Anda di halaman 1dari 7

PENGEMBANGAN TES OBJEKTIF MATCHING TEST

(Makalah)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika
Dosen Pengampu:

Disusun oleh Kelompok 2:

Goegoeh Pangestu 2010251005


Yahya Khamdani 2010251010
Yulin Rakanti Ningrum 2010251011

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan sumber daya manusia sangat erat kaitannya dengan peningkatan
mutu, relefansi, dan daya saing pendidikan. Upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan
sangat diperlukan. Salah satu komponen yang paling relevan dan faktor dominan dalam
proses pembelajaran disekolah yaitu guru, oleh karena itu tanggung jawab pendidikan
dan tinggi rendahnya hasil belajar siswa baik secara langsung ataupun tidak langsung
masih berada di pangkuan seorang guru. Hal yang mutlak dalam penguasaan materi yakni
upaya menghasikan sumber daya yang berkualitas dan memiliki daya saing yang kuat.
Upaya peningkatan hasil belajar harus diimbangi dengan kompetensi para guru
yakni kemampuan untuk mengajar yang di dalamnya memuat kemampuan inovasi
pemberian tes, dimana pemberian tes tersebut dapat berupa tes objektif. Tes objektif
terdiri dari beberapa bentuk dan variasi, salah satunya matching test (tes menjodohkan).
Berdasarkan masalah tersebut, maka penulis ingin membahas perihal tes objektif
matching test.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian matching test?
2. apa kelebihan dan kelemahan matching test?
3. bagaimana kaidah penyusunan matching test?
4. bagaimana cara penilaian matching test?
5. apa saja contoh soal matching test?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian matching test
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan matching test
3. Untuk mengetahui proses penyusunan matching test
4. Untuk mengetahui cara penilaian matching test
5. Untuk mengetahui saja contoh soal matching test

 
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Matching Test


Dalam proses belajar mengajar tentunya terdapat suatu tes terhadap peserta didik.
Salah satu tes yang digunakan yaitu Matching Test atau tes menjodohkan. Menurut
Sukardi (2010: 123) item tes menjodohkan sering juga disebut matching test item. Item
tes menjodohkan ini juga termasuk dalam kelompok tes objektif. Secara fisik, bentuk
item tes menjodohkan terdiri atas dua kolom yang sejajar. Pada kolom pertama berisi
pernyataan yang disebut daftar stimulus yang berarti dengan daftar premis karena dalam
kolom tersebut berisi definisi, frasa atau kata tunggal dan kolom kedua berisi kata frasa
yang disebut juga daftar respons atau jawaban. Sedangkan menurut Burhan (2001: 91)
dalam tes bentuk menjodohkan, siswa dituntut untuk menjodohkan, mencocokkan,
menyesuaikan, atau menghubungkan antara dua pernyataan yang disediakan, pernyataan
biasanya diletakkan dalam dua lajur, lajur kiri berupa pernyataan pokok (stem) atau
pertanyaan dan lajur kanan merupakan jawaban atas pernyataan lajur kiri.
Pertanyaan menjodohkan ini pada umumnya kegunaannya terbatas pada
pengukuran pengetahuan yang mencakup terminologi, batasan atau definisi, fakta, dan
asosiasi konsep yang memiliki kaitan sederhana. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan
oleh Cross (1992) dalam Sukardi (2010: 123) bahwa matching test items are appropiate
for identfying the relationship things; atau item tes menjodohkan adalah tepat untuk
mengidentifikasikan hubungan antar sesuatu.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tes menjodohkan atau
matching test merupakan tes yang memiliki dua lajur yang saling berhubungan. Pada
prinsipnya tes menjodohkan mengevaluasi pengetahuan tentang fakta yang memiliki
makna spesifik. Agar dapat digunakan sebagai materi premis atau kolom respons, fakta
harus sederhana dan jelas. Jika kedua kriteria tersebut tidak dipenuhi maka tipe tes lain
perlu dipertimbangkan penggunaannya.
B. Kelebihan dan Kekurangan Matching Test
Ada beberapa kelebihan dan juga kekurangan pada tes menjodohkan (matching test),
diantaranya adalah sebagai berikut.
Kelebihan tes menjodohkan:
1. Pembuatannya mudah
2. Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan obyektif
3. Cukup ringkas dan efektif dari segi rumusan butir soal dan pilihan jawaban
4. Apabila jenis tes ini dibuat dengan baik, maka faktor menebak praktis dapat
dihilanggkan
5. Tes jenis ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal:
a. antara problem dan penyelesaiannya
b. antara teori dan penemunya
c. antara sebab dan akibatnya
d. antara singkatan dan kata-kata lengkapnya
e. antara istilh dan definisinya
Kelemahan Tes Menjodohkan
1. Matching test cenderung lebih banyak mengungkap aspek hafalan atau daya ingat
saja
2. Karena mudah disusun, maka tes jenis ini sering kali dijadikan “pelarian” bagi
pengajar, yaitu dipergunakan kalau pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes
bentuk lain.
3. Karena jawaban yang pendek-pendek, maka tes jenis ini kurang baik untuk
mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran (interpretasi)
4. Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini sering menyelinap atau masuk hal-hal yang
sebenarnya kurang perlu untuk di ujikan

C. Kaidah Dalam Penyusunan Matching Test


Untuk menyusun soal bentuk menjodohkan (Matching test), Arifin (2009:145)
memberikan beberapa kriteria, yaitu:
1. Buatlah petunjuk tes dengan jelas, singkat, dan mudah dipahami.
2. Sesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator.
3. Kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri, sedangkan jawabannya di sebelah
kanan.
4. Jumlah alternatif jawaban hendaknya lebih banyak daripada jumlah soal.
5. Susunlah item-item dan alternatif jawaban dengan sistematika tertentu. Misalnya,
sebelum pokok persoalan, didahului dengan stem, atau bisa juga langsung pada
pokok persoalan.
6. Seluruh kelompok soal dan jawaban hanya terdapat dalam satu halaman.
7. Gunakanlah kalimat yang singkat dan langsung terarah pada pokok persoalan.

Adapun pendapat lain yang mengatakan kaidah penyusunan soal bentuk


menjohohkan(Matching test)adalah sebagai berikut ini.
1. Perlu adanya petunjuk yang jelas tentang bagaimana menjawab tes
menjodohkan. Petunjuk tersebut perlu disusun dengan kalimat yang singkat dan
jelas. Gurupun perlu menegaskan makna dan cara menjawab pada setiap kolom.
2. Pada setiap kolom sebaiknya diberi label untuk lebih menjelaskan petunjuk.
3. Item-item dalam tes menjodohkan sebaiknya homogen. Jika hanya sedikit materi
pembelajaran yang dapat dikelompokkan secara homogen dan berkaitan satu
dengan lainnya, maka bentuk tes lain direkomendasikan untuk digunakan.
4. Sebaiknnya antara premis dan respons tidak sama jumlahnya. Secara empiris
antara jumlah respons lebih banyak antara satu atau dua jawaban. Jika premis
dan respons dibuat sama jumlahnya, ada kemungkinan para siswa menjawab
dengan cara menerka.
5. Huruf besar atau angka (arab) sebaiknya digunakan untuk memberikan label
item-item pada daftar jawaban.
6. Item-item dalam daftar respons sebaiknya dibuat lebih pendek dibandingkan
dengan daftar stimulus atau premis.
7. Kolom dan daftar respons sebaiknya ditempatkan pada sisi sebelah kanan.
8. Semua item untuk satu set tes menjodohkan, sebaiknya ditempatkan pada satu
halaman. Penempatan kedua kolom pada halaman lain atau terpisah akan
mengakibatkan siswa membaca sambil membolak-balik halaman.

D. Cara Penilaian Soal Menjodohkan (Matching Test)


Untuk menilai tes yang berbentuk matching test, diperhitungkan dari jumlah item
yang dijawab benar saja. Sehingga dengan rums penskoran tersebut item yang dijawab
salah atau item yang dikosongkan keduanya dianggap salah.
Rumusnya sebagai berikut:
S=R
S adalah skor
R adalah jumlah jawaban yang benar

Contoh:
Jumlah Item : 10 buah
Jumlah soal yang dijawab benar : 7 buah
Jumlah soal yang dijawab salah : 3 buah
maka skor yang diperoleh adalah
S=10−3=7
E. Contoh Tes Menjodohkan (Matching Test)
Mari menjodohkan dengan jawaban yang tepat!

Soal Jawaban
1. 3, 5, 7, 9, …. a. 2
2. 900 : 3 : 4 = …. b. 11
3. 25, 35, c, 55, 65, 75 c. 22
c = …. d. 45
4. 532 + 436 – 647 = …. e. 75
5. 663 : 3 + 111 = …. f. 130
6. 65 x 10 : 5 = …. g. 191
7. 899 + …. = 901 h. 194
8. 12, 14, 16, 18, 20, a, 24. i. 321
a = …. j. 322
9. 317 – 861 : 7 = …. k. 323
10. 19 x 5 + 12 x 8 = …. l. 13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tes menjodohkan atau matching test merupakan tes yang memiliki dua lajur yang
saling berhubungan. Pada prinsipnya tes menjodohkan mengevaluasi pengetahuan
tentang fakta yang memiliki makna spesifik. Agar dapat digunakan sebagai materi premis
atau kolom respons, fakta harus sederhana dan jelas. Jika kedua kriteria tersebut tidak
dipenuhi maka tipe tes lain perlu dipertimbangkan penggunaannya.
Kelebihan tes menjodohkan antara lain: pembuatannya mudah, dapat dinilai
dengan mudah, cepat dan obyektif, cukup ringkas dan efektif dari segi rumusan butir soal
dan pilihan jawaban, apabila jenis tes ini dibuat dengan baik, maka faktor menebak
praktis dapat dihilanggkan, dan tes jenis ini sangat berguna untuk menilai berbagai hal:
Kelemahan Tes Menjodohkan antara lain: cenderung lebih banyak mengungkap
aspek hafalan atau daya ingat saja, tes jenis ini sering kali dijadikan “pelarian” bagi
pengajar, yaitu dipergunakan kalau pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes bentuk
lain, kurang baik untuk mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran
(interpretasi).

B. Saran
Demikian makalah yang kami sampaikan, sudah tentu memiliki banyak
kekurangan serta kelemahan disebabkan keterbatasan pengetahuan kami sertakurangnya
sumber referensi yang kami peroleh. Maka dari itu, kami menerima segala kritik dan
saran yang dapat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Sudijono, Anas. (2007). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagfafindo Persada.


Sukardi. (2010). Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Buma Aksara.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai