yang sejenis; (2) query berfungsi sebagai ba- produk adalah model desain pembelajaran
hasa untuk memanipulasi terhadap database; untuk menghasilkan suatu produk, biasanya
(3) form berfungsi memasukkan dan meng- media pembelajaran (Afandi & Badarudin,
ubah data atau informasi yang ada dalam 2011, p. 22). Menurut Hanafin dan Peck
suatu database dengan menggunakan tampilan (Tegeh, Jampel, & Pudjawan, 2014, p. 1)
formulir; (4) report berfungsi untuk menam- model desain pembelajaran terdiri dari tiga
pilkan, mencetak data atau informasi. fase yaitu Need Assesment, Design and Devel-
Sekolah Menengah Kejuruan yang opment and Implementation.
notabenenya menyiapkan tenaga kerja yang Fase pertama dari model Hannafin dan
siap kerja diharapkan dalam proses pembel- Peck adalah analisis kebutuhan. Fase ini di-
ajaran mampu membekali siswanya dalam perlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan-
kompetensi keahlian yang dipelajari dan di- kebutuhan dalam mengembangkan suatu
sesuaikan pada masalah dunia kerja. Kom- media pembelajaran termasuklah di dalamnya
petensi keahlian administrasi perkantoran tujuan dan objektif media pembelajaran yang
memiliki mata pelajaran kearsipan pada Kuri- dibuat, pengetahuan dan kemahiran yang
kulum 2013, yang dalamnya terdapat materi diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan
dalam penyimpanan arsip secara digital. Akan dan keperluan media pembelajaran.
tetapi masih minimnya aplikasi penyimpanan Fase yang kedua dari model Hannafin
arsip sehingga perlu adanya pengembangan dan Peck adalah fase desain. Di dalam fase ini
inovasi media pembelajaran sangat dibutuh- informasi dari fase analisis dipindahkan ke
kan terutama dalam hal otomatisasi kearsipan. dalam bentuk dokumen yang akan menjadi
Berdasarkan permasalahan tersebut, untuk itu tujuan pembuatan media pembelajaran.
penulis menawarkan sebuah inovasi media Fase ketiga dari model Hannafin dan
pembelajaran kearsipan digital. Peck adalah fase pengembangan dan imple-
Berdasarkan latar belakang tertib tujuan mentasi. Hannafin dan Peck, mengatakan akti-
yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah vitas yang dilakukan pada fase ini ialah peng-
mengembangkan media pembelajaran kearsip- hasilan diagram alur, serta penilaian formatif
an digital dalam meningkatkan hasil belajar dan penilaian sumatif.
siswa SMK Negeri 3 Surakarta.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam pene-
litian ini adalah metode Research and Devel-
opment, menurut Borg & Gall (2007, p. 589)
mengatakan bahwa Research and Develop-
ment is an industry based development, which
the findings of research are used to design
new product and procedures, which then are
systematically field tested, evaluated and
refined until they meet specified creteria of
effectiveness, quality, or similar standards.
Gambar 1. Model Pengembangan
United Nation conference On Trade and De-
Hannafin & Peck (1988)
velopment (UNCTAD) (UNCTAD, 2005, p. 1)
menjelaskan penelitian dan pengembangan
Teknik pengumpulan data mengguna-
(Research and Development) terdiri dari em-
kan hasil wawancara, observasi lapangan,
pat jenis kegiatan, yaitu: penelitian dasar,
angket, dan tes hasil belajar.
penelitian terapan, pengembangan produk,
dan proses pengembangan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Model pengembangan yang menjadi
acuan dalam penelitian ini adalah desain Pengembangan media pembelajaran ke-
pengembangan Hannafin & Peck (1988). arsipan digital yang telah dilaksanakan olehe
Model Hanafin dan Peck merupakan salah peneliti menggunakan acuan model pengem-
satu dari banyak model desain pembelajaran bangan produk Hannafin and Peck. Langkah-
yang berorietasi produk. Model berorientasi langkah pengembangan media pembelajaran
kearsipan digital ini terdiri dari tiga fase yaitu ajaran digital siswa dapat menguasai materi
fase analisis kebutuhan, fase desain, fase dengan baik dan dapat memiliki motivasi le-
pengembangan dan implementasi. bih dalam belajar sehingga hasil belajar dapat
meningkat.
Fase Analisis Kebutuhan
Fase Desain
Pengembangan media pembelajaran
kearsipan digital diawali dengan analisis Pada tahap fase desain didasarkan pada
kebutuhan yang merupakan langkah pertama hasil observasi dalam kegiatan analisis kebu-
dalam melakukan pengembangan terhadap tuhan yang merupakan langkah awal persiap-
suatu media atau produk. Tahap analisis an memproduksi sebuah media pembelajaran.
kebutuhan juga merupakan dasar dalam mem- Peneliti membuat storyboard yang merupakan
buat suatu media. Tujuan dari dilakukannya rancangan secara umum. Desain dan story-
analisis kebutuhan adalah untuk mendapatkan board yang telah dibuat akan dikonsultasikan
data pendukung pengembangan media yang kepada ahli materi dan media. Revisi dan
dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pengguna perbaikan akan dilakukan jika desain tersebut
media. Uji coba penelitian dan pengembangan belum sesuai. Jika desain telah dinilai baik,
dilaksanakan di SMK Negeri 3 Surakarta. proses pengembangan media tersebut mening-
Dengan menggunakan kelas X AP 1 dan X kat ke tahap selanjutnya, yaitu tahap devel-
AP 2. Pada fase analisis kebutuhan berdasar- opment (pembuatan produk). Pembuatan pro-
kan hasil observasi yang dilakukan dapat duk tersebut berpedoman pada desain dan
disimpulkan bahwa guru mengalami kesulitan storyboard yang telah dibuat. Struktur dalam
dalam menyampaikan materi pelajaran. Mata media pembelajaran kearsipan digital disaji-
pelajaran tersebut adalah mengidentifikasikan kan pada Gambar 2.
organisasi dan masalah pokok kearsipan serta
kedudukan kearsipan dalam organisasi. Guru Fase Pengembangan dan Implementasi
juga mengalami kesulitan dalam membuat Pada fase ini dilakukan kegiatan pro-
media pembelajaran sehingga dalam mem- duksi dalam membuat media pembelajaran
berikan contoh visual kepada siswa masih kearsipan digital Media pembelajaran tersebut
kurang maksimal. Oleh karena itu perlu ada- dibuat dengan dibantu software Microsoft
nya pengembangan media pembelajaran yang Office 2010. Microsoft Office Access adalah
disesuaikan dengan materi pembelajaran di salah satu program pengolahan berbasis data
SMK Negeri 3 Surakarta Bidang Keahlian relasional (sekumpulan informasi yang saling
Administrasi Perkantoran. Hal ini didukung berhubungan dan memiliki tujuan tertentu),
dengan sarana dan prasarana yang memadai yang canggih dengan kemudahan penggunaan
seperti LCD Proyektor, laptop atau komputer yang ada seperti pengaturan data, pembuatan
yang dapat digunakan dengan mudah oleh form, pembuatan laporan, serta dukungan
siswa. Media ini bisa digunakan untuk media penuh untuk mengolah berbagai jenis basis
pembelajaran secara mandiri oleh siswa, diha- data dengan pengoperasian dalam Open
rapkan dengan pengembangan media pembel-
Pembahasan
Media pembelajaran kearsipan digital
dimulai dengan tahap analisis kebutuhan.
Model pengembangan yang digunakan adalah
Gambar 10. Tampilan Menu model pengembangan produk pembelajaran
Pengembalian Arsip Hannafin and Peck dalam Tegeh, Jampel dan
Pudjawan (2014, p. 1) yang terdiri dari Fase
Media pembelajaran kearsipan digital Analisis Kebutuhan, Fase Desain, Fase Pe-
merupakan salah satu perangkat pembelajaran ngembangan dan Implementasi. Pada tahap
praktik yang menekankan pada pemahaman pertama adalah analisis yang terdiri dari dua
siswa pada proses penanganan arsip sebagai tahap yaitu studi pustaka dan analisis kebutuh-
upaya menciptakan media pembelajaran yang an.
menyenangkan. Media pembelajaran ini dicip- Pada tahap pertama peneliti melakukan
takan atau dibuat dengan program Microsoft analisis mengenai permasalahan untuk me-
Office Acces 2013. Microsoft Office Access ngembangkan media pembelajaran kearsipan
(Ms. Access) adalah sistem pengolahan data- digital, yaitu dengan melakukan observasi dan
base yang bersifat RDBMS (Relational Data- wawancara dengan guru mata pelajaran ke-
base Management System). Database pada arsipan. Setelah menemukan permasalahan-
Microsoft Acces adalah sekumpulan objek permasalahan yang ditemukan di lapangan
yang terdiri dari table, query, form, report. maka selanjutnya adalah merumuskan tujuan
Pascaproduksi Media Pembelajaran Ke- dari pengembangan media pembelajaran ke-
arsipan Digital arsipan digital. Berdasarkan hasil hasil dari
studi lapangan dan tahap analisis di ketahui
Tahap ini merupakan tahap yang me- permasalahan bahwa guru mengalami kesulit-
nyatakan bahwa media pembelajaran kearsip- an ketika menyampaikan materi pada mata
an digital telah selesai, selanjutnya untuk pelajaran kearsipan. Guru juga kesulitan
dikonsultasikan dengan ahli materi dan ahli membuat media pembelajaran sehingga ke-
media beserta dengan penilaian dan masukan- sulitan dalam memberikan contoh visual ke-
masukan yang diberikan. Hal ini dilakukan pada siswa. Selain itu guru di dalam kelas
untuk mengetahui kelebihan dan kekurang menerangkan materi, sehingga pelajaran tidak
dari konsep dasar yang sudah dibuat tersebut. dapat diterima dengan baik.
Konsultasi kepada ahli media dan ahli materi Pada tahap kedua dalah menentukan
dilakukan sesuai dengan revisi atau masukan. cakupan isi basis data, yaitu pengembangan
materi dalam media pembelajaran kearsipan
digital berdasarkan analisis kebutuhan materi. baik), dan praktisi memperoleh aspek rata-rata
Setelah tahap penentuan cakupan isi basis data sebesar 4,7 (sangat baik).
maka selanjutnya adalah tahap desain. Pada Berdasarkan uji t-test (Independent
tahap ini dibuat kerangka struktur program Samples Test) pretest kelas eksperimen dan
dan storyboard. Pembuatan struktur program kelas kontrol diketahui bahwa nilai signifi-
dan storyboard bertujuan agar produk yang kansi uji-t adalah 0,296. Nilai signifikansi
akan dibuat dapat terdesain, baik itu untuk tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti
tampilan produk serta isi dari media pem- bahwa H0 tidak ditolak serta nilai t-hitung
belajaran kearsipan digital. Tahap selanjutnya adalah sebesar 1,053 < ttabel yaitu sebesar 2,00.
adalah prototyping, yaitu pembuatan produk Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan
dalam skala kecil sebagai produk awal. yang signifikansi rata-rata hasil belajar siswa
Selama uji coba dikumpulkan keku- antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
rangan-kekurangan yang masih perlu diper- pada saat pretest, selanjutnya baik kelas ek-
baiki dan keinginan-keinginan pengguna yang sperimen dan kelas kontrol diberikan suatu
belum terpenuhi. Setelah produk awal telah perlakuan, dimana kelas eksperimen diberikan
dibuat, maka tahap selanjutnya adalah peng- perlakuan dengan menggunakan media pem-
ujian atau testing produk. Penilaian produk belajaran kearsipan digital dan kelas kontrol
dilakukan dengan dua tahap yaitu alpha test tidak diberikan media pembelajaran kearsipan
dan beta test. Alpha test berupa validasi yang digital, tetapi belajar menggunakan buku
dilakukan oleh ahli media dan ahli materi. paket yang tersedia disekolah. Artinya kelas
Sedangkan beta test merupakan penilaian eksperimen diberikan perlakuan berupa media
yang dilakukan oleh pengguna yaitu peserta pembelajaran yang telah dikembangkan dan
didik kelas X Bidang Keahlian Administrasi kelas kontrol tidak diberikan perlakuan
Perkantoran SMK Negeri 3 Surakarta. dengan menggunakan media pembelajaran.
Tahap ketiga yaitu tahap pengem- Media pembelajaran kearsipan digital
bangan dan implementasi diawali dengan diimplementasikan pada kelas yang disebut
validasi produk oleh ahli materi dan ahli kelas eksperimen, yaitu kelas yang mengguna-
media, setelah itu dilanjutkan dengan uji small kan media pembelajaran digital berbasis
group evaluation. Menurut (Daryanto, 2010, Microsoft Access dalam pembelajaran. Se-
p. 22) validasi merupakan proses untuk meng- dangkan sebagai pembanding atau disebut
uji kesesuaian mededia dengan kompetensi juga kelas kontrol adalah kelas yang tidak
yang menjadi target belajar. Tahap imple- menggunakan media pembelajaran digital
mentasi merupakan tahap field test dimana berbasis Microsoft Access dalam pembelajar-
terdapat dua kelompok kelas (eksperimen dan an (hanya menggunakan buku teks). Analisis
kontrol). Kelompok eksperimen adalah ke- yang dilakukan pada tahap ini adalah analisis
lompok siswa yang menggunakan media pem- butir soal. Langkah ini dilakukan untuk me-
belajaran digital, sedangkan kelompok kontrol ngetahui kualitas butir soal yang akan diguna-
adalah siswa yang menggunakan bahan ajar kan pada tes prestasi. Analisis dilakukan
buku teks. Uji keefektifan produk dilakukan dengan menggunakan Ms. Excel dan IBM
untuk mendapatkan produk yang layak dan SPSS 20.
berkualitas dari segi isi materi dan media itu Hasil posttest diperoleh nilai mean atau
sendiri. Setelah produk dinyatakan layak, nilai rata-rata posttest kelas eksperimen
maka media pembelajaran ini dapat digunakan adalah 80,59 dan nilai mean atau nilai rata-
dalam mata pelajaran kearsipan. Analisis ke- rata posttest kelas kontrol adalah 77,97.
layakan produk diperoleh dari data hasil peng- Berdasarkan hasil penilaian tersebut diketahui
isisan angket/lembar evaluasi dari ahli materi, bahwa nilai yang diperoleh kelas eksperimen
ahli media, dan angket uji coba produk pada lebih tinggi dari kelas kontrol. Hasil nilai ke-
siswa, sedangkan keefektifan produk diper- las eksperimen sebelum menggunakan media
oleh dari hasil tes prestasi siswa. pembelajaran kearsipan digital diperoleh rata-
Berdasarkan kriteria kelayakan media rata 69,26 dan setelah dilakukan perlakuan
pembelajaran kearsipan digital hasil penilaian menggunakan media pembelajaran kearsipan
dari ahli media memperoleh aspek rata-rata digital nilai rata-rata posttest meningkat men-
sebesar 4,4 (sangat baik), ahli materi mem- jadi 80,59. Hasil kenaikan rata-rata nilai hasil
peroleh aspek rata-rata sebesar 4,5 (sangat belajar mata pelajaran kearsipan sebelum
(pretest) dan sesudah (posttest) menggunakan kearsipan digital menunjukkan bahwa media
media pembelajaran kearsipan digital menun- pembelajaran kearsipan digital efektif dalam
jukkan bahwa media pembelajaran kearsipan meningkatkan hasil belajar siswa.
digital efektif meningkatkan hasil belajar Penggunaan media pembelajaran ke-
siswa. Hal ini didukung oleh penelitian yang arsipan digital efektif meningkatkan hasil
dilakukan oleh (Hariyati, 2014, p. 14) menya- belajar siswa didukung oleh perhitungan
takan bahwa berdasarkan uji-t dihasilkan Jadi, statistik dan di dapat nilai signifikansi = 0,002
H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada < 0,005 pada saat uji efektifitas antara kelas
pengaruh yang signifikan antara penggunaan eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan
media pembelajaran terhadap hasil belajar perbedaan yang signifikansi, bahwa nilai rata-
siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu di rata kelas eksperimen adalah 80,59 dan kelas
SMP 12 Palu, dapat dilihat dengan koefisien kontrol 77,97. Berdasarkan nilai rata-rata hasil
korelasi sebesar 0,797 sehingga dikategorikan belajar posttest (setelah diberi perlakuan)
kuat. Selanjutnya hasil penelitian yang di- maka dapat disimpulkan bahwa nilai kelas
lakukan oleh Chou, Chang, & Lu (2015, p. eksperimen lebih baik dibandingkan dengan
81) mengatakan bahwa “manfaat media dalam nilai kelas kontrol.
proses belajar adalah bahan pengajaran akan
lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih DAFTAR PUSTAKA
dipahami oleh siswa dan memungkinkan
siswa untuk menguasai tujuan pembelajaran Afandi, M., & Badarudin. (2011).
lebih baik. Perencanaan pembelajaran. Bandung:
Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita Alfabeta.
ketahui bahwa penggunaan media pembel- Akyuz, S., & Yavuz, F. (2015). Digital
ajaran merupakan faktor yang sangat penting learning in EFL classrooms. Procedia -
untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam Social and Behavioral Sciences, 197,
proses pembelajaran, karena media pembel- 766–769.
ajaran merupakan salah satu sarana yang https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/
sangat mendukung dalam pengembangan ilmu j.sbspro.2015.07.176
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang,
terutama dalam proses pembelajaran di seko- All, A., Nuñez Castellar, E. P., & Van Looy,
lah. Sehingga pihak sekolah hendaknya mem- J. (2016). Assessing the effectiveness of
perhatikan dan menyediakan media pendidik- digital game-based learning: Best
an secara lengkap agar proses pembelajaran di practices. Computers & Education, 92–
kelas dapat berjalan dengan efektif, karena 93, 90–103.
siswa lebih termotivasi untuk belajar jika https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/
pelajaran dijelaskan dengan disertai praktek j.compedu.2015.10.007
secara langsung. Selain itu, pelajaran juga Borg, W. R., & Gall, M. D. (2007). Education
lebih mudah dipahami sehingga pada saat research: an introduction. New York:
ulangan harian dan ujian semester siswa dapat Longman.
menjawab soal-soal ujian.
Chou, P.-N., Chang, C.-C., & Lu, P.-F.
(2015). Prezi versus PowerPoint: The
SIMPULAN effects of varied digital presentation
Media pembelajaran kearsipan digital tools on students’ learning performance.
efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Ke- Computers & Education, 91, 73–82.
efektifan media pembelajaran didasarkan pada https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/
hasil pretest (sebelum menggunakan media j.compedu.2015.10.020
pembelajaran kearsipan digital) diperoleh Cincinelli, A., Martellini, T., Amore, A., Dei,
rata-rata nilai 69,26 dan posttest (sesudah L., Marrazza, G., Carretti, E., … Leva,
menggunakan media pembelajaran kearsipan P. (2016). Measurement of volatile
digital) diperoleh rata-rata 80,59 pada saat uji organic compounds (VOCs) in libraries
coba lapangan. Kenaikan rata-rata nilai hasil and archives in Florence (Italy). Science
belajar pretest (sebelum) dan posttest (se- of The Total Environment, 572, 333–
sudah) menggunakan media pembelajaran 339.