Anda di halaman 1dari 25

Asesmen Pembelajaran Matematika

Makalah
Penyusunan Instrumen Non Tes

Disusun oleh:

(Kelompok 5)

Krisna Oktafiana 4101416033

Clarasati Haryanto 4101416040

Dosen mata kuliah:


Prof. Dr. Kartono, M.Si

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan atas rahmat Allah SWT


sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Penyusunan
Instrumen Non Tes” sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Penulisan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen pembimbing mata kuliah Asesmen Pembelajaran Matematika. Makalah ini
disusun berdasarkan dari berbagai referensi buku pegangan perkuliahan yang
berhubungan dengan mata kuliah asesmen pembelajaran. Kemudian dari
referensi-referensi tersebut disusun secara sistematik oleh penulis agar pembaca
mampu lebih mudah dalam memahami isi dari makalah ini.
Melalui makalah ini penulis menjelaskan tentang instrumen penilaian.
Selain itu penulis juga memberikan gambaran tentang instrumen yang telah dibuat
dan dapat diedarkan di sekolah.
Penulis berterima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Asesmen
Pembelajaran Matematika yaitu Prof. dr. Kartono, M.si., yang telah memberikan
arahan tentang pembuatan atau penyusunan instrumen. Tak lupa pula penulis
ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para
pembaca. Tak lupa pula kritik dan saran diharapkan penulis dari para pembaca
bila terdapat kekeliruan dan kekurangan dalam makalah ini.

Semarang, 29 September 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................ ii

Bab 1 Pendahuluan
1.1 ................................................................................................... Latar
Belakang .............................................................................................. 1
1.2 ................................................................................................... Rum
usan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 ................................................................................................... Tujua
n ........................................................................................................... 2

Bab 2 Pembahasan

2.1 ................................................................................................... Instru


men Non Tes ....................................................................................... 3
2.2 ................................................................................................... Jenis-
jenis Instrumen Non Tes ..................................................................... 5

Bab 3 Penutup

3.1 ................................................................................................... Kesi


mpulan ................................................................................................. 19
3.2 ................................................................................................... Saran
.............................................................................................................. 19

Daftar Pustaka ............................................................................................... 20

Lampiran ....................................................................................................... 21

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penilaian hasil belajar tidak hanya dilakukan denga tes, tetapi juga
dilakukan melalui alat atau instrument pengukuran bukan tes, seperti pedoman
observasi, skala sikap, mengutamakan penampilan atau keterampilan dalam
pendidikan professional. Karena pada umumnya hasil belajar yang bersifat
keterampilan sukar diukur dengan tes, maka digunakan teknik pengukuran lain
yang dapat memberi informasi yang lebih akurat.

Instrument untuk memperoleh informasi hasil belajar non-tes terutama


digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skills dan
vocational skills, terutama yang berhubungan dengan apa yang dibuat atau
dikerjakan oleh peserta didik dari pada apa yang diketahui atau dipahaminya.
Dengan kata lain instrument seperti itu terutama berhubungan dengan penampilan
yang diamati dengan indera.

Selain itu, instrument seperti ini memang merupakan suatu kesatuan dengan
instrument tes lainnya, karena tes pada umumnya mengukur apa yang diketahui,
dipahami atau yang dapat dikuasai oleh peserta didik dalam tingkatan proses
mental yang lebih tinggi. Akan tetapi, belum ada jaminan bahwa yang mereka
miliki dalam kemampuan mental itu dapat didemonstrasikan dalam tingkah
lakunya. Dengan demikian instrument non-tes merupakan bagian dari alat ukur
hasil belajar peserta didik.

Penyusunan instrumen sebaiknya mengikuti langkah-langkah atau kaidah-


kaidah yang berlaku secara umum. Gunanya adalah instrumen yang diberikan
kepada siswa mudah dipahami baik oleh responden maupun pemberi responden
sehingga data yang diperoleh dari responden merupakan data yang akurat. Selain
itu instrumen yang disusun harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai,
sehingga harusnya sebelum mengedarkan instrumen terlebih dahulu harus ada
tujuan yang ditetapkan oleh guru.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan


masalah dari makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan instrumen non tes?


2. Apa saja jenis-jenis instrumen non tes?

1.3 Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan:

1. Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan instrumen non tes.


2. Menjelaskan jenis-jenis instrumen non tes.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Instrumen Non Tes

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena


sosial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat kalau
dinamakan membuat laporan daripada melakukan penelitian. Namun demikian
dalam skala yang paling rendah laporan juga dapat dinyatakan sebagai bentuk
penelitian. Karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka
harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2009:
147).

Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang


berbentuk tes untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen nontes untuk
mengukur sikap. Instrumen yang berupa tes jawabannya adalah salah atau benar,
sedangkan instrumen sikap atau nontes jawabannya tidak ada yang salah atau
benar tetapi bersifat positif dan negatif (Sugiyono, 2009: 174). Instrumen non tes
digunakan untuk mengukur kepribadian, perilaku, sikap atau respon seseorang
terhadap suatu hal. Setiap waktu kita terikat dengan kegiatan menilai perilaku dan
sikap seseorang meskipun terkadang kita tidak menyadarinya. Ketika kita
mengatakan bahwa Joni anak yang baik, Tomi anak yang nakal, Susi anak yang
tidak pandai bergaul, sebenarnya kita sedang membuat penilaian terhadap
kepribadian. Kita menggunakan evaluasi informal tersebut untuk memutuskan
dengan siapa kita ingin bekerjasama dan siapa yang harus kita hindari, atau dapat
juga membantu kita dalam menerapkan strategi-strategi yang sesuai dengan
kepribadian seseorang (Cecil, 2010: 372). Dalam konteks pendidikan, tentunya
mengetahui kepribadian siswa akan sangat berguna dalam menerapkan praktek
pembelajaran yang dilakukan. Tetapi kenyataannya, penilaian dengan teknik non

3
tes ini kurang mendapat perhatian dari para guru maupun praktisi pendidikan
tidak terkecuali dalam pendidikan matematika.

Tidak dapat dipungkiri sampai saat ini penilaian pendidikan matematika


lebih banyak menggunakan instrumen berupa tes. Selama ini teknik non tes
kurang digunakan dibandingkan teknik tes karena penilaian lebih mengutamakan
teknik tes. Hal ini tentu tidaklah cukup, Robert dan David (1991: 242)
mengungkapkan bahwa selain nilai-nilai yang didapatkan siswa dari instrumen
tes, masih banyak bidang dalam kurikulum yang mana teknik tes ini menjadi tidak
tepat atau kurang tepat daripada teknik non tes. Sebagai contoh, pembelajaran
yang menggunakan kemampuan berbicara dalam pelajaran bahasa atau
kemampuan-kemampuan aplikatif dalam bidang fisika, teknik industri, dan
pertunjukkan seni yang akan lebih sering menggunakan demonstrasi serta
berorientasi pada proses dan hasil. Objek penilaian pembelajaran matematika
terlalu kompleks jika hanya mengandalkan tes saja. Berbagai objek penilaian
pembelajaran matematika memerlukan instrumen non tes untuk memperoleh
informasinya (Ekawati dan Sumaryanta 2011: 33).

Proses pengumpulan informasi atau pengumpulan data merupakan suatu hal


yang sangat penting. Data yang dikumpulkan sangat terkait dengan fenomena,
yang menjadi fokus penelitian. Selain itu, jenis data yang akan dihasilkan juga
berdampak pada pelaksanaan pengukuran dalam penelitian. Jenis data tersebut
meliputi data nominal, data ordinal, data interval dan data rasio (Retnawati, 2016:
1-2).

1. Data nominal merupakan ukuran diskrit (terpisah antar data), tidak ada
hubungan antara skala yang satu dengan skala yang lain. Contoh data nominal
misalnya agama, warna pakaian atau kendaraan, jenis kelamin, hobi, dan lain-
lain.
2. Data ordinal merupakan ukuran yang menunjukkan posisi suatu objek,
dengan ukuran tersebut dapat diurutkan dari urutan paling rendah sampai
yang paling tinggi, namun belum ada jarak atau interval antara posisi ukuran
yang satu dengan yang lain. Contoh data ini misalnya skala Likert (Sangat

4
Setuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju), dimana belum
ada jarak yang jelas antara tidak setuju dengan sangat tidak setuju, dan juga
skala lainnya.
3. Data interval merupakan ukuran yang menunjukkan posisi suatu objek dalam
suatu urutan paling rendah sampai yang paling tinggi, dan ada jarak atau
interval antara posisi ukuran yang satu dengan yang lain. Contoh data ini
adalah nilai/skor dalam pendidikan. Pada data interval, nilai nol juga bukan
nilai yang mutlak, yang berarti bahwa seorang peserta didik memeroleh skor
nol, belum tentu peserta didik tersebut sama sekali tidak menguasai
komptetensi dalam pembelajaran, namun bisa jadi karena alasan lain.
4. Pada data rasio, ukuran menunjukkan posisi suatu objek dalam suatu skala
paling rendah sampai skala yang paling tinggi, ada jarak atau interval antara
posisi ukuran yang satu dengan yang lain, dan adanya besaran
absolute/mutlak. Sebagai contoh pada data rasio adalah ukuran volume air.
Volume air dalam suatu wadah sama dengan nol berarti air dalam wadah
tersebut memang telah kosong, atau tidak ada air sedikitpun dalam wadah
tersebut.

Jenis data tersebut berdampak pada pelaksanaan pengukuran dalam


penelitian. Sebagai contoh seorang peneliti ingin mengetahui kemampuan berpikir
tingkat tinggi (higher order thinking) siswa SMP di kabupaten Subur Makmur.
Fokus permasalahan yang menjadi kata kunci penelitian ini adalah kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Ini berarti data yang harus dikumpulkan peneliti tersebut
adalah data kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa SMP. Karena kemampuan
berfikir tingkat tinggi merupakan kemampuan yang abstrak, diperlukan suatu tes
untuk mengukurnya. Kemampuan ini dapat diukur dengan teknik tes, dan data
yang kita peroleh berupa data interval. Pada kasus lain, seorang peneliti ingin
mengetahui motivasi kerja karyawan. Permasalahan yang menjadi fokus
penelitian adalah motivasi, yang dapat diukur dengan angket/kuisioner motivasi.
Untuk pengumpulan data ini, perlu digunakan teknik non tes.

2.2 Jenis-jenis Instrumen Non Tes

5
Instrumen non tes dapat dikategorikan menjadi angket, wawancara, observasi, dan
dokumentasi (Sukmadinata, 2011: 216-222) .
2.2.1 Angket
Angket berupa sekumpulan pertanyaan yang biasanya dalam bentuk tertulis
kemudian diberikan kepada responden. Pertanyaan-pertanyaan dalam angket atau
disebut pula dengan kuisioner bermacam-macam, diantaranya pertanyaan
dikotomi, pertanyaan pilihan ganda, urutan bertingkat (rank ordering), rating
scale, dan pertanyaan terbuka.
a. Jenis-jenis Angket (Kuisioner)
1. Angket dengan pertanyaan dikotomi
Pertanyaan dikotomi dalam angket hanya memuat 2 pilihan jawaban
jawaban saja. Pertanyaan ini digunakan jika peneliti ingin menanyakan
kepada responden terkait dengan variabel yang hanya memuat dua
jawaban saja. Sebagai contoh jenis kelamin (laki-laki atau perempuan, ya
atau tidak, benar atau salah, dan lain-lainnya.
2. Pertanyaan terbuka
Pada angket dengan pertanyaan terbuka, angket berisi pertanyaan-
pertanyaan atau pernyataan-pernyataan pokok yang bisa dijawab atau
direspon oleh responden secara bebas. Tidak ada anak pertanyaan
ataupun rincian yang memberikan arah dalam pemberian jawaban atau
respon. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban
atau respon sesuai dengan persepsinya.
3. Pertanyaan berstruktur
Pada angket berstruktur, pertanyaan atau pernyataan sudah disusun secara
berstruktur di samping ada pertanyaan pokok atau pertanyaan utama, juga
ada anak pertanyaan atau subpertanyaan.
4. Pertanyaan tertutup
Dalam angket tertutup, pertanyaan atau pernyataan-pernyataan telah
memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh responden.
Responden tidak bisa memberikan jawaban atau respon lain kecuali yang
telah tersedia sebagai alternatif jawaban.

6
b. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Menyusun Angket
Penulisan angket yang baik perlu memperhatikan beberapa prinsip.
Sugiyono(2010 : 142-144) menyatakan ada 10 prinsip yang perlu
diperhatikan.
1. Isi dan tujuan pertanyaan.
Isi dan tujuan pertanyaan memberi makna apakah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran,
maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada
skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur
variabel yang akan diteliti.
2. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunkan dalam penulisan angket harus sesuai dengan
kemampuan bahasa responden. Kalau sekiranya responden tidak dapat
berbahasa indonesia, maka angket jangan disusun dengan bahasa
indonesia.
3. Tipe dan bentuk pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka maupun tertutup dan
bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
4. Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua (double – barreled)
sehingga mengulitkan responden untuk memberikan jawaban.
5. Tidak menanyakan yang sudah lupa.
Setiap pertanyaan dalam intrument angket, sebaiknya juga tidak
menanyakan hal-hal yang sekiranya reponden sudah lupa atau pertanyaan
yang memerlukan jawaban dengan berfikir berat.
6. Pertanyan tidak menggiring.
Pertanyaan dalam angket sebaiknya juga tidak menggiring ke jawaban
yang baik saja atau ke yang jelek saja.
7. Panjang pertanyaan
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak teralu panjang, sehingga akan
membuat jenuh responden dalam mengisi.

7
8. Urutan pertanyaan
Urutan pertanyan dalam angket dimulai dari yang umum menuju ke hal
spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau diacak.
9. Prinsip pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan intrument
penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti.
10. Penampilan fisik angket.
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpulan data akan
mempengaruhi respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket.
Angket yang dibuat di kertas buram akan mendapat respon kurang menarik
bagi responden, bila dibandingkan angket yang dicetak dalam kertas yang
bagus dan berwarna.
c. Kelebihan dan Kelemahan Angket
Kelebihan angket antara lain:
1. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang
banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
2. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama.
3. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan.
Kelemahan angket, antara lain:
1. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga
apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan
kembali.
2. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak,
atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi
secara mendetail.
3. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua,
sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang
diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.
d. Langkah-Langkah Menyusun Angket
1. Merumuskan tujuan

8
2. Merumuskan kegiatan
3. Menyusun langkah-langkah
4. Menyusun kisi-kisi
5. Menyusun panduan angket
6. Menyusun alat penilaian
e. Contoh Angket

ANGKET MOTIVASI SISWA


TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA

Mata Pelajaran : Matematika


Hari, Tanggal : ……………..
Kelas/Semester :…………………
Kode Siswa : …………………

Petunjuk Pengisian Angket


1. Angket terdiri atas 12 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap
pernyataan dalam kaitannya dengan pelajaran matematika, berikan
jawaban yang benar-benar sesuai dengan pilihanmu.
2. Berikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai jawabanmu.
STS = Sangat Tidak Setuju S = Setuju
TS = Tidak Setuju SS = Sangat Setuju
R = Ragu-ragu

JAWABAN
NO. PERNYATAAN
STS TS R S SS
1 Pertama kali saya melihat pembelajaran
matematika, saya percaya bahwa
pembelajaran ini akan mudah bagi saya.
2 Pada awal pembelajaran ada sesuatu yang
menarik bagi saya.
3 Materi pembelajaran matematika lebih sulit
dipahami dari yang saya bayangkan.
4 Setelah membaca pendahuluan, saya
mengetahui apa yang harus saya pelajari
dari pembelajaran matematika.
5 Setelah menyelesaikan tugas-tugas
matematika yang diberikan guru, saya
merasa puas dengan nilai yang saya capai.

9
JAWABAN
NO. PERNYATAAN
STS TS R S SS
6 Hubungan antara materi pembelajaran
matematika dengan kehidupan nyata terlihat
jelas bagi saya.
7 Halaman-halaman buku yang begitu banyak
memuat informasi membuat saya sukar
untuk mengambil ide-ide penting dan
mengingatnya.
8 Materi pembelajaran matematika sangat
menarik perhatian.
9 Terdapat cerita, gambar, dan contoh yang
menunjukkan kepada saya bagaimana
manfaat materi pembelajaran matematika.
10 Menyelesaikan pembelajaran matematika
dan mendapatkan nilai bagus adalah sangat
penting bagi saya.
11 Kualitas tulisan pada buku-buku matematika
membuat saya sangat tertarik.
12 Pembelajaran matematika sangat abstrak
sehingga sulit bagi saya untuk fokus kepada
pelajaran.

2.2.2 Wawancara
Wawancara (Moleong:2012:186) adalah percakapan dengan maksud
tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (informan) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara atau interview merupakan
salah satu bentuk teknik pengumpulan data yang banyak digunakan dalam
penelitian deskriptif kualitatif dan deskripsi kuantitatif. Wawancara dilaksanakan
secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Adakalanya juga
wawancara dilakukan secara kelompok kalau memang tujuannya untuk
menghimpun data dari kelompok seperti wawancara dengan suatu keluarga,
pengurus yayasan, pembina pramuka, dan lain-lain.
a. Jenis-jenis Wawancara
1. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan
istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara

10
sistematis (Systematic Interview) dimana pewawancara telah menyusun
pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring
penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja.
2. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal
dengan istilah wawancara sederhana (Simple Interview) atau wawancara
tidak sistematis (Non- Systematic Interview), atau wawancara bebas,
yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban
secara bebas sesuai dengan yang ia ketahui tanpa diberikan batasan oleh
pewawancara.
b. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Menyusun Wawancara
Sebelum melakukan wawancara para peneliti menyiapkan instrumen
wawancara yang disebut pedoman wawancara. Pedoman ini berisi sejumlah
pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk dijawab atau direspon oleh
responden. Isi pertanyaan atau pernyataan bisa mencakup fakta, data,
pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi responden berkenaan
dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian.
Bentuk pertanyaan atau pernyataan bisa sangat terbuka, sehingga responden
mempunyai keleluasaan untuk memberikan jawaban atau penjelasan.
Pertanyaan atau pernyataan dalam pedoman wawancara juga bisa berstruktur,
suatu pertanyaan atau pernyataan umum diikuti dengan pertanyaan atau
pernyataan yang lebih khusus atau lebih terurai, sehingga jawaban atau
penjelasan dari responden menjadi lebih dibatasi dan diarahkan. Untuk
tujuan-tujuan tertentu sub pertanyaan atau pernyataan-pernyataan tersebut
bisa sangat berstruktur, sehingga jawabannya menjadi singkat-singkat atau
pendek-pendek, bahkan membentuk instrumen berbentuk ceklist
Dalam persiapan wawancara selain penyusunan pedoman, yang sangat
penting adalah membina hubungan baik (rapport) dengan responden.
Keterbukaan responden unutk memberikan jawaban atau respon secara
objektif sangat ditentukan oleh hubungan baik yang tercipta antara
pewawancara dengan responden. Sebelum memulai berwawancara,
pewawancara harus membina persahabatan, keakraban dengan responden,

11
menumbuhkan apresiasi dan kepercayaan responden kepada pewawancara.
Selama berlangsungnya wawancara, hal-hal di atas harus terus dipelihara.
Rusaknya kepercayaan dan hubungan baik dengan responden dapat
mengakibatkan kegagalan wawancara. Kegagalan wawancara dalam arti
pewawancara tidak mendapatkan data seperti yang diharapkan, baik
objektivitas maupun kelengkapannya.
c. Kelebihan dan Kelemahan Wawancara
Kelebihan wawancara antara lain:
1. Pewancara sebagai evaluator (dalam hal ini guru, dosen dan lain-lain)
dapat berkomunikasi secara langsung, dengan peserta didik, sehingga
informasi yang diperoleh dapat diketahui objektivitasnya, juga dapat
diperoleh hasil penilaian yang lebih lengkap dan mendalam
2. Pelaksanaan wawancara lebih fleksibel, dinamis, dan personal
3. Data dapat diperoleh baik dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif
4. Dapat memperbaiki proses dan hasil belajar
Sedangkan kelemahan dari wawancara antara lain:
1. Jika jumlah peserta didik cukup banyak, maka proses wawancara banyak
menggunakan waktu, tenaga, dan biaya
2. Adakalanya wawancara terjadi berlarut-larut tanpa arah, sehingga data
kurang dapat memenuhi apa yang diharapkan
3. Sering timbul sikap kurang baik dari peserta didik yang diwancarai dan
sikap overaction dari guru sebagai pewawancara, karena itu perlu adanya
adaptasi diri antara pewancara dengan orang yang diwawancarai
d. Langkah-langkah penyusunan wawancara :
1. Perumusan tujuan
2. Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
3. Penyusunan kisi-kisi
4. Penyusunan pedoman wawancara
5. Lembaran penilaian
e. Contoh Pedoman Wawancara

12
Tujuan : memperoleh informasi mengenai cara belajar yang dilakukan
oleh siswa di rumahnya.
Bentuk : wawancara bebas
Responden : Siswa yang memperoleh prestasi belajar cukup tinggi
Nama siswa : ......................................................................................................
Kelas/semester : ......................................................................................................
Jenis kelamin : ......................................................................................................

Komentar dan
Pertanyaan Guru Jawaban Siswa kesimpulan hasil
wawancara
1. Kapan dan berapa lama Anda
belajar di rumah?
2. Bagaimana cara Anda
mempersiapkan diri untuk belajar
secara efektif?
3. Kegiatan apa yang Anda lakukan
pada waktu mempelajari bahan
pengajaran (bidang studi tertentu)
4. Seandainya Anda mengalami
kesulitan dalam mempelajarinya,
usaha apa yang Anda lakukan
untuk mengatasi kesulitan tersebut?
5. Bagaimana cara yang Anda
lakukan untuk mengetahui tingkat
penguasaan belajar yang telah
Anda capai?
6. dst.

..............................
Pewawancara,

.................................

2.2.3 Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut bisa berkenaan dengan cara guru
mengajar, siswa belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan,

13
dan sebagainya. Observasi dapat dilakukan secara partisipatif atau nonpartisipatif.
Dalam observasi partisipatif, pengamat ikut serta dalam kegiatan yaang sedang
berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Dalam
observasi non partisipatif, pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya
berperan mengamati kegiatan.
a. Jenis-jenis Observasi
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1. Observasi partisipatif (participant observation) dan non-partisipatif (non-
participant observation). Observasi partisipatif adalah observasi dimana
orang yang mengobservasi/pengamat (observer) ikut ambil bagian dalam
kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi
non-partisipatif, observer tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang
dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah
sebagai penonton belaka.
2. Observasi sistematis dan observasi non-sitematis. Observasi sistematis
adalah pengamatan yang terlebih dahulu direncanakan segala sesuatunya
dengan teliti (observer sudah mengatur struktur yang berisi kategori atau
kriteria, dan masalah yang akan diamati) sampai bagaimana pengguna hasil
pengamatan. Sedangkan observasi non-sistematis yaitu apabila dalam
pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati (pengamatan
yang tidak direncanakan dengan baik).
Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak
menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah
membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan,
kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian
ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam
bunga.
3. Observasi Experimental dan observasi non-experimental. Observasi
eksperimental adalah pengamatan yang terlibih dahulu dibuat sisi dengan
sengaja diciptakan (situasi buatan) untuk memmenuhi kebutuhan penilaian
(observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi sistematis).

14
Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai
akibat dari situasi yang sengaja diadakan. Sedangkan observasi non-
eksperimental adalah observasi yang dilakukan dalam situasi yang wajar.
Pada observasi eksperimental, tingkah laku diharapkan muncul karena
peserta didik dikenai perlakuan, maka observer perlu persiapan yang benar-
benar matang, sedangkan pada observasi noneksperimental pelaksanaannya
lebih sederhana.
b. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Observasi
Seperti halnya dalam wawancara, sebelum melakukan pengamatan
sebaiknya peneliti atau pengamat menyiapkan pedoman observasi. Dalam
penelitian kualitatif, pedoman observasi ini hanya berupa garis-garis besar
atau butir-butir umum kegiatan yang akan diobservasi. Rincian dari aspek-
aspek yang diobservasi dikembangkan di lapangan dalam proses pelaksanaan
observasi. Dalam penelitian kuantitatif, pedoman observasi dibuat lebih rinci,
bahkan untuk penelitian-penelitian tertentu dapat berbentuk ceklis. Terkait
dengan hal itu, minimal ada dua macam bentuk atau format pedoman
observasi untuk penelitian kuantitatif. Pertama, berisi butir-butir pokok
kegiatan yang akan diobservasi. Dalam pelaksanaan pencatatan observasi,
pengamat membuat deskripsi singkat berkenaan dengan perilaku yang
diamati. Kedua, berisi butir-butir kegiatan yang mungkin diperlihatkan oleh
individu-individu yang diamati. Dalam pencatatan observasi pengamat hanya
tinggal membubuhkan tanda cek terhadap perilaku atau kegiatan yang
diperlihatkan oleh individu-individu yang diamati. Pedoman observasi dapat
juga disusun dalam bentuk skala. Untuk tiap butir kegiatan atau perilaku yang
diamati telah disiapkan rentang skala. Skala ini dapat berbentuk skala
deskriptif seperti: baik sekali-baik-cukup-kurang-kurang sekali atau sering
sekali-sering-kadang-kadang-jarang-jarang sekali.
c. Kelebihan dan Kelemahan Observasi
Kelebihan Observasi, antara lain:
1. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.

15
2. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan
terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting.
3. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang
diperoleh dari tehnik lain, misalnya wawancara atau angket.
4. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan
objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan
tidak langsung memegang peran.
Kelemahan Observasi, antara lain:
1. Observer tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang
sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja
merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan
observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan
gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia.
Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
2. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang
diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar
observer merasa senang.
3. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat
dikontrol sebelumya.
d. Langkah-langkah Menyusun Observasi
1. Merumuskan tujuan
2. Merumuskan kegiatan
3. Menyusun langkah-langkah
4. Menyusun kisi-kisi
5. Menyusun panduan observasi
6. Menyusun alat penilaian
e. Contoh Pedoman Observasi
PEDOMAN OBSERVASI
Topik diskusi :...................................................................................
Kelas/semester :...................................................................................
Bidang studi :...................................................................................
Nama siswa yang diamati :...................................................................................

16
Hasil Pengamatan
Aspek yang diamati Keterangan
Tinggi Sedang Kurang

1. Memberikan pendapat untuk


pemecahan masalah.

2. Memberikan tanggapan terhadap


pendapat orang lain.

3. Mengerjakan tugas yang


diberikan.

4. Motivasi dalam mengerjakan


tugas-tugas.

5. Toleransi dan mau menerima


pendapat siswa lain

6. Tanggung jawab sebagai anggota


kelompok
2.2.4 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen dihimpun dipilih sesuai dengan
tujuan dan fokus masalah. Kalau fokus penelitiannya berkenaan dengan kebijakan
pendidikan, dan tujuannya mengkaji kebijakan-kebijakan pendidikan untuk
pengembangan karakter bangsa, maka yang dicari adalah dokumen-dokumen
undang-undang, Kepres, PP, Kepmen, Kurikulum, pedoman-pedoman yang
berkenaan dengan kebijakan pengembangan karakter bangsa.
a. Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Menyusun Dokumentasi
Dokumen-dokumen tersebut diurutkan sesuai dengan sejarah kelahiran,
kekuatan dan kesesuaian isinya dengan tujuan pengkajian. Isinya dianalisis
(diurai), dibandingkan, dan dipadukan (sintesis) membentuk satu hasil kajian
yang sistematis, padu dan utuh. Jadi studi dokumenter tidak sekadar
mengumpulkan dan menuliskan atau melaporkan dalam bentuk kutipan-
kutipan tentang sejumlah dokumen. Yang dilaporkan dalam penelitian adalah
hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut, bukan dokumen-dokumen

17
mentah (dilaporkan tanpa analisis). Untuk bagian-bagian tertentu yang
dipandang kunci dapat disajikan dalam bentuk kutipan utuh, tetapi yang
lainnya disajikan pokok-pokoknya dalam rangkaian uraian hasil analisis kritis
dari peneliti.
b. Kelebihan dan Kekurangan Dokumentasi
Metode dokumentasi sebagai metode pengumpulan data yang mempunyai
beberapa kelebihan, yaitu:
1. Metode ini dapat memberikan gambaran berbagai informasi tentang siswa
pada waktu yang sudah lampau (direkam atau didokumentasikan).
2. Berbagai informasi tentang siswa tersebut merupakan bahan kajian yang
dapat menghubungkan keadaan siswa dengan masa lainya, apakah
keadaan sekarang disebabkan oleh hal yang sudah lalu atau tidak.
3. Metode ini dapat merekam berbagai jenis data tentang siswa: identitas
siswa, identitas orang tua, keadaan dan latar belakang keluarga,
lingkungan sosial, data psikis, prestasi belajar, data pendidikan dan data
kesehatan jasmani, dan sebagainya.
Selain memiliki kelebihan, metode dokumentasi juga mempunyai kelemahan –
kelemahan, yaitu:
1. Pencatatan dalam dokumen perlu disikapi dengan kritis, apakah pencatatan
yang dilakukan terhadap siswa valid atau tidak valid.
2. Jika ada pencatatan yang tidak lengkap karena sesuatu hal, disengaja atau
tidak disengaja, penggunaan dokumen dapat menyesatkan dalam
memahami siswa.
c. Langkah-langkah Menyusun Dokumentasi
1. Memilih dokumen yang akan dijadika bahan dokumentasi.
2. Mangkaji, melengkapi, dan mempelajari isi dokumen.
3. Membuat ringkasan abstrak atau terjemahan.
4. Menetapkan dokumen yang sudah selesai menjadi bahan dokumentasi
5. Menggolongkan dalam klasifikasi tertentu.
6. Menyebarluaskan dan menggunakan sesuai dengan kebutuhan

18
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang


berbentuk tes untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen nontes untuk
mengukur sikap. Instrumen yang berupa tes jawabannya adalah salah atau benar,
sedangkan instrumen sikap atau nontes jawabannya tidak ada yang salah atau
benar tetapi bersifat positif dan negatif. Instrumen non tes dapat dikategorikan
menjadi angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi.
3.2 Saran

Saran penulis untuk pembaca adalah:


1. Pembaca diharapkan membaca banyak buku atau sumber-sumber lain yang
dapat memberi informasi yang kurang dalam makalah ini.
2. Diharapkan saran dan kritik ke arah positif terhadap kekurangan atau
kesalahan yang terdapat dalam makalah ini demi perbaikan ke depannya.
3. Setelah membaca makalah ini, pembaca sebaiknya menanyakan hal-hal yang
belum dipahami kepada penulis atau dosen pembimbing.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.


Djaali & Pudji M. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grasindo.
Hamzah, Ali. 2013. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta. Rajawali Pers.
Mardapi, Djemari. 2012.Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan.
Yogyakarta. Nuha Litera.
Sonasih, Dewi N.W. dkk. 1999. Tehnik dan Alat Evaluasi Pendidikan Non Tes.
Bogor: Universitas Ibnu Khlodun.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan ke-
17. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana S. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke-4.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
https://www.academia.edu/8822621/ANGKET_MOTIVASI_SISWA_TERHAD
AP_PELAJARAN_MATEMATIKA
http://dian-dheniz.blogspot.com/2012/03/dokumen-dan-dokumentasi.html

20
21

Anda mungkin juga menyukai