Anda di halaman 1dari 43

“TINJAUAN ISTRUMENT TES DAN NON TES”

OLEH

NAMA : FAHMI
STAMBUK : A20219028
KELAS :C

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SAINS


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2019
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Intrument Tes 3
2.2 Intrument Non Tes 19

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan 40

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang
memenuhi persyaratan akademis, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk
mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variable.
Dalam bidang penelitian, instrumen diartikan sebagai alat untuk mengumpulkan
data mengenai variabel-variabel penelitian untuk kebutuhan penelitian, sedangkan
dalam bidang pendidikan instrumen digunakan untuk mengukur prestasi belajar
siswa, faktor-faktor yang diduga mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap
hasil belajar, perkembangan hasil belajar siswa, keberhasilan proses belajar
mengajar guru, dan keberhasilan pencapaian suatu program tertentu.
Pada dasarnya instrumen dapat dibagi dua yaitu tes dan non tes.
Berdasarkan bentuk atau jenisnya, tes dibedakan menjadi tes uraian dan obyektif,
sedangkan nontes terdiri dari observasi, wawancara (interview), angket
(questionaire), pemeriksaan document (documentary analysis), dan sosiometri.
Instrumen yang berbentuk test bersifat performansi maksimum sedang instrumen
nontes bersifat performansi tipikal.
Instrumen hasil belajar bentuk tes uraian memiliki banyak keunggulan
seperti mudah disusun, tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi dan
mampu mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun
jawaban dalam bentuk kalimat. Namun perdebatan di kalangan guru dan bahkan
dikalangan orang tua, adalah memandang bahwa tes uraian sering tidak adil.
Bahkan ada pandangan bahwa cara pemberian skor tes uraian cukup dilihat dari
panjang pendeknya tes uraian.
Di lain pihak, penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar
masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan alat melalui tes
dalam menilai hasil dan proses belajar. Padahal ada aspek-aspek yang tidak bisa
terukur secara “realtime” dengan hanya menggunakan test, seperti pada mata
pelajaran matematika. Pada tes siswa dapat menjawab dengan tepat saat diberi
pertanyaan tentang langkah-langkah melukis sudut menggunakan jangka tanpa
busur, tetapi waktu diminta melukis secara langsung di kertas atau papan tulis

1|ASSESMENT PEMBELAJARAN
ternyata cara menggunakan jangka saja mereka tidak bisa. Jadi dengan
menggunakan nontes guru bisa menilai siswa secara komprehensif, bukan hanya
dari aspek kognitif saja, tapi juga afektif dan psikomotornya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan diatas,
maka diperlukan suatu langkah-langkah untuk penyusunan dan pengembangan
baik tes uraian maupun nontes. Hal ini juga dapat digunakan untuk memperoleh
tes yang valid, sehingga hasil ukurnya dapat mencerminkan secara tepat hasil
belajar atau prestasi belajar yang dicapai oleh masing-masing individu peserta tes
setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan tinjauan yang diajukan diatas, maka diajukan rumusan masalah
sebagai berikut.

1. Apa saja jenis-jenis instrument teknik tes itu?

2. Apa saja jenis-jenis instrument teknik non tes itu?

3. Bagaimana cara pengembangan instrumen jenis nontes?

4. Bagaimana cara pengembangan instrumen jenis nontes?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan, maka penulisan makalah ini
memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui jenis-jenis instrument yang termasuk teknik tes.

2. Mengetahui jenis-jenis instrument yang termasuk teknik non tes.

3. Menyusun cara pengembangan instrumen jenis tes uraian.

4. Menyusun cara pengembangan instrumen jenis nontes

2|ASSESMENT PEMBELAJARAN
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 INSTRUMEN TES


1. Pengetian dan Jenis-jenis Instrumen Tes
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001) kata instrumen
dapat diartikan sebagai: (1) alat yang digunakan dalam suatu kegiatan, atau (2)
sarana untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan. Jadi instrumen
evaluasi hasil belajar fisika dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penilaian pembelajaran yang dilihat dari kemampuan
kognitif peserta didik.
Sesuai dengan teknik penilaian yang digunakan, instrumen penilaian dapat
berupa instrumen tes atau instrumen non tes. Pada pokok bahasan kali ini akan
dibahas instrumen tes
Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes, yaitu:
 Tes penempatan adalah tes yang diperlukan untuk menempatkan siswa
dalam kelompok siswa sesuai dengan kemampuannya
 Tes diagnostik adalah tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan dan kekurangan, sebagai dasar perbaikan.
 Tes formatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti proses belajar
mengajar.
 Tes sumatif adalah tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan
kompetensi siswa dalam satuan waktu tertentu seperti catur wulan atau
semester.
Ditinjau berdasarkan bentuk pertanyaannya, tes dapat berbentuk objektif dan esay
(Hamzah B. Uno, dkk., 2001).
a. Tes objektif
Tes objektif adalah tes dimana keseluruhan informasi yang diperlukan untuk
menjawab tes telah tersedia dan peserta harus memilih salah satu alternatif
yang disediakan tersebut. Terdapat beberapa bentuk tes objektif, yaitu:

3|ASSESMENT PEMBELAJARAN
 Tes benar salah
Tes benar salah adalah tes yang memuat pernyataan benar atau salah.
Peserta bertugas menandai masing-masing pernyataan itu dengan
melingkari huruf “B” jika pernyataan benar, dan “S” jika pernyataan
salah.
Bentuk tes benar salah saat ini jarang digunakan guru fisika. Padahal
melalui tes benar salah ini banyak domain belajar fisika yang bisa di gali,
misal: pemahaman konsep, kemampuan bernalar, analisis dan lain-lain.
Dua butir pertanyaan benar salah di atas dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman konsep siswa tentang segitiga dan lingkaran.
 Tes pilihan ganda
Tes pilihan ganda adalah tes yang memuat serangkaian informasi yang
belum lengkap, dan untuk melengkapinya dilakukan dengan memilih
berbagai alternatif pilihan yang disediakan. Ada empat variasi tes pilihan
ganda, yaitu: tes pilihan ganda biasa, asosiasi, hubungan antar hal, dan
menjodohkan.
o Tes pilihan ganda, adalah soal yang disertai beberapa alternatif
jawaban dimana hanya tersedia 1 pilihan benar, dan siswa tugasnya
adalah memilih mana dari alternatif-alternatif tersebut yang benar.
o Tes asosiasi, merupakan modifikasi dari tes pilihan ganda biasa.
Bentuk asosiasi juga terdiri dari satu pernyataan dan beberapa
alternatif jawaban, hanya saja terdapat lebih dari satu jawaban yang
benar. Salah satu bentuknya adalah dengan mengikuti petunjuk
sebagai berikut: Petunjuk mengerjakan soal:
Pilihan a bila jawaban 1, 2, dan 3 benar
Pilihan b bila jawaban 1 dan 3 benar
Pilihan c bila jawaban 2 dan 4 benar
Pilihan d bila jawaban 4 saja yang benar
Saat ini bentuk tes ini jarang digunakan. Padahal bentuk tes ini tidak
kalah potensialitasnya dibanding tes pilihan ganda biasa. Dibanding
tes pilihan ganda biasa, tes bentuk ini lebih menuntut siswa bernalar,

4|ASSESMENT PEMBELAJARAN
melihat semua kemungkinan jawaban, dan juga melihat hubungan
antar bagian.
o Tes hubungan antar hal, adalah soal yang memuat pernyataan dan
alasan, denganpola memuat pernyataan dan memuat alasan. Petunjuk
pilihan:
(a) Jika pernyataan benar, alasan benar, dan ada hubungan sebab
akibat
(b) Jika pernyataan benar, alasan benar, dan tidak ada hubungan
sebab akibat
(c) Jika pernyataan benar, alasan salah
(d) Jika pernyataan salah, dan alasan salah
(e) Baik pernyataan maupun alasan salah
Tes ini jarang digunakan, padahal tes hubungan antar hal ini sangat
baik digunakan untuk mengukur banyak dimensi belajar fisika,
antara lain: kemampuan bernalar siswa, pemahaman konsep,
hubungan antar konsep, kemampuan berpikir matematis, dan lain-
lain.
o Tes menjodohkan, dalam bentuk tradisional item tes menjodohkan
terdiri dari dua kolom yang pararel. Tiap kata, bilangan, atau simbol
dijodohkan dengan kalimat, frase, atau kata dalam kolom yang lain.
Item pada kolom di mana penjodohan dicari disebut premis,
sedangkan kolom di mana pilihan dicari disebut respon. Tugas siswa
adalah memasangkan antara presmis dan respon berdasarkan aturan
yang ditentukan. Tes menjodohkan ini juga relatif jarang digunakan
dalam penilaian pembelajaran fisika. Padahal seperti halnya tes
hubungan antar hal, tes bentuk ini juga dapat digunakan untuk
mengukur banyak dimensi belajar fisika, antara lain: mengukur
kemampuan bernalar siswa, pemahaman konsep, hubungan antar
konsep, kemampuan berpikir matematis, dan lain-lain.

b. Tes esay

5|ASSESMENT PEMBELAJARAN
Tes esay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau perintah
yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang.
Tes ini dirancang untuk mengukur hasil belajar di mana unsur yang
diperlukan untuk menjawab soal dicari, diciptakan dan disusun sendiri siswa.
Siswa harus menyusun sendiri kata dan kalimat untuk menjawabannya.
Tujuan tes esay:
1. Merumuskan masalah
2. Mengorganisasi, mengintegrasikan dan menevaluasi gagasan dan
informasi.
3. Menerpakan pengetahuan dan keterampilan.

Tes esay diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk, yiatu: uraian bebas (non
objektif), uraian terstruktur (objektif), jawaban singkat, dan isian
(melengkapi).
1. Uraian non objektif
Bentuk uraian bebas memberikan kebebasan untuk memberikan opini
serta alasan yang diperlukan. Jawaban siswa tidak dibatasi oleh
persyaratan tertentu.
2. Uraian objektif
Bentuk uraian terstruktur atau uraian terbatas meminta siswa untuk
memberikan jawaban terhadap soal dengan persyaratan tertentu.
3. Jawaban singkat
Tes jawaban singkat merupakan tipe item tes yang dapat dijawab dengan
kata, frasa, bilangan, atau simbol. Tes jawaban singkat menggunakan
pertanyaan langsung, dan siswa diminta memberi jawaban singkat, tepat
dan jelas.
4. Bentuk melengkapi (isian)
Item tes melengkapi hampir sama dengan jawaban singkat, yaitu
merupakan tipe item tes yang dapat dijawab dengan kata, frasa, bilangan
atau simbol. Bedanya, item tes melengkapi merupakan pernyataan yang
tidak lengkap, dan siswa diminta untuk melengkapi pernyataan tersebut.

6|ASSESMENT PEMBELAJARAN
Tes esay perlu lebih dikembangkan penggunaanya dalam penilaian
pembelajaran fisika. Penggunaan tes esay selama ini agak kurang karena
lebih dominan digunakan tes objektif. Padahal tes esay ini sangat baik
untuk penilaian pembelajaran fisika karena memberi kesempatan pada
siswa untuk menyusun jawaban sesuaidengan jalan pikirannya sendiri.
Saat ini memang telah muncul kecenderungan kesadaran kembali
menggunakan tes uraian, karena kesadaran bahwa:
 Menurunnya hasil belajar fisika disinyalir karena dominannya tes
objektif
 Tes pilihan ganda tidak memberi kesempatan siswa
mengkomunikasikan ide dengan tulisan karena terbiasa hanya
memilih dari alternatif yang sudah ada.
 Terlalu dominannya tes objektif dapat menyebabkan kurangnya daya
analisis dan kemampuan berpikir karena terbiasa tes objektif yang bisa
tebak jawaban
 Kekuatan tes esay adalah dalam mengukur hasil belajar yang
kompleks dan melibatkan level kognitif yang tinggi.
 Melalui tes esay guru dapat mencermati proses berpikir siswa

2. Langkah Pengembangan Instrumen Tes

1. Menetapkan tujuan tes


Langkah awal dalam mengembangkan instrumen tes adalah menetapkan
tujuannya. Tujuan ini penting ditetapkan sebelum tes dikembangkan
karena seperti apa dan bagaimana tes yang akan dikembangkan sangat
bergantung untuk tujuan apa tes tersebut digunakan.

2. Melakukan analisis kurikulum


Analisis kurikulum dilakukan dengan cara melihat dan menelaah kembali
kurikulum yang ada berkaitan dengan tujuan tes yang telah ditetapkan.

7|ASSESMENT PEMBELAJARAN
Langkah ini dimaksudkan agar dalam proses pengembangan instrumen tes
selalu mengacu pada kurikulum (SKKD) yang sedang digunakan.
Instrumen yang dikembangkan seharusnya sesuai dengan indikator
pencapaian suatu KD yang terdapat dalam Standar Isi (SI).
3. Penyusunan kisi-kisi tes
Untuk menjaga agar soal tes yang kita susun tidak menyimpang dari
bahan/materi serta aspek yang akan diungkapkan dalam test, maka harus
dibuat tabel kisi-kisi. Kisi-kisi merupakan matriks yang berisi spesifikasi
soal-soal (meliputi SK-KD, materi, indikator, dan bentuk soal) yang akan
dibuat. Dalam kisi-kisi akan dicantumkan bahan pengajaran yang hendak
diukur, jenis kompetensi yang akan diukur, jumlah soal, bentuk soal, taraf
kesukaran maupun waktu yang cocok untuk melakukan ujian, dan
menentukan bentuk tes yang akan kita berikan.
Fungsi kisi-kisi: - Sebagai pedoman penulisan soal
- Sebagai pedoman perakitan soal
Syarak kisi-kisi: - Mewakili isi kurikulim
- Singkat dan Jelas
- Soal dapaat disusun sesuai dengan bentuk soal
Komponen Kisi-kisi :
- Identitas
- SK/KD/Indikator
- Materi Pembelajaran
- Indikator Soal: indikator soal sebagai pertanda atau indikasi pencapaian
kompetensi, indikator soal menggunakan kata kerja oprasional yang
dapat diukur
- Bentuk Tes
- Nomor Soal

4. Penulisan soal
Pada kegiatan menuliskan butir soal ini, setiap butir soal yang ditulis
harus berdasarkan pada indikator yang telah dituliskan pada kisi-kisi

8|ASSESMENT PEMBELAJARAN
dan dituangkan dalam spesifikasi butir soal. Bentuk butir soal
mengacu pada deskripsi umum dan deskripsi khusus yang sudah
dirancang dalam spesifikasi butir soal.
Kaidah Penulisan Soal Kompetensi
1. Berhubungan dengan kondisi pembelajaran di kelas atau di luar kelas
2. Berhubungan erat antara proses, materi, kompetensi dan pengalaman
belajar
3. Mengukur kompetensi peserta didik
4. Mengukur beberapa kemampuan yang diwujudkan dalam stimulus
soal
5. Mengukur kemampuan berpikir kritis
6. Mengandung pemecahan masalah

a. Soal Uraian
Soal Uraian adalah soal yang jawabannya menuntut peserta tes
untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya
dengan cara mengemukakan gagasan tsb dalam bentuk tulisan.
Kaidah Penulisan Soal Uraian
1. Soal sesuai dengan indikator
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai
3. Materi yang ditanyakan sesuai dengan tujuan pengukuran
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis pendidikan
atau tingkat kelas
5. Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian
6. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
7. Ada pedoman penskorannya
8. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan
jelas dan terbaca
9. Rumusan kalimat soal komunikatif
10. Butir soal menggunakan bahasa yang baku

9|ASSESMENT PEMBELAJARAN
11. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran
ganda atau salah pengertian
12. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
13. Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat
menyinggung perasaan peserta didik

b. Soal Pilihan Ganda


Jenis Soal PG
Pokok Soal (stem) pertanyaan Diakhiri tanda ?
Pokok soal (stem) pernyataan /diakhiri tanda ….
Komponen soal PG
Stem (pokok soal) : pertanyaan-pertanyaan yang berisi masalah yang
akan dinyatakan
Option : sejumlah pilihan atau alternatif jawaban
Contoh Soal Pilihan Ganda
o Bila gelombang melalui celah sempit, maka terjadi...
A. Difraksi
B. Interferensi
C. Polarisasi
D. Refleksi
E. Refraksi

Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda


1. Soal harus sesuai dengan indikator
2. Pengecoh harus berfungsi
3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar
4. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
5. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
6. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif
ganda.

10 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
7. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi
materi.
8. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama
9. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan
jawaban di atas salah/benar”.
10. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis
waktunya.
11. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada
soal harus jelas dan berfungsi.
12. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata
yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-
kadang.
13. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
14. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa.
15. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga
pernyataannya mudah dimengerti mahapeserta didik.
16. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal
akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
17. Pilihan jawaban jangan mengulang kata/frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada
pokok soal

5. Melakukan telaah instrumen secara teoritis (validasi soal)


Telaah instrumen tes secara teoritis atau kualitatif dilakukan untuk
melihat kebenaran instrumen dari segi materi, konstruksi, dan bahasa.
Telaah instrumen secara teoritis dapat dilakukan dengan cara meminta
bantuan ahli/pakar, teman sejawat, maupun dapat dilakukan telaah

11 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
sendiri. Setelah melakukan telaah ini kemudian dapat diketahui
apakah secara teoritis instrumen layak atau tidak.

6. Melakukan ujicoba dan analisis hasil ujicoba tes


Sebelum tes digunakan perlu dilakukan terlebih dahulu uji coba tes.
Langkah ini diperlukan untuk memperoleh data empiris terhadap
kualitas tes yang telah disusun. Ujicoba ini dapat dilakukan ke
sebagian siswa, sehingga dari hasil ujicoba ini diperoleh data yang
digunakan sebagai dasar analisis tentang reliabilitas, validitas, tingkat
kesukaran, pola jawaban, efektivitas pengecoh, daya beda, dan lain-
lain. Jika perangkat tes yang disusun belum memenuhi kualitas yang
diharapkan, berdasarkan hasil ujicoba tersebut maka kemudian
dilakukan revisi instrumen tes.

7. Merevisi soal
Berdasarkan hasil analisis butir soal hasil ujicoba kemudian dilakukan
perbaikan. Berbagai bagian tes yang masih kurang memenuhi standar
kualitas yang diharapkan perlu diperbaiki sehingga diperoleh
perangkat tes yang lebih baik. Untuk soal yang sudah baik tidak perlu
lagi dibenahi, tetapi soal yang masuk kategori tidak bagus harus
dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas. Setelah tersusun
butir soal yang bagus, kemudian butir soal tersebut disusun kembali
untuk menjadi perangkat instrumen tes, sehingga instrumen tes siap
digunakan. Perangkat tes yang telah digunakan dapat dimasukkan ke
dalam bank soal sehingga suatu saat nanti bisa digunakan lagi.

3. Kriteria Kompetensi dan Indikator Soal

a. Kriteria Kompetensi
1. Urgensi: KD/indikator/materi yang secara teoritis, mutlak harus dikuasai
oleh peserta didik.

12 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
2. Kontinuitas: KD/indikator/materi lanjutan yang merupakan pendalaman
materi sebelumnya.
3. Relevansi: yang diperlukan untuk mempelajari dalam bidang studi lain.
4. Keterpakaian: memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.

b. Indikator Soal
 Indikator soal sebagai pertanda atau indikasi pencapaian kompetensi
 Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur
 Indikator mengacu pada materi pembelajaran sesuai kompetensi

4. Teknik Perumusan Indikator Soal


1. Bila soal terdapat stimulus
Rumusan indikatornya : Disajikan...., peserta didik dapat menjelaskan...
2. Bila soal tidak terdapat stimulus
Rumusan indikatornya : Peserta didik dapat membedakan....
Menuntut Penalaran Tinggi
Setiap soal :
1. Diberikan dasar pertanyaan (stimulus)
2. Mengukur kemampuan berpikir kritis
3. Mengukur keterampilan pemecahan masalah
Mengukur Kemampuan Berpikir Kiritis
1. Membandingkan
 Jelaskan persamaan dan perbedaan antara ... dan ....
 Bandingkan dua cara berikut tentang ....
2. Hubungan sebab-akibat
 Apa penyebab utama ....
 Apa akibat ....
3. Memberi alasan (justifying)
 Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?

13 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
 Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyataan
tentang ....
4. Meringkas
 Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ....
 Ringkaslah dengan tepat isi ....
5. Menyimpulkan
 Susunlah beberapa kesimpulan yang bersasal dari data..
 Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa
berikut ....
6. Berpendapat (inferring)
 Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila ....
 Apa reaksi A terhadap ....
7. Mengelompokkan
 Kelompokkan hal berikut berdasarkan ....
 Apakah hal berikut memiliki ....
8. Menciptakan
 Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang...
 Lengkapilah cerita... tentang apa yang akan terjadi bila..
9. Menerapkan
 Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah ....
 Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman ....
10. Analisis
 Manakah penulisan yang salah pada paragraf ....
 Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama ....
11. Sintesis
 Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ....
 Tuliskan sebuah laporan ....
12. Evaluasi
 Apakah kelebihan dan kelemahan ....
 Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah evaluasi tentang ....

14 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Mengukur Keterampilan Pemecahan Masalah
1. Mengidentifikasi masalah
Contoh indikator soal:
Disajikan deskripsi suatu situasi/masalah, peserta didik dapat
mengidentifikasi masalah yang nyata atau masalah apa yang harus
dipecahkan.
2. Merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan yang berisi sebuah masalah, peserta didik
dapat merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan.
3. Memahami kata dalam konteks
Contoh indikator soal:
Disajikan beberapa masalah yang konteks kata atau kelompok katanya
digarisbawahi, peserta didik dapat menjelaskan maknanya yang
berhubungan dengan masalah itu dengan kata-katanya sendiri.
4. Mengidentifikasi masalah yang tidak sesuai
Contoh indikator soal:
Disajikan beberapa informasi yang relevan dan tidak relevan terhadap
masalah, peserta didik dapat mengidentifikasi semua informasi yang
tidak relevan.
5. Memilih masalah sendiri
Contoh indikator soal:
Disajikan beberapa masalah, peserta didik dapat memberikan alasan
satu masalah yang dipilih sendiri, dan menjelaskan cara
penyelesaiannya.
6. Mendeskripasikan berbagai strategi
Contoh indikatir soal:
Diasajikan sebuah pernyataan masalah, peserta didik dapt memecahkan
masalah ke dalam dua cara atau lebih, kemudian menunjukkan
solusinya ke dalam gambar, diagram, atau grafik.

15 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
7. Mengidentifikasi asumsi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, peserta didik dapat memberikan
solusinya berdasarkan pertimbangan asumsi untuk saat ini dan yang
akan datang.
8. Mendeskripsikan masalah
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, peserta didik dapat
menggambarkan sebuah diagram atau gambar yang menunjukkan
situasi masalah.
9. Memberi alasan masalah yang sulit
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah masalah yang sukar dipecahkan atau informasi
pentingnya dihilangkan, peserta didik dapat menjelaskan mengapa
masalah ini sulit dipecahkan atau melengkapi informasi penting yang
dihilangkan.
10. Memberi alasan solusi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih
kemungkinan solusinya, peserta didik dapat memilih satu solusi yang
paling tepat dan memberikan alasannya.
11. Memberi alasan strategi yang digunakan
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dengan dua atau lebih strategi
untuk menyelesaikan masalah, peserta didik dapat memilih satu strategi
yang tepat untuk menyelesaikan masalah itu dan memberikan
alasannya.
12. Memecahkan masalah berdasarkan data dan masalah
Contoh indikator soal:

16 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Disajikan sebuah cerita, kartun, grafik atau tabel dan sebuah pernyataan
masalah, peserta didik dapat memecahkan masalah dan menjelaskan
prosedur yang dipergunakan untuk menyelesaikan masalah.
13. Membuat strategi lain
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dan satu strategi untuk
menyelesaikan masalahnya, peserta didik dapat menyelesaikan masalah
itu dengan menggunakan strategi lain.
14. Menggunakan analogi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dan strategi penyelesaiannya,
peserta didik dapat: (1) mendeskripsikan masalah lain (analog dengan
masalah ini) yang dapat diselesaikan dengan menggunakan strategi itu,
(2) memberikan alasannya.
15. Menyelesaikan secara terencana
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah situasi masalah yang kompleks, peserta didik dapat
menyelesaikan masalah secara terencana mulai dari input, proses,
output, dan outcomenya.
16. Mengevaluasi kualitas solusi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dan beberapa strategi untuk
menyelesaikan masalah, peserta didik dapat: (1) menjelaskan dengan
menerapkan strategi itu, (2) mengevaluasinya, (3) menentukan strategi
mana yang tepat, (4) memberi alasan mengapa strategi itu paling tepat
dibandingkan dengan strategi lainnya.
17. Mengevaluasi strategi sistematikanya
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, beberapa strategi pemecahan
masalahnya, dan prosedurnya, peserta didik dapat mengevaluasi strategi
pemecahannya berdasarkan prosedur yang disajikan.

17 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
5. Kelebihan dan Kelemahan Tes

a. Tes Essay
Kelebihan:
a) Menyusun soal sangat mudah
b) Testee bebas menjawab
c) Testee melatih mengemukakan gagasan
d) Lebih ekonomis

Kelemahan:

a) Kurang efektif untuk materi yang scopnya luas


b) Jawabannya kurang heterogen menyulitkan tester
c) Baik-buruk tulisan, panjang pendek, tidak sama jawaban
menimbulkan penskoran kurang efektif
d) Salah pengertian dalam memahami soal tes
e) Koreksi memerlukan waktu dan ketelitian

b. Tes Objektif
Kelebihan :
a) Menilai bahan pelajaran scopnya luas
b) Jawaban bebas terpimpin
c) Dinilai secara objektif
d) Pemeriksaan mudah dan cepat

Kelemahan :

a) Kurang memberi kesempatan menyatakan gagasan


b) Testee mencoba-coba, spekulasi
c) Memerlukan ketelitian, waktu cukup lama
d) Kurang ekonomis

18 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
2.2 INSTRUMEN NON TES
1. Pengertian dan Jenis-Jenis Instrumen Non Tes
Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran
terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama ini teknik
nontes kurang digunakan dibandingkan teknis tes. Dalam proses
pembelajaran pada umumnya kegiatan penilaian mengutamakan teknik tes.
Hal ini dikarenakan lebih berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan
dalam pengambilan keputusan yang dilakukan guru pada saat menentukan
pencapaian hasil belajar siswa. Ada beberapa macam instrumen non tes yang
dapat digunakan dalam penilaian pembelajaran matematika, antara lain:
a. Angket (Quetioner)
Angket adalah alat penilaian berupa daftar pertanyaan/pernyataan
tertulis untuk menjaring informasi tentang sesuatu. Angket dapat
digunakan untuk memperoleh informasi kognitif maupun afektif. Angket
berfungsi sebagai alat pengumpul data. Data tersebut berupa keadaan atau
data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, pendapat mengenai suatu hal.
Angket dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau bentuk sekala
sikap, misalnya skala likert yang biasanya digunakan untuk menilai
aspek-aspek psikologis yang diduga berpengaruh terhadap proses belajar
mengajar.
Data yang dihimpun melalui angket biasanya adalah data yang
berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam
mengikuti pelajaran, antara lain: cara belajar, fasilitas belajar yang
tersedia, bimbingan guru dan orang tua, sikap terhadap mata pelajaran
tertentu, dan pandangan siswa terhadap proses pembelajaran, serta sikap
siswa terhadap gurunya.
Angket sebagai alat penilaian nontes dapat dilaksanakan secara
langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara langsung
apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai
keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila angket
itu diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan

19 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
orang lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan
kepada temannya.
Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa
kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, angket dibagi menjadi
angket langsung dan angket tidak langsung. Angket langsung adalah
angket yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya.
Sedangkan angket tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh
orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila
yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka
dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila
ditinjau dari segi cara menjawab maka angket terbagi menjadi angket
tertutup dan angket terbuka. Angket tertututp adalah daftar pertanyaan
yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya
memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada jawaban yang ia anggap
sesuai. Sedangkan angket terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si
penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara
terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.
Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam,
yaitu angket berstuktur dan angket tidak berstuktur. Angket berstuktur
adalah angket yang bersifat tegas, jelas, dengan model pertanyan yang
terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula.
Sedangkan angket tidak berstruktur adalah angket yang membutuhkan
jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak
dituntut untuk memberi penjelasan- penjelasan, alasan-alasan terbuka.
Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat,
kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan angket antara lain:
 Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang
banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
 Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama.
 Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan.

20 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
 Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga
apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan
kembali.
 Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua
anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak
diawasi secara mendetail.
 Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan
semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket
yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik penilaian yang dilakukan dengan
jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to pace relition)
secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain
misalnya kepada orang tuannya atau kepada temannya.
Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi
oleh beberapa hal yaitu:
 Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai,
 Keterampilan pewawancara,
 Pedoman wawancara.
Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat
penilaian , yaitu:
1. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal
dengan istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau
wawancara sistematis (Systematic Interview).
2. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering
dikenal dengan istilah wawancata sederhana (Simple Interview) atau
wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau
wawancara bebas.

21 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Wawancara sebagai alat penilaian non tes memiliki kelebihan dan
kelemahan.
Kelebihan wawancara antara lain :
1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadaan pribadi hal ini
tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek.
2. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam
pelaksaannya
3. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi.
4. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat
dibandingkan dengan observasi dan angket.
5. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si
pewawancara dengan objek.
Sedangkan kelemahan wawancara antara lain:
1. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan,
kemampuan individu yang diwawancarai.
2. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar
pelaksanaan wawancara.
3. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna
dari pewawancara.

Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat


mempengaruhi hasil wawancara.
Pedoman wawancara disusun dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.
2. Berdasarkan tujuan di atas tentukan aspek-aspek yang akan diungkap
dari wawancara tersebut. Aspek-aspek tersebut dijadikan dasar dalam
menyusun materi pertanyaan wawancara.
3. Tentukan bentuk pertanyaan yang akan digunakan, yakni bentuk
berstruktur atau bentuk terbuka.
4. Buatlah pertanyaan wawancara yang berstruktur atau yang bebas.

22 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
5. Ada baiknya apabila dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan
hasil wawancara.

c. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data tentang
hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan
individu dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok.
Tes sosiometri ada dua macam, yaitu: (1) tes yang mengharuskan
untuk memilih beberapa teman dalam kelompok sebagai pernyataan
kesukaan untuk melakukan kegiatan tertentu criteriumbersama-sama
dengan teman-teman yang dipilih; (2) tes yang mengharuskan
menyatakan kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap teman-teman
dalam kelompok pada umumnya.
Ada beberapa bentuk analisis sosiometri diantaranya:
1. Matrix sosiometri
Matrix adalah tatanan angka-angka atau lambang-lambang lain
dalam bentuk segi empat. Data yang diperoleh dari angket sosiometri
kemudian dirangkum dalam matrik sosiometri yaitu dalam suatu tabel
yang berisi nama pilihan. Nama pilihan tersebut yaitu yang sudah
dipilih oleh peserta. Bentuk hubungan nya seperti:

 Bentuk segitiga (triangle), bentuk ini merupakan suatu


persahabatan atau hubungan yang mempunyai intensitas yang
cukup kuat.
 Bentuk bintang (star), bentuk ini kurang baik sebab jika A (yang
berkedudukan sebagai pusat)tidak ada maka kelompok itu akan
pecah.
 Berbentuk jala (network), hubungan cukup menyeluruh, baik, kuat
dan hilangnya seseorang tidak akan membuat kelompoknya pecah
karena hubungan ini mempunyai intensitas yang cukup kuat.
 Berbentuk rantai (chain), hubungan searah atau sepihak, tidak
menyeluruh. Kelompok demikian ini keadaanya rapuh.

23 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
2. Sosiogram
Arti sosiogram sendiri yaitu bagan pilihan yang dibuat dalam
sekelompok, lebih banyak pada hal-hal yang praktis dari pada maksud
dan tujuan penelitian, atau karena analisisnya matematis dan sulit
sehingga membutuhkan ruang yang demikian banyak yang tidak
dimungkinkan.
3. Indeks sosiometri

Indeks sosiometri adalah angka tunggal yang terhitung dari


suatu angka bilangan atau lebih yang dihasilkan oleh data sosiometri.
Indeks ini menunjukan karakteristik sosiometri individu, kelompok
dan merupakan kesimpulan.

Kelebihan dan kelemahan sosiometri yaitu:


Kelebihan sosiometri anatara lain:
 Sosiometri mudah dilakukan karena guru tinggal meminta anak didik
untukmenyebutkan dengan siapa anak senang bermain atau belajar.
 Pengolahan hasil pengumpulan data relatif mudah karena guru
tinggalmentabulasi pilihan masing-masing anak.
 Dalam waktu singkat dapat diperoleh informasi yang diperlukan.
 Tidak menelan biaya banyak.
 Tidak perlu kemampuan khusus untuk melakukan sosiometri.
Kelemahan sosiometri anatara lain:
 Informasi terkumpul hanya dari ungkapan yang disampaikan anak.
Bersifat sangat situasional (tergantung keadaan anak saat itu)
d. Assesmen Kerja
Assesmen kerja adalah penilaian yang dilakukan dengan cara
mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu
dalam penilaian kerja diperlukan instrumen berupa lembar pengamatan
atau lembar observasi.
Beberapa hal berikut ini adalah yang perlu dipertimbangkan dalam
melakukan penilaian kerja, antara lain:

24 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
1. Langkah-langkah kerja yang diharapakan agar dilakukan siswa untuk
menunjukkan kinerja suatu kompetensi.
2. Ketepatan dan kelengkapan aspek yang akan dinilai dalam suatu
kinerja.
3. Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas.
4. Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak sehingga semua
dapat diamati.
5. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan
diamati.
Penilaian kinerja dapat dilakukan melalui: (1) penilaian tertulis
(paper and pencil), (2) identifikasi, (3)simulasi, dan (4) memberi contoh
kerja (work sample).
Metode penilaian kinerja
 Penilaian Skala Grafik (Graphic Rating Scale)
Penilaian skala grafik meliputi: (1) penilaian berdasarkan
daftar skala yang menggambarkan sejumlah ciri-ciri tingkatan kinerja
pegawai pada suatu organisasi; (2) cara penilaian praktis dan dapat
menilai banyak aspek; (3) tersedia kolom untuk komentar, saran, dan
catatan; (4) dipakai sebagian besar organisasi.
 Alternatif Perangkingan (Alternation Ranking)
Alternatif perangkingan meliputi: (1) penilain dengan
merangking capeg atau pegawai dari yang paling baik ke yang paling
buruk untuk satu atau lebih ciri kinerja/spesifikasi tugas; (2) praktis
(disarankan 1 lembar dan untuk kelompok kecil); (3) menghabiskan
waktu, jika yang dibandingkan banyak; (4) tidak ada kolom nilai dan
detail komentar; (5) cocok untuk melengkapi metode penilaian yang
lain; (6) tidak memberikan detail penilaian aspek/ciri tugas tertentu.
 Komparasi Pasangan (Paired Comparation)
Komparasi pasangan meliputi: (1) menilai kinerja calon
pegawai dengan cara mempetakan perbandingan satu dengan lainnya

25 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
sehingga dapat diketahui karyawan yang lebih baik dari pasangannya,
(2) satu karyawan diberi pasangan dan dibandingkan dengan yang
lainnya, dan (3) pegawai yang paling banyak mendapat tanda + adalah
pegawai yang paling baik kinerjanya.
 Pemaksaan Distribusi Kurva Normal (Forced Distribution)
Pemaksaan distribusi kurva normal meliputi: (1) menilai calon
pegawai atau pegawai berdasarkan pola bahwa hasilnya harus
berdistribusi normal, (2) dipakai sebagai pendekatan dalam
menentukan penggolongan insentif dan bimbingan, dan (3) ditentang
Deming karena memaksakan harus ada kelompok staf dengan kinerja
di bawah standar kinerja.
 Pencatatan Kejadian Kritis (Critical Incident)
Pencatatan kejadian kritis meliputi: (1) penilaian kinerja
dengan selalu mencatat peristiwa kritis yang terjadi dilakukan
karyawan baik yang diharapkan maupun yang tidak direncanakan.
Selanjutnya mendiskusikannya di suatu periode waktu tertentu yang
telah ditentukan sebelumnya, misalnya setiap 6 bulan; (2)
kelemahannya, pengevaluasi arsip sehingga tidak hanya menilai atsa
dasar fakta baru yang terjadi saja; (3) sebaiknya dipakai untuk
melengkapi metode penilaian lain, misalnya metode komparasi; (4)
jika dipakai sendiri, tidak tepat untuk mengkomparasikan dengan staf
lainnya sehingga tidak tepat juga untuk penentuan gaji.
 Formulir Narative (Narative Form)
Formulir naratif meliputi : (1) penilain calon pegawai atau
pegawai dengan menggunakan formulir naratif yang menckup antara
lain kinerja pegawai dibandingkan dengan standar kinerja. Contoh-
contoh kinerja kritikal dan rencana peningkatan untuk
mencapai/melebihi standar kinerja yang ditentukan, dan (2)rangkuman
penilaian diakhiri dengan memfokuskan pada pemecahan masalah.
 Pertautan Standar Tingkah Laku (Behaviorally Anchored Rating
Scales = BARS)

26 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Pertautan standar tingkah laku meliputi : (1) penilaian calon
pegawai atau pegawai dengan mengkombinasikan kelebihan
dari narrative form, critical incidents dan perangkingan dengan
mengacu pada contoh tingkah laku spesifik (behavior) yang baik
maupun yang jelek, dan (2) metode ini lebih lengkap dan lebih baik
dari yang sebelumnya, hanya lebih lama /sulit dibuat.
Tahap membuat BARS: (1) kembangkan insiden kritikal
efektif dan non efektif dari suatu kinerja, (2) rumuskan ranah
kinerjanya, misalnya pengetahuan atau sikap, (3) mintakan
pertimbangan pada kelompok lain tentang ranah kinerja di atas, (4)
buat skala insidennya, biasanya dipilih 7 atau 9 skala, (5) susun final
instrument untuk masing-masing ranah kinerja di atas.
 Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management By Objective)
Penilaian dengan mengacu pada sasaran-sasaran organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya secara periodic: (1) tentukan
sasaran organisasi. Sasaran harus specific, Measurable, Realistic, and
Time-bounding sasaran organisasi; (3) tentukan kontribusi calon
pegawai atau pegawai selaras dengan sasaran departemen; (4)
tentukan secara rinci sasaran individual karyawan jangka pendek; (5)
ukur dan reviu kinerja calon pegawai atau pegawai dengan sasaran
yang ditentukan; (6) beri umpan balik setiap periode pengukuran.
Tiga hal yang harus dihindari adalah: (1) Hindari sasaran
kinerja yang tidak jelas atau tidak dapat diukur. Artinya, ada indikator
kinerja dalam bentuk kuantitatif; (2) penilaian MBO memerlukan
waktu yang banyak seperti menentukan sasaran, mengukur sasaran,
dan member umpan balik; dan (3) menentukan sasaran individu yang
mendukung sasaran organisasi sering menimbulkan perselisihan.
 Evaluasi 360 Derajat
Dengan metode ini diperoleh umpan balik ganda yang tidak
hanya dari atasan langsung tetapi juga dari rekan sejawat dan

27 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
pelanggan. Sumber data dari: (1) survey kepuasaan dari pelanggan
eksternal, dan (3) evaluasi diri sendiri.
Kelebihan dan kelemahan assesmen kerja yaitu:
e. Portofolio
Secara umum, portofolio merupakan kumpulan dokumen berupa
objek penilaian yang dipakai oleh seseorang, kelompok, lembaga,
organisasi atau perusahaan yang bertujuan untuk mendokumentasikan dan
menilai perkembangan suatu proses.
Kelebihan dan kelemahan portofolio sebagai alat penilain, yaitu:
Kelebihan portofolio antara lain:
 Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan peserta
didik dari waktu ke waktu berdasarkan feedback dan refleksi diri.
 Membantu guru melakukan penilaian secara adil, objektif, dan dapat
dipertanggung jawabkan tanpa mengurangi kreativitas peserta didik di
kelas.
 Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung jawab terhadap apa
yang telah mereka kerjakan, seperti di kelas maupun di luar kelas
dalam rangka implementasi program pembelajaran.
 Meningkatkan peran peserta didik secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran dan penilaian.
 Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan mereka.
 Membantu guru mengklarifikasi dan mengindentifikasi program
pembelajaran.
 Terlibatnya berbagai pihak, seperti orang tua, guru, komite sekolah,
dan masyarakat lainnya dalam melihat pencapaian kemampuan
peserta didik.
 Memungkinkan peserta didik melakukan penilaian diri, refleksi, dan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
 Guru dan peserta dididk sama-sama bertanggung jawab untuk
merancang dan menilai kemajuan belajar.

28 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
 Dapat digunakan untuk menilai kelas yang heterogen antara peserta
didik yang pandai dan yang kurang pandai.
 Memungkinkan guru memberikan hadiah terhadap setiap usaha
belajar peserta didik.
Kelemahan portofolio antara lain:
 Membutuhkan waktu dan kerja ekstra.
 Ada kecenderungan guru hanya
2. Pengembangan Instrumen Non Tes
a. Memahami Langkah-langkah Mengembangkan Instrumen Non Tes
Ada sembilan langkah dalam mengembangkan instrumen non tes, yaitu:
1. Menentukan spesifikasi instrumen
Penentuan spesifikasi instrumen dimulai dengan menentukan kejelasan
tujuan. Setelah menetapkan tujuan, kegiatan berikutnya menyusun kisi-kisi
instrumen. Membuat kisi-kisi diawali dengan menentukan definisi
konseptual, yaitu definisi aspek yang akan diukur menurut hasil kajian
teoritik berbagai ahli/referensi. Selanjutnya merumuskan definisi operasional,
yaitu definisi yang Ada buat tentang aspek yang akan diukur setelah
mencermati definisi konseptual. Definisi operasional ini kemudian dijabarkan
menjadi indikator dan ditulisan dalam kisi-kisi. Selanjutnya Anda perlu
menentukan bentuk instrumen dan panjang instrumen.
2. Menentukan skala penilaian
Skala yang sering digunakan dalam instrumen penilaian antara lain adalah:
Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
3. Menulis butir instrumen
Pada tahap ini Anda merumuskan butir-butir instrumen berdasarkan kisi-
kisi. Pernyataan dapat berupa pernyataan positif dan negatif. Pernyataan
positif merupakan pernyataan yang mengadung makna selaras dengan
indikator, sedangkan pernyataan negatif adalah pernyataan yang berisi kontra
kondisi dengan indikator.
4. Menentukan penyekoran

29 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Sistem penyekoran yang digunakan tergantung pada skala pengukuran
yang digunakan. Pada skala Thurstone, skor tertinggi tiap butir 7 dan skor
terendah 1. Pada skala Likert, awal skor tertinggi tiap butir 5 dan terendah 1,
karena sering kecenderungan responden memilih jawaban katergori tengah,
maka dimodifikasi hanya menggunakan empat pilihan. Skor siswa dapat
ditafsirkan dengan kriteria berikut:
Tabel. Kriteria Penafsiran
Interval Nilai Interpretasi
𝑋 ≥ 𝑀𝑖 + 𝑆𝑏𝑖 Baik
𝑀𝑖 − 𝑆𝑏𝑖 ≤ 𝑋 < 𝑀𝑖 + 𝑆𝑏𝑖 Sedang
𝑋 ≤ 𝑀𝑖 – 𝑆𝑏𝑖 Kurang

Keterangan : 𝑋 : Skor responden


𝑀𝑖 : Mean ideal
𝑆𝑏𝑖 : Simpangan baku ideal
1
𝑀𝑖 = 2 (𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 + 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ)
1
𝑆𝑏𝑖 = 6 (𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ)

5. Menelaah instrumen
Kegiatan pada telaah instrumen adalah menelaah apakah: a) butir
pertanyaan/pernyataan sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan
komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang benar, c) butir
pertanyaan/pernyataan tidak bias, d) format instrumen menarik untuk dibaca,
e) pedoman menjawab atau mengisi instrumen jelas, dan f) jumlah butir
dan/atau panjang kalimat pertanyaan/ pernyataan sudah tepat sehingga tidak
menjemukan untuk dibaca/dijawab. Hasil telaah instrumen digunakan untuk
memperbaiki instrumen.
6. Menyusun instrumen
Langkah ini merupakan tahap menyusun butir-butir instrumen setelah
dilakukan penelaahan menjadi seperangkat instrumen yang siap untuk

30 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
diujicobakan. Format instrumen harus dibuat menarik dan tidak terlalu
panjang, sehingga responden tertarik untuk membaca dan mengisinya.
7. Melakukan uji coba instrumen
Setelah instrumen tersusun dengan utuh, kemudian melakukan uji coba
instrumen. Untuk itu dipilih sampel yang karakteristiknya mewakili populasi.
Uji coba dilakukan untuk memperoleh informasi empirik tentang kualitas
instrumen yang dikembangkan.
8. Menganalisis hasil uji coba
Analisis hasil ujicoba dilakukan untuk menganalisis kualitas instrumen
berdasarkan data ujicoba. Dari analisis ini diharapkan diketahui mana yang
sudah baik, mana yang kurang baik dan perlu diperbaiki, dan mana yang tidak
bisa digunakan. Selain itu, analisis hasil ujicoba ini juga dapat digunakan
untuk memperoleh informasi tentang validitas dan reliabilitas instrumen.
9. Memperbaiki instrumen
Perbaikan dilakukan berdasarkan analisis hasil ujicoba. Bisa saja hasil
telaah instrumen baik, namun hasil ujicoba empirik tidak baik. Perbaikan
termasuk mengakomodasi saran-saran dari responden uji coba.

A. Langkah pengembangan Angket


Menentukan spesifikasi tes
Tujuan instrumen ini adalah untuk menggali informasi tentang sikap siswa
dalam memahami pelajaran Limit Fungsi. Sebelum menyusun kisi-kisi, Anda
perlu mengkaji berbagai literatur sehingga Anda mengerti dengan benar
apakah yang dimaksud dengan sikap memahami pelajaran Limit Fungsi
dalam pemecahan masalah. Sebagai ilustrasi, berikut contoh kajian literatur
tentang sikap menghargai kegunaan matematika dalam pemecahan masalah:

Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (1975, dalam Depdiknas, 2004)


adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif
atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap
merupakan kecenderungan merespons secara konsisten baik menyukai
atau tidak menyukai suatu objek. Sikap peserta didik setelah mengikuti
pelajaran harus lebih positif dibanding sebelum mengikuti pelajaran.
Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan guru dalam
31 | A Smelaksanakan
S E S M E N T proses
P E M Bbelajar
ELAJA mengajar.
RAN Pada Permendiknas No 22
Tahun 2006 disebutkan bahwa salah satu tujuan diajarkan mata
pelajaran matematika disekolah adalah agar siswa memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
Berdasarkan definisi teoritik di atas, Anda dapat merumuskan definisi
operasional sikap memahami pelajaran matematika dalam pemecahan
masalah. Misalnya, siswa dikatakan memiliki sikap memahami pelajaran
matematika dalam pemecahan masalah jika: memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, dan sikap ulet dan
percaya diri dalam pe mecahan masalah. Setelah Anda merumuskan definisi
operasional seperti di atas, Anda dapat membuat kisi-kisi instrumen.
Misalkan sebagai berikut:

Tabel. Kisi-Kisi Instrumen

Aspek Indikator
Sikap memahami pelajaran Limit Memiliki rasa ingin tahu
Fungsi. Memiliki perhatian dalam belajar
Memiliki minat mempelajari
Memiliki sikap ulet
Memiliki rasa percaya diri, aktif
dalam pemecahan masalah

Setelah Anda menentukan indikator sikap memahami pelajaran Limit


Fungsi seperti pada tabel di atas, selanjutnya Anda menentukan bentuk
instrumen yang digunakan, disini berdasarkan indikator diatas maka dapat
menggunakan jenis instrument non tes yaitu angket.

Langkah berikutnya adalah menentukan panjang instrumen. Setelah Anda


menyelesaikan spesifikasi instrumen, langkah selanjutnya adalah menentukan
skala pengukuran dan dilanjutkan menyusun butir-butir instrumennya.
Misalnya angket dibawah ini memberikan contoh skala Likert. Pada skala
likert, alternaif jawaban adalah dapat menggunakan alternatif:

SS: Sangat Setuju; S: Setuju; TS : Tidak Setuju; STS: Sangat Tidak


Setuju.

32 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Setelah skala pengukuran sudah ditetapkan, berikutnya Anda dapat
menyusun butir-butir instrumennya.

Tabel. Butir-Butir Pernyataan Angket

Indikator Pernyataan Jenis Pernyataan


Positif Negatif
Memiliki rasa ingin Saya merasa mudah memahami Limit √
tahu
Fungsi
Saya selalu mengerjakan soal-soal Limit √
Fungsi ini dengan tekun
Saya tertantang untuk mengetahui Limit √
Fungsi ini lebih dalam lagi
Memiliki perhatian Selama pembelajaran Limit Fungsi √
dalam belajar
berlangsung, saya memperhatikan setiap
penjelasan yang diberikan guru.
Saya memperhatikan dengan seksama √
tanggapan guru terhadap pertanyaan siswa.
Selama pembelajaran matematika √
berlangsung, saya melakukan aktivitas lain
yang tidak berhubungan dengan pelajaran
matematika
Memiliki minat Saya menyukai pelajaran Limit Fungsi ini √
Mempelajari
Proses pembelajaran Limit Fungsi ini √
menyenangkan
Saya setuju bahwa belajar Limit Fungsi ini √
akan banyak gunanya.
Memiliki rasa percaya Saya berusaha menjawab ketika guru √
diri, aktif dalam matematika mengajukan pertanyaan selama
pemecahan masalah pembelajaran
Saya tidak aktif menyampaikan pendapat √
ketika materi disampaikan guru

Untuk penyekoran menggunakan ketentuan berikut:


Untuk pernyataan positif: SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1

33 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Untuk pernyataan negatif: SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4
Karena terdapat 11 butir, maka skor tertinggi adalah 44 dan skor terendah 11.

Untuk menentukan kriteria penafsiran Anda perlu menghitung terlebih


dahulu mean ideal (Mi) dan simpangan baku sebagai berikut:
1
𝑀𝑖 = (𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 + 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ)
2

1
= (44 + 11)
2

= 27,5

1
𝑆𝑏𝑖 = (𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ)
6
1
= (44 − 11)
6
= 5,5
Berdasarkan kriteria penafsiran pada 2.3.1. , kriteria penafsiran yang
sesuai adalah sebagai berikut.
Interval Nilai Interpretasi
𝑋 ≥ 33 Baik
22 ≤ 𝑋 < 33 Sedang
𝑋 ≤ 22 Kurang
Lalu, sebelum butir-butir pernyataan di atas disusun menjadi angket yang
utuh, lakukan telaah terlebih dahulu atas butir-butir itu agar butir penyataan
yang dimasukkan dalam angket nanti sudah tepat.

B. Wawancara
Menentukan spesifikasi tes
Tujuan instrumen ini adalah untuk menggali informasi tentang sikap siswa
dalam memahami pelajaran Limit Fungsi. Anda dapat merumuskan definisi
operasional sikap memahami pelajaran matematika dalam pemecahan
masalah. Misalnya, siswa dikatakan memiliki sikap memahami pelajaran

34 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
matematika dalam pemecahan masalah jika: memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, dan sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah. Setelah Anda merumuskan definisi
operasional seperti di atas, Anda dapat membuat kisi-kisi instrumen.
Misalkan sebagai berikut:
Tabel. Kisi-Kisi Instrumen

Aspek Indikator
Sikap memahami pelajaran Limit Memiliki rasa ingin tahu
Fungsi. Memiliki perhatian dalam belajar
Memiliki minat mempelajari
Memiliki sikap ulet
Memiliki rasa percaya diri, aktif
dalam pemecahan masalah
Setelah Anda menentukan indikator sikap memahami pelajaran Limit
Fungsi seperti pada tabel di atas, selanjutnya Anda menentukan bentuk
instrumen yang digunakan, disini berdasarkan indikator diatas maka dapat
menggunakan jenis instrument non tes yaitu wawancara.

Langkah berikutnya adalah menentukan panjang instrumen. Setelah Anda


menyelesaikan spesifikasi instrumen, langkah selanjutnya adalah menyusun
butir-butir instrumennya.

Tabel. Butir-Butir Pertanyaan Wawancara

Indikator Pertanyaan

Memiliki rasa Apakah kamu merasa mudah memahami Limit Fungsi


ingin tahu
Apakah kamu selalu mengerjakan soal-soal Limit Fungsi ini
dengan tekun
Apakah kamu tertantang untuk mengetahui Limit Fungsi ini
lebih dalam lagi
Memiliki Apakah kamu selama pembelajaran Limit Fungsi berlangsung,

35 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
perhatian dalam saya memperhatikan setiap penjelasan yang diberikan guru.
belajar
Apakah kamu memperhatikan dengan seksama tanggapan guru
terhadap pertanyaan siswa.
Apakah kamu selama pembelajaran matematika berlangsung,
saya melakukan aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan
pelajaran matematika
Memiliki minat Apakah kamu menyukai pelajaran Limit Fungsi ini
mempelajari
Apakah proses pembelajaran Limit Fungsi ini menyenangkan
Apakah kamu setuju bahwa belajar Limit Fungsi ini akan banyak
gunanya.
Memiliki rasa Apakah kamu berusaha menjawab ketika guru matematika
percaya diri, aktif mengajukan pertanyaan selama pembelajaran
dalam pemecahan Apakah kamu tidak aktif menyampaikan pendapat ketika materi
masalah disampaikan guru

Lalu, sebelum butir-butir pernyataan di atas disusun menjadi daftar


wawancara yang utuh, lakukan telaah terlebih dahulu atas butir-butir itu agar
butir penyataan yang dimasukkan dalam daftar wawancara nanti sudah tepat.
Setelah menyusun butir-butir wawancara, yang dilakukan yaitu memberikan
kesimpulan secara umum bagaimana responden(siswa) menjawab.

Namun, hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai


pewawancara yaitu:
 Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai background
tentang apa yang akan ditanyakan.
 Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud
wawancara tersebut.
 Harus menjaga hubungan yang baik.
 Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya.
 Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya
jelas.
 Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara.

36 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
 Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi
sumber data.
 Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.
 Guru harus mengobrol dalam wawancara.
 Batasi waktu wawancara.
 Hindari penonjolan aku dari guru

C. Sosiometri
Tahap-tahap dalam pelaksanaan sosiometri adalah:
 Tahap persiapan
a. Menentukan kelompok siswa yang akan diselidiki.
b. Memberikan informasi atau keterangan tentang tujuan
penyelenggaraan sosiometri.
c. Mempersiapkan angket sosiometri
 Tahap Pelaksanaan
a. Membagikan dan mengisi angket sosiometri.
b. Mengumpulkan kembali dan memeriksa apakah angket sudah diisi
dengan benar
 Tahap Pengolahan
Memeriksa hasil angket
Berdasarkan diatas, berikut merupakan contoh langkah pengembangan
instrumen jenis non tes yaitu sosiometri berdasarkan tujuan pembelajaran.

D. Assesmen Kerja (Unjuk Kerja)


Penilaian unjuk kerja ini merupakan salah satu jenis penilaian yang
termasuk pada penilaian autentik atau penilaian alternatif yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah-
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Bentuk tes ini digunakan untuk mengukur status siswa berdasar hasil kerja
atas suatu tugas. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian yang dilakukan
dengan cara mengamati kegiatan siswa dalam melakukan suatu kegiatan.

37 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
Oleh karena itu dalam penilaian unjuk kerja diperlukan instrumen misalnya
berupa lembar pengamatan atau lembar observasi. Penilaian unjuk kerja
berguna untuk mengukur keterampilan atau sikap siswa melakukan kerja
tertentu. Contoh unjuk kerja yang dapat diamati antara lain: kemampuan
siswa dalam menggunakan atau mendemontrasikan alat peraga matematika,
memecahkan masalah kontekstual, dan melakukan penelitian matematika
sederhana.
Instrumen penilaian unjuk kerja dapat terdiri dari lembar pengamatan saja,
misalnya dalam kegiatan menggambar bangun datar dan memberi nama
sudut, membagi sudut yang telah diketahui menjadi dua sama besar. Pada
lembar pengamatan harus didefinisikan aspek yang dinilai berupa perilaku
yang diharapkan muncul dari siswa selama proses unjuk kerja, aspek-aspek
yang dinilai ini dipilih dengan mempertimbangkan kompetensi dasar yang
harus dicapai siswa. Selain itu juga dicantumkan pedoman penskoran dan
cara menilainya termasuk bagaimana mengubah dari data kualitatif menjadi
kuantitatif. Instrumen penilaian unjuk kerja dapat berupa lembar
pengamatan/observasi dengan skala rentang (rating scale) dan daftar cek
(check list).

E. Portofolio
Prinsip penilaian portofolio adalah siswa dapat melakukan penilaian
sendiri kemudian hasilnya dibahas. Jadi portofolio adalah suatu metode
pengukuran dengan melibatkan siswa untuk menilai kemajuannya dalam studi
tertentu. Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja siswa
dengan menilai kumpulan karya-karya dan tugas-tugas yang dikerjakan siswa.
Karya-karya ini dipilih dan kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat
perkembangan kemampuan siswa.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian
portofolio adalah sebagai berikut.
 Karya yang dikumpulkan adalah benar-benar karya yang bersangkutan.
 Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus dikumpulkan.

38 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
 Mengumpulkan dan menyimpan contoh karya.
 Menentukan kriteria untuk penilaian portofolio.
 Meminta siswa untuk menilai secara terus-menerus hasil portofolionya.
 Merencanakan pertemuan dengan siswa yang dinilai.
 Dapat melibatkan orang tua dalam menilai portofolio.
Dalam matematika, portofolio dapat berupa dokumen hasil kerja siswa
misalnya hasil pekerjaan di rumah, sertifikat hasil lomba, tugas-tugas karya
ilmiah siswa, dan sebagainya. Agar penilaian terhadap hasil penugasan ini
obyektif, maka guru perlu mengembangkan rubrik.

39 | A S S E S M E N T P E M B E L A J A R A N
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Untuk meningkatkan mutu pembelajaran dibutuhkan sistem evaluasi yang


tepat, karena peserta didik memiliki berbagai kemampuan yang berbeda-beda
maka sistem evaluasi yang digunakan harus terintegrasi dan mampu mengukur
semua kemampuan yang ada pada peserta didik.Evaluasi pendidikan tidak hanya
digunakan untuk mengukur ranah kognitif peserta didik saja. Adapun ranah yang
diukur dengan menggunakan nontes ini adalah kognitif, psikomotorik, perseptual,
komunikasi nondiskursip, dan ranah afektif.

Adapun jenis alat evaluasi yang digunakan, terbagi menjadi 2 teknik, yaitu :

1. Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar


atau salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang
membutuhkan jawaban, atau sejumlah pertanyaan yang harus diberikan
tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau
mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (testee).

2. Nontes dapat digunakan untuk mengukur semua ranah yang dimiliki oleh
masing-masing individu yang tentunya berbeda. Teknik nontes sangat
penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan psikomotor,
berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Ada
beberapa macam teknik nontes, yaitu: pengamatan (observation),
penugasan, wawancara (interview), kuisioner/angket (questionanaire), dan
analisis dokumen.

40 |ASSESMENT PEMBELAJARAN
DAFTAR PUSTAKA

Ekawati, Estina dan Sumaryanta. 2011. Pengembangan Instrumen Penilaian


Pembelajaran Matematika SD/SMP. Jakarta: Kementrian Pendidikan
Nasional.

Hamzah B. Uno, dkk. 2001. Pengembangan Instrumen untuk Penelitian. Jakarta:


Delima Press.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka (offline)

Suryadi. Teknik Menyusun Alat Evaluasi dan Analisis Hasil Belajar (online) .
diakses pada 14 September 2019.

Anonymus. Tanpa Tahun. Modul Penilaian Non Tes. Disadur dari :


(http://staff.uny.ac.id/sites). Diakses tanggal 16 September 2019.

Anonymus. Tanpa Tahun. Pengembangan Alat Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Matematika. Disadur dari (http://file.upi.edu). Diakses tanggal 16
September 2019.

Arifin, Zainal. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Ekawati, Etina dan Sumaryanta. 2011. Pengembangan Instrumen Penilaian


Pembelajaran Matematika SD/SMP. Yogyakarta : Kemendiknas Badan
Pengembangan SDM Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
PPPPTK Matematika.

Kemendiknas. 2013. Penilaian dan Model Rapor.

Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Priatna, Bambang Avip. 2008. Instrumen Penelitian. Disadur dari :


(http://file.upi.edu/direktori/FPMIPA). Diakses tanggal 19 September
2019.

Anda mungkin juga menyukai