Disusun oleh :
UNIVERSITAS TERBUKA
Mengembangkan Tes
A. Tes Objektif
1. Benar – Salah
2. Menjodohkan
3. Pilihan Ganda
B. Tes uraian
1. Uraian terbatas (Restricted Question)
2. Uraian terbuka (open Eded Question)
A. Tes Objektif
Butir soal benar-salah merupakan butir soal yang terdiri dari ssuatu pernyataan dimana
siswa diminta untuk menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah, tepat atau tidak
tepat, ya atau tidak. Karena pada umumnya siswa hanya diminta untuk menentukan benar atau
slah tentang suatu pernyataan maka butir soal ini lebih dikenal dengan butir soal benar-salah.
Pada umumnya tes benar-salah digunakan untuk mengukur kemampuan siswaa untuk
mengidentifikasi kebenaran suatu pernyataan mengenai : fakta, definisi, prinsip, teori, hukum,
dan sebagainya.
Contoh :
Perintah : lingkarilah huruf B jika pernyataan dibawah ini benar dan S jika salah.
Keunggulan :
a. Mudah dikontruksi
b. Dapat menanyakan banyak sampek materi
c. Mudah penskorannya
d. Tepat digunakan untuk mengukur proses berfikir yang sederhana
Untuk menulis sebuah soal benar-salah hanya diperlukan sebuah pernyataan yang
berhubungan dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Dari pernyataan tersebut siswa
hanya diminta untuk menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah. Karena
penulisan butir soal mudah dan dapat dikerjakan dengan cepat oleh siswa maka butir soal
benar-salah dapat menyatakan banyak materi pelajaran yang telah diajarkan.
Kelemahan :
Yang paling menonjol pada butir soal benar-salah adalah probabilitas siswa dalam
menebak jawaban sangat tinggi yaitu 50%. Jadi kemungkinan untuk menjawab benar dan salah
adalah sama. Disamping itu sebagian besar butir soal benar-salah hanya digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa yang sederhana yaitu aspek ingatan.
Tes menjodohkan merupakan tes objektif yaang ditulis dalam dua kolom. Kolom pertama
merupakan pokok soal atau disebut juga dengan premis sedangkan kolom kedua adalah kolom
jawaban atau disebut juga dengan respon. Untuk mengurangi kemungkinan siswa dalam
menebak maka jumlah jawaban pada kolom kedua dibuat lebih banyak dari jumlah pernyataan
yang ada pada kolom pertama.
Contoh :
Jodohkanlah setiap pernyataan yang ada pada kolom kedua dengan cara menuliskan
huruf pilihan di depan nomor kolom pertama.
g. Jawa Timur
Seperti halnya tes benar-salah, sebagai alat ukur hasil belajar tes menjodohkan
mempunyi kekuatan dan kelemahan. Tes menjodohkan mudah dibuat, mudah penskorannya,
dan dapat menguji banyak materi yang telah diajarkan lepada siswa. Tipe tes ini tepat
digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan tentang
definisi, fakta, istilah, dan peristiwa atau kejadian. Disamping itu tes ini jugadapat digunakan
untuk mengukur kemampuan siswa dalam menghubungkan dua hal baik yang berhubungan
secara langsung maupun tidak langsung. Kelemahan utama dari tes menjodohkan sama dengan
tes benar-salah yaitu butir soal yang dibuat cenderung mengukur hasil belajar yang sederhana.
Tes objektif jenis pilihan ganda merupakan jenis tes objektif yang paling banyak
digunakan di sekolah. Kontruksi tes pilihan ganda terdiri atas dua bagian yaitu pokok soal
(stem) dan alternatif jawaban (option). Satu diantara alternatif jawaban tersebut adalah jawaban
yang benar atau yang paling benar (kunci jawaban) sedangkan alternatif jawaban yang lain
berfungsi sebagai pengecoh (distractor).
Tata tulis tes pilihan ganada diatur sebagai berikut : pokok soal (stem) ditulis dengan
kalimat tidak selesai maka awal kalimat ditulis dengan huruf besar dan awal option ditulis
dengan huruf kecil (kecuali untuk nama diri atau nama tempat). Karena pokok soal ditulis
dengan kalimat tidak selesai maka pada akhir kalimat disertai dengan empat buah titik. Tiga
buah titik yang pertama adalah titik-titik untuk pokok soal soal yang ditulis dengan kalimat
tidak selesai dan satu titik yang terakhir merupakan titik akhir alternatif jawaban. Dengan
demikian akhir setiap alternatif jawaban tidak perlu diberi tanda titik.
Jika pokok kalimat ditulis dengan kalimat tanya maka awal kalimat ditulis dengan huruf
kapital dan diakhiri kalimat diberi tanda tanya. Setiap awal option dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik. Dengan demikian kontruksi tes pilihan ganda dapat ditulis
sebagai berikut :
1. uang rupiah yang merupakan bukti pembayaran sah di Indonesia dikeluarkan oleh ...
a. BNI
b. BRI Pengecoh
c. Perbanas
d. BI Kunci Jawaban
Ada lima ragam tes pilihan ganda yang sering digunakan yaitu :
c. beberapa saran yang layak diperhatikan dalam penulisan tes pilihan ganada
1. inti permasalahan yang akan ditanyakan harus dirumuiskan dengan jelas pada pokok
soal.
2. Hindari pengulangan kata yang sama pada alternatif jawaban
3. Hindari penggunaan kalimat yang berlebihan pada pokok soal
4. Alternatif jawaban yang disediakan hendaknya logis, homogen baik dari segi materi
atau panjang pendeknya kalimat, dan pengecoh menarik untuk dipilih
5. Dalam merumuskan pokok soal, hindari adanya petunjuk ke arah jawaban yang benar
6. Setiap butir soal hanya ada satu jawaban yang benar atau yang paling benar
7. Dalam merumuskan pokok soal, hindari penggunaan ungkapan negatif
8. Hindari penggunaan alternatif jawaban yang berbunyi semua jawaban benar atau
semua jawaban salah
9. Jika alernatif jawaban berbentuk angka, susunlah angka tersebut secara berurutan
10. Dalam merumuskan pokok soal hindari penggunaan istilah yang terlalu teknis
11. Upayakan agar jawaban butir soal yang satu tidak tergantung daari jawaban butir
soaal
B. Tes Uraian
Menurut Gronlund & Linn (1990) mengelompokkan tes uraian dalam dua kelompok
yaitu tes uraian terbuka (extended response question) dan tes uraian terbatas(restricted response
question).
Tes uraian terbuka tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
menghasilkan, mengorganisasi, dan mengeksspresikan ide : mengintegrasikan pelajaran dalam
berbagai bidang, membuat rencana suatu eksperimen, mengevaluasi manfaat suatuide dan
sebagainya
Tes uraian terbatas tepat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
menjelaskan hubungan sebab akibat, menerapkan suatu prinsip atau teori, memformulasikan
hipotesis, merumuskan kesimpulan, dan alain sebagainya.
Ada dua cara yang dapat digunakan untuk memeriksa hasil tes uraian siswa yaitu metode
analitik atau metode holistik tergantung jenis tes uraian yang digunakan. Jika yang digunakan
tes uraian terbuka maka cara pemeriksaan hasil tes yang tepat adalah dengan menggunakan
metode holistic scoring method (Nitko, 1984).
Pemeriksaan jawaban siswa dengan menggunakan metode holistik dilakukan dalam dua
tahap, pertama : pemeriksa memeriksa secara keseluruhan jawaban siswa. Kedua, pemeriksa
mengulang kembali pemeriksaan terseb utuntuk lebih meyakinkan bahwa jawaban tersebut
memang tepat masuk dalam kategori A, B, C, D atau E atau tidak. Pemeriksaan jawaban siswa
dengan metode analitik dilakukan berdasarkan pedoman penskoran yang telah dibuat oleh
penulis soal.
PERENCANAKAN TES
Agar tes objektif yang akan ditulis tidak melenceng dari materi yang telah diajarkan
selama proses pembelajaran maka tes tersebut harus ditulis berdasarkan kisi-kisi. Kisi-kisi
inilah yang harus menjadi pedoman dalam menulis setiap butir soal.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kisi-kisi antara lain:
a. Pemilihan sampel materi yang akan diujikan. Pemilihan sampel materi harus diupayakan
serepresentatif mungkin.
b. Penentuan jenis tes yang akan digunakan. Penentuan jenis tes yang akan digunakan
apakah akan menggunakan tes pilihan ganda, tes uraian, atau gabungan antara keduanya
harus diperhitungkan terutama terkait dengan materi, jumlah butir soal dan waktu tes
yang disediakan.
c. Jenjang kemampuan berpikir yang diujikan harus sesuai dengan kemampuan berpikir
yang dilatihkan selama proses pembelajaran.
d. Ragam tes yang digunakan. Pemilihan ragam soal ini erat kaitannya dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
e. Sebaran tingkat kesukaran butir soal. Pemilihan butir soal harus berpedoman pada tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
f. Waktu ujian yang disediakan. Lamanya waktu akan membawa konsekuensi pada
banyaknya butir soal yang harus dibuat.
g. Jumlah butir soal yang akan ditanyakan tergantung pada:
1. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2. Ragam soal yang akan digunakan.
3. Proses berpikir yang ingin diukur.
4. Sebaran tingkat kesukaran dalam set tes tersebut.
Tes merupakan alat ukur yang tepat digunakan untuk mengukur hasil belajar dalam ranah
kognitif. Untuk menentukan salah satu jenis tes yang akan digunakan untuk mengukur hasil
belajar siswa, harus berpedoman pada tujuan pembelajaran yang akan diukur. Untuk dapat
memilih jenis tes yang tepat, kita harus memahami keunggulan dan kelemahan dari tiap jenis
tes, sehingga kita bisa memaksimalkan keunggulan tes yang kita gunakan dan menekan
kelemahannya seminimal mungkin.
Keterampilan menulis tes yang baik (baik pada tes uraian maupun tes objektif) sangat
diperlukan agar dapat menghasilkan tes yang baik.
Agar tes objektif yang akan ditulis tidak melenceng dari materi yang telah diajarkan selama
proses pembelajaran maka tes tersebut harus ditulis berdasarkan kisi-kisi yang berpedoman
pada tujuan pembelajaran yang akan diukur. Kisi-kisi inilah yang harus menjadi pedoman
dalam menulis setiap butir soal.
Tes hasil bejar (achievement test) dikatakan baik jika tes tersebut dapat mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkandalam rencana pembelajaran
Idealnya semua tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rencana pembelajaran
harus diukur ketercapaiannya.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan tes antara
lain :
Siapkan format kisi-kisi dan buku materi yang akan anda gunakan sebagai sumber
dalam pembuatan kisi-kisi
Tentukan pokok bahasan dan sub-pokok bahasan yang akan dipilih sebagai sampel
materi yang akan diujikan
Tentukan berapa jumlah butir soal yang layak ditanyakan dalam satu waktu ujian
tersebut
Sebarkan jumlah butir soal tersebut per kelompok bahasan hendaknya dilakukan secara
proporsional brdasarkan kepentingan atau keluasan pokok bahasan
Distribusikan jumlah butir soal per pokok bahasan tersebut kedalam sub-pokok bahasan
sub-pokok bahasan
Distribusikan jumlah butir soal per sub-pokok bahasan tersebut kedalam kolom-kolom
proses berfikir dan tingkat kesukaran butir soal.