Anda di halaman 1dari 6

NAMA : JULIANA MULIA SARI

NRM : 3415150362

KELAS : PENDIDIKAN BIOLOGI A 2015

SOAL POST TEST

1. Sebutkan macam-macam soal test objektif! Berikan contohnya!


 Tes objektif adalah jenis tes yang didalamnya sudah disediakan alternatif atau kemungkinan
jawaban yang dapat dipilih oleh siswa. Oleh karena sifatnya yang demikian Popham (1981 :
235) menyebutnya dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).
 Bentuk tes objektif secara umum memiliki 3 tipe yaitu:
 Benar-salah (true false)
Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang
bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B yang berarti
pernyataan tersebut benar dan S yang berarti pernyataan tersebut salah. Tugas peserta
tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah.
Contoh:
“Uap panas termasuk zat cair. (Benar/Salah)”
 Mejodohkan (matching)
Tes menjodohkan ini memiliki satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
Tugas peserta tes adalah mencari pasangan setiap pertanyaan yang terdapat dalam seri
pertanyaan dan seri jawaban. Contoh bentuk tes menjodohkan adalah :
Contoh:
“Pasangkanlah pertanyaan yang ada pada lajur kiri dengan yang ada pada lajur kanan
dengan menempatkan huruf yang terdapat dimuka pernyataan lajur kiri pada titik-titik
yang disediakan di lajur kanan.”
Cocokanlah kota di bawah ini dengan propinsi kota itu berada :
a. Bandung . . . . . . . . … 1. Jawa Tengah
b. Medan . . . . . . . . . . . . . 2. Jawa Barat
c. Surabaya . . . . . . . . . . . . 3. Jawa Timur
d. Semarang. . . . . . . . . . . 4. Sumatera Utara
 Pilihan ganda (multiple choice)
Tes bentuk pilihan ganda merupakan tes yang memiliki satu pemberitahuan
tentang suatu materi tertentu yang belum sempurna serta beberapa alternatif jawaban
yang terdiri dari kunci jawaban dan pengecoh. Tugas peserta tes adalah memilih
jawaban dari pilihan yang tersedia dan paling sesuai dengan pernyataan yang ada
dalam soal.
Dilihat dari strukturnya bentuk soal pilihan banyak terdiri atas:
-          Stem :suatu pertanyaan / pernyataan yang berisi permasalahan yang
akan ditanyakan
-          Option :sejumlah pilian/alternatif jawaban
-          Kunci :jawaban yang benar/paling tepat
-          Distractor/pengecoh :jawaban-jawaban lain, selain kunci (Sudjana,
2004:267)
Contoh:
1. Pemilihan Presiden di Indonesia dilaksanakan setiap berapa tahun?
a. 3 tahun                            b. 4 tahun
c. 5 tahun                            d. 6 tahun
2. Indonesia beribu kota di?
a. Bandung                         b. Yogyakarta
c. Jakarta                             d. Bukitinggi

3. bunti /e/ pada kata enak sama dengan bunyi /e/ pada kata…
a. beras                              b. bebas
c. bela                                d. bekas

2. Bagaimana membuat soal objektif yang baik?

 Teknik Penyusunan Bentuk Soal Pilihan Ganda


Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal yang
paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya.
Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta
panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam
penulisan soal bentuk pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah
berikut, langkah pertama adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua adalah menuliskan kunci
jawabannya, kemudian langkah ketiga adalah menuliskan pengecohnya.
Dalam menulis soal pilihan ganda harus memperhatikan kaidah-kaidah sebagai berikut:
a. Materi
1) Soal harus sesuai dengan indikator soal dalam kisi-kisi. Artinya, soal harus menanyakan
perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan tuntutan indikator soal.
2) Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya semua pilihan
jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang terkandung dalam pokok soal,
penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
3) Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar. Artinya, satu
soal hanya mempunyai satu kunci jawaban. Jika terdapat beberapa pilihan jawaban yang
benar, maka kunci jawabannya adalah pilihan jawaban yang paling benar.
b. Konstruksi
1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya kemampuan/materi yang hendak
diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang berbeda
dari yang dimaksudkan penulis, dan hanya mengandung satu persoalan untuk setiap nomor.
Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga mudah dimengerti peserta didik.
Apabila tanpa harus melihat dahulu pilihan jawaban, peserta didik sudah dapat mengerti
pertanyaan/ maksud pokok soal, maka dapat disimpulkan bahwa pokok soal tersebut sudah
jelas.
2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
Artinya, apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan, maka
rumusan atau pernyataan tersebut dihilangkan saja.
3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya pada pokok soal
jangan sampai terdapat kata, frase, atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk ke arah
jawaban yang benar.
4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada
pokok soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif.
Penggunaan kata negatif ganda dapat mempersulit peserta didik dalam memahami maksud
soal, oleh karena itu perlu dihindari. Namun untuk keterampilan bahasa, penggunaan kata
negatif ganda diperbolehkan kalau yang ingin diukur justru pengertian tentang negatif ganda
itu sendiri.
5) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini perlu diperhatikan karena
adanya kecenderungan peserta didik untuk memilih jawaban yang paling panjang, karena
seringkali jawaban yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
6) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, "Semua pilihan jawaban di atas salah", atau
"Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya, dengan adanya pilihan jawaban seperti ini,
maka dari segi materi pilihan jawaban berkurang satu, karena pernyataan itu hanya merujuk
kepada materi dari jawaban sebelumnya.
7) Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai
angka tersebut, dan pilihan jawaban berbentuk angka yang menunjukkan waktu harus disusun
secara kronologis. Pengurutan angka dilakukan dari nilai angka paling kecil ke nilai angka
paling besar atau sebaliknya. Pengurutan waktu berdasarkan kronologis waktunya.
Pengurutan tersebut dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat dan memahami
pilihan jawaban.
8) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan
berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca,
dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal tersebut tetap bisa dijawab tanpa melihat
gambar, grafik, tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel
tersebut tidak berfungsi.
9) Butir materi soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal
sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak
akan dapat menjawab dengan benar soal berikutnya.
c. Bahasa
1) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
2) Jangan menggunaan bahasa yang berlaku setempat, jika soal akan digunakan untuk daerah
lain atau nasional.
3) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan
pengertian. Letakkan kata tersebut pada pokok soal.

Soal bentuk pilihan ganda sangat berguna untuk mengukur tingkat hasil pembelajaran dari sebuah
ilmu pengetahuan, tingkat pemahaman, serta tingkat pengaplikasiannya/penerapannya. Karena
berbagai bentuk kecerdasan yang terdapat didalamnya, soal pilihan ganda sering digunakan dalam
jenis soal objektif. Dimana harus memilih satu jawaban, bukan memberikan jawaban, oleh sebab itu
langkah awal adalah dengan menulis soal pilihan ganda. Perubahan bentuk soal dari tipe yang satu ke
tipe yang lainnya, harus dipertimbangkan karena hanya bisa dilakukan jika ada beberapa keuntungan
yang sama. Sebagai contohnya, dimana ketika hanya ada dua pilihan (up/down), lebih tepat jika
diubah menjadi bentuk soal benar atau salah. Sama halnya, ketika ada kelompok yang homogen
(sejenis) yang saling dihubungkan (contoh: simbol peta dengan namanya), diubah dalam bentuk soal
pencocokan akan lebih bermanfaat. Selain hal khusus tersebut, bagaimanapun juga, soal pilihan
ganda lebih baik digunakan dalam tipe soal pilihan dalam bentuk apapun yang cocok untuk
mengukur hasil pembelajaran.
 Teknik Penyusunan Bentuk Soal Benar-Salah
a. Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk mempermudah
mengerjakan dan menilai (scoring).
b. Usakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab sama dengan soal yang harus dijawab S.
Dalam hal ini hendanya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya B-S-B-S atau SS-BB-BB-
SS.
c. Hindari item yang bisa diperdebatkan. Contoh : B-S kekayaan lebih pentng dari pada kepandaian
d. Hindari kata-kata yang menunjukkan kecedenrungan memberi saran seperi yang dikehendaki
oleh item yang bersangkutan, misalnya semuanya, tidak terlalu, tidak pernah, dan sebagainya.
e. Setiap butir soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya pengukuran terhadap daya ingat.[8]
f. Hindarkan pernyataan yang sangat umum

Adapun kaidah penulisan soal benuk Benar-Salah adalah :


a. Materi
1) Soal harus sesuai dengan indikator.
2) Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk benar-salah.
b. Konstruksi
1) Buatkanlah petunjuk cara mengerjakan soal benar-salah yang sejelas-jelasnya.
2) Hindarkan pernyataan yang mengandung ungkapan yang tidak pasti, seperti :
barangkali, kadang-kadang, pada umumnya, kebanyakan.
3) Hindarkan pernyataan yang mengandung negatif ganda.
4) Hindarkan pernyataan yang panjang dan kompleks.
5) Hindarkan pernyataan yang masih dapat dipersoalkan, soal harus mutlak benar dan
mutlak salah.
6) Jumlah soal yang benar hendaknya disamakan dengan jumlah soal yang salah. Hal ini
dimaksudkan untuk mengantisipasi jawaban siswa. Mengingat bahwa siswa yang tidak
mengetahui masalah yang ditanyakan cenderung memilih jawaban salah.
7) Penempatan soal yang benar dan yang salah harus diatur secara acak.
8) Setiap soal hanya mengandung satu gagasan.
9) Setiap soal hendaknya berdiri sendiri, tidak bergantung pada soal yang lain.
10) Hindarkan dengan pernyataan yang langsung mengutip kalimat dari buku. Setiap
pernyataan hendaknya diolah dan disesuaikan dengan keperluan. Apabila tidak, hal ini
akan terlalu menekan nilai aspek menghafal. Artinya penekannya atau perhatiannya
terlalu ditekankan pada pengetahuan yang didapat dari hasil menghafal.
11) Hindarkan hal yang kurang perlu dan bersifat teka-teki atau tebak-tebakan.
12) Hindarkan pernyataan yang berarti ganda atau lebih.
13) Apabila soal menanyakan pendapat, maka perlu disertakan sumber yang
mengemukakan pendapat
c. Bahasa
1. Tulislah dengan kalimat atau pernyataan berita.
2. Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa.
3. Gunakan bahasa Indonesia baku.
4. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu

 Teknik Penyusunan Bentuk Soal Menjodohkan


Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes bentuk matching adalah :
a. Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih dari sepuluh soal(item).
b. Jumlah yang harus dipilih, harus lebih banyak dari jumlah soalnya.
c. Antara item-item yang tergabung dalam seri matching test harus merupakan pengertian-
pengertian yang benar-benar homogen.[14]
d. Buatlah petunjuk tes dengan jelas, singkat, dan mudah dipahami
e. Sesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator
f. Kumpulan soal diletakkan disebelah kiri, sedangkan jawabannya diletakka disebalah kanan
g. Susunlah item-item dan alternatif jawaban denga sistematika tertentu. Misalnya, sebelum pokok
persoalan didahului oleh stem atau bisa juga lansung pada pokok persoalan
h. Seluruh kelompok soal dan jawaban hanya terdapat dalam satu halaman.
i. Gunakan kalimat yang singkat, tepat dan jelas
j. Jumlah alternatif jawaban hendaknya lebih banyak dari pada jumlah soal
Adapun kaidah penulisan soal bentuk menjodohkan adalah :
a. Materi
1) Soal harus sesuai dengan indikator.
2) Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk menjodohkan.
3) Gunakan materi-materi yang homogen untuk setiap kelompok, baik kelompok soal (pokok soal)
maupun pilihan jawabannya.
b. Konstruksi
1) Pertanyaan dan pilihan jawaban harus disusun dengan homogen, paralel/sejajar.
2) Soal disusun sebelah kiri dengan bernomor, pilihan jawaban disusun di sebelah kanan dengan
nomor urut dengan huruf.
3) Pertanyaan dan pilihan jawaban hendaknya disusun secara sistematis. Jika daftar terdiri dari
tanggal disusun secara kronologis, sedangkan pertanyaan dalam pilihan jawaban dapat disusun
menurut abjad.
4) Pertanyaan dan pilihan jawaban ditulis dalam halaman yang sama. Bila tidak demikian dapat
membingungkan siswa dan dapat menyita waktu lama yang dipergunakan untuk membolak
balik halaman saja.
5) Panjang soal ini dibatasi jumlah tidak lebih dari 10 – 15 butir soal. Daftar-daftar yang panjang
cenderung akan menjadi terlalu heterogen dan dengan demikian memungkinkan adanya
petunjuk-petunjuk bagi siswa yang pandai, lagi pula soal bentuk ini bila soalnya terlalu
panjang/banyak akan membuang waktu yang terlalu banyak.
6) Jumlah pilihan jawaban disusun lebih banyak daripada soalnya. Hal ini dimaksudkan agar siswa
dapat memikirkan jawaban dengan tepat.
7) Pokok soal dan pilihan jawaban disusun dengan pertanyaan yang pendek.
8) Petunjuk mengerjakan soal harus jelas.
c. Bahasa
1) Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa.
2) Gunakan bahasa Indonesia baku.
3) Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan-ganda.
Perbedaannya dengan bentuk pilihan-ganda adalah pilihan ganda terdiri dari stem dan option,
kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu option yang paling tepat, sedangkan bentuk
menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan pada
dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunukukkan kumpulan persoalan dan kolom
sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak dariapa
jumlah persoalan. Seperti halnya dengan tipe soal lainnya, beberapa aturan tersebut mungkin sebagai
tambahan sebagai aturan pada umumnya untuk penyusunan soal objektif.

3. Apa yang dimaksud dengan validitas dan reliabilitas?


 Menurut Azwar (1986) Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah
akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan validitas pada suatu alat ukur tergantung pada
kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Suatu
tes yang dimaksudkan untuk mengukur variabel A dan kemudian memberikan hasil pengukuran
mengenai variabel A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas tinggi. Suatu tes yang
dimaksudkan mengukur variabel A akan tetapi menghasilkan data mengenai variabel A’ atau bahkan
B, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas rendah untuk mengukur variabel A dan tinggi
validitasnya untuk mengukur variabel A’ atau B (Azwar 1986).

 Walizer (1987) menyebutkan pengertian Reliability (Reliabilitas) adalah keajegan pengukuran.


Menurut John M. Echols dan Hasan Shadily (2003: 475) reliabilitas adalah hal yang dapat
dipercaya. Popham (1995: 21) menyatakan bahwa reliabilitas adalah "...the degree of which test
score are free from error measurement"
Menurut Masri Singarimbun, realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu
alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk
mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat
pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur
di dalam pengukur gejala yang sama.
Menurut Brennan (2001: 295) reliabilitas merupakan karakteristik skor, bukan tentang tes
ataupun bentuk tes.
Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil
pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran harus reliabel dalam artian harus
memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.

Anda mungkin juga menyukai