INSTRUMEN TES
1. Pengetian dan Jenis-jenis Instrumen Tes
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001) kata instrumen
dapat diartikan sebagai: (1) alat yang digunakan dalam suatu kegiatan, atau (2)
sarana untuk mengumpulkan data sebagai bahan pengolahan. Jadi instrumen
evaluasi hasil belajar fisika dapat diartikan sebagai alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penilaian pembelajaran fisika yang dilihat dari
kemampuan kognitif peserta didik.
Sesuai dengan teknik penilaian yang digunakan, instrumen penilaian dapat
berupa instrumen tes atau instrumen non tes. Pada pokok bahasan kali ini akan
dibahas instrumen tes
Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes, yaitu:
Tes penempatan adalah tes yang diperlukan untuk menempatkan siswa
dalam kelompok siswa sesuai dengan kemampuannya
Tes diagnostik adalah tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui
kelemahan dan kekurangan, sebagai dasar perbaikan.
Tes formatif dimaksudkan sebagai tes yang digunakan untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti proses belajar
mengajar.
Tes sumatif adalah tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan
kompetensi siswa dalam satuan waktu tertentu seperti catur wulan atau
semester.
Ditinjau berdasarkan bentuk pertanyaannya, tes dapat berbentuk objektif dan esay
(Hamzah B. Uno, dkk., 2001).
a. Tes objektif
Tes objektif adalah tes dimana keseluruhan informasi yang diperlukan untuk
menjawab tes telah tersedia dan peserta harus memilih salah satu alternatif
yang disediakan tersebut. Terdapat beberapa bentuk tes objektif, yaitu:
Tes benar salah
Tes benar salah adalah tes yang memuat pernyataan benar atau salah.
Peserta bertugas menandai masing-masing pernyataan itu dengan
melingkari huruf B jika pernyataan benar, dan S jika pernyataan
salah.
1
Bentuk tes benar salah saat ini jarang digunakan guru fisika. Padahal
melalui tes benar salah ini banyak domain belajar fisika yang bisa di gali,
misal: pemahaman konsep, kemampuan bernalar, analisis dan lain-lain.
Dua butir pertanyaan benar salah di atas dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman konsep siswa tentang segitiga dan lingkaran.
Tes pilihan ganda
Tes pilihan ganda adalah tes yang memuat serangkaian informasi yang
belum lengkap, dan untuk melengkapinya dilakukan dengan memilih
berbagai alternatif pilihan yang disediakan. Ada empat variasi tes pilihan
ganda, yaitu: tes pilihan ganda biasa, asosiasi, hubungan antar hal, dan
menjodohkan.
o Tes pilihan ganda, adalah soal yang disertai beberapa alternatif
jawaban dimana hanya tersedia 1 pilihan benar, dan siswa tugasnya
adalah memilih mana dari alternatif-alternatif tersebut yang benar.
o Tes asosiasi, merupakan modifikasi dari tes pilihan ganda biasa.
Bentuk asosiasi juga terdiri dari satu pernyataan dan beberapa
alternatif jawaban, hanya saja terdapat lebih dari satu jawaban yang
benar. Salah satu bentuknya adalah dengan mengikuti petunjuk
sebagai berikut: Petunjuk mengerjakan soal:
Pilihan a bila jawaban 1, 2, dan 3 benar
Pilihan b bila jawaban 1 dan 3 benar
Pilihan c bila jawaban 2 dan 4 benar
Pilihan d bila jawaban 4 saja yang benar
Saat ini bentuk tes ini jarang digunakan. Padahal bentuk tes ini tidak
kalah potensialitasnya dibanding tes pilihan ganda biasa. Dibanding
tes pilihan ganda biasa, tes bentuk ini lebih menuntut siswa bernalar,
melihat semua kemungkinan jawaban, dan juga melihat hubungan
antar bagian.
o Tes hubungan antar hal, adalah soal yang memuat pernyataan dan
alasan, denganpola memuat pernyataan dan memuat alasan. Petunjuk
pilihan:
(a) Jika pernyataan benar, alasan benar, dan ada hubungan sebab
akibat
(b) Jika pernyataan benar, alasan benar, dan tidak ada hubungan
sebab akibat
2
(c) Jika pernyataan benar, alasan salah
(d) Jika pernyataan salah, dan alasan salah
(e) Baik pernyataan maupun alasan salah
Tes ini jarang digunakan, padahal tes hubungan antar hal ini sangat
baik digunakan untuk mengukur banyak dimensi belajar fisika,
antara lain: kemampuan bernalar siswa, pemahaman konsep,
hubungan antar konsep, kemampuan berpikir matematis, dan lain-
lain.
o Tes menjodohkan, dalam bentuk tradisional item tes menjodohkan
terdiri dari dua kolom yang pararel. Tiap kata, bilangan, atau simbol
dijodohkan dengan kalimat, frase, atau kata dalam kolom yang lain.
Item pada kolom di mana penjodohan dicari disebut premis,
sedangkan kolom di mana pilihan dicari disebut respon. Tugas siswa
adalah memasangkan antara presmis dan respon berdasarkan aturan
yang ditentukan. Tes menjodohkan ini juga relatif jarang digunakan
dalam penilaian pembelajaran fisika. Padahal seperti halnya tes
hubungan antar hal, tes bentuk ini juga dapat digunakan untuk
mengukur banyak dimensi belajar fisika, antara lain: mengukur
kemampuan bernalar siswa, pemahaman konsep, hubungan antar
konsep, kemampuan berpikir matematis, dan lain-lain.
b. Tes esay
Tes esay adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau perintah
yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang.
Tes ini dirancang untuk mengukur hasil belajar di mana unsur yang
diperlukan untuk menjawab soal dicari, diciptakan dan disusun sendiri siswa.
Siswa harus menyusun sendiri kata dan kalimat untuk menjawabannya.
Tujuan tes esay:
1. Merumuskan masalah
2. Mengorganisasi, mengintegrasikan dan menevaluasi gagasan dan
informasi.
3. Menerpakan pengetahuan dan keterampilan.
3
Tes esay diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk, yiatu: uraian bebas (non
objektif), uraian terstruktur (objektif), jawaban singkat, dan isian
(melengkapi).
1. Uraian non objektif
Bentuk uraian bebas memberikan kebebasan untuk memberikan opini
serta alasan yang diperlukan. Jawaban siswa tidak dibatasi oleh
persyaratan tertentu.
2. Uraian objektif
Bentuk uraian terstruktur atau uraian terbatas meminta siswa untuk
memberikan jawaban terhadap soal dengan persyaratan tertentu.
3. Jawaban singkat
Tes jawaban singkat merupakan tipe item tes yang dapat dijawab dengan
kata, frasa, bilangan, atau simbol. Tes jawaban singkat menggunakan
pertanyaan langsung, dan siswa diminta memberi jawaban singkat, tepat
dan jelas.
4. Bentuk melengkapi (isian)
Item tes melengkapi hampir sama dengan jawaban singkat, yaitu
merupakan tipe item tes yang dapat dijawab dengan kata, frasa, bilangan
atau simbol. Bedanya, item tes melengkapi merupakan pernyataan yang
tidak lengkap, dan siswa diminta untuk melengkapi pernyataan tersebut.
Tes esay perlu lebih dikembangkan penggunaanya dalam penilaian
pembelajaran fisika. Penggunaan tes esay selama ini agak kurang karena
lebih dominan digunakan tes objektif. Padahal tes esay ini sangat baik
untuk penilaian pembelajaran fisika karena memberi kesempatan pada
siswa untuk menyusun jawaban sesuaidengan jalan pikirannya sendiri.
Saat ini memang telah muncul kecenderungan kesadaran kembali
menggunakan tes uraian, karena kesadaran bahwa:
Menurunnya hasil belajar fisika disinyalir karena dominannya tes
objektif
Tes pilihan ganda tidak memberi kesempatan siswa
mengkomunikasikan ide dengan tulisan karena terbiasa hanya
memilih dari alternatif yang sudah ada.
4
Terlalu dominannya tes objektif dapat menyebabkan kurangnya daya
analisis dan kemampuan berpikir karena terbiasa tes objektif yang bisa
tebak jawaban
Kekuatan tes esay adalah dalam mengukur hasil belajar yang
kompleks dan melibatkan level kognitif yang tinggi.
Melalui tes esay guru dapat mencermati proses berpikir siswa
4. Penulisan soal
Pada kegiatan menuliskan butir soal ini, setiap butir soal yang ditulis
harus berdasarkan pada indikator yang telah dituliskan pada kisi-kisi
dan dituangkan dalam spesifikasi butir soal. Bentuk butir soal
mengacu pada deskripsi umum dan deskripsi khusus yang sudah
dirancang dalam spesifikasi butir soal.
Kaidah Penulisan Soal Kompetensi
1. Berhubungan dengan kondisi pembelajaran di kelas atau di luar kelas
2. Berhubungan erat antara proses, materi, kompetensi dan pengalaman
belajar
3. Mengukur kompetensi peserta didik
4. Mengukur beberapa kemampuan yang diwujudkan dalam stimulus
soal
5. Mengukur kemampuan berpikir kritis
6. Mengandung pemecahan masalah
a. Soal Uraian
Soal Uraian adalah soal yang jawabannya menuntut peserta tes
untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya
dengan cara mengemukakan gagasan tsb dalam bentuk tulisan.
Kaidah Penulisan Soal Uraian
1. Soal sesuai dengan indikator
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sudah sesuai
6
3. Materi yang ditanyakan sesuai dengan tujuan pengukuran
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis pendidikan
atau tingkat kelas
5. Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian
6. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal
7. Ada pedoman penskorannya
8. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan
jelas dan terbaca
9. Rumusan kalimat soal komunikatif
10. Butir soal menggunakan bahasa yang baku
11. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran
ganda atau salah pengertian
12. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
13. Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat
menyinggung perasaan peserta didik
7
Kaidah Penulisan Soal Pilihan Ganda
1. Soal harus sesuai dengan indikator
2. Pengecoh harus berfungsi
3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar
4. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
5. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
6. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif
ganda.
7. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi
materi.
8. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama
9. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan Semua pilihan
jawaban di atas salah/benar.
10. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis
waktunya.
11. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada
soal harus jelas dan berfungsi.
12. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata
yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-
kadang.
13. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
14. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah
bahasa.
15. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga
pernyataannya mudah dimengerti mahapeserta didik.
16. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal
akan digunakan untuk daerah lain atau nasional.
8
17. Pilihan jawaban jangan mengulang kata/frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan kata/frase pada
pokok soal
7. Merevisi soal
Berdasarkan hasil analisis butir soal hasil ujicoba kemudian dilakukan
perbaikan. Berbagai bagian tes yang masih kurang memenuhi standar
kualitas yang diharapkan perlu diperbaiki sehingga diperoleh
perangkat tes yang lebih baik. Untuk soal yang sudah baik tidak perlu
lagi dibenahi, tetapi soal yang masuk kategori tidak bagus harus
dibuang karena tidak memenuhi standar kualitas. Setelah tersusun
butir soal yang bagus, kemudian butir soal tersebut disusun kembali
untuk menjadi perangkat instrumen tes, sehingga instrumen tes siap
digunakan. Perangkat tes yang telah digunakan dapat dimasukkan ke
dalam bank soal sehingga suatu saat nanti bisa digunakan lagi.
9
3. Kriteria Kompetensi dan Indikator Soal
a. Kriteria Kompetensi
1. Urgensi: KD/indikator/materi yang secara teoritis, mutlak harus dikuasai
oleh peserta didik.
2. Kontinuitas: KD/indikator/materi lanjutan yang merupakan pendalaman
materi sebelumnya.
3. Relevansi: yang diperlukan untuk mempelajari dalam bidang studi lain.
4. Keterpakaian: memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Indikator Soal
Indikator soal sebagai pertanda atau indikasi pencapaian kompetensi
Indikator menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur
Indikator mengacu pada materi pembelajaran sesuai kompetensi
10
3. Memberi alasan (justifying)
Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?
Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyataan
tentang ....
4. Meringkas
Tuliskan pernyataan penting yang termasuk ....
Ringkaslah dengan tepat isi ....
5. Menyimpulkan
Susunlah beberapa kesimpulan yang bersasal dari data..
Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa
berikut ....
6. Berpendapat (inferring)
Berdasarkan ..., apa yang akan terjadi bila ....
Apa reaksi A terhadap ....
7. Mengelompokkan
Kelompokkan hal berikut berdasarkan ....
Apakah hal berikut memiliki ....
8. Menciptakan
Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang...
Lengkapilah cerita... tentang apa yang akan terjadi bila..
9. Menerapkan
Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah ....
Tuliskan ... dengan menggunakan pedoman ....
10. Analisis
Manakah penulisan yang salah pada paragraf ....
Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama ....
11. Sintesis
Tuliskan satu rencana untuk pembuktian ....
Tuliskan sebuah laporan ....
11
12. Evaluasi
Apakah kelebihan dan kelemahan ....
Berdasarkan kriteria ..., tuliskanlah evaluasi tentang ....
13
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dan satu strategi untuk
menyelesaikan masalahnya, peserta didik dapat menyelesaikan masalah
itu dengan menggunakan strategi lain.
14. Menggunakan analogi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dan strategi penyelesaiannya,
peserta didik dapat: (1) mendeskripsikan masalah lain (analog dengan
masalah ini) yang dapat diselesaikan dengan menggunakan strategi itu,
(2) memberikan alasannya.
15. Menyelesaikan secara terencana
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah situasi masalah yang kompleks, peserta didik dapat
menyelesaikan masalah secara terencana mulai dari input, proses,
output, dan outcomenya.
16. Mengevaluasi kualitas solusi
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah dan beberapa strategi untuk
menyelesaikan masalah, peserta didik dapat: (1) menjelaskan dengan
menerapkan strategi itu, (2) mengevaluasinya, (3) menentukan strategi
mana yang tepat, (4) memberi alasan mengapa strategi itu paling tepat
dibandingkan dengan strategi lainnya.
17. Mengevaluasi strategi sistematikanya
Contoh indikator soal:
Disajikan sebuah pernyataan masalah, beberapa strategi pemecahan
masalahnya, dan prosedurnya, peserta didik dapat mengevaluasi strategi
pemecahannya berdasarkan prosedur yang disajikan.
a. Tes Essay
Kelebihan:
a) Menyusun soal sangat mudah
b) Testee bebas menjawab
c) Testee melatih mengemukakan gagasan
d) Lebih ekonomis
Kelemahan:
14
a) Kurang efektif untuk materi yang scopnya luas
b) Jawabannya kurang heterogen menyulitkan tester
c) Baik-buruk tulisan, panjang pendek, tidak sama jawaban
menimbulkan penskoran kurang efektif
d) Salah pengertian dalam memahami soal tes
e) Koreksi memerlukan waktu dan ketelitian
b. Tes Objektif
Kelebihan :
a) Menilai bahan pelajaran scopnya luas
b) Jawaban bebas terpimpin
c) Dinilai secara objektif
d) Pemeriksaan mudah dan cepat
Kelemahan :
15
tertentu, dan pandangan siswa terhadap proses pembelajaran, serta sikap
siswa terhadap gurunya.
Angket sebagai alat penilaian nontes dapat dilaksanakan secara
langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara langsung
apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai
keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila angket
itu diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan
orang lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan
kepada temannya.
Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa
kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, angket dibagi menjadi
angket langsung dan angket tidak langsung. Angket langsung adalah
angket yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya.
Sedangkan angket tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh
orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila
yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka
dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila
ditinjau dari segi cara menjawab maka angket terbagi menjadi angket
tertutup dan angket terbuka. Angket tertututp adalah daftar pertanyaan
yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya
memberikan tanda silang (X) atau cek () pada jawaban yang ia anggap
sesuai. Sedangkan angket terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si
penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapatnya secara
terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.
Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam,
yaitu angket berstuktur dan angket tidak berstuktur. Angket berstuktur
adalah angket yang bersifat tegas, jelas, dengan model pertanyan yang
terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula.
Sedangkan angket tidak berstruktur adalah angket yang membutuhkan
jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak
dituntut untuk memberi penjelasan- penjelasan, alasan-alasan terbuka.
16
Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat,
kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan angket antara lain:
Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang
banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama.
Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan.
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga
apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan
kembali.
Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua
anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak
diawasi secara mendetail.
Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan
semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket
yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik penilaian yang dilakukan dengan
jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to pace relition)
secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain
misalnya kepada orang tuannya atau kepada temannya.
Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi
oleh beberapa hal yaitu:
Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai,
Keterampilan pewawancara,
Pedoman wawancara.
Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan
sebagai alat penilaian , yaitu:
1. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga
sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur
(Structured Interview) atau wawancara sistematis
(Systematic Interview).
17
2. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang
sering dikenal dengan istilah wawancata sederhana
(Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis
(Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas.
Wawancara sebagai alat penilaian non tes memiliki
kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan wawancara antara lain :
1. Wawancara dapat memberikan keterangan keadaan
pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara
pewawancara dengan objek.
18
Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat
mempengaruhi hasil wawancara.
Pedoman wawancara disusun dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Tentukan tujuan yang ingin dicapai dari wawancara.
c. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu teknik untuk mengumpulkan
data tentang hubungan sosial seorang individu dengan
individu lain, struktur hubungan individu dan arah
hubungan sosialnya dalam suatu kelompok.
Tes sosiometri ada dua macam, yaitu: (1) tes yang
mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam
kelompok sebagai pernyataan kesukaan untuk melakukan
kegiatan tertentu criteriumbersama-sama dengan teman-
teman yang dipilih; (2) tes yang mengharuskan
menyatakan kesukaannya atau ketidaksukaannya
terhadap teman-teman dalam kelompok pada umumnya.
19
Ada beberapa bentuk analisis sosiometri
diantaranya:
1. Matrix sosiometri
Matrix adalah tatanan angka-angka atau lambang-
lambang lain dalam bentuk segi empat. Data yang
diperoleh dari angket sosiometri kemudian dirangkum
dalam matrik sosiometri yaitu dalam suatu tabel yang
berisi nama pilihan. Nama pilihan tersebut yaitu yang
sudah dipilih oleh peserta. Bentuk hubungan nya
seperti:
20
Indeks sosiometri adalah angka tunggal yang
terhitung dari suatu angka bilangan atau lebih yang
dihasilkan oleh data sosiometri. Indeks ini menunjukan
karakteristik sosiometri individu, kelompok dan
merupakan kesimpulan.
21
4. Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak
sehingga semua dapat diamati.
5. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan
urutan yang akan diamati.
Penilaian kinerja dapat dilakukan melalui: (1)
penilaian tertulis (paper and pencil), (2) identifikasi,
(3)simulasi, dan (4) memberi contoh kerja (work sample).
Metode penilaian kinerja
Penilaian Skala Grafik (Graphic Rating Scale)
Penilaian skala grafik meliputi: (1) penilaian
berdasarkan daftar skala yang menggambarkan
sejumlah ciri-ciri tingkatan kinerja pegawai pada suatu
organisasi; (2) cara penilaian praktis dan dapat menilai
banyak aspek; (3) tersedia kolom untuk komentar,
saran, dan catatan; (4) dipakai sebagian besar
organisasi.
Alternatif Perangkingan (Alternation Ranking)
Alternatif perangkingan meliputi: (1) penilain
dengan merangking capeg atau pegawai dari yang
paling baik ke yang paling buruk untuk satu atau lebih
ciri kinerja/spesifikasi tugas; (2) praktis (disarankan 1
lembar dan untuk kelompok kecil); (3) menghabiskan
waktu, jika yang dibandingkan banyak; (4) tidak ada
kolom nilai dan detail komentar; (5) cocok untuk
melengkapi metode penilaian yang lain; (6) tidak
memberikan detail penilaian aspek/ciri tugas tertentu.
Komparasi Pasangan (Paired Comparation)
Komparasi pasangan meliputi: (1) menilai kinerja
calon pegawai dengan cara mempetakan perbandingan
satu dengan lainnya sehingga dapat diketahui
karyawan yang lebih baik dari pasangannya, (2) satu
22
karyawan diberi pasangan dan dibandingkan dengan
yang lainnya, dan (3) pegawai yang paling banyak
mendapat tanda + adalah pegawai yang paling baik
kinerjanya.
Pemaksaan Distribusi Kurva Normal (Forced
Distribution)
Pemaksaan distribusi kurva normal meliputi: (1)
menilai calon pegawai atau pegawai berdasarkan pola
bahwa hasilnya harus berdistribusi normal, (2) dipakai
sebagai pendekatan dalam menentukan penggolongan
insentif dan bimbingan, dan (3) ditentang Deming
karena memaksakan harus ada kelompok staf dengan
kinerja di bawah standar kinerja.
Pencatatan Kejadian Kritis (Critical Incident)
Pencatatan kejadian kritis meliputi: (1) penilaian
kinerja dengan selalu mencatat peristiwa kritis yang
terjadi dilakukan karyawan baik yang diharapkan
maupun yang tidak direncanakan. Selanjutnya
mendiskusikannya di suatu periode waktu tertentu yang
telah ditentukan sebelumnya, misalnya setiap 6 bulan;
(2) kelemahannya, pengevaluasi arsip sehingga tidak
hanya menilai atsa dasar fakta baru yang terjadi saja;
(3) sebaiknya dipakai untuk melengkapi metode
penilaian lain, misalnya metode komparasi; (4) jika
dipakai sendiri, tidak tepat untuk mengkomparasikan
dengan staf lainnya sehingga tidak tepat juga untuk
penentuan gaji.
Formulir Narative (Narative Form)
Formulir naratif meliputi : (1) penilain calon
pegawai atau pegawai dengan menggunakan formulir
23
naratif yang menckup antara lain kinerja pegawai
dibandingkan dengan standar kinerja. Contoh-contoh
kinerja kritikal dan rencana peningkatan untuk
mencapai/melebihi standar kinerja yang ditentukan,
dan (2)rangkuman penilaian diakhiri dengan
memfokuskan pada pemecahan masalah.
Pertautan Standar Tingkah Laku (Behaviorally
Anchored Rating Scales = BARS)
Pertautan standar tingkah laku meliputi : (1)
penilaian calon pegawai atau pegawai dengan
mengkombinasikan kelebihan dari narrative
form, critical incidents dan perangkingan dengan
mengacu pada contoh tingkah laku spesifik (behavior)
yang baik maupun yang jelek, dan (2) metode ini lebih
lengkap dan lebih baik dari yang sebelumnya, hanya
lebih lama /sulit dibuat.
Tahap membuat BARS: (1) kembangkan insiden
kritikal efektif dan non efektif dari suatu kinerja, (2)
rumuskan ranah kinerjanya, misalnya pengetahuan
atau sikap, (3) mintakan pertimbangan pada kelompok
lain tentang ranah kinerja di atas, (4) buat skala
insidennya, biasanya dipilih 7 atau 9 skala, (5) susun
final instrument untuk masing-masing ranah kinerja di
atas.
Manajemen Berdasarkan Sasaran (Management
By Objective)
Penilaian dengan mengacu pada sasaran-sasaran
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya secara
periodic: (1) tentukan sasaran organisasi. Sasaran
harus specific, Measurable, Realistic, and Time-
24
bounding sasaran organisasi; (3) tentukan kontribusi
calon pegawai atau pegawai selaras dengan sasaran
departemen; (4) tentukan secara rinci sasaran
individual karyawan jangka pendek; (5) ukur dan reviu
kinerja calon pegawai atau pegawai dengan sasaran
yang ditentukan; (6) beri umpan balik setiap periode
pengukuran.
Tiga hal yang harus dihindari adalah: (1) Hindari
sasaran kinerja yang tidak jelas atau tidak dapat diukur.
Artinya, ada indikator kinerja dalam bentuk kuantitatif;
(2) penilaian MBO memerlukan waktu yang banyak
seperti menentukan sasaran, mengukur sasaran, dan
member umpan balik; dan (3) menentukan sasaran
individu yang mendukung sasaran organisasi sering
menimbulkan perselisihan.
Evaluasi 360 Derajat
Dengan metode ini diperoleh umpan balik ganda
yang tidak hanya dari atasan langsung tetapi juga dari
rekan sejawat dan pelanggan. Sumber data dari: (1)
survey kepuasaan dari pelanggan eksternal, dan (3)
evaluasi diri sendiri.
Kelebihan dan kelemahan assesmen kerja yaitu:
e. Portofolio
Secara umum, portofolio merupakan kumpulan
dokumen berupa objek penilaian yang dipakai oleh
seseorang, kelompok, lembaga, organisasi atau
perusahaan yang bertujuan untuk mendokumentasikan
dan menilai perkembangan suatu proses.
Kelebihan dan kelemahan portofolio sebagai alat
penilain, yaitu:
Kelebihan portofolio antara lain:
25
Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan
kemampuan peserta didik dari waktu ke waktu
berdasarkan feedback dan refleksi diri.
Membantu guru melakukan penilaian secara adil,
objektif, dan dapat dipertanggung jawabkan tanpa
mengurangi kreativitas peserta didik di kelas.
Mengajak peserta didik untuk belajar bertanggung
jawab terhadap apa yang telah mereka kerjakan,
seperti di kelas maupun di luar kelas dalam rangka
implementasi program pembelajaran.
Meningkatkan peran peserta didik secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan penilaian.
Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan mereka.
Membantu guru mengklarifikasi dan mengindentifikasi
program pembelajaran.
Terlibatnya berbagai pihak, seperti orang tua, guru,
komite sekolah, dan masyarakat lainnya dalam melihat
pencapaian kemampuan peserta didik.
Memungkinkan peserta didik melakukan penilaian diri,
refleksi, dan mengembangkan kemampuan berpikir
kritis.
Guru dan peserta dididk sama-sama bertanggung
jawab untuk merancang dan menilai kemajuan belajar.
Dapat digunakan untuk menilai kelas yang heterogen
antara peserta didik yang pandai dan yang kurang
pandai.
Memungkinkan guru memberikan hadiah terhadap
setiap usaha belajar peserta didik.
Kelemahan portofolio antara lain:
Membutuhkan waktu dan kerja ekstra.
Ada kecenderungan guru hanya
2. Pengembangan Instrumen Non Tes
a. Memahami Langkah-langkah Mengembangkan Instrumen Non Tes
26
Ada sembilan langkah dalam mengembangkan instrumen non tes, yaitu:
1. Menentukan spesifikasi instrumen
Penentuan spesifikasi instrumen dimulai dengan menentukan kejelasan
tujuan. Setelah menetapkan tujuan, kegiatan berikutnya menyusun kisi-kisi
instrumen. Membuat kisi-kisi diawali dengan menentukan definisi
konseptual, yaitu definisi aspek yang akan diukur menurut hasil kajian
teoritik berbagai ahli/referensi. Selanjutnya merumuskan definisi operasional,
yaitu definisi yang Anda buat tentang aspek yang akan diukur setelah
mencermati definisi konseptual. Definisi operasional ini kemudian dijabarkan
menjadi indikator dan ditulisan dalam kisi-kisi. Selanjutnya Anda perlu
menentukan bentuk instrumen dan panjang instrumen.
2. Menentukan skala penilaian
Skala yang sering digunakan dalam instrumen penilaian antara lain adalah:
Skala Thurstone, Skala Likert, dan Skala Beda Semantik.
3. Menulis butir instrumen
Pada tahap ini Anda merumuskan butir-butir instrumen berdasarkan kisi-
kisi. Pernyataan dapat berupa pernyataan positif dan negatif. Pernyataan
positif merupakan pernyataan yang mengadung makna selaras dengan
indikator, sedangkan pernyataan negatif adalah pernyataan yang berisi kontra
kondisi dengan indikator.
4. Menentukan penyekoran
Sistem penyekoran yang digunakan tergantung pada skala pengukuran
yang digunakan. Pada skala Thurstone, skor tertinggi tiap butir 7 dan skor
terendah 1. Pada skala Likert, awal skor tertinggi tiap butir 5 dan terendah 1,
karena sering kecenderungan responden memilih jawaban katergori tengah,
maka dimodifikasi hanya menggunakan empat pilihan. Skor siswa dapat
ditafsirkan dengan kriteria berikut:
Tabel. Kriteria Penafsiran
Interval Nilai Interpretasi
X M i+ Sb i Baik
X M i Sb i Kurang
27
Keterangan : X : Skor responden
M i : Mean ideal
Sbi : Simpangan baku ideal
1
Mi= (skor tinggi +skor rendah)
2
1
Sbi= ( skor tinggiskor rendah)
6
5. Menelaah instrumen
Kegiatan pada telaah instrumen adalah menelaah apakah: a) butir
pertanyaan/pernyataan sesuai dengan indikator, b) bahasa yang digunakan
komunikatif dan menggunakan tata bahasa yang benar, c) butir
pertanyaan/pernyataan tidak bias, d) format instrumen menarik untuk dibaca,
e) pedoman menjawab atau mengisi instrumen jelas, dan f) jumlah butir
dan/atau panjang kalimat pertanyaan/ pernyataan sudah tepat sehingga tidak
menjemukan untuk dibaca/dijawab. Hasil telaah instrumen digunakan untuk
memperbaiki instrumen.
6. Menyusun instrumen
Langkah ini merupakan tahap menyusun butir-butir instrumen setelah
dilakukan penelaahan menjadi seperangkat instrumen yang siap untuk
diujicobakan. Format instrumen harus dibuat menarik dan tidak terlalu
panjang, sehingga responden tertarik untuk membaca dan mengisinya.
7. Melakukan uji coba instrumen
Setelah instrumen tersusun dengan utuh, kemudian melakukan uji coba
instrumen. Untuk itu dipilih sampel yang karakteristiknya mewakili populasi.
Uji coba dilakukan untuk memperoleh informasi empirik tentang kualitas
instrumen yang dikembangkan.
8. Menganalisis hasil uji coba
Analisis hasil ujicoba dilakukan untuk menganalisis kualitas instrumen
berdasarkan data ujicoba. Dari analisis ini diharapkan diketahui mana yang
sudah baik, mana yang kurang baik dan perlu diperbaiki, dan mana yang tidak
bisa digunakan. Selain itu, analisis hasil ujicoba ini juga dapat digunakan
untuk memperoleh informasi tentang validitas dan reliabilitas instrumen.
9. Memperbaiki instrumen
28
Perbaikan dilakukan berdasarkan analisis hasil ujicoba. Bisa saja hasil
telaah instrumen baik, namun hasil ujicoba empirik tidak baik. Perbaikan
termasuk mengakomodasi saran-saran dari responden uji coba.
Sikap menurut Fishbein dan Ajzen (1975, dalam Depdiknas, 2004) adalah
suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara positif atau
negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang. Sikap merupakan
kecenderungan merespons secara konsisten baik menyukai atau tidak
menyukai suatu objek. Sikap peserta didik setelah mengikuti pelajaran
harus lebih positif dibanding sebelum mengikuti pelajaran. Perubahan ini
merupakan salah satu indikator keberhasilan guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar. Pada Permendiknas No 22 Tahun 2006
disebutkan bahwa salah satu tujuan diajarkan mata pelajaran matematika
disekolah adalah agar siswa memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian,
dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah.
Aspek Indikator
Sikap memahami pelajaran Limit Memiliki rasa ingin tahu
Memiliki perhatian dalam belajar
Fungsi.
Memiliki minat mempelajari
Memiliki sikap ulet
Memiliki rasa percaya diri, aktif
dalam pemecahan masalah
30
Fungsi ini dengan tekun
Saya tertantang untuk mengetahui Limit
Fungsi ini lebih dalam lagi
Memiliki perhatian Selama pembelajaran Limit Fungsi
dalam belajar berlangsung, saya memperhatikan setiap
penjelasan yang diberikan guru.
Saya memperhatikan dengan seksama
tanggapan guru terhadap pertanyaan siswa.
Selama pembelajaran matematika
berlangsung, saya melakukan aktivitas lain
yang tidak berhubungan dengan pelajaran
matematika
Memiliki minat Saya menyukai pelajaran Limit Fungsi ini
Mempelajari Proses pembelajaran Limit Fungsi ini
menyenangkan
Saya setuju bahwa belajar Limit Fungsi ini
akan banyak gunanya.
Memiliki rasa percaya Saya berusaha menjawab ketika guru
diri, aktif dalam matematika mengajukan pertanyaan selama
pemecahan masalah pembelajaran
Saya tidak aktif menyampaikan pendapat
ketika materi disampaikan guru
1
( 44+11 )
2
27,5
31
1
Sbi= ( skor tinggiskor rendah )
6
1
( 4411 )
6
5,5
B. Wawancara
Menentukan spesifikasi tes
Tujuan instrumen ini adalah untuk menggali informasi tentang sikap siswa
dalam memahami pelajaran Limit Fungsi. Anda dapat merumuskan definisi
operasional sikap memahami pelajaran matematika dalam pemecahan
masalah. Misalnya, siswa dikatakan memiliki sikap memahami pelajaran
matematika dalam pemecahan masalah jika: memiliki rasa ingin tahu,
perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, dan sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah. Setelah Anda merumuskan definisi
operasional seperti di atas, Anda dapat membuat kisi-kisi instrumen. Misalkan
sebagai berikut:
Tabel. Kisi-Kisi Instrumen
Aspek Indikator
Sikap memahami pelajaran Limit Memiliki rasa ingin tahu
Memiliki perhatian dalam belajar
Fungsi.
Memiliki minat mempelajari
32
Memiliki sikap ulet
Memiliki rasa percaya diri, aktif
dalam pemecahan masalah
Setelah Anda menentukan indikator sikap memahami pelajaran Limit
Fungsi seperti pada tabel di atas, selanjutnya Anda menentukan bentuk
instrumen yang digunakan, disini berdasarkan indikator diatas maka dapat
menggunakan jenis instrument non tes yaitu wawancara.
Indikator Pertanyaan
33
Lalu, sebelum butir-butir pernyataan di atas disusun menjadi daftar
wawancara yang utuh, lakukan telaah terlebih dahulu atas butir-butir itu agar
butir penyataan yang dimasukkan dalam daftar wawancara nanti sudah tepat.
Setelah menyusun butir-butir wawancara, yang dilakukan yaitu memberikan
kesimpulan secara umum bagaimana responden(siswa) menjawab.
C. Sosiometri
Tahap-tahap dalam pelaksanaan sosiometri adalah:
Tahap persiapan
a. Menentukan kelompok siswa yang akan diselidiki.
b. Memberikan informasi atau keterangan tentang tujuan
penyelenggaraan sosiometri.
c. Mempersiapkan angket sosiometri
Tahap Pelaksanaan
a. Membagikan dan mengisi angket sosiometri.
b. Mengumpulkan kembali dan memeriksa apakah angket sudah diisi
dengan benar
Tahap Pengolahan
Memeriksa hasil angket
34
Berdasarkan diatas, berikut merupakan contoh langkah pengembangan
instrumen jenis non tes yaitu sosiometri berdasarkan tujuan pembelajaran.
E. Portofolio
35
Prinsip penilaian portofolio adalah siswa dapat melakukan penilaian
sendiri kemudian hasilnya dibahas. Jadi portofolio adalah suatu metode
pengukuran dengan melibatkan siswa untuk menilai kemajuannya dalam studi
tertentu. Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja siswa
dengan menilai kumpulan karya-karya dan tugas-tugas yang dikerjakan siswa.
Karya-karya ini dipilih dan kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat
perkembangan kemampuan siswa.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan penilaian
portofolio adalah sebagai berikut.
Karya yang dikumpulkan adalah benar-benar karya yang bersangkutan.
Menentukan contoh pekerjaan mana yang harus dikumpulkan.
Mengumpulkan dan menyimpan contoh karya.
Menentukan kriteria untuk penilaian portofolio.
Meminta siswa untuk menilai secara terus-menerus hasil portofolionya.
Merencanakan pertemuan dengan siswa yang dinilai.
Dapat melibatkan orang tua dalam menilai portofolio.
Dalam matematika, portofolio dapat berupa dokumen hasil kerja siswa
misalnya hasil pekerjaan di rumah, sertifikat hasil lomba, tugas-tugas karya
ilmiah siswa, dan sebagainya. Agar penilaian terhadap hasil penugasan ini
obyektif, maka guru perlu mengembangkan rubrik.
Daftar Pustaka
Ekawati, Estina dan Sumaryanta. 2011. Pengembangan Instrumen Penilaian
Pembelajaran Matematika SD/SMP. Jakarta: Kementrian Pendidikan
Nasional.
Hamzah B. Uno, dkk. 2001. Pengembangan Instrumen untuk Penelitian. Jakarta:
Delima Press
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka (offline)
Suryadi. Teknik Menyusun Alat Evaluasi dan Analisis Hasil Belajar (online) .
diakses pada 1 Oktober 2012.
Anonymus. Tanpa Tahun. Modul Penilaian Non Tes. Disadur dari :
(http://staff.uny.ac.id/sites). Diakses tanggal 16 November 2015.
36
Anonymus. Tanpa Tahun. Pengembangan Alat Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Matematika. Disadur dari (http://file.upi.edu). Diakses tanggal 16
November 2015.
Permendikbud Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.