Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KURIKULUM SEKOLAH DASAR

MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM


(Miller-Seller)

DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. Wahyu Sukartiningsih, M.Pd

DISUSUN OLEH :
1. Dyah Aditya N. (19010644013)
2. Giankana Inggita (19010644027)
3. Umi Nur Fadilah (19010644045)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU


PENDIDIKAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2019/2020
Kata Pengantar

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
anugerah dan pertolongan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
sebagai tugas kurikulum dasar. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada sang
tauladan sejati Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan ilmu untuk kesuksesan
dunia maupun akhirat.

Dalam penyusunan makalah ini kami tentunya menghadapi berbagai hambatan


dan rintangan, namun dengan bantuan berbagai pihak kami dapat meyelesaikan makalah
ini dalam waktu yang telah ditentukan. Kami sampaikan terima kasih atas bantuan
materil maupun non materil dari berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan
tugas ini serta kami sampaikan penghargaan yang setinggi - tingginya kepada dosen
mata kuliah kurikulum sekolah dasar yang telah membimbing kami dengan penuh
kesabaran.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami meminta maaf atas segala kekurangan dan kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan pada
makalah - makalah selajutnya. Kami berharap makalah ini dapat dijadikan acuan bagi
kami, adik kelas kami, serta semua pihak yang membutuhkannya.

Surabaya, 02 April 2020


DAFTAR ISI
Kata Pengantar.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang................................................................................................................. 1
2. Rumusan Masalah..................................................................................................1
3. Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
Model Miller-Seller......................................................................................................3
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan.............................................................................................................7
2. Saran.......................................................................................................................7

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang


mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik,
budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan
masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi
bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model
pengembangan kurikulum merupakan suatu alternative prosedur dalam rangka
mendesain (design), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation)
suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat
menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi
berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan.

Dalam praktik pengembangan kurikulum sering terjadi kecenderungan hanya


menekankan pada pemenuhan mata pealajaran. Astinya isi atau materi yang harus
dipelajari peserta didik hanya berpusat pada disiplin ilmu yang terstruktur, sistematis
dan logis, sehingga mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang dibutuhkan
sejalan perkembangan masyarakat.

Salah satu aspek yang perlu dipahami dalam pengembangan kurikulum adalah
aspek yang berkaitan denga organisasi kurikulum. Organisasi kurikulum berkaitan
dengan pengaturan bahan pelajaran, yang selanjutnya memiliki dampak terhadap
masalah administrative pelaksanaan proses pembelajaran, tean teaching misalnya
(Olivia, 1992: 285 dalam Ruhimat, T. dkk, 2009: 83). Organisasi kurikulum bukan
masalah manajerial lembaga pendidikan. Organisasi kurikulum merupakan pola atau
desain bahan/ isi kurikulum yang tujuannnya untuk mempermudah siswa dalam
mepelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan
belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.

2. Rumusan Masalah
Apa arti jenis model pengembangan kurikulum (Miller-Seller)?
3. Tujuan
Menjelaskan jenis model pengembangan kurikulum (Miller-Seller).
BAB II

PEMBAHASAN

Model Miller-Seller

Pengembangan kurikulum ini ada perbedaan dengan model-model sebelumnya.


model pengembangan kurikulum Miller-Seller merupakan pengembangan kurikulum
kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model transaksi (Taba’s & Robinson),
dengan tahapan pengembangan sebagai berikut:
a. Klarifikasi Orientasi Kurikulum Orientasi ini merefleksikan pandangan filosofis,
psikologos, dan sosiologis terhadap kurikulum yang seharusnya dikembangkan.
Menurut Miller dan Seller, ada tiga jenis orientasi kurikulum yaitu tranmisi,
transaksi, dan transformasi.
b. Pengembangan Tujuan, langkah selanjutnya adalah mengembangkan tujaun umum
dan tujuan khusus berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan. Tujuan
umum dalam konteks ini adalah merefleksikan pandangan orang (image person) dan
pandangan (image) kemasyarakatan. Tujuan pengembangan merupakan tujuan yang
masih relative umum. Oleh karena itu, perlu dikembangkan tujuan-tujuan yang lebih
khusus hingga pada tujuan instruksional.
c. Identifikasi Model Mengajar Pada tahap ini pelaksana kurikulum harus
mengidentifikasi strategi mengajar yang akan digunakan yang disesuaikan dengan
tujuan dan orientasi kurikulum. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam
menentukan model mengajar yang akan digunakan, yaitu:
1) Disesuaikan dengan tujuan umum maupun tujuan khusus.

2) Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan siswa.

3) Guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami secara utuh, sudah
dilatih, dan mendukung model.

4) Tersedia sumber-sumber yang esensial dalam pengembangan model.

d. Implementasi Implementasi sebaiknya dilaksanakan dengan memperhatikan


komponen-komponen program studi, identifikasi sumber, pernana, pengembangan
professional, penetapan waktu, komunikasi, dan sistem monitoring. Langkah ini
merupakan langkah akhir dalam pengembangan kurikulum. Prosedur orientasi yang
dibakukan pada umumnya tidak sesuai dengan kurikulum transformasi, sebaliknya
kurikulum transmisi pada umumnya menggunakan teknik-teknik evaluasi berstruktur
dalam menilai kesesuaian antara pengelaman-pengalaman, strategi be;ajar dan tujuan
pendidikan.

Kurikulum (pengembangan implementasi, evaluasi). Menurut Miller-Seller


(1985) ada tiga orientasi kurikulum yang mempengaruhi terjadinya perbedaan dalam
program-program kurikulum. Pengembangan, implementasi, dan evaluasi kurikulum
hendaknya dilakukan sesuai dengan posisi atau orientasi kurikulum yang mendasarinya.

Miller dan Seller mencoba menyusun suatu model yang lebih komprehensif
berdasarkan pandangan mereka tentang kurikulum. Miller dan Seller (1985)
mengemukakan bahwa proses pengembangan kurikulum adalah rangkaian kegiatan
yang dilakukan secara terus menerus. Seller memandang bahwa pengembangan
kurikulum harus dimulai dari menentukan orientasi kurikulum, yakni kebijakan-
kebijakan umum, misalnya arah dan tujuan pendidikan, pandangan tentang hakikat
belajar dan hakikat anak didik, pandangan tentang keberhasilan implementasi kurikulum
dan lain sebagainya.

 Orientasi Kurikulum Pengembangan kurikulum berdasarkan suatu orientasi.


Orientasi ini mencerminkan pandangan filsafat, psikologi dan teori belajar, tentang
masyarakat, pandangan tentang dunia atau paradigma yang dianut para
pembina.berdasarkan orientasi itu selanjutnya dikembangkan kurikulum menjadi
pedoman pembelajaran, diimplementasikan dalam proses pembelajaran dan
dievaluasi. Hasil evaluasi itulah kemudian dijadikan bahan dalam menentukan
orientasi, begitu seterusnya hingga membentuk siklus. Orientasi pengembangan
kurikulum menurut Miller-Seller menyangkut enam aspek, yaitu:

1) Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan, artinya hendak dibawa


kemana siswa yang kita didik itu.
2) Pandangan tentang anak, apakah anak dipandang sebagai organisme yang aktif
atau pasif.
3) Pandangan tentang proses pembelajaran, apakah proses pembelajaran itu dianggap
sebagai proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah perilaku anak.
4) Pandangan tentang lingkungan, apakah lingkungan belajar harus dikelola secara
formal atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak bebas belajar.
5) Konsepsi tentang peranan guru, apakah guru harus berperan sebagai instruktur
yang bersifat otoriter atau guru dianggap sebagai fasilitator yang siap memberi
bimbingan dan bantuan pada anak untuk belajar.
6) Evaluasi belajar, apakah untuk mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes atau
nontes.
Menurut Miller-Seller ada tiga orientasi kurikulum, yakni:

a) Orientasi transmisi (transmission orientation) 20 Jurnal al-fikrah, Vol. II, No. 1,


Januari-Juni 2014. Kurikulum pada orientasi ini menekankan pada isi atau materi
ajaran, isinya bersumber pada disiplin ilmu yang terstruktur/sistematis, guru
berfungsi sebagai pemberi arahan langsung dan penyampai ilmu, teknologi, dan
nilai sehingga harus menguasai materi ajar dengan baik. Sementara siswa harus
bekerja keras sebagai penerima materi ajar, sehingga proses belajar yang terjadi
adalah ekspositori dan evaluasi pembelajaran menggunakan tradisional
achievement seperti tes, uraian, multiple objective, dan sebagainya. Pendidikan
adalah ilmu yang harus dikuasai siswa dalam kompetensi-kompetensi yang dapat
diukur, dengan demikian, tujuan pendidikan yang digunakan adalah penguasaan
mata pelajaran dan norma-norma sosial yang sifatnya pengetahuan (Miller &
Seller: 1985: 17-60).
b) Orientasi transaksi (transaction orientation) Dalam orientasi transaksi, antara
kurikulum dan siswa saling memberi pengaruh. Individu dipandang sebagai
seseorang yang rasional dan memiliki kemampuan inteligensi untuk
menyelesaikan masalah. Pendidikan dipandang sebagai dialog antara siswa dan
kurikulum, dimana siswa membangun pengetahuan melalui proses dialog, sebab
siswa dipandang mempunyai keterampilan seperti kemampuan berfikir. Elemen
inti dari transaksi ini adalah terletak pada strategi kurikulum yang membantu
pemecahan masalah (orientasi proses kognitif), aplikasi keterampilan
memecahkan masalah didalam kontek sosial secara umum dan didalam kontek
proses demokratik (orientasi kewarganegaraan demokratis) dan pengembangan
keterampilan kognitif didalam berbagai disiplin akademis. Paradigma filsafat
scientific merupakan metode ilmiah yang dipakai dalam orientasi transaksi ini.
Pusat orientasi transaksi ini adalah ide yang diambil dari psikologi perkembangan
dimana siswa harus diberi kesempatan menyelidiki dunia fisik, moral, dan sosial.
Lingkungan belajar, harus kaya dengan beragam materi dan ide sehingga
memungkinkan penyelidikan terhadap problem yang bervariasi (Miller & Seller:
1985: )
c) Orientasi transformasi (transformation orientation) Dalam orientasi transformasi
ini, kurikulum dan siswa saling menyentuh (interpenetrate) secara holistik.
Transformasi ditujukan pada pengembangan pribadi dan perubahan sosial,
sehingga dikembangkan pola hubungan yang dekat antar individu dan masyarakat.
Untuk mendukungnya, secara spesifik, model ini menekankan pada pengajaran
berbagai keahlian untuk memajukan transformasi pribadi dan sosial, visi
perubahan sosial sebagai perkembangan yang harmonis dengan lingkungan, dan
hubungan dimensi spiritual dengan lingkungan (orientasi transpersonal). Teori
pendidikan yang digunakan adalah pendidikan progresifdan romantik, dengan
model kurikulum humanistik. Orientasi ini didasarkan pada dua pemikiran,yaitu:
(1). Elemen romantik yang menghasilkan argumen bahwa anak pada dasarnya
bagus dan pendidik harus Model Kurikulum Miller-Seller dan Pengembangannya
dalam Instructional Design 21.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Miller dan Seller (1985) mengemukakan bahwa proses pengembangan kurikulum


adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terus menerus. Seller memandang
bahwa pengembangan kurikulum harus dimulai dari menentukan orientasi kurikulum,
yakni kebijakan-kebijakan umum, misalnya arah dan tujuan pendidikan, pandangan
tentang hakikat belajar dan hakikat anak didik, pandangan tentang keberhasilan
implementasi kurikulum dan lain sebagainya.

2. Saran

Kami menyadari bahwa, dalam tulisan ini terdapat banyak kekurangan. Di


samping itu juga terbatas karena hanya merupakan makalah, yang tidak mungkin
memuat segala hal mengenai pembahasan sebagaimana dalam judul. Dengan demikian,
kiranya ke depan ada studi lanjut yang dapat memaparkan makalah ini dengan lebih
baik.

Anda mungkin juga menyukai