BAB I
FUNGSI PENGUKURAN DAN PENILAIAN DALAM PENDIDIKAN
1. Pengertian Pengukuran dan Penilaian
Untuk mengetahui berhasil tidaknya tujuan dalam proses belajar mengajar,
maka perlu adanya kegiatan evaluasi.
Sebab evaluasi merupakan suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai sesuatu dalam skup kependidikan atau segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan masalah pendidikan.
Dalam kegiatan evaluasi ini ada dua kegiatan pokok yang tidak dapat
dipisahkan yaitu : kegiatan pengukuran dan kegiatan penilaian. Pengukuran
cenderung menunjukan luas atau kwantitas daripada sesuatu, sedangkan penilaian
cenderung menunjukkan kwalitas daripada sesuatu yang diukur. misalnya, jika
kita ingin mengetahui apakah daya serap siswa terhadap bidang studi tertentu baik
atau buruk, maka jelas harus diadakan pengukuran melalui tes. Dari hasil
pengukuran tersebutlah baru bisa diramalkan bahwa daya serap siswa terhadap
bidang studi tertentu baik atau buruk.
Dengan demikian proses pengukuran dan penilaian merupakan suatu
proses yang saling berkaitan dan tak dapat dipisahkan.
2. Latar Belakang Pengukuran dan Penilaian Individu
Bertitik tolak dari pengertian di atas bahwa evaluasi bermaksud untuk
mengetahui keberhasilan dari suatu kegiatan. Diketahui bahwa guru mempunyai
tugas sangat komplek dengan segala tuntutan yang harus dipertanggungjawabkan.
Salah satu tugas guru adalah melaksanakan / menciptakan kondisi belajar
yang paedagogis. Dalam kegitan tersebut sudah tentu dituntut adanya suatu
penilaian yang intensif dan obyektif.
BAB II
MENYUSUN ITEM TES
1. Pengertian Tes
Tes adalah suatu cara untuk menadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau kelompok,
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak yang
dapat dibandingkan dengan nilai standar yang ditetapkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa :
a. Tes berbentuk suatu tugas yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan atau
perintah.
b. Tes diberikan kepada seseorang atau kelompok
c. Respon anak / kelompok dinilai.
2. Jenis Tes
Tes sebagai alat ukur mempunyai bentuk atau jenis yang berbeda-beda.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari :
a. Jumlah peserta atau pengikut tes
1. Tes individual, yaitu tes yang diberikan hanya pada seorang anak.
2. Tes kelompok, yaitu tes yang diberikan kepada sekelompok individu
dalam waktu bersamaan.
b. Dari segi penyusunan tes
1. Tes buatan guru, yaitu tes yang disusun sendiri oleh guru bidang studi
yang bersangkutan.
2. Tes buatan orang lain yang tidak distandarisasi.
3. Tes standar, atau baku.
c. Dari segi bentuk jawaban atau respon siswa
1. Tes tindakan, apabila jawaban anak berupa tingkah laku
2. Tes verbal, yaitu apabila jawaban atau respon yang diberikan oleh peserta
tes berbentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.
d. Dari segi bentuk pertanyaan tes
1. Tes obyektif
2. Tes essay
Dalam uraian berikut ini akan dibicarakan jenis tes diihat dari bentuk
pertanyaan yaitu ; tes obyektif dan tes essay.
Tes Obyektif
Jenis tes ini sering disebut tes jawaban pendek (short answer), karena tiaptiap persoalan hanya memerlukan jawaban pendek. Jawaban telah disediakan
berbentuk alternatif-alternatif.
Peserta tes hanya memiliki satu jawaban dari alternatif tersebut.
Tes obyektif hanya memiliki beberapa tipe yaitu :
1. True false (benar salah)
Tipe tes ini terdiri dari statement statement, dimana sebagian dari
statement ada yang benar adapula yang tidak benar. Siswa disuruh memilih
mana statement yang benar dan tidak benar. Misalnya : Berilah tanda silang
(x) pada huruf (B) jika pertanyaan benar pada (S) jika pernyataan salah.
2. Multiple Choice (Pilihan Ganda)
Tipe tes ini terdiri dari statement yang belum lengkap (Stem). Untuk
melengkapinya disediakan beberapa alternatif (option). Option dapat diabgi
dua yaitu ; option kunci dan option pengecoh (distraktor). Tugas siswa adalah
memilih satu diantara option yang disediakan sebagai jawaban.
Misalnya : Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dari option yang
tersedia dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c, pada lembar
jawaban. Bentuk atau tipe tes pilihan ganda ini dapat dikembangkan dengan
berbagai variasi (variasi bentuk tes ini dibicarakan pada BAB berikutnya).
3. Matching (Menjodohkan)
Matching adalah tipe tes yang terdiri dari dua kolom yang paralel,
dimana masing-masing kolom berisi statemen. Kolom sebelah kiri berisi
statemen soal sedangkan kolom sebelah kanan berisi statemen jawaban. Tugas
siswa adalah menjodohkan statement soal dengan salah satu statement
disebelah kanan (jawaban). Misalnya: Jodohkan statement sebelah kiri dengan
salah satu statement yang paling benar yang terdapat disebelah kanan.
4. Completion (melengkapi)
Item tes ini terdiri dari statement atau pernyataan yang belum lenkgap
atau sempurna. Tugas siswa adalah melengkapi statement (kalimat) tersebut
supaya menjadi lengkap. Pernyataan atau soal dari tipe ini dapat berbentuk
pertanyaan langsung, atau mengunakan titik-titik.
Misalnya : Jawablah pertanyaan berikut ini dengan singkat dan tepat !
a. Tahun berapakah Indonesia merdeka?
b. Jika guru ingin menyampaikan informasi kepada sekelompok siswa,
metode yang tepat digunakan adalah.
Tes Essay
Berbeda dengan bentuk tes obyektif, dimana tes obyektif terdiri dari
beberapa tipe tes, sedangkan tes essay hanya satu bentuk. Tes essay adalah suatu
bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan atau suruhan yang memerlukan
jawaban panjang. Sehingga tes ini sering disebut (long answer) atau tes subyektif,
sebab analisa jawaban dipengaruhi oleh subyek yang menjawab.
Bentuk pertanayan dapat berupa :
Meminta penjelasan
Membandingkan suatu masalah dengan masalah lain
Mencari perbedaan
Mencari hubungan
Mengintepretasikan / menafsirkan
Menyimpulkan
Dalam tulisan ini hanya akan disajikan langkah-langkah penyusunan tes objektif.
Kegiatan menyiapkan tes objektif secara garis besarnya dapat digambarkan dalam
langkah sebagai berikut;
Menyiapkan blue print
Menulis soal dan
Menguji kwalitas soal ujian.
a. Blue Print
Blue print juga disebut tabel spesifikasi atau tabel kisi-kisi. Blue print
berisi tentang informasi tentang tes yang akan ditulis. Misalnya menunjukkan
bagian mata pelajaran yang akan diukur, taraf kompetensi yang akan diukur,
banyaknya soal untuk masing-masing kompetensi dan untuk seluruh satu mata uji,
taraf kesukaran masing-masing mata soal dan jenis / bentuk tes yang akan
digunakan.
Mata pelajaran yang akan diukur diperinci ke dalam bentuk sautna-satuan
yang lebih kecil. Bisa juga diperinci melalui bab per bab sampai pada sub masingmasing bab. Namun suatu hal yang tak boleh dilupakan bahwa arah materi yang
diukur jangan lepas dari kompetensi.
Kompetensi yang sering digunakan adalah yang dikembangkan oleh
Bloom yang terkenal dengan Taxonomy Bloomnya. Menurut Bloom, kompetensi
kognitif siswa / mahasiswa itu, yaitu sejauh mana siswa / mahasiswa menguasai
hal yang dipelajarinya, digambarkan dalam 6 taraf yang sifatnya berjenjang
(hierchical).
Taraf tersebut dari yang paling rendah sampai ke yang paling tinggi
adalah;
1. Pengetahuan
2. Pemahaman
3. Aplikasi atau penerapan
4. Analisis
5. Sintesis dan
6. Evaluasi
Semakin banyak kompetensi yang mampu diukur semakin baik. Namun
jangan lupa bahwa mengukur semua kompetensi di atas bukanlah mudah, kadangkadang tidak semua, kadang-kadang tidak semua pelajran dapat diukur dengan
semua cara itu.
Untuk itu hendaknya dipilih secara cermat dengan mempertimbangkan
kemampuan yang ada, fasilitas, waktu serta tujuan yang ingin dicapai.
Untuk jelasnya berikut ini diberikan tabel Blue-print atau tabel kisi-kisi.
Contoh : I
1. Mata kuliah yang diukur
2. Semester
3. Jumlah materi yang diukur
: Psikologi Pendidikan
: IV/STKIP AH Singaraja
: 10 Bab (Bab I s/d X)
Jumlah item = 40.
: 10%
: (Hanya satu jenis yaitu pilihan
ganda)
: - pengetahuan = 30%
-Pemahaman
= 25%
-Aplikasi
= 25%
-Analisis
= 1-%
-Sintesis
= 5%
- Evaluasi
= 5%
Total
= 100%
Taraf Komponen
Penge
Pemahaman
tahuan
2
3
Total
Aplikasi
Analisis
Sintesis
Evaluasi
10
II
10
III
10
IV
10
10
VI
10
VII
10
VIII
10
IX
10
X
Total:
2
30
1
25
1
25
10
4
-
10
100
f%
Total :
12
10
10
10
f komp
Contoh II
1.
2.
3.
4.
:
:
:
:
Psikologi Pendidikan
V / STKIP AH Singaraja
4 Bab (Bab I s/d V)
- Bab I
= 14%
- Bab II
= 32%
- Bab III
= 33%
- Bab IV
= 21%
Total
= 100%
: - Pengetahuan factual
-Pemahaman
-Aplikasi
: - Benar salah (true false)
- Multiple choice
- Matching
: 40 item
Tabel 02
TABEL KISI-KISI SOAL UJIAN SEMESTER V
BIDANG STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
10
Mater
i yang Proporsi
Taraf kompetensi
diukur
I
14%
Pengetahuan factual
Pemahaman
Aplikasi
II
32%
Pengetahuan factual
Pemahaman
Aplikasi
III
33%
Pengetahuan factual
Pemahaman
Aplikasi
IV
21%
Pengetahuan factual
Pemahaman
Aplikasi
Total
100%
-
Bentuk soal/Tes
T-F
M-C
Matching
Jumlah
Item
1
1
2
1
1
1
1
1
1
10
1
1
2
2
1
2
2
1
1
1
1
15
1
1
2
2
1
1
2
2
1
2
15
3
3
4
6
3
4
5
4
2
4
2
40
Contoh III.
TABEL KISI-KISI (BLUE PRINT)
Bidang Studi
Kelas
Perkiraan Waktu
Kurikulum
Materi/
Kompe- tensi
Knowledge
(ingatan)
Konprehentt
(pemahaman
)
Application
(penerapan)
Analysis
(analisis)
Syntesis
(sistesi)
Evaluation
(evaluasi)
Total
Galaks
i
Tata
Sury
a
Peredara
n Benda
langit
2
-
1+
(1)
3
1+
(1)
2
2
7+
(2)
10
Catatan : (+ ) = cadangan
Tata
Koor
dinat
2+
(1)
4
3+
(1)
2+
(1)
11 +
(3)
: IPA
: I Semester I SMA
: 60 Menit
: SMA Th. 1975
Perpe
- taan
Alat
astrn
+
meteo
r
Flora
&
Faun
a
Ekolog
i
Pendudu
k + sdm
Penel
ruang
angk
s
Total
1+(1)
1+(1)
11+(3)
1+ (1)
15+(2)
2+ (1)
3+ (1)
1+(1)
2+(1)
20+(5)
1+(1)
6+(2)
1+(1)
5+(2)
1+(1)
3+(1)
5+ (1)
7+(2)
3+(3)
5+(3)
3+(1)
60+(15)
11
12
Penulisan huruf besar yang lainnya dapat dilihat pada ejaan yang
disempurnakan.
B. Huruf Kecil
Huruf kecil selalu dipakai diawal option, kecuali pada ketentuan A diatas.
Contoh : Ahli psikiatri disebut,
a. Psikolog
b. Conselor
c. Psikiater
d. Evaluator
II. Tanda Baca :
A. Tanda Tanya (?)
1. Tanda tanya dipakai pada akhir stem atau option yang berbentuk
pertanyaan.
2. Setelah tanda tanya (?) atau tanda seru (!) diperkenankan memberi
tanda tiitk.
B. Tada Titik (.)
1. Jumlah titik pada akhir stem yang tidak diakhiri dengan tanda tanya
atau tanda seru adalah empat titik (tiga titik untuk elips dan satu titik
untuk mengakhiri kalimat)
Contoh: Dasar negara kita adalah
a. Pancasila
b. UUD 1945
c. Burung Garuda
d. Bhinneka Tunggal Ika
2. Jumlah titik pada bagian kalimatyang dihilangkan sebanyak tiga titik
ditengah kalimat, dan empat titik di akhir kalimat
Contoh : tengah kalimat
Kegiatanyang belum ditemukan dalam fase pendahuluan bimbingan
konseling.
a. membuat kontak yang baik dengan konseli
b. memberi keyakinan / kepercayaan kepada konseli
c. secara periodik dan teliti mengolah data
d. mengenal identitas konseli
3. Tanda titik dipakai pada akhir option bila:
a. Option berbentuk kalimat
b. Option berpribahasa
c. Stem diakhiri tanda tanya atau tanda seru
13
4. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh:
Bhagawad Gita
Kunjungan Mendikbud
C. Garis Bawah
1. Garis bawah dipaka untuk nama buku, majalah dan surat kabar yang
dikutip.
Contoh: majalah Horison
2. Garis bawah dipakai pada penekanan maksud soal
Contoh: skor tertinggi dalam norma relatif skala sebelas adalah
a. 10
c. 11
b. 9
d. 12
3. Kata tidak atau bukan ditulis bergaris bawah pada pernyataan soal
berbentuk nefatif.
Contoh: Berikut ini yang bukan termasuk aspek psikologis:
a. kepribadian
b. sikap sosial
c. intelektual
d. lingkungan
4. Kata kecuali dalam stem ditulis dengan huruf kecil, dan bergaris
bawah.
Contoh: berikut ini adalah karya-karya Hamka, kecuali
a. keadilan Ilahi
b. dibawah lindungan Kabah
c. menunggu beduk Berbunyi
d. dosa atas manusia
5. Kata sebab (dalam bentuk soal hubungan antar hal), ditulis dengan
huruf kecil dan bergaris bawah. Pada pernyataan kedua (setelah kata
sebab) dimulai dengan huruf kecil dan diakhiri dengan tanda titik pada
akhir kalimat.
D. Tanda Koma (,)
Tanda koma (,) dipakai sebelum kata :
1. Sebab (dalam bentuk hubungan antar hal)
2. Kecuali (dalam bentuk pilihan ganda)
E. Tanda Petik (..)
Tanda eitk dipakai untuk memperjelas maksud soal pada stem.
Contoh: Sinonim kata evaluasi yang tepat pada kalimat Evaluasi Belajar
Tahap Akhir ialah
a. penilaian
14
b. penapsiran
c. pengira-ngiraan
d. pendugaan
III. Penulisan Kata
a. Menghindarkan penggunaan kata tersebut pada soal / stem. Gunakan kata
diatas, dibawah, sebagai gantinya.
b. Menghindarkan perulangan kata / ungkapkan pada stem dan option yang
memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.
c. Menghindari penggunaan kata / ungkapan yang bermakna luas / tidak
tentu pada stem. Seperti : kebanyakan pada umumnya, seringkali, kadangkadang dan sejenisnya.
d. Penggunaan nama orang, nama tempat harus yang sudah dikenal umum
atau telah diajarkan, ada pada diktat / buku bacaan.
e. Kata Depan dan Awalan
1. Kata depan di, ke, dari harus ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya, karena kata depan itu mempunyai kedudukan sebagai
2.
15
2. Jangan menggunakan kalimat yang langsung diambil dari buku / teks book,
sebab dapat menibulkan verbalisme.
3. Apabila suatu item didasarkan atas suatu pendapat tertentu, harus disebutkan
dari siapa pendapat tersebut.
4. Item suatu tes hendaknya jangan memberikan petunjuk terhadap jawaban item
yang lain
5. Jawaban dari suatu item, janganlah merupakan kondisi dariapda item
berikutnya.
6. Susunan jawaban benar hendaknya disusun secara random.
Ada beberapa teknik random yang dapat digunakan yaitu : 1. Teknik
undian, 2. Teknik abjad, 3. Teknik bilangan random.
b) Petunjuk khusus
Petunjuk khsuus adalah suatu pedoman untuk menyusun item tes dalam
tipe tertentu tes obyektip.
1. Syarat / petunjuk item tes benar salah :
a. Item benar salah hendaknya ditulis secara jelas dan difinitif, sehingga
tidak meragukan.
b. Hindari penggunaan kata yang merupakan penentu penentu khusus
seperti : selalu, semua, kadang-kadang tidak pernah kecuali bermaksud
untuk mengukur logika (teknik berpikir atau analisa pikiran).
c. Hindari penggunaan negatif rangkap
d. Jangan mempergunakan dua konsep atau masalah dalam satu item.
e. Hindari penentuan jawaban yang hanya tergantung kepada satu huruf saja,
kecuali digunakan untuk mengukur kemampuan ejaan.
2. Syarat item menjodohkan (matching)
a. Stem-stem merupakan satuan dalam pasangan hendaknya bersifat sejenis,
misalnya : nama orang, tanggal / tahun kejadian, tempat dan sebagainya.
b. Jumlah jawaban hendaknya lebih banyak daripada stem. Hal ini
bermaksud menghindari jebakan dari anak.
c. Option jawaban disusun secara random.
16
d. Stem ditulis disebelah kiri dengan nomor urut, dan option disebelah kanan
dengan huruf abjad.
e. Hindari penulisan yang bersambung kehalaman berikutnya.
3. Syarat item melengkapi (complition)
a. Hindari penggunaan statemen yang dapat menimbulkan lebih dari satu
jawaban.
b. Ruang yang
dikosongkan
hendaknya
merupakan
tempat
untuk
17
Bentuk ini tediri dari stem yang merupakan suatu pernyataan yang
belum
lengkap,
kemudian
disediakan
beberapa
alternatif,
atau
18
19
4
1
6
9
8
10
13
11
12
Soal :
Dalam gambar hubungan analisa sosial di atas, anak yang terisolir adalah:
a. 1
d. 4
b. 2
e. 7
c. 3
5. Analisa Kasus
Masalah yang diungkap dalam stem ini merupakan keadaan nyata,
sehingga peserta ujian seakan-akan berhadapan dengan keadaan
sebenarnya.
Contoh :
Petunjuk : Untuk soal nomors/ddisediakan suatu tes yang harus
dipahami
secara
cermat.
Kemudian
menyusul
soal-soal
yang
20
Sebuah benda digantung dengan pegas, dengan H0 adalah tinggi benda dari
tanah. Bila sekarang benda ditarik sedikit ke bawah kemudian dilepaskan,
benda akan berayun naik turun secara harmonis dengan frekwensi ayunan
per detik.
Ayunan dari benda disebabkan oleh
A) Tarikan searah dari gravitasi
B) Tarikan searah dari pegas
C) Interaksi antara pegas dan gaya gesekan udara
D) Interaksi antara gaya grafitasi dan gaya gesekan udara
E) Interaksi antara gaya pegas dan gravitasi (kuci E)
B. Syarat Item Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Sebelum dijelaskan beberapa syarat penulisan item tes ini, maka perlu
diperkenalkan bentuk soal sebagai berikut:
Pada soal terdapat dua komponen yaitu :
1. Stem, adalah suatu pernyataan uang mengungkap secara deskriptip tentang
permasalahan yang akan ditanyakan. Kalimat stem dapat berbentuk, kalimt
tanya, kalimat suruh, kalimat utuh (pernyataan) dan kalimat tidak utuh.
Contoh :
a. Siapakah nama Presiden Republik Indonesia yang pertama? (kalimat
tanya)
b. Tunjukkan alat peraga yang mudah ditangkap melalui indra
pendengaran ! (Kalimat suruh)
c. Hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam UUD 1945, (kalimat utuh)
d. Susunan UUD 1945 terdiri dari.bagian,(kalimat tak utuh) atau
Susunan UUD 1945 terdiri dari (kalimat tidak utuh).
2. Option; ialah suatu kata atau kalimat yang merupakan kelengkapan dari
komponen Stem, yang berfungsi sebagai alternatif jawaban. Option dapat
dibedakan menjadi dua yaitu: option kunci dan option pengecoh
(dstractions).
Contohsoal :
Susunan UUD 1945 terdiri dari : --- STEM,
a. satu bagian
21
barulah kita
membicarakan syarat penyusun tes pilihan ganda yang berlaku untuk semua
variasinya.
Adapun syaratnya adalah :
1. Seluruh komposisi hendaknya betul-betul mengungkapkan permasalahan
yang layak dikemukakan sebagai suatu stem atau soal, bukan hanya
sekedar deretan kata atau kalimat yang tidak bernilai sebagai suatu soalan.
Hindari kalimat yang subyekti dan puitis.
2. Diskripsi masalah yang diungkap stem hendaknya jelas, terutama dalam
tata kalimat yang benar, dan tidak mengundang maksud untuk menjebak
peserta tes (yang diuji).
3. Gunakan sedapat mungkin bentuk kalimat positif. Apabila digunakan
bentuk ingkar atau menyangkal, tulislah dengan garis bawah seperti :
(tidak, bukan, kecuali).
4. Dalam mengungkap permasalahan hendaknya dihindari penggunaan
ungkapan yang bersifat indenfinite seperti : kebanyakan, sering kali,
kadang-kadang, paling dan sejenisnya sehingga menimbulkan tafsiran
yang subyektif bagi peserta ujian.
5. Dalam menyusun soal hendaknya dapat diusahakan agar tidak terdapat
suatu ungkapan atau susunan kalimat yang memberikan petunjuk kepada
peserta ujian tentang kuncinya.
6. Kata-kata atau ungkapan yang digunakan sebagai pilihan jawaban
hendaknya seimbang baik kandungan makna maupun susunan katakatanya.
22
7. Untuk setiap soal hanya terdapat satu jawaban benar atau hanya satu
nomor benar dari nomor-nomor option yang disediakan.
8. Usahakan agar umpan (distractor) mirip betul dengan kunci (key) sehingga
derajat derajat kesukaran soal dapat mencerminkan kemampuan peserta
ujian.
9. Kunci jawaban di buat secara randomisasi, baik jumlahnya, maupun
tempat atau letaknya dalam lembar jawaban.
10. Hal-hal yang berhubungan dengan permaslaahan dan dapat menunjukkan
arah jawaban, hendaknya jangan dipergunakan.
11. Hindarkan interpendency antar soal satu dengan yang lainnya.
12. Cegah kesalahan dalam penggunaan kata-akta / kalimat (gunakan bahasa
sesuai dengan EYD)
13. Perhatikan taraf isi soal, hendaknya cocok seperti tabel kisi-kisi yang
memuat beberapa kompetensi.
14. Option hendaknya diusahakan mungkin benar (plaussible). Makin
homogin optionnya semakin tinggi taraf knowledge yang diukur.
15. Sedapat mungkin hindari penggunaan semua di atas benar atau semua
di atas salah pada option.
16. Jumlah option masing-masing soal dari satu ungkapan soal hendaknya
sama.
17. Hindari penulisan soal yang terpisah atau terpotong kehalaman berikutnya.
18. Option hendaknya disusun secara jelas dan secara vertikal.
(Suprapto, tahun 1982, hal 14).
23
BAB III
MEMBERI SKOR (SCORING)
1. Tes Essay
Pemberian skor tes essay dapat ditempuh dua cara yaitu : a) dengan
menggunakan metode analisa (analitycal method), b) metode sortir (sorting
method).
a) Metode Analisa (Analytical Method)
24
Ialah suatu cara menilai dengan menyiapkan sebuah acuan atau model
tertentu dari tiap-tiap nomor soal atau jawaban. Tiap-tiap jawaban dianalisa
menjadi beberapa elemen, kemudian masing-masing elemen disiapkan skor sesuai
dengn skala tau norma yang digunakan. Kemudian jawaban anak dicocokkan
dengan acuan tersebut tadi.
Misalnya :
Sebuah tes essay, dengan bobot lima (5) artinya jika tes tersebut dijawab
benar anak dapat skor = 5 (lima). Jawaban tes tersebut dianalisa menjadi lime
elemen yaitu I, II, III, IV, dan V. Kemudian jawaban anak dibandingkan dengan
elemen yang telah disiapkan. Jika jawaban anak hanya memuat 4 (empat) elemen
dan benar maka anak memperoleh skor untuk nomor tersebut 4 (empat). Demikian
seterusnya untuk semua soal.
b) Metode Sortir (Soting Method)
Cara ini tidak diabgi menjadi beberapa elemen tetapi pemeriksa harus
memabca seluurh jawaban masing anak, setelah itu baru diletakkan pada masingmasing klasifikasi,misal : sangat baik, baik, sedang, kurang, sangat kurang. Cara
seperti ini dikerjakan terus menerus sampai pada semua jawaban anak. Metode ini
akan lebih baik jika pemeriksa dapat mengulang atau mengecek kembali apakah
klasifikasi di atas tadi sudah tepat atau belum. Setelah itu barulah diberi skor
sesuai dengan klasifikasinya.
Skor yang diperoleh anak atas klasifikasi ini adalah skor dari seluruh tes.
Bilamana acuan norma yang digunakan adalah penilaian Acuan Patokan dengan
skala 5 (lima) maka dapat dijabarkan sebagai berikut ;
Sangat baik,
25
Baik,
Sedang,
Kurang,
Jika kita ingin menggunakan penilaian acuan patokan dengan skor tertinggi adalah
10 (sepuluh), maka masing-masing klasifikasi di atas tadi dibagi dua lagi yaitu:
a = 10
SB
b=9
c=8
B
d=7
e=6
SD
f=5
---------5,5
g=4
KR
h=3
i=2
SK
j=1
2. Tes Obyektif
Setelah jawaban anak diperiksa dengan menggunakan sistim kunci maka
skor yang diperoleh dianalisa dengan mengguankan rumus sebagai berikut:
a. Rumus untuk tipe Tes Benar Salah (B S)
SK = (B S) x Bt
Keterangan :
= Jumlah
Sk = Skor
B = Benar
S = Salah
Bt = Bobot
b. Rumus untuk tipe Tes Menjodohkan (Matching Tyepe)
Sk = B x Bt
26
Keterangan :
Sk = Skor
B = Jumlah benar
Bt = Bobot
c. Rumus untuk tipe Tes Melengkapi (Complition)
Sk = B x Bt
Sk = Skor
B = Jumlah benar
Bt = Bobot
d. Rumus untuk tipe Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)
( BS)
x bt
Sk =
n1
Keterangan :
Sk
= skor
B
= jumlah jawaban benar
S
= jumlah jawaban salah
n
= jumlah option
1
= Bil. Tetap
Bt
= Bobot
Rumus ini dapat digunakan untuk semua variasi tipe pilihan ganda.
27
BAB IV
MENGUBAH SKO MENTAH MENJADI SKOR STANDAR
Mengubah skor mentah menjadi skor standar yang dibicarakan berikut ini
terbatas untuk tipe tes obyektif. Sebab tes essay sesuai dengan fungsinya maka
akan lebih tepat diukur dengan menggunakan PAP, seperti telah diuraikan didepan
dengan variasi yang tidak terlalu banyak. Sedangkan dalam tipe tes obyektif
memiliki variasi skor yang sangat heterogen sebab masing-masing tipe memiliki
rumus skoring tersendiri, kadang-kadang satu rangkaian soal memuat berbagai
variasi tes obyektif serta jumlah soal yang relatif banyak. Dengan kemungkinan
itu sudah tentu diperoleh siswa. Dengan kata lain skor mentah perlu dianalisa,
sebab skor tersebut tidak akn berarti apa-apa sebelum diolah.
Misalnya : Erma memperoleh skor psikologi = 47. Apakah artinya?
Sudah tentu akan tidak terjawab, jika tidak diolah/dirubah.
Untuk mengubah skor mentah menjadi skor standar ada dua pendekatan
yaitu : 1) Pendekatan Acuan Patokan (PAP) dan 2) Pendekatan Acuan Norma
(PAN).
28
a. PAP dilihat dari prosentase tingkat penguasaan materi. Cara ini menggunakan
rentangan prosentase dari 0% - 100%, yang diklasifikasikan menadi beberapa
kelompok.
Dalam cotoh dibawah ini diuraikan PAP skala lima sebagai berikut:
Tingkat penguasaan materi
90 % - 100 %
80 % - 89 %
65 % - 79 %
55 % - 64 %
0 % - 54 %
Nilai
Angka
4
3
2
1
0
Huruf
A
B
C
D
E
Contoh penggunaannya :
Tes evaluasi pendidikan terdiri dari ; 85 item, dengan demikian maka skor
maksimal ideal adalah 85 (bobot soal adalah 1). Erma mampu mengerjakan
betul dengan skor 55.
Berapakah skor standarnya ?
Jawab :
Pedoman konversi dapt dibuat sebagai berikut :
90
Penguasaan 90 % = 100 x 85 = 76,50 (71)
Penguasaan 80 % =
80
100
x 85 = 68,00
Penguasaan 65 % =
65
100
x 85 = 55,25 (55)
Penguasaan 55 % =
55
100
x 85 = 46,75 (47)
29
Nilai
Angka
4
3
2
1
0
Huruf
A
B
C
D
E
Cara menyusun; baris disebelah kiri didapat dari perhitungan prosentase, yang
disebelah kanan dicari dengan cara: tuliskan skor maksimal idial paling atas
(85) selanjutnya mengurangi 1 angka disebelah kiri yang berada di atas kelas
intervalnya ( lihat tanda panah). Berdasarkan tabel konversi di atas maka Erma
memperoleh skor mentah 55 standarnya adalah (2) C.
Standar PAP dapat dirubah sesuai dengan tujuan evaluasi, materi yang diukur dan
pertimbangan lain yang berorientasi pada mutu atau kebermanfaatan untuk peserta
didik.
Contoh standar yang bisa digunakan:
Tingkat penguasaan materi
85 % - 100 %
75 % - 84 %
65 % - 74 %
55 % - 64 %
0 % - 54 %
Nilai
Angka
4
3
2
1
0
Huruf
A
B
C
D
E
30
ST =
X
SMI
x 100
ST =
X
SMI
x 10
Keterangan :
ST
= Skor standar
X
= Skor mentah (skor yang diperoleh siswa)
SMI
= Skor maksimal ideal
= Sigma / jumlah
Rumus di atas dapat diguankan untuk bobot soal yang berbeda-beda.
Setelah dianalisa dengan rumus di atas skor yang diperoleh diequivalensikan
dengan batas kelulusan pada PAP yaitu 65%. Semua siswa memperoleh skor (ST)
65% ke atas, lulus sedangkan dibawah itu tidak lulus.
Contoh penggunannya :
Bidang studi yang dievaluasi adalah : PMP. Jumlah soal / item adalah 90.
Bobot soal adalah 1 untuk tiap-tiap item.
Peserta testing adalah : Erma, Era, Eka, Edi, dan Eva. Setelah diperiksa ternyata
masing-amsing peserta tes memperoleh skor sebagai berikut :
Erma = 70
Eka
= 50
Era
= 65
Edi
= 85
Eva
= 80
= 90
Bobot soal
=1
SMI
= 90 x 1
31
= 90
Skor standar Erma
70
90
65
90
50
90
85
90
80
90
Melihat dari skor standar di atas, maka Eka tidak lulus karena ST-nya masih di
bawah standar kelulusan 65%.
b. Nilai Patokan Yang Disusun Berdasarkan Mean Ideal (Mi) dan Standar
Deviasi (SDi)
Norma ini juga didasarkan atas penguasaan kompetensi yang diajarkan. Norma
yang disusun sangat erat hubungannya dengan jumlah item dan bobot untuk tiaptiap item. Berdasarkan atas jumlah item dan bobot itu akan diperoleh skor yang
diperoleh siswa, kemudian dapat dicari berturut-turut : Skor Maksimal Ideal
(SMI), mean ideal (MI) dan Standar Deviasi Ideal (SDI).
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun nilai patokan
ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan Skor Maksimal Ideal (SMI), adalah suatu skor yang diperoleh
oleh siswa jika semua soal dijawab dengan betul.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa SMI adalah penjumlahan hasil kali
masing-masing item dengan bobotnya.
32
33
1
3
x 50
= 16,67
d. Membuat tabel konversi
Mi = 50,
SDi = 16,67
-----10
M + 2,25 SD = 50 + (2,25 x 16,67) = 50 + 37,51 = 87,51 (88)
-----9
M + 1,75 SD = 50 + (1,75 x 16,67) = 50 + 29,17 = 79,17 (79)
-----8
M + 1,25 SD = 50 + (1,25 x 16,67) = 50 + 20,84 = 70,84 (71)
-----7
M + 0,75 SD = 50 + (0,75 x 16,67) = 50 + 12,50 = 62,50 (63)
-----6
M + 0,25 SD = 50 + (0,25 x 16,67) = 50 + 4,17 = 54,17 (54)
-----5
M 0,25 SD = 50 (0,25 x 16,67) = 50 4,17 = 45,83 (46)
-----4
M 0,75 SD = 50 (0,75 x 16,67) = 50 12,50 = 37,50 (38)
-----3
M 1,25 SD = 50 (1,25 x 16,67) = 50 20,84 = 29,16 (29)
-----2
M 1,75 SD = 50 (1,75 x 16,67) = 50 29,17 = 20,83 (21)
-----1
M 2,25 SD = 50 (2,25 x 16,67) = 50 37,51 = 12,49 (12)
------0
88- = 10
79-87 = 9
71-78 = 8
63-70 = 7
54-62 = 6
46-53 = 5
38-45 = 4
29-37 = 3
21-28 = 2
12-20 = 1
34
0-11 = 0
Jadi siswa yang mendapat skor 85, memperoleh skor standar = 9.
2. Penilaian Acuan Norma
Panilaian acuan norma adalah suatu cara penilaian dengan cara
membandingkan skor yang diperoleh siswa dengan skor rata-rata yang dicapai
oleh kelompoknya.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah :
a. Menyusun tabel data
b. Menyusun tabel kerja untuk mencari Mean (M) dan Standar Deviasi
(SD)
c. Menyusun tabel konversi.
Contoh penggunaannya :
Hasil EBTA dari suatu SMA adalah sebagai berikut :
a. Tabel tentang hasil EBTA SMA
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Nama
Asih
Ariani
Gariani
Budarsa
Arta
Dewi
Dama
Yusuf
Joni
Kusuma
Melyawati
Lely
Mastri
Sariati
Puspa
Sutarmi
Skor
45
37
51
42
34
39
24
49
30
14
32
38
40
35
28
31
No
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Nama
Surya
Setia
Sudi
Tini
Jaya
Suri
Sundari
Umbara
Trsina
Astini
Widia
Wina
Yuni
Toni
Erda
Erma
Skor
58
45
36
27
43
17
41
35
33
32
48
25
20
53
44
38
35
45
7
= 6,43
R
= 15
i minimum
45
15
= 3,0
Jadi interval yang dipakai adalah 3.
Tabel kerja untuk mencari M dan SD
Kls
Interval
57 59
54 56
51 53
48 50
45 47
42 44
39 41
36 38
33 35
30 32
27 29
24 26
21 23
18 20
15 17
12 14
-
fX
X1
fX1,2
58
55
52
49
46
43
40
37
34
31
28
25
22
19
16
13
-
1
0
2
2
2
3
3
4
4
4
2
2
0
1
1
1
N = 32
58
0
104
98
92
129
120
148
136
124
56
50
0
19
16
13
1163
21,66
18,66
15,66
12,66
9,66
6,66
3,66
0,66
-2,34
-5,34
-8,34
-11,34
-14,34
-17,34
-20,34
-23,34
-
469,16
0
490,47
320,50
186,63
133,07
40,19
1,74
21,90
144,06
139,11
257,19
0
100,68
413,72
544,76
3464,23
fX1,2
fX
M
=
=
fX
N
1163
32
= 36,34
SD
fX 1.2
3464,23
N 32
36
108,25718
= 10,40
c. Menyusun pedoman konversi
-----10
M + 2,25 SD = 36,34 + (2,25 x 10,40) = 36,34 + 23,40 = 59,74
-----9
M + 1,75 SD = 36,34 + (1,75 x 10,40) = 36,34 + 18,20 = 54,54
-----8
M + 1,25 SD = 36,34 + (1,25 x 10,40) = 36,34 + 13,00 = 49,34
-----7
M + 0,75 SD = 36,34 + (0,75 x 10,40) = 36,34 + 7,80 = 44,14
-----6
M + 0,25 SD = 36,34 + (0,25 x 10,40) = 36,34 + 2,60 = 38,94
-----5
M - 0,25 SD = 36,34 - (0,25 x 10,40) = 36,34 2,60 = 33,74
-----4
M - 0,75 SD = 36,34 - (0,75 x 10,40) = 36,34 7,80 = 28,54
-----3
M - 1,25 SD = 36,34 - (1,25 x 10,40) = 36,34 13,00 = 23,24
-----2
M - 1,75 SD = 36,34 - (1,75 x 10,40) = 36,34 18,20 = 18,14
-----1
M - 2,25 SD = 36,34 - (2,25 x 10,40) = 36,34 23,40 = 12,94
-----0
Berdasarkan tabel konversi di atas dapat dibandingkan skor yang
diperoleh siswa dengan skor standar norma. Siswa yang dinyatakan lulus adalah
skor 44,14 dibulatkan = 44 ke atas.
Secara umum pelaksanaan penilaian dalam proses belajar sering berakhir
setelah diperoleh skor standar dari masing-masing siswa. Sebenarnya penilaian
37
tidaklah berhenti sampai disana. Skor yang diperoleh dalam bentuk angka atau
kwanitas itu perlu diinterpretasikan dalam penilaian yang berifat kwalitas. Sebab
bagaimanapun seorang guru dituntut untuk dapat memberikan berbagai
interpretasi terhadap keberhasilan siswa.
Misalnya seorang siswa memperoleh skor 50. Apakah artinya?. Sudah
tentu akan menuntut berbagai jawaban antara lain : siswa itu pintar, siswa itu
berhasil sangat baik, cukup, kurang dan sebagainya.
Agar estimasi yang diberikan guru tidak terlalu subyektif, maka
diperlukan adanya suatu cara untuk mengkonversikan skor kwantitas.
Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam sistem perpencaran skor
menurut area kurva normal.
Pencaran Skor Standar Dalam Kurva Normal
2,14%
2,14% 0,13%
-3
-2
-1
+1
+2
+3
0,1%
2,3%
2%
15,0%
16%
50,0%
50%
84,1%
84%
97,7%
98%
99,9%
Percentile
equivalents
1
5 10
203040 50 60 70
80 90 95
99
typical standard
scores
z scores
-40
-30
-20
-10
+10
+20
+30
T scores
20
30
40
50
60
70
80
Ceed scores
200
300
400
500
600
700
800
38
ACT scores
40
Stanine
60
1
80
3
Percent in stanine
4%
7% 12%
Deviation IQs
55
70
100
120
5 6
17%
140
8
160
115
9
4%
130
145
Dari kurva normal diatas kita bisa menyusun pedoman konversi dari skor
kwantitas kepada skor kwalitas kepada skor kwalitas diketaui -40 dan + 40
merupakan daerah kurva yang terlalu jauh dari kenormalan. Karena itu dalam
konversi berikut ini angka tersebut di atas tidak disertakan.
Beberapa model konversi yang dapat disusun adalah sebagai berikut:
1. Konversi Berjenjang (Klasifikasi) Lima
M + 2 SD N M + 3 SD = sangat baik
M + 1 SD N < M + 2 SD = baik
M 1 SD N < M + 1 SD = sedang
M 2 SD N < M 1 SD = kurang
M 3 SD N < M 2 SD = sangat kurang
Contoh penggunaannya :
Perhatikan data tentang hasil EBTA di depan
Diketahui : M = 36,34
SD = 10,40
Setelah dicari M dan SD barulah dimasukan ke dalam konversi sebagai
berikut:
M + 2 SD N M + 3 SD
M + 1 SD N < M + 2 SD
M 1 SD N < M + 1 SD
39
M 2 SD N < M 1 SD
M 3 SD N < M 2 SD
36,34 + (2 x 10,40) N 36,34 + (3 x 10,40)
36,34 + (1 x 10,40) N < 36,34 + (2 x 10,40)
36,34 - (1 x 10,40) N < 36,34 + (1 x 10,40)
36,34 - (3 x 10,40) N < 36,34 - (2 x 10,40)
57,14 N 67,54 = sangat baik
46,74 N < 57,14 = baik
25,94 N < 46,74 = sedang
15,54 N < 25,94 = kurang
5,14
N < 15,54 = sangat kurang
Jadi siswa yang memperoleh skor 50 tergolong baik
2. Konversi Berjenjang (Klasifikasi) Tiga
M + 1 SD N M + 3 SD = baik
M 1 SD N < M + 1 SD = sedang
M 3 SD N < M 1 SD = kurang
3. Konversi Berjenjang Dua
M N M + 3 SD
= baik
M 3 SD N < M
= kurang
Contoh penggunaan nomor 2 dan 3 sama dengan nomor 1 di atas
Keterangan : X (M)
= angka rata-rata
(SD)
= standar deviasi
cfb+1 /2 fp
x 100
N
Keterangan :
P
= Persentil
Cfb
40
Fp
= Jumlah subyek
Contoh :
Diketahui nilai raport anak-anak kelas 1 SMA sebagai berikut :
10
1
6
9
9
9
8
8
8
7
7
7
6
6
6
5
5
5
4
4
4
4
4
4
3
3
3
5
5
5
Berapakah persentil skor 8?
6
9
8
7
6
5
4
4
3
5
10
7
7
7
6
5
4
2
2
5
C
2
Cf
50
48
44
40
33
10
26
16
1
Total
1
50
1
-
41
cfb+1 /2 fp
x 100
N
1
40+ (4)
2
x 100
50 N
40+2
x 100
50
42
x 100
50
= 84
Jadi persentil skor 8 adalah 84. P = 84, maka Z-skornya kurang lebih =
+1,0 sedangkan T-skornya kurang lebh = 60. (Perhatikan pencaran skor standar
dalam kurva normal).
ANALISIS DESKRIPTIF DENGAN SPSS
BAB V
PEMBAKUAN ALAT UKUR
(Tes Prestasi Belajar)
42
siap dalam pelajaran tertentu dengan anak yang tidak siap. Mengingat bahwa
pelaksanaan pembakuan tes adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah, sehingga
tidak semua guru dapat melaksanakan pembakuan ini.
Sehubungan dengan hal itu, penulis mencoba menganjurkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Tes yang tersusun hendaknya sesuai dengan tujuan pengajaran
2. Tes evaluasi belajar disusun berdasarkan tabel kisi-kisi, sebab melalui
tabel tersebut telah tersusun rencana atau materi yang akan diukur.
3. Teknik pembakuan tes dapat dipilih satu dari yang dianjurkan, serta dipilih
berdasarkan atas tujuan pengajaran, kemampuan, biaya dan waktu.
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam pembakuan tes ini adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
43
DK =
( W L+W H )
N
x 100%
Keterangan :
DK
= Derajat kesukaran
WL
WH
44
WL
WH
WL + WH
WL + WH
2
3
4
5
Dst
= item baik
= item ditolak (mudah)
= item ditolak (sukar)
Contoh penggunaannya :
Suatu tes hasil belajar terdiri dari 15 item dalam bentuk tes obyektif masingmasing berbobot 1, diberikan kepada 21 orang siswa SPG negeri di Singaraja.
Hasilnya ditabulasikan dalam tabel 01. Carilah derajat kesukaran (DK) masingmasing itemnya!
Jawab
Tabel : 01. Tabel Data Hasil Testing
N
o
Nama
NRP
Item Tes
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1
Skor
45
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
2
0
2
1
N
Agung
Mahmud
Bakri
Rusmini
Yusuf
Idrus
Bagus Mas
Indrawati
Aminah
215
221
230
225
212
218
227
219
223
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
Amir
213
1 1 1 1 1 1 1 0 0
Anwar
214
0 0 1 1 1 0 0 1 0
Sunadi
231
1 0 0 0 1 1 0 0 1
Abdulah
211
1 1 1 1 1 1 0 0 0
Gandri
216
1 0 0 0 0 1 1 0 0
Suryadi
Yasa
Wibawa
224
1 1 0 0 0 1 0 0 0
228
1 1 1 1 1 0 0 0 0
Jayarsa
220
1 1 1 1 0 0 0 0 0
Saminah
226
1 1 1 0 0 0 0 0 0
Niraini
229
0 0 1 1 0 0 0 1 0
Hermin
217
1 1 0 0 0 1 0 0 0
Ahmad
W
222
WH
WL
1 0 0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 2 0 0 0
1 2 2 3 5 4 6 5 6
0
0
6
0
1
6
0
2
6
0
3
5
0
6
3
0
5
6
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
2
1
1
1
1
0
0
0
1
0
3
1
1
1
0
0
0
0
1
0
4
0
0
0
0
0
0
0
1
0
5
1
0
0
0
0
0
0
1
0
14
13
13
11
10
10
9
8
8
x 1N
N = 21, maka :
27
100
x 21 =
617
100
x 6,17 = 6
46
Nrp : 215
2. Mahmud
Nrp : 221
3. Bakir
Nrp : 230
4. Rusmini
Nrp : 225
5. Yusuf
Nrp : 212
6. Idrus
Nrp : 218
Nrp : 228
2. Jayarsa
Nrp : 220
3. Saminah
Nrp : 226
4. Niraini
Nrp : 229
5. Hermin
Nrp : 217
6. Ahmad
Nrp : 222
WL
1
2
2
WH
0
0
0
WL + WH
1
2
2
WL - WH
1
2
2
47
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
-
3
5
4
6
5
6
6
6
6
5
3
6
-
0
0
2
0
0
0
0
1
2
3
6
5
-
3
5
6
6
5
6
6
7
8
8
9
11
-
DK =
W L +W H
N
x 100%
Keterangan :
N = Jumlah kelompok atas dan kelompok bawah (N = n1 + nh)
Item nomor 1
Item nomor 2
Item nomor 3
Item nomor 4
Item nomor 5
Item nomor 6
Item nomor 7
Item nomor 8
Item nomor 9
3
5
2
6
5
6
6
5
4
2
3
1
-
48
Item nomor 10
Item nomor 11
Item nomor 12
Item nomor 13
Item nomor 14
Item nomor 15
49
DB =
( W LW H )
N
DB = Daya Beda
WL = Jumlah kelompok bawah yang menjawab salah
WH = Jumlah kelompok atas yang menjawab salah
N = Jumlah individu kelompok bawah dan atas (N = n1 + nh)
Skor yang diperoleh berdasarkan rumus di atas dibandingkan dengan skor
penolakan yang ditentukan tadi yaitu :
a. N 0,40
N < 0,40
b. N 0,40
N < 0,20
= baik (diterima)
= kurang (ditolak)
= kurang (ditolak)
= kurang (ditolak)
50
DB =
W L W H
N
Item nomor 1
: DB = 1/12 = 0,08
Item nomor 2
: DB = 2/12 = 0,17
Item nomor 3
: DB = 2/12 = 0,17
Item nomor 4
: DB = 3/12 = 0,25
Item nomor 5
: DB = 5/12 = 0,42
Item nomor 6
: DB = 2/12 = 0,17
Item nomor 7
: DB = 6/12 = 0,50
Item nomor 8
: DB = 5/12 = 0,42
Item nomor 9
: DB = 6/12 = 0,50
Item nomor 10
: DB = 6/12 = 0,50
Item nomor 11
: DB = 5/12 = 0,42
Item nomor 12
: DB = 4/12 = 0,33
Item nomor 13
: DB = 2/12 = 0,17
Item nomor 14
: DB = 3/12 = 0,25
Item nomor 15
: DB = 1/12 = 0,08
Jika penolakan DB : 0,20, berapa item yang diterima? Sedangkan angka
penolakan DB : 0,40, Berapa item yang diterima?
51
Option
C
Atas
Bawah
4. Menarik kesimpulan (kesimpulan analisis)
Kesimpulan analisis didasarkan perbandingan data yang diperoleh dalam
penelitian dengan kreteria sebagai berikut;
a. Option Kunci
1. Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah tidak kurang dari 25% tetapi
tidak lebih dari 75% atau
25% P 75%
= efektif
P < 25%
= tidak efektif
P > 75%
= tidak efektif
2. Frekwensi pilihan-pilihan kelompok atas harus lebih banyak dari
kelompok bawah atau PKA > PKB
b. Option pengecoh (Distractor)
Jumlah pemilih kelompok atas dan bawah minimal 25% kali satu
perdua kali jumlah option pengecoh, kali jumlah kelompok atas ditambah
kelompok bawah.
Keterangan :
0,25
= 255
1
2x
x (n1 + n2) }
52
n1
n2
PKA
PKB
Contoh soal :
Misalnya murid yang dites sebanyak 50 orang, dengan bentuk tes piilhan
ganda 5 option. Untuk item nomor 1, option kuncinya adalah b, sedangkan
pengecohnya adalah a, c, d, dan e.
Setelah ditabulasi ke dalam tabel data, kemudian ditentukan 27% (0,27) kelompok
atas dan bawah yaitu masing-masing sebanyak 14 orang (dibulatkan) maka
diperoleh data sebagai berikut :
Penyebaran pilihan kelompok atas
Option a = 3 orang
Option b = 8 orang
Option c = 3 orang
Option d = 0 orang
Option e = 0 orang
Penyebaran pilihan kelompok bawah
Option a = 5 orang
Option b = 3 orang
Option c = 4 orang
Option d = 2 orang
53
Option e = 0 orang
Kemudian data dimasukkan ke dalam tabel kerja sebagai berikut :
Kelompok
Atas
Bawah
A
3
5
Option
C
3
4
B
8
3
D
0
2
E
0
0
8+ 3
n1+ n2
11
28
x 100 %
x 100 %
= 39%
Kemudian diuji dalam rentangan :
25% P 75%
25% < 39% < 75%
39% < 25% atau
39% < 75%
{0,25 x
1
2X
x (n1 + n2)}
1
2X 4
1
8
x (14 + 14)}
x 28}
8 > 0,875
Jadi option a efektif
2. Option c
Berdasarkan rumus di atas maka diperoleh ;
7 > 0,85
Jadi option c efektif
3. Option d
Data yang diperoleh adalah 2 > 0,875 sehingga option d adalah efektif.
4. Option e
54
4. Validitas Tes
Suatu tes dapat dikatakan valid jika tes tersebut betul-betul mengukur apa
yang hendak diukur. Apabila tes tersebut tidak mengukur apa yang hendak diukur
maka tes tersebut tidak dapat dipercaya. Menurut Sambas dkk.,(2007:30)
menyatakan bahwa suatu instrument pengukuran dikatakan valod jika instrument
dapat mengukur sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. Ada dua jenis
validitas yaitu validitas logis (logical validity) dan validitas emperik (empirical
validity). Arikunto (1993:219) menjelaskan bahwa, validitas logis adalah validitas
yang dinyatakan berdasarkan hasil penalaran. Instrument dinyatakan valid apabila
telah dirancang dengan baik dengan mengikuti teori dan ketentuan lain seperti
model atau pola tertentu yang diikutinya.
Validitas emperik (empirical validity) adalah validitas yang didasarkan
atas hasil uji-coba (try out) terhadap responden. Jumlah responden yang
digunakan dalam uji-coba instrument minimal 30 orang, semakin besar jumlah
responden untuk uji-coba instrument semakin memberi peluang item-item tersebut
untuk valid. Sugiyono, 2006 (dalam Paramartha 2010:146) menyatakan bahwa
bila dalam penelitian akan melakukan analisis multivariat, maka jumlah anggota
sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Sedangkan Nunnally
(dalam Fernandes,1984:14) dijelaskan, the sample of 300 to 400 students should
be drawn a broad range of schools as is possible. There should be at least five
times as many persons as items otherwise the results will be misleading. Jumlah
sampel yang besar antara 300 sampai 400 orang atau sedikitnya lima kali jumlah
55
butir dari suatu alat ukur akan memberi peluang yang lebih besar item atau butir
tersebut valid dan reliabel, dan sebaliknya sampel yang kecil kemungkinan
peluang untuk valid dan reliabel lebih kecil.
Validitas tes dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu :
a. Content Validity (validitas isi)
Suatu tes dikatakan memiliki validitas isi apabila isi tes (soalan)
mencakup seluruh isi mata pelajaran yang akan diujikan. Salah satu cara yang
dapat ditempuh dengan cara ini adalah menyusun tabel kisi-kisi soal
(Perhatikan tabel kisi-kisi soal di depan).
b. Creterion related validity
Creterion related validity suatu validitas ditinjau dari segi hubungan
dengan alat pengukur lain yang dipandang sebagai kreteria atau pedoman
untuk menentukan validitas suatu tes.
Dilihat dari kreteria yang diguankan maka creterion related ini dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Concurent validity (validitas bandingan)
Yaitu suatu validitas yang dapat dilihat dari hasil korelasi antara
dua buah tes yaitu tes yang dicari validitasnya dengan tes yang telah
dimiliki kriteria validitas yang diberikan kepada testee dalam waktu yang
bersaman (perbedaan waktu pelaksanaan tes tidak boleh terlalu jauh atau
lama) misalnya : tes yang dibuat oleh guru kelas, sedangkan kreteria
pembandingnya adalah tes PMP yang telah diakui memiliki validitas.
Kemudian kedua tes tersebut dalam waktu bersamaan atau berselang satu
hari
diberikan
kepada
sekelompok
individu,
kemudian
hasilnya
56
untuk yang akan datang, misalnya alat ukurnya adalah tes seleksi masuk
SMA, sebagai tes yang dicari validitasnya, dikorelasikan dengan indeks
prestasi belajarnya di SMA sebagai kriterianya. Koefisien korelasinya,
menunjukkan sejauhmana tes tersebut memiliki validitas ramalan.
Jenis korelasi seperti (c.1 dan c.2) didasarkan atas perhitunganperhitungan yang bersifat empiris, sehingga sering disebut validitas
empiris.
Skema Validitas
a. content validity
Valdity
b. contruct validity
1. Concurrent validity
c. cretarion validity
2. Predictive validity
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
1
0
1
1
Nomor Butir
4
5
6
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
0
0
1
Jumla
h
7
1
0
0
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
9
1
1
1
1
1
1
0
0
10
0
1
1
0
0
0
1
0
9
9
9
9
8
7
7
6
57
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
pi
qi
Mi
Mt
SD
rpbi
r-t
St
btr
1
0
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
0.7
50
0.2
50
7.0
67
6.5
00
1.9
33
0.5
08
0.4
44
Vali
d
1
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0.7
00
0.3
00
7.2
86
6.5
00
1.9
33
0.6
21
0.4
44
Vali
d
1
1
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0.6
00
0.4
00
7.4
17
6.5
00
1.9
33
0.5
81
0.4
44
Vali
d
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0.7
00
0.3
00
6.9
29
6.5
00
1.9
33
0.3
39
0.4
44
dro
p
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0.6
00
0.4
00
7.2
50
6.5
00
1.9
33
0.4
75
0.4
44
Vali
d
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
1
0.7
00
0.3
00
7.0
00
6.5
00
1.9
33
0.3
95
0.4
44
dro
p
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
0.7
00
0.3
00
6.5
00
6.5
00
1.9
33
0.0
00
0.4
44
dro
p
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0.8
00
0.2
00
6.6
25
6.5
00
1.9
33
0.1
29
0.4
44
dro
p
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
0.6
50
0.3
50
7.3
08
6.5
00
1.9
33
0.5
69
0.4
44
Vali
d
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0.3
00
0.7
00
7.5
00
6.5
00
1.9
33
0.3
39
0.4
44
dro
p
3.
8
6
9
6
5
4
3
5
6
5
5
4
58
Tekan enter
Blok cel B24 sampai cel K24
Tekan Ctrl-R
4. Mencari rerata butir ke-i (Mi)
Tempatkan
kursor
pada
cel
B25
kemudian
ketik
=SUMIF(B3:B22,">0",$L$3:$L$22)/SUMIF(B3:B22,">0")
Tekan enter
Blok cel B25 sampai K25
Tekan Ctrl-R
5. Mencari rerata total (Mt)
Tempatkan kursor pada cel B26
kemudian
ketik
=AVERAGE($L$3:$L$22)
Tekan enter
Blok cel B26 sampai K26
Tekan Ctrl-R
6. Mencari Standar Deviasi (SD)
Tempatkan kursor pada
ketik
cel
B27
kemudian
=STDEV($L$3:$L$22)
Tekan enter
Blok cel B27 sampai K27
Tekan Ctrl-R
7. Menghitung koefisien korelasi point biserial (r-pbi)
Tempatkan kursor pada cel B28 kemudian ketik
=((B25-B26)/B27)*(SQRT(B23/B24))
Tekan enter
Blok cel B28 sampai K28
Tekan Ctrl-R
8. Menentukan koefisien r-kritis
Cari r-kritis pada table r-product moment dengan N = 20. Ada dua
jenis nilai t-tabel yaitu untuk signifikansi 5% (0,05) dan 1% (0,01).
Pilih salah satu, yang 5% lebih rendah dari 1%. Berikut dipilih 5%
maka diperoleh r-t sebesar 0,444 kemudian ketik pada cel B29
Blok cel B29 sampai K29
Tekan Ctrl-R
9. Menentuka status butir
Tempatkan
kursor
pada
cel
B30
kemudian
ketik
=IF(B28>B29,"Valid","drop")
Lalu tekan enter
59
Tugas
1. Buatlah 25 tes prestasi belajar objektif dengan 5 option dan bobot
masing-masing 1 (satu).
2. Analisislah validitas item-itemnya!
4. Reliabilitas Tes
Reliabilitas suatu tes adalah keajegan atau konsistensi dari instrument,
artinya jika instrument/tes tersebut diteskan terhadap suatu objek yang sama pada
waktu yang berbeda maka hasilnya akan tetap sama (ini disebut konsiten).
Sambas, dkk (2007:37) menjelaskan bahwa, uji reliabilitas instrument dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi dari instrument sebagai alau ukur,
sehingga hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Dwi Endra Suanthara (2009:60)
menyatakan bahwa, suatu tes dikatakan reliabel apabila
mantap, kemantapan
60
61
Metode ini sebenarnya metode satu kali tes. Sebab metode belah dua berasal
dari satu tes yang dibelah dua. Sehingga tes yang diteliti reliabilitasnya dianggap
dua tes.
Cara yang digunakan dalam membelah dua adalah:
a. Cara
dikelompokkan
menjadi
satu
bagian
dan
yang
bernomor
genap
N . r 1.2
rn 1+(N1) r 1.2
Keterangan :
rn
R1.2
Contoh :
62
kelompok atau belahan pertama dan 30 item berikutnya sebagai belahan kedua.
Skor-skor yang diperoleh antara kedua tes tersebut adalah 0,996.
Berapakah koefisien korelasi seluruh tes?
Adalah sebagai berikut :
Rn =
N . r 1.2
1+(N1)r 1.2
60
30 x 0,996
60
1+
1 x 0,996
30
1,992
1,996
= 0,998
Nilai rn = 0,998 kita uji, sedangkan N yang diperhitungkan adalah N dari masingmasing belahan yaitu 30
rh rt (ts =0,01)
sangat reliabel
63
r KR 20 =
SD 1 p . q
n
x
2
n1
SD 1
Keterangan :
n
SDt
= propoinsi individu peserta tes yang menjawab benar atau untuk setiap
soal, dicari dengan jumlah penjawab benar dibagi jumlah peserta tes atau
jumlah penjawab benar
jumlah peserta tes( N )
siswa SPG Negeri Singaraja kelas III sebanyak 85 orang, setelah diperiksa dengan
teliti, kemudian dicari pq dan SDt diperoleh :
Pq
= 12,34
SDt
= 8,50
64
2
R KR 20 =
SD 1 p . q
n
x
2
n1
SD 1
2
(8,50) 12,34
60
x
601
( 8,50)2
60 72,2512,34
x
59
72,25
60 59,91
x
59 72,25
= 1,017 x 0,829
= 0,843
Kesulitan yang nampak dalam menggunakan rumus di atas aalah dalam
pq, sebab setiapitem kita harus mencari p dan q. terlebih-lebih bila item tes dan
peserta tes terlalu banyak. Sehubungan denan hal itu digunakan rumus lain yang
merupakan taksiran terhadap rumus KR 20 :
n. SD t X t ( n X t )
r. est . KR 20 =
SD2t (n1)
Keterangan :
r . est. KR 20
= estimasi terhadap r . KR 20
Xt
(Baca pengukuran dan penilaian pendidikan oleh T. Raka Joni, hal 95, th. 1977)
65
Misalkan soal dalam contoh di atas tadi, setelah dicari SDt dan Xt diperoleh data
sebagai berikut : Xt = 26,70
SDt = 8,50
Dengan menggunakan rumus di atas dapat dianalisa :
n. SD2t X t ( n X t )
r. est . KR 20
SD 2t (n1)
60 ( 72,25 ) 26,70(33,33)
( 72,25 ) (59)
4335889,11
4262,75
Nomor Butir
Jumlah
10
10
10
10
66
4
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
10
0.90
0.727
0.68
0.36
0.90
0.90
0.90
0.90
0.863
0.272
0.09
0.272
0.31
0.63
0.09
0.09
0.09
0.09
0.136
0.727
0.08
0.198
0.21
0.23
0.08
0.08
0.08
0.08
0.117
0.198
1.37
1.293
1.09
0.87
0.64
0.56
0.48
0.39
0.316
0.198
vartot
p
q
pq
p*q
KR-20
2.73
593
909
091
264
603
0.55
228
27
73
35
39
182
818
694
504
364
636
14
81
91
09
26
67
909
091
264
405
91
09
26
14
909
091
264
876
64
36
77
12
73
27
35
35
67
5.
6.
7.
8.
sampel/responden.
Blok cel B27 sampai K27
Tekan Ctrl-R
Menghitung q:
Pada cel B28 tuliskan = 1-B27
Tekan enter
Blok cel B28 sampai K28
Tekan Ctrl-R
Menghitung pq dengan cara:
Pada cel B29 tuliskan =B27*B28
Tekan enter
Blok B29 sampai K29
Tekan Ctrl-R
Menghitung sigma pq
Pada cel B30 tuliskan =SUM(B29:K29)
Tekan enter
Blok cel B30 sampai K 30
Tekan Ctrl-R
Menghitung koefisien KR-20:
Tuliskan pada cel B31 =(B25/(B25-1))*((B26-B30)/(B26))
Tekan enter
Klasifikasi
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
68
0,20 0,40
Rendah
0
0,20
Sangat rendah
Dimodifikasi dari (Koyan, 2011:136)
Jadi reliabilitas perangkat tes di atas tergolong sedang (0,55).
Tugas
Buat perangkat tes prestasi belajar dengan jenis tes objektif sebanyak 25 item
dengan option adalah 5 (a,b,c,d,e) dan bobot masing-masing item adalah 1.
69
2. Kelik variable view kemudian tuliskan nama butir atau item semua
tes/instrument, kemudian lanjutkan kelik menu data variable. Pada data
variable isikan data yang diambil dari table kerja validitas atau reliabilitas
instrument. Maka akan tampak tampilan sbb.
70
Masukkan semua item yang ada pada kotak sebelah kiri ke dalam kotak
yang ada disebelah kana,
4. Pilih Alpha pada kotak bagian bawah
5. Pilih menu statistic, beri tanda chek () pada kotak dialog: Item, Scale,
Scale if item deleted, kemudian Continue, lalu OK. Kemudian muncul
Output:
Output SPSS
71
6. Uji Validitas
Untuk menafsirkan hasil uji validitas, kriteria yang digunakan adalah:
a. Jika koefisien r-hitung (rh) > dari nilai r-tabel (rt) maka item tersebut
dinyatakan valid.
b. Jika koefisien r-hitung (rh) < dari nilai r-tabel (rt) maka item tersebut
dinyatakan drop (tidak valid), item seperti ini tidak dapat digunakan
atau harus diganti. Dalam pengujian dapat digunakan taraf signifikansi
1% (0,01) atau 5% (0,05). Koefisien r-tabel dapat dilihat pada table
tentang Nilai-nilai r Product Moment, dengan N adalah 20.
7. Menafsikan hasil analisis SPSS
a. Validitas
Rekap hasil analisis validitas dengan bantuan program SPSS dapat ditulis
pada table di bawah ini.
Tabel Rekap Hasil Analisis Validitas Tes Prestasi Belajar
No. Item
1
2
3
4
5
6
7
8
r-hitung
(rh)
0,955**)
0.948**)
0,942**)
0,938**)
0,934**)
0,931**)
0,931**)
0,929**)
r-tabel (rt)
(1%)
0,651
0,651
0,651
0,651
0,651
0,651
0,651
0,651
r-tabel
(rt)(5%)
0,444
0,444
0,444
0,444
0,444
0,444
0,444
0,444
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
72
9
0,651
0,929**)
10
0,651
0,934**)
Catatan: **) Valid untuk 1% dan 5%.
0,444
0,444
Valid
Valid
b. Reliabilitas
Menafsikan reliabilitas hasil analisis SPSS, kriteria yang digunakan
adlah:
a) Jika koefisien Alpha > dari koefisien r-tabel maka tes/instrument
tersebut dinyatakan reliable.
b) Jika koefisien Alpha < dari koefisien r-tabel maka tes/instrument
tersebut dinyatakan tidak reliable.
Semakin tinggi koefisien reliabilitas semakin baik tes/instrument tersebut.
Berdasarkan analisis di atas dengan taraf signifikansi 5% diketahui r-alpha
sebesar 0,944 > 0,444 (rt) maka tes/instrument tersebut reliable.
73
74
75
14. Item Analysis : proses penilaian soal-soal (items) secara individual atau satu
persatu, yaitu dalam arti menemukan bagaiamna sesuatu soal berfungsi ketika
dicobakan pada kelompok testee. Proses ini biasanya menghasilkan indeks
tentang tingkatan kesukaran serta kemampuan diskriminasi masing-masing
soal tersebut. Kriteria untuk menentukan keberhasilan atau ketidakberhasilan
testee umumnya diambil berdasarkan total scores masing-masing testee.
15. Kuder-Richarson Formula (s) : Rumus untuk menghitung reliabilitas suatu tes
berdasarkan informasi tentang masing-masing item mean SD dan banyaknya
item dalam suatu soal, tidak cocok untuk tes yang speeded
16. Multiple-choice item : sekumpulan jenis-jenis soal dimana testee harus
memilih satu atau lebih dai kesemua alternatif jawaban yang disediakan untuk
masing-masing soal.
17. Normal distribution : suatu distribusi teoritis yang didasarkan kepada teori
kebetulan, dinamakan juga kurva normal yang apabila dilukiskan, mean,
median serta modenya berhimpit. Banyak pecahan sifat-sifat biologis
(misalnya tinggi badan) dan psikologis (misalnya intelligensi) yang
mempunyai sifat-sifat seperti pencaran yang dilukiskan oleh kurva ini.
18. Power Test : suatu tes untuk mengukur tingkatan kemampuan, bukan
kecepatan me-respons, oleh karena itu batas waktunya longgar sekali.
19. Random sample : pengambilan sampel dimana masing-masing anggota sampel
memperoleh kesempatan yang sama besar dan tetap untuk terpilih sebagai
anggota sample tersebut.
20. Range : Perbedaan antara score yang tertinggi dengan yang terendah dalam
suatu kelompok.
21. Reliability : kemantapan hasil mengukur suatu tes, besar kecilnya kesalhaan
mengukur dinyatakan dengan koefisien korelasi.
22. Representative sample : sampel yang menyerupai populasi dalam ciri-ciri
yang akan diselidiki.
76
23. Practice effect : pengaruh pengalaman dengan suatu tes yang bersifat
menguntungkan testee dalam mengerjakan tes itu untuk kedua kalinya 9atau
tes lain yang bersamaan dengan tes yang pertama.
24. Sampel : sejumlah kecil individu-individu yang diambil dari keseluruhan
individu serupa yang ada dan mungkin serta pernah ada, dalam penyelidikan
sampel untuk mewakili kelompok yang lebih besar yang dinamakan populasi.
25. Spearman Brown formula : Rumus yang menyatakan hubungan antara
reliability sesuatu tes dengan banyaknya item dalam tes tersebut, biasanya
dipergunakan untuk menaksir reliability yang diperoleh dengan teknik
splithalf.
26. Speed test : suatu tes dimana yang dipentingkan adalah kecepatan bekerja
biasanya diukur dalam bentuk banyaknya satuan tugas yang biasa diselesaikan
dalam suatu satuan waktu tertentu.
27. Split-half coeficient : koefisien reliabilitas yang diperoleh dengan membagi
tes menjadi dua sub tes yang diperkirakan pararel atau equivalent, biasanya
dengan mengumpulkan soal-soal bernomor genap disatu pihak dan soal-soal
bernomor ganjil di pihak lain.
28. Standard deviation (SD) : Indeks yang menyatakan banyak sedikitnya score
menyimpang dari mean, semakin score cenderung berdekatan dengan mean,
semakin kecil pula SD.
29. Validity : ukuran sejauh mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur
30. Variability : kecenderungan scores untuk menyimpang dari mean, biasa
dinyatkan dalam standar deviation, range, atau quartile deviation.
31. Variable : sesuatu yang berubah, yaitu barang, faktor atau dimensi yang
diukur.
77
SOAL-SOAL
78
19
36
14
34
21
14
23
16
25
18
17
17
32
17
17
28
21
26
20
24
20
30
23
18
14
18
31
22
20
23
26
31
13
24
20
16
32
19
32
20
18
36
27
26
17
22
38
19
19
18
23
21
23
18 27
30
19
14
c. Skor mentah midel tes Pendidikan Agama Hindu
46
39
32
58
43
37
24
40
45
17
50
49
35
36
15
42
30
28
20
41
34
11
31
21
35
44
38
38
27
24
79
3. Hitunglah skor standar dengan PAN skala 11 dan 5, dan 2.a, kemudian
tentukan berapa orang yang lulus
4. Hitunglah persentil masing-masing skor (data 2.b)
5. Rubahlah data kwantitas (2.c) ke dalam data kwalitas berjenjang, klasifikasi :
tiga dan lima
6. Ujilah validitas tes yang digunakan untuk mengumpulkan data (2.a dengan
2.b). Golongkan jenis mana validitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
80
81
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang
dilimpahkanNya kepada kami sehingga kami dapat menyusun materi pengajaran
perkuliahan ini dalam waktu yang relatif singkat.
Ada beberapa hal yang mendasar yang dapat mendorong kami untuk
mencoba menyusun materi perkuliahan ini antara lain :
1. Perguruan Tinggi Swasta (STKIP AH) Singaraja, sangat miskin akan
bahan bacaan yang dapat menunjang kesuksesan studi mahasiswa.
2. Terbatasnya literatur yang dapat digunakan atau dibaca oleh mahasiswa,
khususnya dalam mata kuliah Teori Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.
Sampai saat ini literatur yang dapat dijadikan pedoman oleh mahasiswa
pada perpustakaan STKIP AH Singaraja hanya Evaluasi Ilmu
Pendidikan oleh Drs. Wayan Nurkancana dan Drs. PPN Sunarthana
dalam jumlah yang sangat sedikit.
3. Sebagai konsekwensi di atas maka mau tidak mau mahasiswa banyak
belajar dari catatan hasil kuliah. Sudah dapat dibayangkan jika catatan
kuliah mereka tidak teratur atau semrawut, maka mereka akan mengalami
kesulitan.
82
Bertitik tolak dari ketiga hal diatas kami membukukan materi perkuliahan
ini agar dapat dijadikan pedoman untuk mencapai tujuan minimal dalam
perkuliahan ini.
Kami menyadai bahwa keterbatasan selalu ada pada diri kami, sehingga
segala kritik yang membangun sangat kami hargai.
Terimakasih
Penyusun
83
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I.
BAB II
84
1.
2.
3.
4.
5.