan)-nya..Adapun patokan kegiatan tersebut ditentukan oleh tujuan-tujuan
dari jenis dan jenjang sekolah yang bersangkutan.
Handbook for Evaluating and Selecting Curriculum Materials, M.D. Gall (1981)
mengemukakan sembilan tahap dalam pengembangan bahan kurikulum, yaitu : identifikasi
kebutuhan, merumuskan misi kurikulum, menentukan anggaran biaya, membentuk tim,
mendapatkan susunan bahan, menganalisis bahan, menilai bahan. membuat keputusan adopsi,
menyebarkan, mempergunakan, dan memonitor penggunaan bahan. Secara spesifik, yang
dimaksud dengan materi kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Isi dari kegiatan pembelajaran tersebut adalah isi dari kurikulum.
Isi atau bahan tersebut disusun dalam berbagai program pendidikan berdasarkan jenis dan
jenjang sekolah, kemudian dikemas dalam berbagai bidang studi yang kemudian dijabarkan
dalam pokok dan subpokok bahasan, yang secara lebih rinci disusun dalam bentuk bahan
pengajaran dalam berbagai bentuknya. Tugas guru adalah mengembangkan bahan pelajaran
tersebut berdasarkan tujuan instruksional yang telah disusun dan dirumuskan sebelumnya.
Dalam hal penyusunan bahan pelajaran ini dikenal ada istilah scope dan sequence. Scope atau
ruang lingkup menyangkut keluasan dan kedalaman materi kurikulum. Scope materi
kurikulum sebenarnya agak sulit untuk disusun, karena setidaknya.ada dua hal, yaitu:
2. belum ada kriteria yang pasti tentang materi apa yang perlu diajarkan dan
pengorganisasian bahan yang dapat diterima oleh semua pihak.
Namun demikan ada sejumlah kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan materi
kurikulum ini, antara lain:
1. Materi kurikulum harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai; Materi
kurikulum dipilih karena dianggap berharga sebagaiwarisan budaya (positif) dari
generasi masa lalu;
8
2. Materi kurikulum dipilih karena berguna bagi penguasaan suatu disiplin ilmu;
3. Materi kurikulum dipilih karena dianggap bermanfaat bagi kehidupan umat manusia,
untuk bekal hidup di masa kini dan masa yang akan datang;
4. Materi kurikulum dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak didik
(siswa) dan kebutuhan masyarakat.
9
5. Penggunaan Alat Evaluasi
Scriven dalam Nurgiyantoro (1988) mengemukakan bahwa penilaian itu terdiri atas
tiga komponen, yaitu, pengumpulan informasi, pembuatan pertimbangan, dan pernbuatan
keputusan. Informasi merupakan bagian dari penilaian yang penting karena berkaitan dengan
data-data awal yang berguna dalam pembuatan keputusan selanjutnya. Informasi ini bisa
berupa kualitatif atau kuantitatif. Pertimbangan adalah taksiran atau estimasi dari kondisi
yang ada sekarang atau merupakan prediksi penampilan di masa yang akan datang.
Sedangkan pengambilan keputusan adalah suatu pilihan tindakan yang didasarkan pada
informasi yang diperoleh dan pertimbangan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
Evaluasi kurikulum dapat dilakukan terhadap komponen-komponen kurikulum itu sendiri,
evaluasi terhadap implementasi kurikulum, dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.
10
Fullan dalam Hamalik (1991: 65-66) mendefinisikan suatu gagasan, program atau
kumpulan kegiatan yang baru bagi orang-orang yang berusaha atau diharapkan untuk
berubah. Dengan demikian, implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan
program kurikulum yang telah dikembangkan dalam tahap sebelumnya, kemudian
diujicobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan yang disesuaikan terhadap situasi dan
kondisi lapangan dan karakteristik peserta didik baik perkembangan intelektual, emosional,
serta fisiknya.
Pelaksanaan kurikulum, didasari pada permen 22 tahun 2006. Beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan di setiap satuan pendidikan sebagai berikut:
Jackson (1991: 406) mengidentifikasi ada lima faktor yang menjadi penghambat
implementasi kurikulum, yaitu: 1) guru yang tidak inovatif, 2) guru tidak mempunyai
keterampilan dan pengetahuan terhadap hal-hal baru, 3) tidak tersedia sarana, 4)
ketidakcocokan kebijakan dengan inovasi, dan 5) tidak adanya motivasi bagi pelaksana
inovasi.
1. Fidelity Perspective
12
2. Mutual Adaptation
3. Enactment Curriculum
Para guru menggunakan rencana kurikulum eksternal sebagai acuan agar kurikulum
dapat ditetapkan lebih baik dan bermakna, baik untuk dirinya maupun untuk siswa,
mereka (para guru) adalah creator dalam implementasi kurikulum.
Model CBAM ini adalah sebuah model deskriptif yang dikembangkan melalui
pengidentifikasian tingkat kepedulian guru terhadap sebuah inovasi. Perubahan dalam
inovasi ini ada dua dimensi, yakni tingkatan-tingkatan kepedulian terhadap inovasi
serta tingkatan-tingkatan penggunaan inovasi. Perubahan yang terjadi merupakan
suatu proses bukan peristiwa yang sering terjadi ketika program baru diberikan kepada
guru, merupakan pengalaman pribadi, dan individu yang melakukan perubahan.
b. Model Leithwood
Model ini memfokuskan pada guru. Asumsi yang mendasari model ini adalah 1)
setiap guru mempunyai kesiapan yang berbeda; 2) implementasi merupakan proses
timbal balik; serta 3) pertumbuhan dan perkembangan memungkinkan adanya
tahap-tahap individu untuk identifikasi. Intinya membolehkan para guru dan
13
pengembang kurikulum mengembangkan profil yang merupakan hambatan untuk
perubahan dan bagaimana para guru dapat mengatasi hambatan tersebut. Model ini
tidak hanya menggamnbarkan hambatan dalam implementasi, tetapi juga menawarkan
cara dan strategi para guru dalam mengatasi hambatan yang dihadapinya tersebut.
c. Model TORI
Pihak-pihak yang terlibat atau terkait dengan implementasi kurikulum adalah sebagai
berikut:
2. Ahli Kurikulum
Yaitu orang-orang yang terlibat dalam membuat konsep, model ataupun persiapan
pengelolaan kurikulum yang dijadikan sebagai dokumen terdiri dari pakar pendidikan dan
pakar kurikulum dan administrator pendidikan.
3. Supervisor
14
berkewajiban melaksanakan tugasnya mengawasi sebuah kegiatan untuk mendatangi dan
membimbing yang disupervisi, yaitu guru ke arah pencapaian tujuan pendidikan sekolah.
4. Sekolah
Pihak sekolah mempunyai peran dan tanggung jawab yang terkait dengan peran dan
tanggung jawab pihak lainnya dalam pendidikan di daerah yang bersangkutan.
5. Kepala sekolah
6. Guru
7. Siswa
Dalam kaitannya dengan implementasi kurikulum peran orang tua siswa melalui kerja
sama sekolah dengan orang tua siswa. Hal ini disebabkan tidak semua kegiatan belajar yang
dituntut oleh kurikulum dapat dilaksanakan oleh sekolah sehingga sebagian dilakukan di
rumah. Secara berkala orang tua siswa menerima laporan kemajuan anaknya dari sekolah
15
berupa rapor yang merupakan komunikasi tentang program atau kegiatan yang dilaksanakan
di sekolah.
Tahap ini bertujuan untuk menguraikan visi dan misi atau mengembangkan tujuan
implementasi (operasional) yang ingin dicapai. Dalam setiap penetapan berbagai elemen yang
akan digunakan dalam proses implementasi kurikulum terdapat tahapan proses pembuatan
keputusan yang meliputi; 1) Identifikasi masalah yang dihadapi (tujuan yang ingin dicapai);
2) Pengembangan setiap alternatif metode, evaluasi, personalia, anggaran dan waktu, 3)
Evaluasi setiap alternatif tersebut; 4) penentuan alternatif yang paling tepat (Poster 1996).
Tahap ini bertujuan untuk melaksanakan Blue Print yang telah disusun dalam
perencanaan dengan menggunakan sejumlah teknik dan sumber daya yang ada dan telah
ditentukan pada tahap perencanaan sebelumnya.
Tahap ini bertujuan untuk melihat dua hal: 1) Melihat proses pelaksanaan yang sedang
berjalan sebagai tugas kontrol, apakah pelaksanaan evaluasi telah sesuai dengan rencana dan
sebagai fungsi perbaikan jika selama proses terdapat kekurangan. 2) Melihat hasil akhir yang
dicapai. Hasil akhir ini merujuk pada kriteria waktu dan hasil yang dicapai dibandingkan
terhadap fase perencanaan. Evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan suatu metode, sarana
dan prasarana, anggaran personal dan waktu yang ditentukan dalam tahap perencanaan.
16
F. Pelaksanaan/Implementasi Kurikulum
Pembagian tugas guru harus diatur secara administrasi untuk menjamin kelancaran
pelaksanaan kurikulum lingkungan kelas. Pembagian tugas-tugas tersebut meliputi tiga jenis
kegiatan administrasi, yaitu pembagian tugas mengajar, pembagian tugas-tugas pembinaan
ekstrakurikuler, pembagian tugas bimbingan belajar.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Miller, J. P, & W. Seller. 1985. Curriculum perspective and practice. New York and
London: Longman.
19