OLEH
NAMA : FAHMI
STAMBUK : A20219028
KELAS :C
Halaman
HALAMAN JUDUL i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Intrument Tes 3
2.2 Intrument Non Tes 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1|ASSESMENT PEMBELAJARAN
ternyata cara menggunakan jangka saja mereka tidak bisa. Jadi dengan
menggunakan nontes guru bisa menilai siswa secara komprehensif, bukan hanya
dari aspek kognitif saja, tapi juga afektif dan psikomotornya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas,
maka diperlukan suatu langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan
baik tes uraian maupun nontes. Hal ini juga dapat digunakan untuk memperoleh
tes yang valid, sehingga hasil ukurnya dapat mencerminkan secara tepat hasil
belajar atau prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing individu peserta tes
setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka penulisan makalah ini
memiliki tujuan sebagai berikut:
2|ASSESMENT PEMBELAJARAN
BAB II
PEMBAHASAN
3|ASSESMENT PEMBELAJARAN
Tes benar salah
Tes benar salah adalah tes yang memuat pernyataan benar atau salah.
Peserta bertugas menandai masing-masing pernyataan itu dengan
melingkari huruf “B” jika pernyataan benar, dan “S” jika pernyataan
salah.
Bentuk tes benar salah saat ini jarang digunakan guru fisika. Padahal
melalui tes benar salah ini banyak domain belajar fisika yang bisa di gali,
misal: pemahaman konsep, kemampuan bernalar, analisis dan lain-lain.
Dua butir pertanyaan benar salah di atas dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman konsep siswa tentang segitiga dan lingkaran.
Tes pilihan ganda
Tes pilihan ganda adalah tes yang memuat serangkaian informasi yang
belum lengkap, dan untuk melengkapinya dilakukan dengan memilih
berbagai alternatif pilihan yang disediakan. Ada empat variasi tes pilihan
ganda, yaitu: tes pilihan ganda biasa, asosiasi, hubungan antar hal, dan
menjodohkan.
o Tes pilihan ganda, adalah soal yang disertai beberapa alternatif
jawaban dimana hanya tersedia 1 pilihan benar, dan siswa tugasnya
adalah memilih mana dari alternatif-alternatif tersebut yang benar.
o Tes asosiasi, merupakan modifikasi dari tes pilihan ganda biasa.
Bentuk asosiasi juga terdiri dari satu pernyataan dan beberapa
alternatif jawaban, hanya saja terdapat lebih dari satu jawaban yang
benar. Salah satu bentuknya adalah dengan mengikuti petunjuk
sebagai berikut: Petunjuk mengerjakan soal:
Pilihan a bila jawaban 1, 2, dan 3 benar
Pilihan b bila jawaban 1 dan 3 benar
Pilihan c bila jawaban 2 dan 4 benar
Pilihan d bila jawaban 4 saja yang benar
Saat ini bentuk tes ini jarang digunakan. Padahal bentuk tes ini tidak
kalah potensialitasnya dibanding tes pilihan ganda biasa. Dibanding
tes pilihan ganda biasa, tes bentuk ini lebih menuntut siswa bernalar,
4|ASSESMENT PEMBELAJARAN
melihat semua kemungkinan jawaban, dan juga melihat hubungan
antar bagian.
o Tes hubungan antar hal, adalah soal yang memuat pernyataan dan
alasan, denganpola memuat pernyataan dan memuat alasan. Petunjuk
pilihan:
(a) Jika pernyataan benar, alasan benar, dan ada hubungan sebab
akibat
(b) Jika pernyataan benar, alasan benar, dan tidak ada hubungan
sebab akibat
(c) Jika pernyataan benar, alasan salah
(d) Jika pernyataan salah, dan alasan salah
(e) Baik pernyataan maupun alasan salah
Tes ini jarang digunakan, padahal tes hubungan antar hal ini sangat
baik digunakan untuk mengukur banyak dimensi belajar fisika,
antara lain: kemampuan bernalar siswa, pemahaman konsep,
hubungan antar konsep, kemampuan berpikir matematis, dan lain-
lain.
o Tes menjodohkan, dalam bentuk tradisional item tes menjodohkan
terdiri dari dua kolom yang pararel. Tiap kata, bilangan, atau simbol
dijodohkan dengan kalimat, frase, atau kata dalam kolom yang lain.
Item pada kolom di mana penjodohan dicari disebut premis,
sedangkan kolom di mana pilihan dicari disebut respon. Tugas siswa
adalah memasangkan antara presmis dan respon berdasarkan aturan
yang ditentukan. Tes menjodohkan ini juga relatif jarang digunakan
dalam penilaian pembelajaran fisika. Padahal seperti halnya tes
hubungan antar hal, tes bentuk ini juga dapat digunakan untuk
mengukur banyak dimensi belajar fisika, antara lain: mengukur
kemampuan bernalar siswa, pemahaman konsep, hubungan antar
konsep, kemampuan berpikir matematis, dan lain-lain.
b. Tes esay
5|ASSESMENT PEMBELAJARAN
Tes esay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau perintah
yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang.
Tes ini dirancang untuk mengukur hasil belajar di mana unsur yang
diperlukan untuk menjawab soal dicari, diciptakan dan disusun sendiri siswa.
Siswa harus menyusun sendiri kata dan kalimat untuk menjawabannya.
Tujuan tes esay:
1. Merumuskan masalah
2. Mengorganisasi, mengintegrasikan dan menevaluasi gagasan dan
informasi.
3. Menerpakan pengetahuan dan keterampilan.
Tes esay diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk, yiatu: uraian bebas (non
objektif), uraian terstruktur (objektif), jawaban singkat, dan isian
(melengkapi).
1. Uraian non objektif
Bentuk uraian bebas memberikan kebebasan untuk memberikan opini
serta alasan yang diperlukan. Jawaban siswa tidak dibatasi oleh
persyaratan tertentu.
2. Uraian objektif
Bentuk uraian terstruktur atau uraian terbatas meminta siswa untuk
memberikan jawaban terhadap soal dengan persyaratan tertentu.
3. Jawaban singkat
Tes jawaban singkat merupakan tipe item tes yang dapat dijawab dengan
kata, frasa, bilangan, atau simbol. Tes jawaban singkat menggunakan
pertanyaan langsung, dan siswa diminta memberi jawaban singkat, tepat
dan jelas.
4. Bentuk melengkapi (isian)
Item tes melengkapi hampir sama dengan jawaban singkat, yaitu
merupakan tipe item tes yang dapat dijawab dengan kata, frasa, bilangan
atau simbol. Bedanya, item tes melengkapi merupakan pernyataan yang
tidak lengkap, dan siswa diminta untuk melengkapi pernyataan tersebut.
6|ASSESMENT PEMBELAJARAN
Tes esay perlu lebih dikembangkan penggunaanya dalam penilaian
pembelajaran fisika. Penggunaan tes esay selama ini agak kurang karena
lebih dominan digunakan tes objektif. Padahal tes esay ini sangat baik
untuk penilaian pembelajaran fisika karena memberi kesempatan pada
siswa untuk menyusun jawaban sesuaidengan jalan pikirannya sendiri.
Saat ini memang telah muncul kecenderungan kesadaran kembali
menggunakan tes uraian, karena kesadaran bahwa:
Menurunnya hasil belajar fisika disinyalir karena dominannya tes
objektif
Tes pilihan ganda tidak memberi kesempatan siswa
mengkomunikasikan ide dengan tulisan karena terbiasa hanya
memilih dari alternatif yang sudah ada.
Terlalu dominannya tes objektif dapat menyebabkan kurangnya daya
analisis dan kemampuan berpikir karena terbiasa tes objektif yang bisa
tebak jawaban
Kekuatan tes esay adalah dalam mengukur hasil belajar yang
kompleks dan melibatkan level kognitif yang tinggi.
Melalui tes esay guru dapat mencermati proses berpikir siswa
7|ASSESMENT PEMBELAJARAN
Langkah ini dimaksudkan agar dalam proses pengembangan instrumen tes
selalu mengacu pada kurikulum (SKKD) yang sedang digunakan.
Instrumen yang dikembangkan seharusnya sesuai dengan indikator
pencapaian suatu KD yang terdapat dalam Standar Isi (SI).
3. Penyusunan kisi-kisi tes
Untuk menjaga agar soal tes yang kita susun tidak menyimpang dari
bahan/materi serta aspek yang akan diungkapkan dalam test, maka harus
dibuat tabel kisi-kisi. Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi
soal-soal (meliputi SK-KD, materi, indikator, dan bentuk soal) yang akan
dibuat. Dalam kisi-kisi akan dicantumkan bahan pengajaran yang hendak
diukur, jenis kompetensi yang akan diukur, jumlah soal, bentuk soal, taraf
kesukaran maupun waktu yang cocok untuk melakukan ujian, dan
menentukan bentuk tes yang akan kita berikan.
Fungsi kisi-kisi: - Sebagai pedoman penulisan soal
- Sebagai pedoman perakitan soal
Syarak kisi-kisi: - Mewakili isi kurikulim
- Singkat dan Jelas
- Soal dapaat disusun sesuai dengan bentuk soal
Komponen Kisi-kisi :
- Identitas
- SK/KD/Indikator
- Materi Pembelajaran
- Indikator Soal: indikator soal sebagai pertanda atau indikasi pencapaian
kompetensi, indikator soal menggunakan kata kerja oprasional yang
dapat diukur
- Bentuk Tes
- Nomor Soal
4. Penulisan soal
Pada kegiatan menuliskan butir soal ini, setiap butir soal yang ditulis
harus berdasarkan pada indikator yang telah dituliskan pada kisi-kisi
8|ASSESMENT PEMBELAJARAN
dan dituangkan dalam spesifikasi butir soal. Bentuk butir soal
mengacu pada deskripsi umum dan deskripsi khusus yang sudah
dirancang dalam spesifikasi butir soal.
Kaidah Penulisan Soal Kompetensi
1. Berhubungan dengan kondisi pembelajaran di kelas atau di luar kelas
2. Berhubungan erat antara proses, materi, kompetensi dan pengalaman
belajar
3. Mengukur kompetensi peserta didik
4. Mengukur beberapa kemampuan yang diwujudkan dalam stimulus
soal
5. Mengukur kemampuan berpikir kritis
6. Mengandung pemecahan masalah
a. Soal Uraian
Soal Uraian adalah soal yang jawabannya menuntut peserta tes
untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya
dengan cara mengemukakan gagasan tsb dalam bentuk tulisan.
Kaidah Penulisan Soal Uraian
1. Soal sesuai dengan indikator
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai
3. Materi yang ditanyakan sesuai dengan tujuan pengukuran
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis pendidikan
atau tingkat kelas
5. Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian
6. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
7. Ada pedoman penskorannya
8. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan
jelas dan terbaca
9. Rumusan kalimat soal komunikatif
10. Butir soal menggunakan bahasa yang baku
9|ASSESMENT PEMBELAJARAN
11. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran
ganda atau salah pengertian
12. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
13. Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat
menyinggung perasaan peserta didik
10 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
7. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi
materi.
8. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama
9. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan
jawaban di atas salah/benar”.
10. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis
waktunya.
11. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada
soal harus jelas dan berfungsi.
12. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata
yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-
kadang.
13. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
14. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa.
15. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga
pernyataannya mudah dimengerti mahapeserta didik.
16. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal
akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
17. Pilihan jawaban jangan mengulang kata/frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada
pokok soal
11 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
sendiri. Setelah melakukan telaah ini kemudian dapat diketahui
apakah secara teoritis instrumen layak atau tidak.
7. Merevisi soal
Berdasarkan hasil analisis butir soal hasil ujicoba kemudian dilakukan
perbaikan. Berbagai bagian tes yang masih kurang memenuhi standar
kualitas yang diharapkan perlu diperbaiki sehingga diperoleh
perangkat tes yang lebih baik. Untuk soal yang sudah baik tidak perlu
lagi dibenahi, tetapi soal yang masuk kategori tidak bagus harus
dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas. Setelah tersusun
butir soal yang bagus, kemudian butir soal tersebut disusun kembali
untuk menjadi perangkat instrumen tes, sehingga instrumen tes siap
digunakan. Perangkat tes yang telah digunakan dapat dimasukkan ke
dalam bank soal sehingga suatu saat nanti bisa digunakan lagi.
a. Kriteria Kompetensi
1. Urgensi: KD/indikator/materi yang secara teoritis, mutlak harus dikuasai
oleh peserta didik.
12 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
2. Kontinuitas: KD/indikator/materi lanjutan yang merupakan pendalaman
materi sebelumnya.
3. Relevansi: yang diperlukan untuk mempelajari dalam bidang studi lain.
4. Keterpakaian: memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Indikator Soal
Indikator soal sebagai pertanda atau indikasi pencapaian kompetensi
Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur
Indikator mengacu pada materi pembelajaran sesuai kompetensi
13 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyataan
tentang ....
4. Meringkas
Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ....
Ringkaslah dengan tepat isi ....
5. Menyimpulkan
Susunlah beberapa kesimpulan yang bersasal dari data..
Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa
berikut ....
6. Berpendapat (inferring)
Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila ....
Apa reaksi A terhadap ....
7. Mengelompokkan
Kelompokkan hal berikut berdasarkan ....
Apakah hal berikut memiliki ....
8. Menciptakan
Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang...
Lengkapilah cerita... tentang apa yang akan terjadi bila..
9. Menerapkan
Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah ....
Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman ....
10. Analisis
Manakah penulisan yang salah pada paragraf ....
Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama ....
11. Sintesis
Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ....
Tuliskan sebuah laporan ....
12. Evaluasi
Apakah kelebihan dan kelemahan ....
Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah evaluasi tentang ....
14 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Mengukur Keterampilan Pemecahan Masalah
1. Mengidentifikasi masalah
Contoh indikator soal:
Disajikan deskripsi suatu situasi/masalah, peserta didik dapat
mengidentifikasi masalah yang nyata atau masalah apa yang harus
dipecahkan.
2. Merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan yang berisi sebuah masalah, peserta didik
dapat merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan.
3. Memahami kata dalam konteks
Contoh indikator soal:
Disajikan beberapa masalah yang konteks kata atau kelompok katanya
digarisbawahi, peserta didik dapat menjelaskan maknanya yang
berhubungan dengan masalah itu dengan kata-katanya sendiri.
4. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai
Contoh indikator soal:
Disajikan beberapa informasi yang relevan dan tidak relevan terhadap
masalah, peserta didik dapat mengidentifikasi semua informasi yang
tidak relevan.
5. Memilih masalah sendiri
Contoh indikator soal:
Disajikan beberapa masalah, peserta didik dapat memberikan alasan
satu masalah yang dipilih sendiri, dan menjelaskan cara
penyelesaiannya.
6. Mendeskripasikan berbagai strategi
Contoh indikatir soal:
Diasajikan sebuah pernyataan masalah, peserta didik dapt memecahkan
masalah ke dalam dua cara atau lebih, kemudian menunjukkan
solusinya ke dalam gambar, diagram, atau grafik.
15 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
7. Mengidentifikasi asumsi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, peserta didik dapat memberikan
solusinya berdasarkan pertimbangan asumsi untuk saat ini dan yang
akan datang.
8. Mendeskripsikan masalah
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, peserta didik dapat
menggambarkan sebuah diagram atau gambar yang menunjukkan
situasi masalah.
9. Memberi alasan masalah yang sulit
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah masalah yang sukar dipecahkan atau informasi
pentingnya dihilangkan, peserta didik dapat menjelaskan mengapa
masalah ini sulit dipecahkan atau melengkapi informasi penting yang
dihilangkan.
10. Memberi alasan solusi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih
kemungkinan solusinya, peserta didik dapat memilih satu solusi yang
paling tepat dan memberikan alasannya.
11. Memberi alasan strategi yang digunakan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih strategi
untuk menyelesaikan masalah, peserta didik dapat memilih satu strategi
yang tepat untuk menyelesaikan masalah itu dan memberikan
alasannya.
12. Memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah
Contoh indikator soal:
16 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Disajikan sebuah cerita, kartun, grafik atau tabel dan sebuah pernyataan
masalah, peserta didik dapat memecahkan masalah dan menjelaskan
prosedur yang dipergunakan untuk menyelesaikan masalah.
13. Membuat strategi lain
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dan satu strategi untuk
menyelesaikan masalahnya, peserta didik dapat menyelesaikan masalah
itu dengan menggunakan strategi lain.
14. Menggunakan analogi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dan strategi penyelesaiannya,
peserta didik dapat: (1) mendeskripsikan masalah lain (analog dengan
masalah ini) yang dapat diselesaikan dengan menggunakan strategi itu,
(2) memberikan alasannya.
15. Menyelesaikan secara terencana
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah situasi masalah yang kompleks, peserta didik dapat
menyelesaikan masalah secara terencana mulai dari input, proses,
output, dan outcomenya.
16. Mengevaluasi kualitas solusi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dan beberapa strategi untuk
menyelesaikan masalah, peserta didik dapat: (1) menjelaskan dengan
menerapkan strategi itu, (2) mengevaluasinya, (3) menentukan strategi
mana yang tepat, (4) memberi alasan mengapa strategi itu paling tepat
dibandingkan dengan strategi lainnya.
17. Mengevaluasi strategi sistematikanya
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, beberapa strategi pemecahan
masalahnya, dan prosedurnya, peserta didik dapat mengevaluasi strategi
pemecahannya berdasarkan prosedur yang disajikan.
17 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
5. Kelebihan dan Kelemahan Tes
a. Tes Essay
Kelebihan:
a) Menyusun soal sangat mudah
b) Testee bebas menjawab
c) Testee melatih mengemukakan gagasan
d) Lebih ekonomis
Kelemahan:
b. Tes Objektif
Kelebihan :
a) Menilai bahan pelajaran scopnya luas
b) Jawaban bebas terpimpin
c) Dinilai secara objektif
d) Pemeriksaan mudah dan cepat
Kelemahan :
18 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
2.2 INSTRUMEN NON TES
1. Pengertian dan Jenis-Jenis Instrumen Non Tes
Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran
terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama ini teknik
nontes kurang digunakan dibandingkan teknis tes. Dalam proses
pembelajaran pada umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes.
Hal ini dikarenakan lebih berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan
dalam pengambilan keputusan yang dilakukan guru pada saat menentukan
pencapaian hasil belajar siswa. Ada beberapa macam instrumen non tes yang
dapat digunakan dalam penilaian pembelajaran matematika, antara lain:
a. Angket (Quetioner)
Angket adalah alat penilaian berupa daftar pertanyaan/pernyataan
tertulis untuk menjaring informasi tentang sesuatu. Angket dapat
digunakan untuk memperoleh informasi kognitif maupun afektif. Angket
berfungsi sebagai alat pengumpul data. Data tersebut berupa keadaan atau
data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, pendapat mengenai suatu hal.
Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau bentuk sekala
sikap, misalnya skala likert yang biasanya digunakan untuk menilai
aspek-aspek psikologis yang diduga berpengaruh terhadap proses belajar
mengajar.
Data yang dihimpun melalui angket biasanya adalah data yang
berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam
mengikuti pelajaran, antara lain: cara belajar, fasilitas belajar yang
tersedia, bimbingan guru dan orang tua, sikap terhadap mata pelajaran
tertentu, dan pandangan siswa terhadap proses pembelajaran, serta sikap
siswa terhadap gurunya.
Angket sebagai alat penilaian nontes dapat dilaksanakan secara
langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara langsung
apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai
keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila angket
itu diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan
19 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
orang lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan
kepada temannya.
Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa
kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, angket dibagi menjadi
angket langsung dan angket tidak langsung. Angket langsung adalah
angket yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya.
Sedangkan angket tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh
orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila
yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka
dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila
ditinjau dari segi cara menjawab maka angket terbagi menjadi angket
tertutup dan angket terbuka. Angket tertututp adalah daftar pertanyaan
yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya
memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban yang ia anggap
sesuai. Sedangkan angket terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si
penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara
terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.
Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam,
yaitu angket berstuktur dan angket tidak berstuktur. Angket berstuktur
adalah angket yang bersifat tegas, jelas, dengan model pertanyan yang
terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula.
Sedangkan angket tidak berstruktur adalah angket yang membutuhkan
jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak
dituntut untuk memberi penjelasan- penjelasan, alasan-alasan terbuka.
Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat,
kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan angket antara lain:
Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang
banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama.
Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan.
20 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga
apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan
kembali.
Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua
anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak
diawasi secara mendetail.
Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan
semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket
yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik penilaian yang dilakukan dengan
jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to pace relition)
secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain
misalnya kepada orang tuannya atau kepada temannya.
Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi
oleh beberapa hal yaitu:
Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai,
Keterampilan pewawancara,
Pedoman wawancara.
Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat
penilaian , yaitu:
1. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal
dengan istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau
wawancara sistematis (Systematic Interview).
2. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering
dikenal dengan istilah wawancata sederhana (Simple Interview) atau
wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau
wawancara bebas.
21 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Wawancara sebagai alat penilaian non tes memiliki kelebihan dan
kelemahan.
Kelebihan wawancara antara lain :
1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadaan pribadi hal ini
tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek.
2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam
pelaksaannya
3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi.
4. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat
dibandingkan dengan observasi dan angket.
5. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si
pewawancara dengan objek.
Sedangkan kelemahan wawancara antara lain:
1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan,
kemampuan individu yang diwawancarai.
2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar
pelaksanaan wawancara.
3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna
dari pewawancara.
22 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
5. Ada baiknya apabila dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan
hasil wawancara.
c. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data tentang
hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan
individu dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok.
Tes sosiometri ada dua macam, yaitu: (1) tes yang mengharuskan
untuk memilih beberapa teman dalam kelompok sebagai pernyataan
kesukaan untuk melakukan kegiatan tertentu criteriumbersama-sama
dengan teman-teman yang dipilih; (2) tes yang mengharuskan
menyatakan kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap teman-teman
dalam kelompok pada umumnya.
Ada beberapa bentuk analisis sosiometri diantaranya:
1. Matrix sosiometri
Matrix adalah tatanan angka-angka atau lambang-lambang lain
dalam bentuk segi empat. Data yang diperoleh dari angket sosiometri
kemudian dirangkum dalam matrik sosiometri yaitu dalam suatu tabel
yang berisi nama pilihan. Nama pilihan tersebut yaitu yang sudah
dipilih oleh peserta. Bentuk hubungan nya seperti:
23 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
2. Sosiogram
Arti sosiogram sendiri yaitu bagan pilihan yang dibuat dalam
sekelompok, lebih banyak pada hal-hal yang praktis dari pada maksud
dan tujuan penelitian, atau karena analisisnya matematis dan sulit
sehingga membutuhkan ruang yang demikian banyak yang tidak
dimungkinkan.
3. Indeks sosiometri
24 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
1. Langkah-langkah kerja yang diharapakan agar dilakukan siswa untuk
menunjukkan kinerja suatu kompetensi.
2. Ketepatan dan kelengkapan aspek yang akan dinilai dalam suatu
kinerja.
3. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas.
4. Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak sehingga semua
dapat diamati.
5. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan
diamati.
Penilaian kinerja dapat dilakukan melalui: (1) penilaian tertulis
(paper and pencil), (2) identifikasi, (3)simulasi, dan (4) memberi contoh
kerja (work sample).
Metode penilaian kinerja
Penilaian Skala Grafik (Graphic Rating Scale)
Penilaian skala grafik meliputi: (1) penilaian berdasarkan
daftar skala yang menggambarkan sejumlah ciri-ciri tingkatan kinerja
pegawai pada suatu organisasi; (2) cara penilaian praktis dan dapat
menilai banyak aspek; (3) tersedia kolom untuk komentar, saran, dan
catatan; (4) dipakai sebagian besar organisasi.
Alternatif Perangkingan (Alternation Ranking)
Alternatif perangkingan meliputi: (1) penilain dengan
merangking capeg atau pegawai dari yang paling baik ke yang paling
buruk untuk satu atau lebih ciri kinerja/spesifikasi tugas; (2) praktis
(disarankan 1 lembar dan untuk kelompok kecil); (3) menghabiskan
waktu, jika yang dibandingkan banyak; (4) tidak ada kolom nilai dan
detail komentar; (5) cocok untuk melengkapi metode penilaian yang
lain; (6) tidak memberikan detail penilaian aspek/ciri tugas tertentu.
Komparasi Pasangan (Paired Comparation)
Komparasi pasangan meliputi: (1) menilai kinerja calon
pegawai dengan cara mempetakan perbandingan satu dengan lainnya
25 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
sehingga dapat diketahui karyawan yang lebih baik dari pasangannya,
(2) satu karyawan diberi pasangan dan dibandingkan dengan yang
lainnya, dan (3) pegawai yang paling banyak mendapat tanda + adalah
pegawai yang paling baik kinerjanya.
Pemaksaan Distribusi Kurva Normal (Forced Distribution)
Pemaksaan distribusi kurva normal meliputi: (1) menilai calon
pegawai atau pegawai berdasarkan pola bahwa hasilnya harus
berdistribusi normal, (2) dipakai sebagai pendekatan dalam
menentukan penggolongan insentif dan bimbingan, dan (3) ditentang
Deming karena memaksakan harus ada kelompok staf dengan kinerja
di bawah standar kinerja.
Pencatatan Kejadian Kritis (Critical Incident)
Pencatatan kejadian kritis meliputi: (1) penilaian kinerja
dengan selalu mencatat peristiwa kritis yang terjadi dilakukan
karyawan baik yang diharapkan maupun yang tidak direncanakan.
Selanjutnya mendiskusikannya di suatu periode waktu tertentu yang
telah ditentukan sebelumnya, misalnya setiap 6 bulan; (2)
kelemahannya, pengevaluasi arsip sehingga tidak hanya menilai atsa
dasar fakta baru yang terjadi saja; (3) sebaiknya dipakai untuk
melengkapi metode penilaian lain, misalnya metode komparasi; (4)
jika dipakai sendiri, tidak tepat untuk mengkomparasikan dengan staf
lainnya sehingga tidak tepat juga untuk penentuan gaji.
Formulir Narative (Narative Form)
Formulir naratif meliputi : (1) penilain calon pegawai atau
pegawai dengan menggunakan formulir naratif yang menckup antara
lain kinerja pegawai dibandingkan dengan standar kinerja. Contoh-
contoh kinerja kritikal dan rencana peningkatan untuk
mencapai/melebihi standar kinerja yang ditentukan, dan (2)rangkuman
penilaian diakhiri dengan memfokuskan pada pemecahan masalah.
Pertautan Standar Tingkah Laku (Behaviorally Anchored Rating
Scales = BARS)
26 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Pertautan standar tingkah laku meliputi : (1) penilaian calon
pegawai atau pegawai dengan mengkombinasikan kelebihan
dari narrative form, critical incidents dan perangkingan dengan
mengacu pada contoh tingkah laku spesifik (behavior) yang baik
maupun yang jelek, dan (2) metode ini lebih lengkap dan lebih baik
dari yang sebelumnya, hanya lebih lama /sulit dibuat.
Tahap membuat BARS: (1) kembangkan insiden kritikal
efektif dan non efektif dari suatu kinerja, (2) rumuskan ranah
kinerjanya, misalnya pengetahuan atau sikap, (3) mintakan
pertimbangan pada kelompok lain tentang ranah kinerja di atas, (4)
buat skala insidennya, biasanya dipilih 7 atau 9 skala, (5) susun final
instrument untuk masing-masing ranah kinerja di atas.
Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management By Objective)
Penilaian dengan mengacu pada sasaran-sasaran organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya secara periodic: (1) tentukan
sasaran organisasi. Sasaran harus specific, Measurable, Realistic, and
Time-bounding sasaran organisasi; (3) tentukan kontribusi calon
pegawai atau pegawai selaras dengan sasaran departemen; (4)
tentukan secara rinci sasaran individual karyawan jangka pendek; (5)
ukur dan reviu kinerja calon pegawai atau pegawai dengan sasaran
yang ditentukan; (6) beri umpan balik setiap periode pengukuran.
Tiga hal yang harus dihindari adalah: (1) Hindari sasaran
kinerja yang tidak jelas atau tidak dapat diukur. Artinya, ada indikator
kinerja dalam bentuk kuantitatif; (2) penilaian MBO memerlukan
waktu yang banyak seperti menentukan sasaran, mengukur sasaran,
dan member umpan balik; dan (3) menentukan sasaran individu yang
mendukung sasaran organisasi sering menimbulkan perselisihan.
Evaluasi 360 Derajat
Dengan metode ini diperoleh umpan balik ganda yang tidak
hanya dari atasan langsung tetapi juga dari rekan sejawat dan
27 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
pelanggan. Sumber data dari: (1) survey kepuasaan dari pelanggan
eksternal, dan (3) evaluasi diri sendiri.
Kelebihan dan kelemahan assesmen kerja yaitu:
e. Portofolio
Secara umum, portofolio merupakan kumpulan dokumen berupa
objek penilaian yang dipakai oleh seseorang, kelompok, lembaga,
organisasi atau perusahaan yang bertujuan untuk mendokumentasikan dan
menilai perkembangan suatu proses.
Kelebihan dan kelemahan portofolio sebagai alat penilain, yaitu:
Kelebihan portofolio antara lain:
Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta
didik dari waktu ke waktu berdasarkan feedback dan refleksi diri.
Membantu guru melakukan penilaian secara adil, objektif, dan dapat
dipertanggung jawabkan tanpa mengurangi kreativitas peserta didik di
kelas.
Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa
yang telah mereka kerjakan, seperti di kelas maupun di luar kelas
dalam rangka implementasi program pembelajaran.
Meningkatkan peran peserta didik secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan penilaian.
Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan mereka.
Membantu guru mengklarifikasi dan mengindentifikasi program
pembelajaran.
Terlibatnya berbagai pihak, seperti orang tua, guru, komite sekolah,
dan masyarakat lainnya dalam melihat pencapaian kemampuan
peserta didik.
Memungkinkan peserta didik melakukan penilaian diri, refleksi, dan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Guru dan peserta dididk sama-sama bertanggung jawab untuk
merancang dan menilai kemajuan belajar.
28 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Dapat digunakan untuk menilai kelas yang heterogen antara peserta
didik yang pandai dan yang kurang pandai.
Memungkinkan guru memberikan hadiah terhadap setiap usaha
belajar peserta didik.
Kelemahan portofolio antara lain:
Membutuhkan waktu dan kerja ekstra.
Ada kecenderungan guru hanya
2. Pengembangan Instrumen Non Tes
a. Memahami Langkah-langkah Mengembangkan Instrumen Non Tes
Ada sembilan langkah dalam mengembangkan instrumen non tes, yaitu:
1. Menentukan spesifikasi instrumen
Penentuan spesifikasi instrumen dimulai dengan menentukan kejelasan
tujuan. Setelah menetapkan tujuan, kegiatan berikutnya menyusun kisi-kisi
instrumen. Membuat kisi-kisi diawali dengan menentukan definisi
konseptual, yaitu definisi aspek yang akan diukur menurut hasil kajian
teoritik berbagai ahli/referensi. Selanjutnya merumuskan definisi operasional,
yaitu definisi yang Ada buat tentang aspek yang akan diukur setelah
mencermati definisi konseptual. Definisi operasional ini kemudian dijabarkan
menjadi indikator dan ditulisan dalam kisi-kisi. Selanjutnya Anda perlu
menentukan bentuk instrumen dan panjang instrumen.
2. Menentukan skala penilaian
Skala yang sering digunakan dalam instrumen penilaian antara lain adalah:
Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
3. Menulis butir instrumen
Pada tahap ini Anda merumuskan butir-butir instrumen berdasarkan kisi-
kisi. Pernyataan dapat berupa pernyataan positif dan negatif. Pernyataan
positif merupakan pernyataan yang mengadung makna selaras dengan
indikator, sedangkan pernyataan negatif adalah pernyataan yang berisi kontra
kondisi dengan indikator.
4. Menentukan penyekoran
29 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Sistem penyekoran yang digunakan tergantung pada skala pengukuran
yang digunakan. Pada skala Thurstone, skor tertinggi tiap butir 7 dan skor
terendah 1. Pada skala Likert, awal skor tertinggi tiap butir 5 dan terendah 1,
karena sering kecenderungan responden memilih jawaban katergori tengah,
maka dimodifikasi hanya menggunakan empat pilihan. Skor siswa dapat
ditafsirkan dengan kriteria berikut:
Tabel. Kriteria Penafsiran
Interval Nilai Interpretasi
𝑋 ≥ 𝑀𝑖 + 𝑆𝑏𝑖 Baik
𝑀𝑖 − 𝑆𝑏𝑖 ≤ 𝑋 < 𝑀𝑖 + 𝑆𝑏𝑖 Sedang
𝑋 ≤ 𝑀𝑖 – 𝑆𝑏𝑖 Kurang
5. Menelaah instrumen
Kegiatan pada telaah instrumen adalah menelaah apakah: a) butir
pertanyaan/pernyataan sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan
komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang benar, c) butir
pertanyaan/pernyataan tidak bias, d) format instrumen menarik untuk dibaca,
e) pedoman menjawab atau mengisi instrumen jelas, dan f) jumlah butir
dan/atau panjang kalimat pertanyaan/ pernyataan sudah tepat sehingga tidak
menjemukan untuk dibaca/dijawab. Hasil telaah instrumen digunakan untuk
memperbaiki instrumen.
6. Menyusun instrumen
Langkah ini merupakan tahap menyusun butir-butir instrumen setelah
dilakukan penelaahan menjadi seperangkat instrumen yang siap untuk
30 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
diujicobakan. Format instrumen harus dibuat menarik dan tidak terlalu
panjang, sehingga responden tertarik untuk membaca dan mengisinya.
7. Melakukan uji coba instrumen
Setelah instrumen tersusun dengan utuh, kemudian melakukan uji coba
instrumen. Untuk itu dipilih sampel yang karakteristiknya mewakili populasi.
Uji coba dilakukan untuk memperoleh informasi empirik tentang kualitas
instrumen yang dikembangkan.
8. Menganalisis hasil uji coba
Analisis hasil ujicoba dilakukan untuk menganalisis kualitas instrumen
berdasarkan data ujicoba. Dari analisis ini diharapkan diketahui mana yang
sudah baik, mana yang kurang baik dan perlu diperbaiki, dan mana yang tidak
bisa digunakan. Selain itu, analisis hasil ujicoba ini juga dapat digunakan
untuk memperoleh informasi tentang validitas dan reliabilitas instrumen.
9. Memperbaiki instrumen
Perbaikan dilakukan berdasarkan analisis hasil ujicoba. Bisa saja hasil
telaah instrumen baik, namun hasil ujicoba empirik tidak baik. Perbaikan
termasuk mengakomodasi saran-saran dari responden uji coba.
Aspek Indikator
Sikap memahami pelajaran Limit Memiliki rasa ingin tahu
Fungsi. Memiliki perhatian dalam belajar
Memiliki minat mempelajari
Memiliki sikap ulet
Memiliki rasa percaya diri, aktif
dalam pemecahan masalah
32 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Setelah skala pengukuran sudah ditetapkan, berikutnya Anda dapat
menyusun butir-butir instrumennya.
33 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Untuk pernyataan negatif: SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4
Karena terdapat 11 butir, maka skor tertinggi adalah 44 dan skor terendah 11.
1
= (44 + 11)
2
= 27,5
1
𝑆𝑏𝑖 = (𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ)
6
1
= (44 − 11)
6
= 5,5
Berdasarkan kriteria penafsiran pada 2.3.1. , kriteria penafsiran yang
sesuai adalah sebagai berikut.
Interval Nilai Interpretasi
𝑋 ≥ 33 Baik
22 ≤ 𝑋 < 33 Sedang
𝑋 ≤ 22 Kurang
Lalu, sebelum butir-butir pernyataan di atas disusun menjadi angket yang
utuh, lakukan telaah terlebih dahulu atas butir-butir itu agar butir penyataan
yang dimasukkan dalam angket nanti sudah tepat.
B. Wawancara
Menentukan spesifikasi tes
Tujuan instrumen ini adalah untuk menggali informasi tentang sikap siswa
dalam memahami pelajaran Limit Fungsi. Anda dapat merumuskan definisi
operasional sikap memahami pelajaran matematika dalam pemecahan
masalah. Misalnya, siswa dikatakan memiliki sikap memahami pelajaran
34 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
matematika dalam pemecahan masalah jika: memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, dan sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah. Setelah Anda merumuskan definisi
operasional seperti di atas, Anda dapat membuat kisi-kisi instrumen.
Misalkan sebagai berikut:
Tabel. Kisi-Kisi Instrumen
Aspek Indikator
Sikap memahami pelajaran Limit Memiliki rasa ingin tahu
Fungsi. Memiliki perhatian dalam belajar
Memiliki minat mempelajari
Memiliki sikap ulet
Memiliki rasa percaya diri, aktif
dalam pemecahan masalah
Setelah Anda menentukan indikator sikap memahami pelajaran Limit
Fungsi seperti pada tabel di atas, selanjutnya Anda menentukan bentuk
instrumen yang digunakan, disini berdasarkan indikator diatas maka dapat
menggunakan jenis instrument non tes yaitu wawancara.
Indikator Pertanyaan
35 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
perhatian dalam saya memperhatikan setiap penjelasan yang diberikan guru.
belajar
Apakah kamu memperhatikan dengan seksama tanggapan guru
terhadap pertanyaan siswa.
Apakah kamu selama pembelajaran matematika berlangsung,
saya melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan
pelajaran matematika
Memiliki minat Apakah kamu menyukai pelajaran Limit Fungsi ini
mempelajari
Apakah proses pembelajaran Limit Fungsi ini menyenangkan
Apakah kamu setuju bahwa belajar Limit Fungsi ini akan banyak
gunanya.
Memiliki rasa Apakah kamu berusaha menjawab ketika guru matematika
percaya diri, aktif mengajukan pertanyaan selama pembelajaran
dalam pemecahan Apakah kamu tidak aktif menyampaikan pendapat ketika materi
masalah disampaikan guru
36 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi
sumber data.
Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.
Guru harus mengobrol dalam wawancara.
Batasi waktu wawancara.
Hindari penonjolan aku dari guru
C. Sosiometri
Tahap-tahap dalam pelaksanaan sosiometri adalah:
Tahap persiapan
a. Menentukan kelompok siswa yang akan diselidiki.
b. Memberikan informasi atau keterangan tentang tujuan
penyelenggaraan sosiometri.
c. Mempersiapkan angket sosiometri
Tahap Pelaksanaan
a. Membagikan dan mengisi angket sosiometri.
b. Mengumpulkan kembali dan memeriksa apakah angket sudah diisi
dengan benar
Tahap Pengolahan
Memeriksa hasil angket
Berdasarkan diatas, berikut merupakan contoh langkah pengembangan
instrumen jenis non tes yaitu sosiometri berdasarkan tujuan pembelajaran.
37 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Oleh karena itu dalam penilaian unjuk kerja diperlukan instrumen misalnya
berupa lembar pengamatan atau lembar observasi. Penilaian unjuk kerja
berguna untuk mengukur keterampilan atau sikap siswa melakukan kerja
tertentu. Contoh unjuk kerja yang dapat diamati antara lain: kemampuan
siswa dalam menggunakan atau mendemontrasikan alat peraga matematika,
memecahkan masalah kontekstual, dan melakukan penelitian matematika
sederhana.
Instrumen penilaian unjuk kerja dapat terdiri dari lembar pengamatan saja,
misalnya dalam kegiatan menggambar bangun datar dan memberi nama
sudut, membagi sudut yang telah diketahui menjadi dua sama besar. Pada
lembar pengamatan harus didefinisikan aspek yang dinilai berupa perilaku
yang diharapkan muncul dari siswa selama proses unjuk kerja, aspek-aspek
yang dinilai ini dipilih dengan mempertimbangkan kompetensi dasar yang
harus dicapai siswa. Selain itu juga dicantumkan pedoman penskoran dan
cara menilainya termasuk bagaimana mengubah dari data kualitatif menjadi
kuantitatif. Instrumen penilaian unjuk kerja dapat berupa lembar
pengamatan/observasi dengan skala rentang (rating scale) dan daftar cek
(check list).
E. Portofolio
Prinsip penilaian portofolio adalah siswa dapat melakukan penilaian
sendiri kemudian hasilnya dibahas. Jadi portofolio adalah suatu metode
pengukuran dengan melibatkan siswa untuk menilai kemajuannya dalam studi
tertentu. Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja siswa
dengan menilai kumpulan karya-karya dan tugas-tugas yang dikerjakan siswa.
Karya-karya ini dipilih dan kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat
perkembangan kemampuan siswa.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian
portofolio adalah sebagai berikut.
Karya yang dikumpulkan adalah benar-benar karya yang bersangkutan.
Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus dikumpulkan.
38 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Mengumpulkan dan menyimpan contoh karya.
Menentukan kriteria untuk penilaian portofolio.
Meminta siswa untuk menilai secara terus-menerus hasil portofolionya.
Merencanakan pertemuan dengan siswa yang dinilai.
Dapat melibatkan orang tua dalam menilai portofolio.
Dalam matematika, portofolio dapat berupa dokumen hasil kerja siswa
misalnya hasil pekerjaan di rumah, sertifikat hasil lomba, tugas-tugas karya
ilmiah siswa, dan sebagainya. Agar penilaian terhadap hasil penugasan ini
obyektif, maka guru perlu mengembangkan rubrik.
39 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun jenis alat evaluasi yang digunakan, terbagi menjadi 2 teknik, yaitu :
2. Nontes dapat digunakan untuk mengukur semua ranah yang dimiliki oleh
masing-masing individu yang tentunya berbeda. Teknik nontes sangat
penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan psikomotor,
berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Ada
beberapa macam teknik nontes, yaitu: pengamatan (observation),
penugasan, wawancara (interview), kuisioner/angket (questionanaire), dan
analisis dokumen.
40 |ASSESMENT PEMBELAJARAN
DAFTAR PUSTAKA
Suryadi. Teknik Menyusun Alat Evaluasi dan Analisis Hasil Belajar (online) .
diakses pada 14 September 2019.
Anonymus. Tanpa Tahun. Pengembangan Alat Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Matematika. Disadur dari (http://file.upi.edu). Diakses tanggal 16
September 2019.
Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.