Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar IPS.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya, Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. I
DAFTAR ISI............................................................................................................................ II
C. Tujuan .......................................................................................................................... IV
D. Manfaat ........................................................................................................................ IV
1. Kesimpulan ................................................................................................................. 14
2. Saran ........................................................................................................................... 14
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model – model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam
kegiatan pengembangan kurikulum. Sungguh sangat naif bagi para pelaku pendidikan
di lapangan terutama guru, kepala sekolah, pengawas bahkan anggota komite sekolah
jika tidak memahami dengan baik keberadaan, kegunaan dan urgensi setiap model –
model pengembangan kurikulum.
III
Dengan berkembangnnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang melaju cepat,
menuntut kemajuan masyarakat sebagai pelaku pendidikan juga berkembang, untuk itu
pemerintah melalui guru berusaha mewujudkan sumber daya manusia yang kompeten
sebagai produk hasil dari proses pendidikan. Maka dari itu perlu adanya pengembangan
kurikulum sebagai modal dasar agar pembelajaran dapat berjalan lancar dan dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.
Banyak model dalam pengembangan kurikulum yang dapat diterapkan dalam proses
pendidikan, untuk lebih jelasnya maka makalah ini akan membahas mengenai Model
– Model Pengembangan Kurikulum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Model ?
2. Apa saja model-model dalam pengembangan kurikulum ?
C. Tujuan
Dengan membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat:
D. Manfaat
IV
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Good (1972) dan Travers (1973), model adalah abstraksi dunia nyata
atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis,
grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi
merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian,
model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk
menerjemahkan sesuatu sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai
petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk
perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.
1
Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar
(Zainal Abidin (2012: 137). Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan
ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula
merupakan ulasan tentang salah satu bagian kurikulum. Sedangkan menurut (Kamus
Besar Bahasa Indonesia) model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang
akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan
suatu pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan
pendidikan/pembelajaran.
Nadler (1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat
menolong si pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar
dan menyeluruh. Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah model dapat
menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia, model dapat
mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian, model dapat
menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks, dan model dapat digunakan
sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.
2
masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi
bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Agar dapat
mengembangkan kurikulum secara baik, pengembang kurikulum semestinya
memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum. Yang dimaksud dengan
model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau prosedur sistematis dalam proses
penyususnan suatu kurikulum.
Hasil kerja kelompok selanjutnya dikaji ulang oleh panitia pengarah yang telah
dibentuk sebelumnya dan para ahli lain dibidangnya. Model pengemabangan
kurikulum ini berdasarkan pada cara kerja atasan – bawahan (top – dwon) yang
3
dipandang paling efektif dalam pelaksanaan perubahan, termaksuk perubahan
kurikulum.
Dengan cara – cara atau langkah – langkah diatas terlihat bahwa dari sisi
kebijakan model ini lebih bersifat sentralistik. Dalam pelaksanaannya, kurikulum ini
memerlukan kegiatan pantuan dan bimbingan di lapangan. Setelah berjalan dalam
kurun waktu yang ditetapkan, perlu dilakukan evaluasi untuk menentukan validitas
komponen – komponen yang ada dalam kurikulum tersebut. Hasil penelitian tersebut
merupakan umpan balik bagi semua unsur terkait, khususnya instansi pendidikam
ditingkat pusat, daerah, dan sekolah.
4
model yang kedua ini, inisiatif justru berasal dari bawah, yaitu para pengajar yang
merupakan pelaksana kurikulum di sekolah-sekolah. Model ini mendasarkan diri pada
anggapan bahwa penerapan suatu kurikulum akan lebih efektif jika para pelaksananya
sudah diikutsertakan sejak mula pada kegiatan pengembangan kurikulum itu.
5
2. The competence of teachers will be improved only as the teachers become
involved personally in the prolems of curriculum revision (kompetensi guru akan
menjadi bertambah baik hanya kalau guru-guru menjadi personil-personil yang
dilibatkan dalam masalah-masalah perbaikan (revisi) kurikulum).
3. If teachers share in shaping the goals to be attained, in selecting, defining, and
solving the problems to be encoutered, and in judging and evaluating the results,
their involvement will be most nearly assured (jika para guru bersama
menanggung bentuk-bentuk yang menjadi tujuan yang dicapai, dalam memilih,
mendefinisikan, dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, serta dalam
memutuskan dan menilai hasil, keterlibatan mereka akan lebih terjamin).
4. As people meet in face to face groups, they will be able to understand one another
better and to reach a consensus on basic principles, goals, and plans(sebagai
orang yang bertemu dalam kelompok-kelompok tatap muka, mereka akan
mampu mengerti satu dengan yang lain dengan lebih baik dan membantu adanya
konsensus dalam prinsip-prinsip dasar, tujuan-tujuan, dan perencanaan).
6
pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan, atau masalah
kurangnya motivasi belajar siswa sehingga kita merasa terganggu, dan lain
sebaginya. Pemahaman dan kesadaran guru akan adanya suatu masalah
merupakan kunci dalam grass roots. Tanpa adanya kesadaran masalah tidak
mungkin grass roots dapat berlangsung.
2. Mengadakan refleksi
Kalau kita merasakan adanya masalah, maka selanjutnya kita berusaha mencari
penyebab munculnya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan mengkaji
literatur yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian
yang relevan dengan latar belakangnya. Dengan pemahaman tersebut, akan
memudahkan bagi guru dalam mendesain lingkungan yang dapat mengaktifkan
siswa memperoleh pengalaman belajar.
3. Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara
4. Menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai
dengan situasi dan kondisi lapangan.
5. Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus-menerus
hingga terpecahkan masalah yang dihadapi.
7
bidang studi dan seluruh komponen kurikulum. Apabila kondisinya telah
memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, fasilitas biaya maupun bahan-
bahan kepustakaan, pengembangan kurikulum model grass root tampaknya akan
lebih baik. Hal itu didasarkan atas pertimbangan bahwa guru adalah perencana,
pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu
kebutuhan kelasnya, oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum
bagi kelasnya. Pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots, mungkin hanya
berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin pula dapat
digunakan untuk seluruh bidang studi pada sekolah atau daerah lain. Pengembangan
kurikulum yang bersifat desentralistik dengan model grass roots-nya, memungkinkan
terjadinya kompetisi dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada
gilirannya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif. Terkait
dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih
cenderung dilakukan dengan menggunakan pendekatanthe grass-root model. Kendati
demikian, agar pengembangan kurikulum dapat berjalan efektif tentunya harus
ditopang oleh kesiapan sumber daya, terutama sumber daya manusia yang tersedia di
sekolah
C. Model 3 ( Beauchamp )
Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan tidak terlepas dari desain kurikulum
karena kurikulum itu sendiri sebagai patokan/acuan dalam menjalankan program
pendidikan.kemajuan pendidikan saat ini justru bermula dari desain kurikulum model
lama yang pernah dikembangkan di Indonesia, seperti: kurikulum 1974, 1984, dan
1994. Perkembangan terus menerus berubah karena sejalan pemikiran yang maju dan
menginginkan peserta didik bisa memperoleh life skill untuk memudahkannya
mengahadapi dunia kerja.
8
Menurut pandangan lama, kurikulum merupakan kumpulan mata pelajaran yang harus
disampaikan guru atau dipelajari siswa.Anggapan ini telah ada sejak zaman Yunani
Kuno, namun dalam lingkungan dan hubungan tertentu pandangan ini masih dipakai
sampai sekarang. Banyak orangtua bahkan juga para guru, kalau ditanya tentang
kurikulum akan memberikan jawaban sekitar mata pelajaran. Lebih khusus mungkin
kurikulum diartikan hanya sebagai isi pelajaran.
1. Konsep kurikulum,
2. Penentuan kurikulum,
3. Pengembangan kurikulum
4. Desain kurikulum,
5. Implementasi dan evaluasi kurikulum
1
Sholeh Hidayat . 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya
9
bagian atau subsistem dari keseluruhan kerangka organisasi sekolah atau sistem
sekolah.
10
Dalam uraian di atas tersebut dijelaskan bahwa untuk dapat menjadi
pengembang jurikulum yang andal, guru dituntut untuk memiliki sejumlah
kemampuan. Dalam rangka memberikan dan/atau membentuk kompetensi guru, maka
guru haruslah diberikan kesempatan untuk terlibat secara langsung menghadapi dan
memecahkan masalah-masalah kurikulum.
Prinsip dasar yang perlu diperhatikan dalam koordinasi adalah kesamaan visi
dan kesamaan langkah dalam memberikan bantuan pada sekolah (guru dan kepala
sekolah) sehingga sekolah tidak kebingungan ketika akan memulai untuk menerapkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Dalam kondisi ini, sekolah (guru dan Kepala
Sekolah) harus berada pada titik pusat network yang simpul-simpulnya menyertakan
stakeholder lain yang berkepentingan dengan sekolah baik kepentingan pembinaan
maupun kepentingan pemanfaatannya.
a. Membuat unit – unit percobaan (producing pilots units), yakni suatu kegiatan
membuat eksperimen unit – unit percobaan melalui kelompok guru yang dijadikan
contoh melalui penyajian dalam tingkat/kelas tertentu dan pokok bahasa tertentu
dengan pengamatan yang saksama. Langkah awal ini merupakan jalinan awal
11
antara teori dan praktek. Penyusunan unit diawali dengan mendiagnosis kebutuhan
serta dilanjut dengan merumuskan tujuan. Kegiatan ini juga mempertimbangkan
keseimbangan antara kedalaman serta keluasan materi pelajaran yang akan
disusun.
b. Menguji unit – unit eksperimen (testing producing units), yakni kegiatan untuk
menguji ulang unit – unit yang telah digunakan oleh guru yang membuatnya di
kelas guru itu sendiri, di kelas lain atau kelas yang berbeda. Uji-ulang ini perlu
dilakukan dalam kondisi yang bervariasi. Uji-ulang ini akan memberikan saran –
saran untuk modifikasi, alternative pilihan isi dan pengalaman belajar serta bahan
yang digunakan untuk diakomodasi oleh pebelajar yang berlainan. Setelah unit –
unit dibuat, langkah selanjutnya adalah mengujicobakan unit tersebut. Tujuan dari
uji coba unit untuk melihat kelayakan serta validitas unit – unit dalam pengajaran.
Dari hasil ini dapat diketahui layak atau tidak suatu unit diimplementasikan.
c. Merevisi dan mengkonsolidasi, yakni kegiatan lanjut uji-coba. Merevisi berarti
mengadakan perbaikan dan penyempurnaan pada unit yang dicobakan sehingga
dapat disajikan suatu kurikulum umum untuk semua jenis kelas. Mengkonsolidasi
berarti mengadakan penyimpulan tentang hasil percobaan yang memungkinkan
digunakannya unit – unit tersebut dalam lingkup yang lebih luas. Langkah ini
dilakukan jika hasil pada langkah kedua menunjukkan perlunya perbaikan dan
penyempurnaan unit – unit yang telah disusun.
d. Mengembangkan jaringan kerja, yakni kegiatan yang dilakukan untuk lebih
meyakinkan apakah unit – unit yang telah direvisi dan dikonsolidasi dapat
digunakan lebih luas atau tidak. Unit itu perlu dilakukan uji penilaian mengenai
sekuensi dan lingkupnya oleh orang yang berkompeten dalam pengembangan
kurikulum, dalam hal ini adalah ahli kurikulum. Apabila proses penyempurnaan
telah dialkukan secara menyeluruh maka langkah berikutnya mengkaji kerangka
kurikulum yang dilakukan oleh para ahli kurikulum dan professional lain nya.
e. Memasang dan mendesiminasi unit – unit baru, yakni kegiatan untuk menerapkan
dan menyebarluaskan unit – unit baru yang dihasilkan. Agar dapat digunakan dan
12
disebarluaskan secara tepat maka perlu dilakukan penyiapan guru – guru melalui
pelatihan dalam jabatan. Langkah ini merupakan langkah terakhir yang berarti
kurikulum telah siap pakai untuk wilayah yang lebih luas. 2(Taba, 1962 : 457 –
459; Zais, 1976 : 454 – 458; Nana Sy Sukdimanata 1988 183 – 184)
Hilda Taba mengembangkan model atas dasar data induktif sehingga dikenal
dengan model terbalik. Dikatakan model terbalik karena pengembangan kurikulum nya
tidak didahului konsep – konsep yang datang nya secara deduktif. Dalam kurikulum
Hilda Taba sebelum melaksanakan langkah – langkah lebih lanjut, terlebih dahulu
mencari data dari lapangan dengan cara mengadakan percobaan yang kemudian
disusun teori atas dasar hasil nyata, baru diadakan pelaksanaan.
2
Taba, 1962 : 457 - 459
13
BAB II
PENUTUP
1. Kesimpulan
Peranan kurikulum dalam pembelajaran meliputi peranan konservatif,
peranan kritis atau evaluatif, serta peranan kreatif. Peranan konservatif yaitu
peranan pewarisan budaya dari generasi tua ke generasi yang lebih muda. Peranan
kritis atau evaluatif yaitu memilah kebudayaan dan mempertahankan yang baik,
serta mempertimbangkan kembali kebudayaan yang sudah dirasa tidak sesuai
dengan perkembangan zaman. Sedangkan peranan kreatif berkenaan dengan kreasi
manusia menciptakan sesuatu secara dinamis yang terus berkembang selama
peradaban dan pendidikan masih ada.
2. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Soleh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Idi, Abdullah. 2010. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Yogyakarta, Ar-
Ruzz Media.
15