Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“ Penyusunan Bentuk Tes Pilihan Berganda”

Evaluasi Pembelajaran Matematika

Anugrah C.N Simanjuntak (4223111080)

Dame Enjelina Sigalingging (4223311011)

Diva Al Diniyah (23PMM044)

Nabilla Syalita Tania (4223311021)

Petra Aprina Benedicta Sinaga (4223311002)

Shaerleen Naviry Br kembaren (4223311010)

DOSEN PENGAMPU :

Drs. Yasifati Hia M.Si

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
BAB I
PEMBAHASAN
Soal dalam bentuk tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dengan cara aturan – aturan yang sudah ditentukan. Dalam membuat soal untuk
mengevaluasi proses pembelajaran, diperlukannya suatu kaidah atau teknik agar bisa menyusun soal
dengan baik. Kaidah penulisan soal meliputi isi materi soal yang ditanyakan, konstruksi rumusan soal,
dan penggunaan bahasa.
TEKN IK PENYUSUNAN SOAL PILIHAN GANDA.
1.1 Pengertian
Tes pilihan ganda adalah butir soal atau tugas yang jawabannya dipilih dari
alternative yang lebih dari dua. Alternatif jawaban kebanyakan berkisar antara 4
(empat) untuk tingkat SD/SMP dan 5 (lima) untuk tingkat SMA/SMK. Tes pilihan
ganda merupakan jenis tes obyektif yang paling banyak digunakan oleh para
guru. Soal pilihan ganda atau dengan kata lain multiple choise , terdiri atas suatu
pernyataan atau keterangan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, dan untuk
melengkapinya harus memilih satu dari terdiri atas bagian keterangan (stem) dan
bagian kemungkinan jawaban atau alternative (option). Kemungkinan jawaban terdiri
atas satu jawaban yang benar (sebagai kunci jawaban) dan beberapa pengecoh
(distractor).
Pengukuran secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis (Paper and Penci test).
Kumpulan soal – soal yang diberikan kepada peserta dalam bentuk tulisan . Dalam
menjawab soal, pesertatidak selalu harus merespon dalam bentuk jawaban, tetapi
juga dalam bentuk lain seperti memberi tanda mewarnai menggambar dan
sejenisnya. Tes tertulis merupakan teknik pengukuran yang banyak digunakan
dalam menilai pencapaian kompetensi mata diklatsebagai hasil belajar.
Menurut Gronlund (1981) “alternative jawaban empat kurang baik disbanding
dengan yang lainnya. Makin banyak alternative jawaban, makin kecil kemungkinan
peserta didik menerka”. Jadi, guru bisa membuat 3,4,5 alternatif jawaban. Semakin
banyak maka akan semakin bagus. Soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk
mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan,
pengertian, aplikasi, nalisis, sintesis, dan evaluasi. Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri
dari pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban.
Secara umum, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penyusunan soal :
1. Mengikuti langkah-langkah dan prosedur yang benar;
2. Mengikuti berbagai kaidah yang ada agar soal-soal yang dihasilkan
membentuk perangkat tes yang valid;
3. Mengikuti syarat-syarat dalam penyusunan soal.
4. Teknik Penyusunan Bentuk Soal Pilihan Ganda
5. Pengertian
2.1 Bentuk Soal Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda merupakan soal yang jawabannya dapat dipilih dari
beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Konstruksinya terdiri dari
pokok soal dan pilihan jawaban. Pilihan jawaban terdiri atas kunci dan pengecoh.
Kunci jawaban harus merupakan jawaban benar atau paling benar. Sedangkan
pengecoh merupakan jawaban tidak benar, namun daya jebaknya harus berfungsi,
artinya peserta mungkin memilihnya jika tidak menguasai materinya.
Soal pilihan ganda dapat diskor dengan mudah, cepat dan memiliki
obyektifitas yang tinggi, menguku berbagai tingkatan kognitif, serta dapat
mencakup ruang lingkup materi yang luas dalam suatu tes. Bentuk ini sangat
tepat digunakan untuk kajian berskala besar yang hasilnya harus segera di
umumkan, seperti Ujian Nasional, Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Seleksi
Pegawai Negeri dll. Hanya saja untuk menyusun soal pilihan ganda yang
bermutu perlu waktu lama dan biaya cukup besar, disamping itu Penulis soal
akan kesulitan membuat pengecoh yang homogeny dan berfungsi, terdapat
peluang untuk menebak kunci jawaban, dan peserta mudah mencotek kunci
jawaban. Secara umum setiap soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem)
dan p[ilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan
pengecoh (distractor)
Soal yang dibuat hendaknya menuntut penalaran yang tinggi.Hal ini dapat
dilakukan antara lain dengan cara :
1. Mengidentifikasi materi yang dapat mengukur perilaku pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis atau evaluasi. Perilaku ingatan juga diperlukan namun
kedudukannya adalah sebagai langkah awal sebelum peserta dapat megukur
perilaku yang disebutkan diatas.
2. Membiasakan menulis soal yang mengukur kemampuan berfikir kritis
dan mengukur keterampilan pemecahan masalah.
3. Menyajikan dasar pertanyaan (stimulus) pada setiap pentanyaan,
misalnya dalam bentuk ilustrasi / bahan bacaan seperti kasus, contoh, table dan
sebagainya.
3.1 Kaidah Penyusunan Soal Bentuk Pilihan Ganda
Untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka
dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah pertama
adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua adalah menuliskan kunci
jawabannya, kemudian langkah ketiga adalah menuliskan pengecohnya. Dalam
menulis soal pilihan ganda harus memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:
1. Materi
1. Soal harus sesuai dengan indikator soal dalam kisi-kisi. Artinya, soal harus
menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan
indikator soal.
2. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya semua
pilihan jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang terkandung
dalam pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus
berfungsi.
3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar.
Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban. Jika terdapat beberapa
pilihan jawaban yang benar, maka kunci jawabannya adalah pilihan jawaban yang
paling benar.
2. Konstruksi
1. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya kemampuan/materi
yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau
penafsiran yang berbeda dari yang dimaksudkan penulis, dan hanya mengandung
satu persoalan untuk setiap nomor. Bahasa yang digunakan harus komunikatif,
sehingga mudah dimengerti peserta didik. Apabila tanpa harus melihat dahulu pilihan
jawaban, peserta didik sudah dapat mengerti pertanyaan/ maksud pokok soal, maka
dapat disimpulkan bahwa pokok soal tersebut sudah jelas.
2. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang
diperlukan saja. Artinya, apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya
tidak diperlukan, maka rumusan atau pernyataan tersebut dihilangkan saja.
3. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya pada
pokok soal jangan sampai terdapat kata, frase, atau ungkapan yang dapat
memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
4. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya,
pada pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti
negatif. Penggunaan kata negatif ganda dapat mempersulit peserta didik dalam
memahami maksud soal, oleh karena itu perlu dihindari. Namun untuk keterampilan
bahasa, penggunaan kata negatif ganda diperbolehkan kalau yang ingin diukur justru
pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
5. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini perlu diperhatikan
karena adanya kecenderungan peserta didik untuk memilih jawaban yang paling
panjang, karena seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan
merupakan kunci jawaban.
6. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “Semua pilihan jawaban di atas
salah”, atau “Semua pilihan jawaban di atas benar”. Artinya, dengan adanya pilihan
jawaban seperti ini, maka dari segi materi pilihan jawaban berkurang satu, karena
pernyataan itu hanya merujuk kepada materi dari jawaban sebelumnya.
7. Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar
kecilnya nilai angka tersebut, dan pilihan jawaban berbentuk angka yang
menunjukkan waktu harus disusun secara kronologis. Pengurutan angka dilakukan
dari nilai angka paling kecil ke nilai angka paling besar atau sebaliknya. Pengurutan
waktu berdasarkan kronologis waktunya. Pengurutan tersebut dimaksudkan untuk
memudahkan peserta didik melihat dan memahami pilihan jawaban.
8. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas
dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus
jelas, terbaca, dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal tersebut tetap bisa
dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal,
berarti gambar, grafik, atau tabel tersebut tidak berfungsi.
9. Butir materi soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan
pada soal sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab benar
soal pertama tidak akan dapat menjawab dengan benar soal berikutnya.
3. Bahasa
1) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.
2) Jangan menggunaan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan
untuk daerah lain atau nasional.
3) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu
kesatuan pengertian. Letakkan kata tersebut pada pokok soal.
4) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang komutatif.
PEDOMAN PENYUSUNAN SOAL PILIHAN GANDA
A. PENULISAN KISI – KISI SOAL
1. Teknik Mengisi Kisi – Kisi
Kisi – kisi dapat didefinisikan sebagai matrik informasi yang dapat dijadikan
pedoman untuk menulis dan merakit soal menjadi instrument tes. Dengan
menggunakan kisi – kisi, pembuat soal dapat menghasilkan soal – soal yang
sesuai dengan tujuan tes. Berbagai instrument tes yang memiliki tingkat
kesulitan, kedalaman materi dan cakupan materi sama (parallel) akan mudah
dihasilkan hanya dengan satu kisi – kisi yang baik.
2. Lembar Indikator Soal
Untuk membantu mempermudah pengisian format kisi – kisi, maka yang
perlu dilakukan:
1) Siapkan format kisi – kisi dan buku materi yang akan digunakan sebagai
sumber dalam pembuatan kisi – kisi.
2) Setelah mengetahui kompetensi inti, maka selanjutnya menentukan
indicator pembelajaran yang akan diukur. Kompetensi dasar dan indicator
dirumuskan dalam kata kerja operasional, yang merupakan dasar dalam
menyusun soal.
3) Tentukan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang akan digunakan
untuk mengukur ketercapaian indicator pembelajaran tersebut. Kemudian
tuliskan pokok bahasan dan sub pokok bahasan tersebut merupakan
sampel materi yang representative mewakili keseluruhan kompetensi
yang diujuikan.
4) Tuliskan beberapa jumlah butir soal yang layak ditanyakan dalam waktu
ujian tersebut. Penentuan jumlah butir soal harus memperhatikan tingkat
kesukaran butir soal dan proses berfikir yang ingin diukur.
5) Sebarkan jumlah butir soal yang tersebut per pokok bahasan tersebut ke
dalam sub pokok bahasan. Pendistribusian jumlah butir soal ini jugan
harus dilakukan secara operasional sesuai dengan kepentingan atau
keluasan sub pokok bahasan tersebut.
6) Distribusikan jumlah butir soal per sub pokok bahasan tersebut ke dalam
kolom – kolom proses berfikir dan tingkat kesukaran butir soal.
Pendistribusian ini harus berpedoman pada kompetensi yang akan diukur
ketercapaiannya dan proses berfikir yang dikembangkan selama proses
pembelajaran.
Catatan : Bagi penulis kisi- kisi tentukan materi yang akan diuji sesuai
dengan kompetensi inti, selanjutnya pastikan materi – materi penting
sudah terwakili, tentukan banyaknya soal yang akan diuji, sesuaikan
dengan waktu yang tersedia. Kemudian merumuskan indicator untuk
mengukur materi terpilih dengan bahasa yang baik dan mudah dipahami.
B. PENULISAN BUTIR SOAL
Tes objektif pilihan ganda merupakan jenis tes objektif yang paling banyak
digunaka. Konstruksi tes pilihan ganda tersiri atas dua bagian yaitu pokok soal
(stem) dan alternative jawaban (option). Satu diantara alternative jawaban
tersebut adalah jawaban benar atau yang paling benar (kunci jawaban),
sedangkan alternative jawaban yang lain berfungsi sebagai pengecoh. Pokok soal
dapat dibuat dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk pernyataan tidak selesai atau
dalam bentuk kalimat Tanya. Jumlah bentuk pernyataan jawaban yang dibuat
terdiri atas empat atau lima option jawaban, untuk uji kompetensi sebanyak lima
option jawaban.
Tata tulis tes pilihan ganda diatur sebagai berikut. Jika pokok soal (stem)
ditulis dengan kalimat tidak selesai, maka awal kalimat ditulis dengan huruf
besar dan awal option ditulis dengan huruf kecil (kecuali untuk nama diri dan
nama tempat). Karena pokok soal ditulis dengan kalimat tidak selesai, maka
pada akhir kalimat disertai dengan empat buah titik. Tiga buah titik yang
pertama adalah titik – titik untuk pokok soal yang ditulis dengan kalimat tidak
selesai dan satu titik yang terakhir merupakan titik akhir alternative jawaban.
Dengan demikian akhir setiap alternative jawaban tidak perlu diberi tanda titik.
Jika pokok kalimat ditulis dengan kalimat Tanya, maka awal kalimat ditulis
dengan huruf capital dan akhir kalimat diberi tanda Tanya. Setiap awal option
dimulai dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik.
C. PENELAAHAN BUTIR SOAL
Sebelum butir soal tersebut digunakan untuk mengukur kompetensi peserta ujian,
butir soal tersebut perlu ditelaah terlebih dahulu. Proses penelaahan hendaknya
dilakukan oleh seorang yang menguasai materi dan konstukruksi tes (reviewer),
adapun yang harus dilakukan dalam penelaahan butir soal adalah sebagai berikut:
a. Menelaah materi uji (harus relevan dengan kompetensi inti,bahasa
dan tingkat kesulitan )
b. Menelaah struktur soal (stem- option dan atau scenario – stem –
option)
c. Menyusun kesimpulan telaahan
D. PEMERIKSAAN HASIL UJIAN TES
Cara pemeriksaan pada hasil tes pilihan ganda yang paling banyak dilakukan
oleh para praktisi pendidikan di lapangan adalah dengan pemeriksaan secara
manual. Cara ini tepat dilakukan jika jumlah peserta tes tidak terlalu banyak dan
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Buatlah master jawaban dengan mengacu pada format lembar jawaban
yang digunakan peserta ujian.
2. Gunakan master jawaban tersebut untuk memeriksa setiap jawaban
peserta ujian.
3. Jawaban peserta ujian yang sesuai dengan jawaban yang ada pada master
adalah jawaban yang benar, sedangkan yang tidak sesuai merupakan
jawaban yang salah.
4. Hitung jawaban yang benar sebagai dasar untuk menghitung tingkat
penguasaan yang dicapai peserta ujian.
Setelah didapatkan hasil ujian, maka dilakukan penilaian berdasarkan Penilaian
Acuan Patokan (PAP) yang telah disepakati. Adapun hasilnya dinyatakan menjadi
dua, yaitu lulus ujian dan atau tidak lulus ujian.
E. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BENTUK SOAL PILIHAN GANDA :
A. Kelebihan Bentuk Soal Pilihan Ganda
1. Sifatnya lebih representative dalam hal mencakup atau mewakili materi
yang telah diajarkan kepada peserta didik.
2. Memungkinkan bagi tester untuk bertindak lebih obyektif
3. Lebih mudah dan cepat dalam mengoreksi.
4. Memberi kemungkinan orang lain untuk ditugasi/ dimintai bantuan
mengoreksi hasil tes tersebut.
5. Sangat tepat untuk ujian yang peserta banyak sedangkan hasilnya harus
segera seperti ujian akhir nasional maupun ujian sekolah.
B. Kelemahan Bentuk Soal Pilihan Ganda
1. Pokok soal tidak cukup jelas sehingga terdapat kemungkinan ada lebih
dari satu jawaban yang benar
2. Kadang – kadang jawaban soal dapat diketahui siswa meskipun belum
diajarkan karena adanya petunjuk jawaban yang benar atau karena butir
soal itu mengukur sikap dan bukan mengukur pengetahuan
3. Sampai suatu tingkatan tertentu keberhasilan atas suatu jawaban dapat
diperoleh melalui tebakan.
4. Sulit membuat pengecoh yang berfungsi yakni yang mempunyai peluang
cukup besar untuk dipilih siswa
5. Membutuhkan waktu yang lama untuk menulis soal – soalnya
6. Siswa cenderung mengembangkan cara belajar terpisah – pisah menurut
bunyi tiap soal.
Kelemahan tersebut dapat diminimalkan dengan cara terus berlatih untuk menulis
tes objektif yang baik, sehingga penulis benar-benar terampil dalam menulis terutama
untuk menulis tes objektif yang dapat mengukur proses berpikir yang lebih tinggi dari
hanya sekedar ingatan.
BAB II
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Pengukuran bisa dilakukan dengan cara tertulis yang salah satuny adalah
soal pilihan ganda. Pengukuran dengan teknik ini lebih obyektif karena langsung
terlihat pengukuran dari hasil yang dikerjakan oleh peserta. Demikian pula
dengan pengukuran kompetensi peserta dapat dilakukan secara tertulis yang salah
satunya adalah dengan soal pilihan ganda.
Soal bentuk pilihan ganda sangat berguna untuk mengukur tingkat hasil
pembelajaran dari sebuah ilmu pengetahuan, tingkat pemahaman, serta tingkat
pengaplikasiannya/penerapannya. Karena berbagai bentuk kecerdasan yang
terdapat didalamnya, soal pilihan ganda sering digunakan dalam jenis soal
objektif. Dimana harus memilih satu jawaban, bukan memberikan jawaban, oleh
sebab itu langkah awal adalah dengan menulis soal pilihan ganda. Perubahan
bentuk soal dari tipe yang satu ke tipe yang lainnya, harus dipertimbangkan
karena hanya bisa dilakukan jika ada beberapa keuntungan yang sama. Sebagai
contohnya, dimana ketika hanya ada dua pilihan (up/down), lebih tepat jika
diubah menjadi bentuk soal benar atau salah. Sama halnya, ketika ada kelompok
yang homogen (sejenis) yang saling dihubungkan (contoh: simbol peta dengan
namanya), diubah dalam bentuk soal pencocokan akan lebih bermanfaat. Selain
hal khusus tersebut, bagaimanapun juga, soal pilihan ganda lebih baik digunakan
dalam tipe soal pilihan dalam bentuk apapun yang cocok untuk mengukur hasil
pembelajaran.

2.1 Saran
Makalah sederhana ini memiliki banyak kekurangan dan sangat terbuka untuk
didiskusikan kembali secara bersama – sama. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi perbaikan kedepannya agar
lebih sempurna. Sekian makalah ini semoga dapat bermanfaat dalam proses
pembelajaran dan semoga makalah ini dapat menjadi salah satu masukan yang
baik untuk para calon guru.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2007. Panduan Penulisan Soal Pilihan Ganda.Jakarta Pusat Penilaian
Pendidikan Balitbang-Depdiknas
Arikunto, S. (2005). Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara
Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang-Depdiknas. 2007.Panduan Penulisan Soal
Pilihan Ganda. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang-Depdiknas.
Dikti Kemenkes. 2010.Panduan Pengembangan Penulisan Soal .
Jakarta: DirektoratKetenagaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Kementrian Pendidikan Nasional
Arifin, Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran . Bandung: PT.Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai