Anda di halaman 1dari 16

MODEL – MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH DASAR

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu :
Ika Ratnaningrum, S. Pd., M. Pd.

Oleh :
1. Istariyah Hasanah (1401420406)
2. Lilik Maysuri Sari Dewanti (1401420416)
3. Ayan Hasna Haniah (1401420426)
4. Aulia Azzahra (1401420436)
5. Syifa Fadila Firdiyawati (1401420446)
6. Maulidina Aulia Zahra (1401420456)
7. Ronggo Alam Dhakar (1401420466)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Model – Model
Pengembangan Kurikulum", yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.
Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Model – Model Pengembangan Kurikulum”, dimana didalam
menerapkan kurikulum, sebuah Negara pada umumnya memiliki model pengembangan kurikulum
masing – masing. Melalui adanya model pengembangan kurikulum ini, dapat digunakan sebagai
acuan dalam pengembangan kurikulum atau sebagai acuan dalam memahami penerapan kurikulum
disebuah negara. Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi juga
memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran
dari pembaca yang membangun. Terima kasih.

Semarang, 21 Oktober 2021

Tim Penyaji

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………….…..…ii

Daftar Isi........................................................................................................iii
BAB I
Pendahuluan… .................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang……………………………………. ................... 4
1.2 Rumusan Masalah… ................................................................... 4

BAB II
Pembahasan…................................................................................... 5
2.1 Pengertian Model Pengembangan Kurikulum ............................ 5
2.2 Model – Model Pengembangan Kurikulum ................................ 6

BAB III
Penutup………………………………………………………… 15
3.1 Kesimpulan…………………………………………………. 15
3.2 Saran....................................................................................... 15

Daftar Pustka………………………………………………………………..16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kurikulum disuatu negara keberadaannya sangatlah penting didalam dunia
pendidikan. Kurikulum di jadikan sebagai alat atau pedoman dalam mewujudkan tujuan dari
pendidikan, kurikulum itu bersifat dinamis, dimana kurikulum disuatu negara itu harus
diubah atau dikembangkan. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
diantaranya adalah : merespon IPTEK, merespon perubahan sosial, Memenuhi kebutuhan
peserta didik, merespon kemajuan dibidang pendidikan, dan untuk mencapai pendidikan
nasional.
Model – model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan
pengembangan kurikulum. Sungguh sangat naif bagi para pelaku pendidikan di lapangan
terutama guru, kepala sekolah, pengawas bahkan anggota komite sekolah jika tidak
memahami dengan baik keberadaan, kegunaan dan urgensi setiap model – model
pengembangan kurikulum.
Salah satu fungsi pendidikan dan kurikulum bagi masyarakat adalah menyiapkan
peserta didik untuk kehidupan di kemudian hari. Oleh karena itu ada beberapa ciri dasar yang
dapat disimpulkan atas penyelenggaraan kurikulum dan pendidikan yaitu sadar akan tujuan,
orientasi ke hari depan, dan sadar akan penyesuaian. Pemahaman tentang kurikulum sendiri
merupakan salah satu unsur kompetensi paedagogik yang harus dimiliki seorang guru.
Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada
peserta didik yang salah satunya kemampuan pengembangan kurikulum.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari model pengembangan kurikulum?
2. Apa saja model model pengembangan kurikulum?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari model pengembangan kurikulum.
2. Untuk mengetahui model – model pengembangan kurikulum di SD

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pengembangan Kurikulum

“ A model is a mental picture that helps us understanding something we cannot see or


experience directly ” (Dorin et all., on line). Sedangkan Briggs (Ghafur, 1982: 27) mergartikan
model sebagai seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti
penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi. Model juga bisa diartikan sebagai tiruan
atau miniatur dari benda/proses sebenarnya. Model ini bisa berupa benda bisa juga berupa
prosedur atau gambaran langkah sistematis suatu proses.
Silvern (AECT, 1986: 82-83) menjelaskan “....model adalah konseptualisasi dalam bentuk
persamaan, peralatan fisik, uraian, atau analogi grafik yang menggambarkan situasi (keadaan)
yang sebenarnya...baik merupakan keadaan apa adanya maupun keadaan yang seharusnya.
Mosel...., meskipun tidak menggambarkan suatu persis seperti kenyataan sebenarnya, namun
dipandang sebagai replikasi asli. Semakin jelas replikasi itu, semakin baik suatu model” (Heinich,
AECT, Idem).
Model pengembangan kurikulum merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam
melakukan pengembangan kurikulum dengan pilihan alternatif. Istilah kurikulum mempunyai
pengertian yang cukup beragam mulai dari pengertian yang sempit hingga yang luas. Pengertian
kurikulum secara sempit seperti yang dikemukakan oleh William B. Ragan yang dikutip oleh
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto: “Traditionally, the curriculum has meant the subject
taught in school, or course of study”. Senada dengan definisi ini, Carter V. Good menyatakan:
“curriculum, physical education in a major field of study, for example, social studies curriculum,
physical education curriculum….” Pengertian ini merupakan pengertian yang sempit dan
tradisional. Di sini, kurikulum sekedar memuat dan dibatasi pada sejumlah mata pelajaran yang
diberikan guru/sekolah kepada peserta didik guna mendapatkan ijazah atau sertifikat
Karena model itu sebagai gambaran mental, maka akan terjadi banyak model sesuai dengan
kemampuan pembuat model dalam menuangkn suatu fenomena baik dalam wujud miniatur,
bagan, atau diskripsi langkah – langkah proses dari suatu benda atau peristiwa.
Sedangkan pengembangan kurikulum (curriculum development) merupakan suatu istilah
yang komprehensif di dalamnya mencakup perencanaan, penerapan, dan penilaian. Karena
pengembangan kurikulum memilki implikasi terhadap adanya perubahan dan perbaikan maka
istilah pengembangan kurikulum terkadang juga disamakan dengan istilah perbaikan kurikulum
5
(curricuculum improvement). Meskipun pada banyak kasus sebenarnya perbaikan itu merupakan
akibat dari adanya pengembangan (Oliva, 1992:26).
Dengan demikian, maka bisa kita fahami bahwa yang dimaksud dengan model
pengembangan kurikulum itu adalah gambaran sistematis mengenai prosedur yang ditempuh
dalam melakukan aktivitas pengembangan kurikulum. Yaitu proses perencanaan, pelaksanaan
(uji coba), dan penilaian kurikulum. Dimana inti dari aktivitas ini sebenarnya adalah pengambilan
keputusan tentang apa, mengapa, dan bagaimana komponen – komponen kurikulum yang akan
dibuat.

2.2 Model – model Pengembangan Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Tiap model
memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri
maupun dilihat dari tahapan pendekatannya maupun pengembangannya :

1. Model Tyler

Model pengembangan kurikulum Tyler mengacu pada empat pertanyaan dasar yang harus dijawab,
dimana pertanyaan tersebut merupakan pilar – pilar bangunan kurikulum. Prose pengembangan
kurikulum dan pembelajaran pada dasarnya adalah proses menjawab pertanyaan – pertanyan
tersebut, dan jawaban dari pertanyaan – pertanyaan tersebut membentuk hasil berupa kurikulum.

Pertanyaan pertama berkenaan dengan tujuan yang ingin dicapai, “What educational purposes should
the school seek to attain?”. Pertanyaan kedua, berkenaan dengan jenis pengalaman belajar apa yang
harus disediakan untuk mencapai tujuan. Dalam pengalaman belajar ini di dalamnya sudah
tercangkup materi apa yang harus diberikan, “What educational experiences can be provided that are
likely to attain these purposes?”. Pertanyaan ketiga, berkenaan dengan organisasi kegiatan atau
pengalaman belajar yang dinilai paling efektif untuk mencapai tujuan, “How can these educational
experiences be effectively oeganized?”. Pertanyaan keempat atau terakhir, berkenaan dengan upaya
mekanisme apa yang digunakan untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai atau belum
(evaluasi), “How can we determine wether these purposes are being attained ?”.

1. Menentukan Tujuan

Penetapan tujuan adalah langkah pertama. Dalam tujuan ini harus menggambarkan arah
pendidikan yang akan dituju, jenis kemampuan apa yang harus dimiliki siswa setelah proses
pendidikan.

Rumusan tujuan kurikulum ini sangat tergantung pada teori dan filsafat pendidikan yang
dianut oleh pengembangnya, berdasarkan berbagai masukan. Dalam pandanga Tyler ada tiga
6
klasifikasi karakteristik tujuan kurikulum yaitu tujuan kurikulum yang menekankan pada penguasaan
konsep dan teori ilmu pengetahuan (dicipline oriented). Tujuan kurikulum yang menekankan pada
pengembangan pribadi atau model humanistik (child centered). Tujuan kurikulum yang menekankan
pada upaya perbaikan kehidupan masyarakat (society centered).

Dengan merujuk pada kurikulum diatas, maka sumber-sumber yang dapat dijadikan rujukan
dalam pengembangan kurikulum, menurut Tyler, yaitu pandangan dan pertimbangan para ahli
disiplin ilmu, individu anak (sebagai siswa), dan kehidupan sosial kontemporer. Dalam praktik,
pemisahan tegas seperti di atas tidak ada. Ketiga hal tersebut menyatu meskipun mungkin ada salah
satu karakter yang lebih dominan.

Macam – macam tujuan kurikulum :

1) Tujuan kurikulum bersifat " disipline oriented "


Penguasaan berbagai konsep atau teori seperti yang tergambar dalam disiplin ilmu.
2) Tujuan kurikulum bersifat " child centered "
Kurikulum yang lebih berpusat kepada pengembangan pribadi siswa. Maka yang menjadi
sumber utama adalah siswa, baik yang berhubungan dengan bakat, minat, serta kebutuhan
membekali hidupnya.
3) Tujuan kurikulum bersifat " society centered "
Ini lebih memosisikan kurikulum sekolah sebagai alat untuk memperbaiki kehidupan
masyarakat.

2. Menentukan Pengalaman Belajar


Pengalaman belajar adalah segala atifitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Pengalaman belajar bukanlah isi atau materi pelajaran dan bukan pula aktivitas guru memberikan
pelajaran. Pengalaman belajar lebih menunjuk kepada aktivitas siswa di dalam proses
pembelajaran. Untuk itulah yang harus dipertanyakan dalam pengalaman ini adalah " apa yang
akan atau telah dilakukan siswa, bukan apa yang akan atau telah diperbuat oleh guru ". untuk
itulah guru sebagai pengemban kurikulum mestinya memahami apa minat siswa, serta bagaimana
latar belakangnya.
Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa :
1) Pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2) Setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa.
3) Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa.
4) Satu pengalaman belajar bisa mencapai lebih dari satu tujuan.

7
3. Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar bisa dibuat dalam bentuk mata pelajaran atau berupa program. Sedangkan
jenis pengorganisasian pengalaman belajar bisa secara vertikal maupun secara horizontal. Secara
vertikal artinya, satu jenis pengalaman belajar di lakukan dalam berbagai tingkat kelas yang
berbeda. Dengan maksud untuk mengulang – ulang jenis pengalaman belajar tersebut. Sedangkan
pengorganisasian secara horizontal yaitu menghubungkan pengalaman belajar dalam satu bidang
kajian (mata pelajaran) dengan pengalaman belajar bidang kajian yang lain yang masih dalam
satu tingkat (kelas)
Tyler mengajukan tiga prinsip untuk mengorganisasi pengalaman belajar agar efektif yaitu
kesinambungan (contiuity), urutan isi (sequence), integrasi (integration).
Kesinambungan berarti adanya pengulangan yang terus menerus jenis pengalaman belajar untuk
membentuk kemampuan yang ingin dibentuk pada siswa. Contoh, salah satu tujuan IPS adalah
membentuk kemampuan membaca materi IPS merupakan tujuan yang dipandang sangat penting,
maka pengalaman belajar untuk membentuk kemampuan ini harus diulang – ulang dengan cara
yang sama. Kesinambungan merupakan faktor penting dalam organisasi secara vertikal.
Urutan isi, diorganisasi sehingga adanya penambahan kedalaman dan keluasan bahan dengan
disesuaikan dengan tingkat kemampuan/perkembangan siswa. Juga adanya urutan dari yang
mudah menuju yang sulit, dari yang sederhana menuju yang kompleks.
Integrasi, yaitu pokok bahasan dalam satu mata pelajaran satu dikaitkan dengan mata pelajaran
lainnya sehingga adanya pemahaman yang terintegrasi (holistik). Misalnya dalam pengalaman
belajar dalam bidang matematika bisa dikaitkan dan membantu dalam mata pelajaran ekonomi.
Ada 2 jenis pengorganisasian pengalaman belajar :
1) Pengorganisasian secara vertikal : yaitu menghubungkan pengalaman belajar dalam satu
kajianyang sama dalam tingkat yang berbeda. Misal : pengorganisasian pengalaman
belajar yang menghubungkan antara bidang geografi dikelas lima dan kelas enam.
2) Pengorganisasian secara horisntal : yaitu menghubungkan pengalaman belajar dalam
bidang geografi dan sejarah dalam tingkat yang sama.

Menurut Tyler ada beberapa prinsip dalam mengorganisasi pengalaman belajar :


a. Kontinuitas bersifat vertikal dan horizontal
Bersifat vertikal : bahwa pengalaman belajar yang diberikan harus memiliki
kesinambungan yang diperlukan untuk mengembangkan pengalaman belajar selanjutnya.
Bersifat horizontal : bahwa pengalaman yang diberikan kepada siswa harus memiliki
fungsi dan bermanfaat untuk memperoleh pengalaman belajar dalam bidang lain.

8
b. Prinsip urutan isi yaitu setiap pengalaman belajar siswa harus memerhatikan tingkat
penrkembangan siswa

4. Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk menegetahui sejauhmana tingkat pencapaian tujuan. Adapun
kriteria ketercapaian tujuan ini dengan melihat apakah telah terjadi perubahan tingkah laku pada
siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian sebaiknya dilakukan menggunakan
lebih dari satu cara. Dalam hal ini mengajukan agar dilakukan pre tes dan pos tes.
Fungsi dari penilaian dimaksudkan untuk melihat tingkat ketercapaian siswa dalam
menguasai pelajaran/perubahan tingkah laku (fungsi sumatif), dan untuk melihat sejauh mana
efektifitas proses pendidikan untuk mencapai tujuan.
Ada 2 aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan evaluasi :
1) Evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan
tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.
2) Evaluasi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu
tertentu.

Selanjutnya ada fungsi evaluasi :

1) Fungsi sumatif : evaluasi digunakan untuk memperoleh data tentang ketercapaian tujuan oleh
peserta didik.
2) Fungsi formatif : untuk melihat efektifitas proses pembelajaran, apakah program yang
disusun telah dianggap sempurna atau perlu perbaikan.
2. Model Taba

Model pengembangan inil lebih rinci dan lebih sepurna jika dibandingkan dengan model
Tyler. Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler, modifikasi tersebut terutama
penekananya pada pemusatan perhatian guru. Teori Taba mempercayai bahwa guru merupakan
faktor utama dalam usaha pengembangan kurikulum. Menurut Taba guru harus aktif penuh dalam
pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memposisikan guru
sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum merupakan karakteristik dalam model
pengembangan Taba’s. Dalam pengembangannya lebih bersikap edukatif dan berbeda dengan model
tradisional.

Ada 5 langkah pengembangan kurikulum model Taba:

9
1. Menghasilkan unit-unit percobaan
Melalui langkah – langkah :
a. Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini, pengembangan kurikulum memulai dengan
menetukan kebutuhan – kebutuhan siswa.
b. Memformulasikan tujuan. Setelah kebutuhan – kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya
para pengembang kurikulum merumuskan tujuan.
c. Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai denagn tujuan. Pemilihan isi bukan hanya
didasarkan pada tujuan saja, tetapi juga harus mempertimbangkan segi validitas dan
kebermaknaannya untuk siswa.
d. Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksi isi, selanjutnya kurikulum yang telah ditentuan
itu disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya
kurikulum itu diberikan.
e. Memilih pengalaman belajar. Menentukan pengalaman – pengalaman belajar yang harus
dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
f. Mengorganisasi pengalaman belajar. Guru selanjutnya menentukan bagaimana
mengemas pengalaman – pengalaman belajar yang telah ditentukan itu ke dalam paket –
paket kegiatan.
g. Menentukan alat evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan siswa. Pada tahap ini guru
menyeleksi berbagai teknikyang dapat dilakukan untuk menilai prestasi siswa.
h. Menguji keseimbangan isi kurikulum. Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat
kesesuaian antara isi, pengalaman belajar, dan tipe – tipe belajar siswa.

2. Menguji coba unit eksperimen untuk menentukan validitas dan kelayakan penggunaannya
Unit yang sudah dihasilkan pada langkah pertama harus diujicobakan di kelas-kelas
eksperimen pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui
tingkat validitas dan kepraktisan sehinggadapat menghimpun data bagi penyempurnaa.

3. Merivisi dan mengonsolidasi unit eksperimen


Setelah langkah pengujian, maka langkah selanjutnya adalah melakukan revisi dan
konsolidasi. Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan berdasarkan pada data yang dihimpun
sebelumnya. Selain perbaikan dan penyempurnaan dilakukan pula konsolidasi yaitu penarikan
kesimpulan hal – hal yang bersifat umum dan tentang konsistensi teori yang digunakan. Langkah
ini dilakukan secara bersama – sama dengan koordinator maupun ahli kurikulum. Produk dari
langkah ini adalah berupa teaching learning unit yang telah teruji di lapangan.

10
4. Mengembangkan keseluruhan rangka kurikulum (Developing a Framework)
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang lebih
menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu harus dikaji oleh para ahli kurikulum. Ada beberapa
pertanyaan yang perlu dijawab dalam langkah ini; 1) apakah lingkup isi telah memadai; 2) apakah
isi telah tersusun secara logis; 3) apakah pembelajaran telah memberikan peluang terhadap
pengembangan intelektual, keterampilan, dan sikap; 4) dan apakah konsep dasar sudah
terakomodasi ?

5. Implementasi dan Desiminasi


Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program kedaerah dan sekolah
– sekolah dan dilakukan pendataan tentang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru –
guru dilapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan yang berkaitan
dengan aspek – aspek penerapan kurikulum

3. Model Oliva
Menurut oliva suatu model kurikulum harus bersifat simpel, komprensif, dan sistematik. Menurut
olive model yang dikembangkan ini dapat digunakan dalam beberapa dimensi. Yang pertama
untuk menyempurnakan kurikulum sekolah dalam bidang-bidang khusus misalkan
penyempurnaan kurikulum bidang studi tertentu disekolah, baik dalam tataran perencanaan
kurikulum maupun dalam proses pembelajarannya. Kedua, model ini juga dapat digunakan untuk
membuat keputusan dalam merancang program kurikulum. Ketiga model ini dapat digunakan
dalam program pembelajaran secara khusus.
Menurut Oliva suatu model kurikulum harus bersifat simpel, komprehensif dan sistematik .
Dalam mengembangkan kurikulum ada 12 komponen yang satu sama lain saling berkaitan :
1) Perumusan filosofis, sasaran, misi, serta visi lembaga pendidikan, yang kesemuanya
bersumber dari analisis kebutuhan siswa dan kebutuhan masyarakat.
2) Kebutuhan masyarakat di mana sekolah itu berada, kebutuhan siswa dari urgensi dari
disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah.
3) Tujuan umum yang didasarkan pada komponen 1 dan 2.
4) Tujuan khusus yang didasarkan pada komponen 1 dan 2.
5) Bagaimana mengorganisasi rancangan dan mengimplementasikan kurikulum.
6) Menjabarkan kurikulum dalam bentuk tujuan umum.
7) Menjabrkan kurikulum dalam bentuk tujun khusus.
8) Menetapkan strategi pembelajaran yang dimungkinkan dapat mencapai tujuan.
9) Teknik penilaian.
11
10) Pengembangan kurikulum.Evaluasi pembelajaran.Evaluasi kurikulum.
4. Model Beauchamp
Model ini dinamakan system Beauchamp, karena memang diciptakan dan dikembangkan oleh
Bauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan ada lima langkah dalam proses
pengembangan kurikulum :
a) Menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum.
Wilayah itu bias terjadi pada hanya satu sekolah, satu kecamatan, kabupaten, atau
mungkin tingkat provinsi dan tingkat nasional.
b) Menentukan orang – orang yang akan terlibat dalam penyempurnaan kurikulum.
Disarankan melibatkan seluas – luasnya para tokoh masyarakat (seperti politikus,
industriawan, pengusaha), para ahli kurikulum, para ahli pendidikan, para praktisi
(guru)yang berpengalaman, juga profesional lain yang relevan.
c) Tim menyusun tujuan pengajaran, materi, dan pelaksanaan proses belajar mengajar.
Untuk tugas tersebut perlu dibentuk dewan kurikulum sebagai koordinator yang bertugas
juga sebagai penilai pelaksanaan kurikulum, memilih materi pelajaran baru, menentukan
berbagai kriteria untuk memilih kurikulum mana yang akan dipakai, dan menulis secara
menyeluruh mengenai kurikulum yang akan dikembangkan.
d) Implementasi kurikulum. Tahap ini, yaitu pelaksanaan kurikulum yang telah
dikembangkan oleh tim pengembang. Dalam pelaksanaan kurikulum dibutuhkan
kesiapan guru, siswa, fasilitas, biaya, manajerial dan kepemimpinan disekolah.
e) Evaluasi Kurikulum.
Langkah ini minimal mencakup empat hal, yaitu:
 evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru – guru;
 evaluasi desain kurikulum;
 evaluasi hasil belajar siswa;
 evaluasi keseluruhan sistem kurikulum. data yang diperoleh dari kegiatan
evaluasi ini digunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain kurikulum, serta
prinsip – prinsip melaksanakannya.
5. Model Wheeler
Menurut Wheller, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses ynag membentuk lingkaran
yang terjadi secara terus menerus. Dimana ada lima fase (tahap). Setiap tahap merupakan
pekerjaan yang berlangsung secara sistematis atau berturut. Artinya, kita tidak mungkin dapat
menyelesaikan tahapan kedua manakala tahapan pertama belum terselesaikan. Namun demikian,
manakala setiap tahap sudah selesai dikerjakan, kita akan kembali pada tahap awal. Demikian
proses pengembangan sebuah kurikulum berlangsung tanpa ujung.
12
Wheller berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas lima tahap, yakni:
a) Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bisa merupak tujuan yang
bersifat normatif, bersifat filosofis atau tujuan pembelajaran umum yang bersifat praktis.
Sementara itu, tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan teruktur.
b) Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk
mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama.
c) Menentukan isi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar yang diinginkan.
d) Mengelola pengalaman belajar dengan isi pembelajaran.
e) Melakukan evaluasi setiap langkah.
6. Model Nicholls
Dalam bukunya Developing a Curriculum: a Practical Guide (1978), Howard Nicholls
menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemen-elemen kurikulum
yang membentuk siklus.
Model pengembangan kurikulum Nicholls menggunakan pendekatan siklus seperti model
Wheeler. Model Nicholls digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan
oleh terjadinya perubahan situasi.
Ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut Nicholls, yaitu:
a) menganalisis situasi;
b) menentukan tujuan khusus;
c) menentukan dan mengelola isi pelajaran;
d) menentukan dan mengelola metode pembelajaran;
e) melakukan evaluasi.
7. Model Dynamic Skilbeck
Menurut Skilbeck, model pengembangan kurikulum yang ia namakan model Dynamic,b adalah
model pngembangan kurikulum pada level sekolah (School Nased Curriculum Development)
Skilbeck menjelaskan model ini diperuntukkan untuk setiap guru yang ingin mengembangkan
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Agar proses pengembangan berjalan dengan
baik, maka setiap pengembang termasuk guru perlu memahami lima elemen pokok yang dimulai
dari mennganalisis situasi sampai pada melakukan penilaian. Skilbeck menganjurkan model
pengembangan kurikulum yang ia susun dapat dijadikan alternative dalam pengembangan
kurikulum tingkat sekolah.
Menurut Skilbeck langkah-langakah pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut :
a) menganalisis sesuatu;
b) memformulasikan tujuan;
c) menyususn program;
13
d) interpretasi dan implementasi;
e) monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi

Dari model – model pengembangan kurikulum diatas, semua pada dasarnya mencakup langkah
– langkah:

a) merumuskan tujuan;
b) merumuskan pengalaman belajar;
c) mengelola pengalaman belajar, dan
d) melakukan evaluasi. Pada praktiknya, pengembangan kurikulum biasanya bersifat efektif,
gabungan dari berbagai model.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ada beberapa pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan master dalam
pengembangan kurikulum dilembaga pendidikan. Model pengembangan kurikulum, yaitu
langkah sistematis dalam proses penyusunan kurikulum. Alternatif prosedur dalam
rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi
(evaluation) suatu kurikulum. Model pengembangan kurikulum harus dapat
menggambarkan suatu proses sistem perencanaan program pembelajaran yang dapat
memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan, berdasarkan
pada perkembangan teori dan praktik kurikulum. Dewasa ini telah banyak dikemukakan
model – mode pengembangan kurikulum, diantaranya :
1) Model Tyler
2) Model Taba
3) Model Oliva
4) Model Beauchamp
5) Model Wheeler
6) Model Nicholls
7) Model Dynamic Skilbeck

3.2 Saran
Bagi seorang guru ataupun calon guru mengetahui dan memahami tentang model
– model pengembangan kurikulum sanagatlah penting. Dimana dengan mengerti
sekaligus memahami tentang model – model pengembangan kurikulum ini seorang guru
dapat ikut serta dalam menyempurnakan akan adanya kurikulum tersebut. Seorang guru
tidak hanya bertugas untuk mengajar dikelas saja tetapi juga diharapkan mampu
memberikan konstribusi yang positif terhadap pendidikan di Indonesia salah satunya
dengan memberikan ide dalam pengembangan kurikulum.
Dengan adanya makalah ini kelompok kami berharap semoga dapat bermanfaat
bagi mahasiswa khususnya dan pada umumnya untuk masyarakat luas. Semoga makalah
ini dapat memberikan penambahan ilmu sekaligus pengetahuan bagi kita semua yang
memanfaatkan makalah ini. Kami selaku pihak penyusun juga mengharapkan sebuah
kritik dan saran yang membanggun untuk makalah ini demi kesempurnaan tugas kami
pada waktu yang akan datang.
15
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pengembang MKDP Kurikulum Dan Pembelajaran. 2006. Kurikulum &
Pengembangan. Bandung: UPI PRESS.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum Dan Pembelajaran. 2011. Kurikulum &
Pembelajaran. Jakarata : Rajagrafindo Persada.
Hidayati Wiji. 2012. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Dakir. 2004. Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.
Widyastono, Herry. Hasan, Said Hamid Esd. (2014). Pengembangan Kurikulum Di Era
Otonomi Daerah “ Dari kurikulum 2004, 2006, ke kurikulum 2013.” Jakarta: PT.Bumi
Aksara.

16

Anda mungkin juga menyukai