Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tes pada umumnya mengukur hasil karya siswa. Tetapi ada juga
tes lain, yaitu tes atau pengukuran sikap. Tes ini berharga dan seharusnya
sering digunakan apabila kita ingin mengetahui kedua-duanya, baik
caranya mencapai hasil maupun hasil itu sendiri.
Dalam proses belajar mengajar, yang dievaluasi sebenarnya bukan
hanya siswa, tetapi juga sistem pendidikannya. Oleh karena itu, dalam
proses belajar mengajar terdiri atas rangkaian tes yang dimulai dari pre-
test untuk mengetahui mutu/isi pelajaran yang sudah dan yang belum
diketahui oleh siswa. Rencana pelajaran yang akan diajarkan. Entry
behavior mengukur kemampuan siswa dan mengelompokkan berdasarkan
kemampuan siswa ke dalam kelompok yang kemampuan kurang (slow
learnes), sedang, dan yang pandai (fast learnes). Pada saat pelajaran dalam
pelaksanaan (dalam proses), diperlukan evaluasi formatif untuk
mengetahui apakah proses belajar mengajar yang sedang berlangsung
sudah betul atau belum. Misalnya apakah sistem pendidikan dan
metodenya sudah cocok, apakah siswanya mampu atau tidak, dan apakah
media yang dipergunakan tidak salah pilih. Jadi, data yang diperoleh dari
evaluasi formatif dipergunakan untuk pengembangan, need assesment, dan
diagnostic decision. Pada akhir pelajaran, evaluasi sumatif diadakan untuk
mengetahui seberapa jauh pengetahuan, keterampilan, atau sikap siswa
bertambah.
Membuat pertanyaan tes (alat evaluasi) tidak mudah sebab tes atau
pertanyaan merupakan alat untuk melihat perubahan kemampuan dan
tingkah laku siswa setelah ia menerima pendidikan. Alat evaluasi yang
salah, akan menggambarkan kemampuan dan tingkah laku yang salah pula.
Oleh karena itu, teknik penyusunan alat evaluasi sangat penting untuk

1
dipertimbangkan agar diperoleh hasil yang objektif. Untuk itu kita perlu
tahu bagaimana teknik dalam membuat soal tes dan non tes. Di dalam
pembahasan ini akan dibahas tentang tes , khususnya tes objektif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tes objektif ?
2. Apa saja bentuk-bentuk tes objektif ?
3. Bagaimana penggunaan tes objektif ?
4. Bagaimana kelebihan dan kelemahan tes objektif ?
5. Bagaimana langkah penyusunan tes objektif ?
6. Bagaimana pemberian skor tes hasil belajar objektif ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tes objektif
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk tes objektif
3. Untuk mengetahui penggunaan tes objektif
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan tes objektif
5. Untuk mengetahui langkah penyusunan tes objektif
6. Untuk mengetahui pemberian skor tes hasil belajar objektif

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tes Objektif


Tes Objektif adalah tes tertulis yang menuntut siswa memilih
jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat dan
pemeriksaannya dilakukan secara objektif (seragam) terhadap semua
murid. Ada beberapa jenis tes bentuk objektif yaitu: pilihan ganda, bentuk
pilihan benar salah, menjodohkan.1
Tes objektif adalah bentuk tes yang mengandung kemungkinan
jawaban atau respons yang harus dipilih oleh peserta tes. Pemeriksaan atau
penskoran jawaban/respons percobaan sepenuhnya dapat dilakukan secara
objektif oleh pemeriksa dan dapat menggunakan alat bantu.
Tes obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat
dilakukan secara objektif. Hal ini memang untuk mengatasi kelemahan-
kelemahan dari tes bentuk esai.

B. Bentuk-bentuk Tes Objektif


1. Tes pilihan ganda
Merupakan bentuk tes objektif yang menyajikan soal dan
beberapa pilihan jawaban yang hanya ada satu jawaban yang benar.
Tes pilihan ganda dapat diskor dengan mudah, cepat, dan memiliki
obyektifitas yang tinggi untuk mengukur tingkat kognitif peserta
didik. Bentuk tes ini sangat cocok digunakan pada ujian yang
berskala besar dan hasilnya harus segera diumumkan, seperti: ujian
akhir sekolah dan ujian nasional. Namun, untuk menyusun tes
berbentuk soal pilihan ganda yang berkualitas membutuhkan waktu

1
Asrul, Rusydi Ananda, etc., Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media, 2014), 45.

3
yang lama dan penulis soal akan kesulitan membuat pengecoh
yang homogen.2
Sebelum menyusun tes pilihan ganda terdapat hal-hal yang
harus diperhatikan dalam menyusun tes pilihan ganda yaitu:
1) Ada kesesuaian antara soal dan jawaban,
2) Penyusunan kalimat tiap soal harus jelas,
3) Bahasa yang digunakan mudah dipahami,
4) Setiap soal harus mengandung satu masalah.3

Contoh dari tes ini adalah:

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dengan memubuhkan


tanda silang (X) pada huruf A,B,C,D atau E.Pada saat manakah
bacaan talbiyah dibaca oleh para jama’ah haji?

a. Sa’i
b. Wukuf
c. Thawaf
d. Berangkat ke arofah
e. Ihram
(Kunci : A)
2. Pilihan Benar-Salah
Bentuk tes Benar-Salah (B-S) adalah soal yang
mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah.
Fungsi bentuk soal benar salah adalah untuk mengukur
kemampuan peserta didk untuk membedakan antara fakta dengan
pendapat. Agar soal dapat berfungsi dengan baik, maka materi
yang ditanyakan sebaiknya homogen dari segi isi. Bentuk soal ini
banyak digunakan untuk mengukur kemampuan mengidentifikasi

2
Idrus Alwi, Pengaruh Jumlah Alternatif Jawaban Tes Objektif Bentuk Pilihan Ganda terhadap
Reliabilitas Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda, Jurnal Ilmiah Faktor Exacta, Vol. 3 No. 2,
2010
3
Asrul, Rusydi Ananda, etc., Evaluasi....., 45.

4
informasi berdasarkan hubungan yang sederhana.4 Cara
mengerjakan soal ini dengan melingkari atau menandai pada
jawaban yang dianggap benar.
Sebelum menyusun soal benar salah ada hal-hal yang harus
diperhatikan, yaitu: membuat petunjuk dengan jelas agar peserta
didik tidak bingung, setiap soal hendaknya mengandung satu
pengertian saja, jangan membuat soal yang masih dipertanyakan
benar salahnya, hindari menggunakan kata yang dapat memberi
petunjuk tentang jawaban yang dikehendaki.5
Contoh tes ini ialah sebagai berikut:
B S : Ibukota Peru berjumlah lima buah.
B S : Manado adalah Ibukota propinsi Sulawesi Utara
B S : Menunaikan ibadah haji merupakan rukun islam yang kelima

3. Menjodohkan
Tes menjodohkan yaitu bentuk tes yang terdiri atas
kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya
dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom
pertanyaan sebelah kiri dan kolom jawaban sebelah kanan. Tugas
murid ialah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga
sesuai atau cocok dengan pertanyaan. Bentuk tes ini digunakan
untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi
informasi berdasarkan hubungan yang sederhana dan kemampuan
menghubungkan antara dua hal. Semakin banyak hubungan antara
premis dengan respon dibuat, maka semakin baik soal yang
disajikan.6

4
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag,
2012), 154.
5
Asrul, Rusydi Ananda, etc., Evaluasi....., 50.
6
Zainal Arifin, Evaluasi....., 160

5
1) Untuk menyusun soal tes menjodohkan harus
memperhatikan teknik berikut: menyesuaikan kompetensi
dasar dengan indikator,
2) kumpulan soal diletakkan dikolom sebelah kiri dan
kumpulan jawaban diletakkan di sebelah kanan,
menggunakan kalimat singkat.
Contoh tes ini ialah sebagai berikut:

Soal Jawaban
1.Shalat Sunnah yang a. Tarawih
dilaksanakan untuk b. Rawatib
diturunkan hujan... c. Istisqa'
2.Shalat Sunnah yang
dilaksanakan pada malam
hari di bulan Ramadhan ..

C. Pengunaan Tes Objektif


Menurut Arikunto (2009), dalam penelitiannya, telah
mengemukakan beberapa kondisi kapan dan bagaimana tes objektif ini
dapat digunakan dalam kegiatan Evaluasi pembelajaran terhadap peserta
didik, yaitu antara lain :
1. Kelompok yang akan di tes mempunyai jumlah yang banyak, dan
tesnya bisa digunakan berkali-kali
2. Skor yang di peroleh diperkirakan akan dapat di percaya
( mempunyai reliabilitas yang tinggi)
3. Guru lebih mampu untuk menyusun tes bentuk objektif daripada
tes bentuk essai
4. Dalam penggunaanya, tes objektif ini jumlah soal tes yang
berlangsung selama 60 menit dapat di berikan 30-40 buah soal.

6
5. Tes objektif hanya mempunyai waktu yang sedikit untuk
mengkoreksi di bandingkan waktu yang digunakan untuk
menyusun tes.7

D. Kelebihan dan Kelemahan Tes Objektif


Tes merupakaan alat ukur yang paling banyak digunakan di ranah
pendidikan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam ranah kognitif.8
Berikut ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam tes objektif.
1. Kelebihan tes objektif
a) Tes objektif dapat digunakan untuk mengukur pemahaman,
ingatan dan penerapan
b) Dengan menggunakan tes objektif, maka semua materi dapat
diuji dalam tes ini
c) Dengan menggunakan tes objektif maka pemberian skor pada
setiap siswa dapat dilakukan dengan cepat, tepat dan konsisten.
Karena jawaban yang benar untuk setiap butir soal sudah jelas
dan pasti. Apalagi jaman sekarang fasilitas seperti komputer
memadai, sehingga jika guru menggunakan fasilitas tersebut
dalam hal penilaian sudah pasti akan menjadi cepat dan
kekonsistennya dapat lebih terjamin lagi
d) Dengan tes objektif kususnya pilihan ganda, akan
memungkinkan untuk dilakukan analisis butir soal
e) Dapat mengetahui kemampuan dan kelemahan siswa, karena
informasi dari tes objektif lebih banyak.

2. Kelemahan tes objektif


a) Butir-butir soal yang diajukan kepada siswa kebanyakan hanya
mengukur proses berfikir rendah

7
Arikunto,Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara, hlm 177
8
Widaiswara Ahli Madya. Keunggulan dan Kelemahan Tes Hasil Belajar. Jurnal: 2014. Vol 5.
hlm.14.

7
b) Membuat pertanyaan tes objektif yang baik lebih sukar dari
pada membuatpernyataan tes uraian
c) Anak tidak dapat mengorganisasisan, mengghubungkan, dan
menyatakan idenya sendiri, karena semua alternatif jawaban
untuk setiap pertanyaan sudah disediakan oleh penulis soal

E. Langkah Penyusunan Tes Objektif


Penyusunan tes objektif model pilihan ganda soal yang disusun
harus sesuai dengan kisi-kisi. Sukar atau mudahnya suatu soal juga bukan
hanya semata-mata ditentukan oleh materi soal melainkan ditentukan juga
dari teknik penyusunannya.9 Berikut pedoman umum dalam penyusunan
tes objektif pilihan ganda :
1. Butir soal harus sesuai dengan indikator
2. Pokok soal dan pilihan jawaban harus dirumuskan secara jelas
singkat, dan padat. Sehingga perumusan tersebut hanya
mencangkup pernyataan yang diperlukan saja
3. Pokok soal jangan sampai memberikan petunjuk ke arah jawaban
yang benar
4. Pilihan jawaban yang merupakan jawaban harus menunjukkan
kebenaran mutlak dan terbaik
5. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama
6. Pemilihan jawaban sebaiknya jangan memakai bunyi “ semua
jawaban di tas salah” dan “semua jawaban di atas benar”
7. Pilihan jawaban berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan
terkecil ke besar dan juga sebaliknya.

F. Pemberian Skor Tes Hasil Belajar Objektif


Beberapa orang berpendapat bahwa bagian yang paling penting
dari pekerjaan pengukuran dengan test adalah penyusunan test. Jika alat

9
Abdul Kadir. Menyusun dan Menganalisis Tes Hasil Belajar. Kendari,Jurnal Al-Ta’adib:2015.
hlm. 71.

8
tesnya sudah disusun dengan sebaik-baiknya, maka anggapannya sudah
tercapailah sebagian besar dari maksudnya. Tentu saja anggapan tersebut
tidak benar sama sekali. Penyusunan test merupakan satu bagian dari
serentetan pekerjaan mengetes. Disamping penyusunan dan pelaksanaan
test itu sendiri, menskor dan menilai merupakan pekerjaan yang menuntut
ketekunan yang luar biasa bagi penilai.
Pemberian skor (scoring) merupakan langkah pertama dalam
proses pengolahan hasil test, yaitu proses pengubahan jawaban-jawaban
soal test menjadi angka-angka. Dengan kata lain, pemberian skor itu
merupakan tindakan kuantitatif terhadap jawaban-jawaban yang diberikan
oleh tester dalam suatu test hasil belajar.10 Perhitungan pada tes objektif
skore dan bobot tiap soal dianggap sama.
Angka-angka hasil penskoran tersebut selanjutnya diubah menjadi
nilai-nilai (grade) melalui proses tertentu. Penggunaan simbol untuk
menyatakan nilai-nilai hasil test itu ada yang tertuang dalam bentuk
rentangan angka antara 0-10, antara 0-100 dan adapula yang menggunakan
simbol huruf yaitu A, B, C, D dan F (F = Fail, gagal).
Dalam pekerjaan menskor atau menentukan angka dapat digunakan
3 macam alat bantu :11
1. Pembantu menentukan jawaban yang benar disebut
kunci jawaban
2. Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang
salah disebut kunci skoring
3. Pembantu menskor tes objektif.

Cara pemberian skor menurut jenis tes objektifnya sebagai berikut:


1) Multiple choice (tes pilihan ganda)

10
Anas Sujiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal. 301
11
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi, Bumi Aksara, Jakarta,
1987, hal. 223

9
Cara menskor terakhir dari tes yang berbentuk multiple choice
dipergunakan rumus sebagai berikut :

Contoh penggunaan :
Umpamakan kita membuat test berbentuk multiple choice
sebanyak 20 item, dengan item alternatif jawaban (A, B, C, D) 4
tiap item. Seorang siswa bernama Ipung dapat menjawab betul 14
item dan salah 6 item, maka skor yang diperoleh Ipung dari test
tersebut sebagai berikut :

Jika dalam mengerjakan tes berbentuk true false / multiple choice


terdapat item yang tidak dijawab (dikosongkan) maka dalam
penilaian atau scoring, item yang tidak dijawab itu tidak
diperhitungkan (tidak dianggap benar dan tidak dianggap salah).
Sebagai contoh :
a) True false
Jumlah 30 item
Dijawab betul 19 item
Dijawab salah 8 item
Tidak dijawab 3 item
Skor yang diperoleh :

Jadi, yang diperhatikan dalam scoring hanya 27 item.


b)
Jumlah 20 item
Yang dijawab betul 16 item
Yang dijawab salah 3 item
Tidak dijawab 1 item
Skor yang diperoleh :

10
Akan tetapi ada juga yang berpendapat lain, yaitu semua
item yang tidak dijawab (dikosongkan) berarti salah. Jadi, baik
item yang dijawab, tetapi salah maupun item yang dikosongkan
atau tidak dijawab kedua-duanya dianggap salah. Tentu saja hal ini
bergantung pada perjanjian antara pengetes dengan yang di tes.
Maka sebelum tes dimulai sebaiknya guru menjelaskan terlebih
dahulu bagaimana cara menskor, dan bagaimana siswa menjadi
lebih hati-hati dalam mengerjakan test.

2) True-False (tes benar-salah)


Setiap item tes bentuk true false diberi skor maksimum 1
(satu). Jadi apabila suatu item dijawab betul (sesuai dengan kunci
jawaban), maka skornya adalah 1 (satu). Akan tetapi, jika dijawab
salah (tidak sesuai dengan kunci jawaban), maka skornya 0 (nol).
Untuk menghitung skor akhir dari seluruh item test bentuk true
false biasanya digunakan rumus sebagai berikut :

S = Skor terakhir / yang diharapkan


R = Jumlah item yang dijawab betul (right)
W = Jumlah item yang dijawab salah (wrong)
N = Banyaknya option untuk true false selalu dua
1 = Bilangan tetap (konstanta)
Keterangan penggunaan :

11
Umpamakan jumlah item true-false (B-S) = 20. Seorang siswa
bernama Ali dapat menjawab betul 13 item dan salah 7 item, maka
skor yang diperoleh Ali adalah sebagai berikut :

Aman dapat menjawab betul 10 item, dan salah 10 item. Skor yang
diperoleh sebagai berikut :

Bakir hanya dapat menjawab 8 item betul dan 12 item salah, maka
skor yang diperoleh Bakir ialah :

Dengan menggunakan rumus tersebut ternyata bahwa siswa yang


hanya dapat menjawab betul setengah dari jumlah item akan
mendapatkan skor 0 (nol). Dan
siswa yang menjawab betul kurang dari setengah akan
mendapatkan skor minus.

3) Matching (test menjodohkan)


Untuk menilai tes yang berbentuk matching diperhitungkan dari
jumlah item yang dijawab betul saja, rumusnya sama dengan
completion, yaitu :
S=R

Contoh penggunaan :
a) Misalnya berbentuk matching sebanyak 10 item. Hari dapat
mengerjakan test tersebut 7 item betul dan 3 item salah, maka
skor yang diperoleh Hari = 10 – 3 = 7

12
Mira dapat mengerjakan 5 item betul, 3 item salah, 2 item
dikosongkan atau tidak dijawab, maka skor yang diperoleh
Mira = 5.
Jadi, dengan rumus penskoran tersebut di atas, item yang di
jawab salah dan item yang tidak dijawab atau dikosongkan,
kedua-duanya dianggap salah karena yang diperhitungkan
hanya item yang dijawab betul.

b) Cara lain dalam penilaian test berbentuk matching dapat juga


dilakukan dengan menentukan tingkat kesukaran
(difficulty index) dari tes tersebut dibandingkan dengan test-test
bentuk lain yang digunakan bersama-sama. Cara lain yang
kedua ini perlu dilakukan jika kita menganggap bahwa items
yang berbentuk matching itu lebih sukar dari pada items bentuk
lain yang digunakan bersama-sama dalam suatu tes.12
Misalkan suatu tes terdiri atas tiga macam bentuk yaitu true-
false, multiple choice, dan matching kita telah menetapkan
bahwa tingkat kesukaran tiap item dari ketiga macam bentuk
test tersebut berturut-turut adalah 1,2 dan 4. Ini berarti bahwa
nilai tiap item yang betul dari true false, multiple choice, dan
matching = 4.
Andaikata tes yang berbentuk matching itu ada 10 item, dan
Basir dapat menjawab betul 7 item, maka skor yang diperoleh
Basir = 7 x 4 = 28.

12
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 1984, hal. 70

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tes Objektif adalah tes tertulis yang menuntut siswa memilih
jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat dan
pemeriksaannya dilakukan secara objektif (seragam) terhadap semua
murid.
Ada beberapa bentuk objektif yaitu pertama, tes pilihan ganda
merupakan bentuk tes objektif yang menyajikan soal dan beberapa pilihan
jawaban yang hanya ada satu jawaban yang benar. Kedua, Pilihan Benar-
Salah, bentuk tes Benar-Salah (B-S) adalah soal yang mengandung dua
kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Ketiga, tes menjodohkan
yaitu bentuk tes yang terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban
yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom
pertanyaan sebelah kiri dan kolom jawaban sebelah kanan.
Penggunaan tes objektif menurut Arikunto (2009), dalam
penelitiannya, yaitu kelompok yang akan di tes mempunyai jumlah yang
banyak, dan tesnya bisa digunakan berkali-kali, skor yang di peroleh
diperkirakan akan dapat di percaya ( mempunyai reliabilitas yang tinggi),
guru lebih mampu untuk menyusun tes bentuk objektif daripada tes bentuk
essai, dalam penggunaanya, tes objektif ini jumlah soal tes yang
berlangsung selama 60 menit dapat di berikan 30-40 buah soal, dan tes
objektif hanya mempunyai waktu yang sedikit untuk mengkoreksi di
bandingkan waktu yang digunakan untuk menyusun tes.
Kelebihan tes objektif yaitu dapat digunakan untuk mengukur
pemahaman, ingatan dan penerapan, dengan menggunakan tes objektif,
maka semua materi dapat diuji dalam tes ini, dengan menggunakan tes
objektif maka pemberian skor pada setiap siswa dapat dilakukan dengan
cepat, tepat dan konsisten, dengan tes objektif kususnya pilihan ganda,
akan memungkinkan untuk dilakukan analisis butir soal dan dapat

14
mengetahui kemampuan dan kelemahan siswa. Sedangkan kelemahan tes
objektif yaitu butir-butir soal yang diajukan kepada siswa kebanyakan
hanya mengukur proses berfikir rendah, membuat pertanyaan tes objektif
yang baik lebih sukar dari pada membuatpernyataan tes uraian, anak tidak
dapat mengorganisasisan, mengghubungkan, dan menyatakan idenya
sendiri, karena semua alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan sudah
disediakan oleh penulis soal

Langkah penyusunan tes objektif yaitu but ir soal harus sesuai


dengan indikator, pokok soal dan pilihan jawaban harus dirumuskan secara
jelas singkat, dan padat, pokok soal jangan sampai memberikan petunjuk
ke arah jawaban yang benar, pilihan jawaban yang merupakan jawaban
harus menunjukkan kebenaran mutlak dan terbaik, panjang rumusan
pilihan jawaban harus relatif sama, pemilihan jawaban sebaiknya jangan
memakai bunyi “ semua jawaban di tas salah” dan “semua jawaban di atas
benar” dan pilihan jawaban berbentuk angka harus disusun berdasarkan
urutan terkecil ke besar dan juga sebaliknya.

Pemberian skor (scoring) merupakan langkah pertama dalam


proses pengolahan hasil test, yaitu proses pengubahan jawaban-jawaban
soal test menjadi angka-angka. Dengan kata lain, pemberian skor itu
merupakan tindakan kuantitatif terhadap jawaban-jawaban yang diberikan
oleh tester dalam suatu test hasil belajar. Perhitungan pada tes objektif
skore dan bobot tiap soal dianggap sama.

B. Saran
Diharapkan dengan tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Penyusunan makalah ini tentunya masih banyak kesalahan
dan kekurangan, maka dari itu kami mengharap kritik yang membangun
beserta saran untuk memperbaiki penyusunan makalah kami yang
selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, K. (2014). “Menyusun dan Menganalisis Tes Hasil Belajar”. Jurnal Al-
Ta’adib.

Alwi, I.(2010).Pengaruh Jumlah Alternatif Jawaban Tes Objektif Bentuk Pilihan


Ganda terhadap Reliabilitas Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda, Jurnal
Ilmiah Faktor Exacta.

Arifin, Z.(2012). Evaluasi Pembelajaran, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan


Islam Kemenag.

Asrul, Rusydi Ananda, etc.(2014).Evaluasi Pembelajaran, Bandung: Citapustaka


Media.

Arikunto, S. (1987). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi


Aksara.

Arikunto, S.(2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.

Purwanto, N. (1984). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya

Sujiono, A. (1995). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.

Widaiswara, Ahli M. (2014). “Keunggulan dan Kelemahan Tes Hasil Belajar”.


Jurnal.Vol. 5.

16

Anda mungkin juga menyukai