Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses terakhir dalam kegiatan organisasi adalah penilaian atau evaluasi. evaluasi adalah
kegiatan penilaian dan pengukuran yang berupa kegiatan mengumpulkan dan mengolah
informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil suatu keputusan untuk langkah berikutnya.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan, tujuan tersebut
dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa setelah
menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran serta
kualitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian
atau evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Kegunaan evaluasi dalam proses pendidikan adalah
untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan,
juga dapat mengetahui bagian-bagian mana dari program pengajaran yang masih lemah dan perlu
diperbaiki. Salah satu cara yang digunakan dalam evaluasi diantaranya dengan menggunakan
teknik pengumpulan data tes, melalui tes kita dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa
dalam menerima pelajaran yang telah diberikan.
Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan tujuan, menentukan
desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan
interpretasi dan tindak lanjut. Instrumen evaluasi hasil belajar untuk memperoleh informasi
deskriptif dan/atau informasi judgemantal dapat berwujud tes maupun non-test. Tes dapat
berbentuk obyektif atau uraian; sedang non-tes dapat berbentuk lembar pengamatan atau
kuesioner. Tes obyektif dapat berbentuk jawaban singkat, benarsalah, menjodohkan dan pilihan
ganda dengan berbagai variasi : biasa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus, grafik dan
gambar tabel. Untuk tes uraia yang juga disebut dengan tes subyektif dapat berbentuk tes uraian
bebas, bebas terbatas, dan terstruktur. Selanjutnya untuk penyusunan instrumen tes atau nontes,
seorang guru harus mengacu pada pedoman penyusunan masing-masing jenis dan bentuk tes atau
non tes agar instrumen yang disusun memenuhi syarat instrumen. yang baik, minimal syarat
pokok instrumen yang baik, yaitu valid (sah) dan reliable (dapat dipercaya).
Seorang guru yang baik perlu memiliki keterampilan untuk mengembangkan berbagai
bentuk instrumen guna mengukur ketercapaian kopetensi siswa dalam makalah ini kami akan
memfokuskan pembahasan tentang “Pengembangan Instrumen Penilaian Tes Tulis” sehingga
kita bisa mengetahui dan membedakan berbagai instrumen penilaian tes tulis.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu :
1. Apa pengertian penilaian tertulis?
2. Apa dasar-dasar penilaian tertulis?
3. Apa fungsi penilaian tertulis?
4. Apa macam atau bentuk-bentuk dari penilaian tertulis?

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan ini adalah :
1. Mengetauhipengertian penilaian tertulis
2. Mengetauhi dasar-dasar penilaian tertulis
3. Mengetauhi fungsi penilaian tertulis
4. Mengetauhimacam atau bentuk-bentuk dari penilaian tertulis

D. Manfaat
Manfaat pembahasan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui bagaimana
pengembangan dan penilaian dari tes tulis itu, sehingga kita dapat mengetahui berbagai aspek
atau kelengkapan dalam pembuatan soal dan cara penilaian dalam tes tulis. Dan diharapkan
makala ini dapat membantu dalam pembuatan soal tes tulis dan bagaimana cara menentukan
penilaiannya untuk kita sebagai calon pendidik. Dalam makala ini juga membahas tentang
masing-masing kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam tes tulis. Semoga malakah ini
bisa bermanfaat.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Penilaian Tertulis


Menurut Griffin & Nix (1999), Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan
sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu.
Menurut Suharsimi Arikunto penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu
dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Penilaian adalah kegiatan untuk
mengetahui apakah sesuatu yang telah kita kerjakan (program pengajaran) telah berhasil atau
belum melalui suatu alat pengukuran yang dapat berupa tes ataupun nontes.
Penilaian tertulis (paper andpencil assessment) merupakan penilaian dimana soal dan
jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan.(Nurlaili, Pdf).Tes Tertulis
merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk
tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis
jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai,
menggambar dan lain sebagainya. (Handa Out MGMP, 2006).
Penilaian tertulis adalah penilaian yang dilakukan seorang tenaga didik untuk mengetahui
bagaimana respon atau jawaban siswa dalam bahasa tulisannya sendiri, jadi anak dituntut untuk
menuliskan argumennya secara tertulis.

B. Dasar-dasar Penyusunan Penilaian Tertulis


Dasar-dasar penyusunan penilaian tertulis yaitu :
1. Dapat mengukur apa yang dipelajari dalam proses belajarmengajar sesuai dengan tujuan
2. Mewakili bahan yang telah dipelajari
3. Disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan
4. Disusun sesuai dengan tujuan penggunaan tes itu sendiri
5. Hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
6. Mempertimbangkan proporsi tingkat kesulitan dan kesesuaiannya dengan taraf kemampuan
siswa.
7. Soal harus jelas dan sesuai dengan persoalan yang disajikan.
8. Disusun dengan mempertimbangkan kaidah-kaidah penulisan soal
9. Menggunakan bahasa yang benar (Badarudin, S.Pd, PGSD UMP).
10. Cara Penskoran:Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan kelengkapan
jawaban yang diberikan. Semakin lengkap dan tepat jawaban, semakin tinggi perolehan skor.

C. Fungsi Dari Penilaian Tertulis


1. Tes formatif di kelas (classroom formatif assessment)
Tes Formatif adalah tes hasil belajar untuk mengetahui keberhasilan proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru, guna memperoleh umpan balik dari upaya pengajaran yang
dilakukan oleh guru.
Tujuan : sebagai dasar untuk memperbaiki produktifitas belajar mengajar.
Contohnya: tes yang dilakukan setelah pembahasan tiap bab atau KD (kompetensi dasar).
Tes formatif adalaah tes yang diberikan kepada murid-murid pada setiap akhir program
satuan pelajaran. Fungsinya yaitu untuk mengetahui sampai dimana pencapaian hasil belajar
murid dalam penguasaan bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan sesuai dengan tujuan
instruksional khusus yang telah dirumuskan di dalam satuan pelajaran.
Dalam penilaian formatif ini, jika tujuan-tujuan instruksional khusus telah dirumuskan
dengan tepat, distribusi tingkat kesukaran soal-soal (item tes) dan daya pembeda masing-masing
soal tidak begitu penting. Yang penting adalah bahwa setiap soal betul-betul mengukur tujuan
instruksional yang hendak dicapai yang telah dirumuskan di dalam progam satuan pelajaran.
Standar yang digunakan dalam mengolah hasil tersebut adalah standar mutlak. Dengan
menggunakan standar mutlak dimaksudkan bahwa tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana tujuan-tujuan instruksional khusus telah dicapai oleh siswa, dan bukan untuk mengetahui
status setiap siswa dibandingkan dengan siswa-siswa lainnya dalam kelas yang sama.
Ada dua jenis pengolahan yang diperlukan di dalam penilaian formatif ini, yaitu :
a. Pengolahan untuk mendapatkan angka presentase siswa yang gagal dalam setiap soal, misalnya :

Soal Nomer % siswa yang gagal


1 30 %
2 85 %
3 60 %
dan sebagainya dan seterusnya

Untuk soal bentuk uraian, pengertian “siswa yang gagal” di atas dapat pula diartikan sebagai
siswa yang jawabannya terhadap suatu soal dipandang kurang memuaskan..
b. Pengolahan untuk mendapatka hasil yang dicapai setipa siswa dalam tes secara keseluruhan
ditinjau dari presentase jawaban yang memuaskan, misalnya :
Hasil yang dicapai
Nama Siswa
( % jawaban yang memuaskan)
1. Iswa 90 %
2. Jamilah 60 %
3. Nurwiyatsih 75 %
dan seterusnya dan seterusnya

Sebagai contoh. Bila skor maksimum yang harus dicapai dalam suatu tes adalah 60,
angka yang dicapai Iswa dalam tes tersebut adalah :
Dengan kata lain, cara menilai tes formatif dilakukan dengan percentages correction (hasil yang
dicapai setiap siswa dihitung dari persentase jawaban yang benar).
Keteranagan :
S = nilai yang diharapkan
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = skor maksimum dari tes tersebut
Tes formatif mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) Dilakukan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar
b) Dilakukan secara periodik
c) Mencakup semua mata pelajaran yang telah di ajarkan
d) Bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar
e) Dapat di gunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar.
2. Tes Sumatif
Tes Sumatif adalah tes hasil belajar untuk mengetahui keberhasilan belajar murid setelah
mengikuti program pengajaran tertentu.
Tujuan: menentukan hasil yang dicapai peserta didik dalam program tertentu dalam wujud status
keberhasilan peserta didik pada setiap akhir program pendidikan dan pengajaran, mengukur
keberhasilan belajar peserta didik secara menyeluruh..
Contohnya: Tes catur wulan,Tes akhir semester, EBTA.
Materi yang diujikan meliputi seluruh pokok bahasan dan tujuanpengajaran dalam
satu program tahunan atau semester.Dilakukan pada akhir program dalam satu tahun atau
semester. Hasil penilaian sumatif digunakan antara lain untuk penentuan kenaikan kelas,
kelulusan sekolah dan sebagainya
Tes sumatif biasanya diadakan tiap caturwulan sekali atau setiap semester (yang baik
adalah setip jangka waktu tertentu bila suatu unit atau bagian bahan pelajaran telah selesai
diajarkan melalui satuan-satuan pelajaran). Fungsi tes sumatif ialah untuk menilai prestasi siswa,
sampai dimana penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan selam jangka
waktu tertentu. Kegunaannya yaitu untuk mengisi rapor, penentuan kenaikan kelas, dan
penentuan lulus tidaknya siswa pada ujian akhir sekolah. Oleh karena itu pada umumnya jumlah
item atau soal-soal tes sumatif lebih banyak daripada item tes formatif, dan bentuk soalnya pun
dapat terdiri atas campuran beberapa bentuk item tes (seperti true-false, multiple, choice,
completion, matching, dan essay).
Cara pengolahan hasil tes sumatif yaitu yang relatif yang digunakan yaitu nilai-nilai
standar seperti nilai berskala 1-10, nilai Z (skor standar Z), atau persentile. Skor mentah yang
diperoleh seorang siswa dari suatu tes sumatif yang terdiri atas beberapa macam bentuk tes
merupakan jumlah skor dari tiap-tiap bentuk tes tersebut yang telah dihitung menurut rumus
masing-masing. Skor mentah inilah yang kemudian ditransformasikan kedalam nilai skala 1-10
dengan menyusun tabel distribusi frekuensi.
Tes sumatif mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Materi yang di ujikan meliputi seluruh pokok bahasan dan tujuan pengajaran
b. Dalam satu program tahunan atau semester dilakukan pada akhir program dalam satu tahun atau
semester
c. Bertujuan untuk mengukur kebaerhasilan belajar peserta didik secara menyeluruh
d. Hasil penilaian sumatuf di gunakan antara lain untuk menentukan kenaikan kelas, kelulusan
sekolah dan lain-lain.

3. Bentuk-bentuk Dari Penilaian Tertulis


1. Tes Objektif
Tes ini dikenal dengan istilah tes jawaban pendek, tes “ya-tidak” dan tes model baru,
adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab testee
dengan jalan memilih salah satu diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah
dipasangkan pada masing-masing item atau dengan cara menuliskan jawabannya berupa kata-
kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk masing-masing butir
item yang bersangkutan.Suatu tes yang soal-soalnya terdiri dari atas butir-butir soal bentuk
objektif.Tes Objektif berbeda dengan tes uraian, tugas-tugas dan persoalan-pesoalan dalam tes
objektif sudah terstruktur, sehingga jawaban terhadap soal-soal tersebut sudah dapat ditentukan
secara pasti.
 Keunggulan Tes Objektif

1. Waktu yang dibutuhkan relative lebih singkat


2. Panjang pendeknya suatu tes (banyak sedikitnya butir soal) bisa berpengaruh terhadap
kadar reliabilitas
3. Proses pensekoran dapat dilakukan secara mudah karena kunci jawaban dapat dibuat
secara pasti
4. Proses penilaian dapat dilakukan secara objektif karena kunci jawaban sudah dapat
ditentukan secara pasti.

 Kelemahan Tes Objektif

1. Terdapat kemungkinan untuk dapat menebak jawaban dengan tepat. Tidak dapat
mengetahui jalan pikiran testi dalam menjawab suatu pesoalan.
2. Membatasi kreativitas siswa dalam menyusun jawaban sendiri.
3. Bahan ajar yang diungkap dengan ts objektif, pada umumnya lebih terbatas pada hal-hal
yang factual.
Tes Objektif dibagi lagi menjadi 4 yaitu tes pilihan ganda , tes benar-salah,tes
menjodohkan/ mencocokkan,tes uraian singkat (melengkapi).
a) Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatupengertian
yang belum lengkap. Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat
dan memahami. Tiap soal pilihan ganda terdiri dari dua bagian,yaitu pertanyaaan yanga biasa
juga disebut stem,dan alternative jawaban disebut juga option.Stem mungkin dalam bentuk
pernyataan atau dapat juga berupa pertanyaan.Bila berbentuk pernyataan,mungkin merupakan
pernyataan yang lengkap atau pernyataan yang tidak lengkap.Mungkin pula berisi pernyataan
dan pertanyaan.Option terdiri dari beberapa pilihan,dan salah satu dari alternative pilihan itu
adalah jawaban yang benar terhadap pertanyaan.Option yang merupakan jawaban yang benar
dinamakan Kunci Jawaban.Alternatif jawaban yang bukan kunci jawaban dinamakan pengecoh
atau distractor.
Tes Multiple Choice item terdiri dari dua bagian, yaitu:
a. Item atau soal, yang dapat berbentuk pertanyaan dan dapat pula berbentuk pernyataan.
b. Option atau alternative, yaitu kemungkinan-kemungkinan jawab yang dapat dipilih oleh testee.
Dan terdiri dari dua bagian, yaitu :
1. Satu jawaban betul, yang bisa disebut kunci jawaban.
2. Beberapa pengecoh atau distractor, yang jumlahnya berkirsar antara dua sampai lima buah.
 Saran Pembuatan Soal Pilihan Ganda
1. Pernyataan dan pilihan merupakan suatu rangkaian kalimat
2. Hindari pilihan yang tidak ada kaitannya satu sama lain
3. Buat pilihan yang mirip dengan jawaban kunci
4. Letak kunci jawaban sebaiknya tidak selalu berada pada tempat (poin) yang sama
5. Hindari kaitan antara satu soal dengan soal lainnya
 Keunggulan yang dimiliki oleh tes pilihan ganda antara lain:
1. Dapat digunakan untuk mengukur sekala jenjang tujuan instruksional,mulai dari yang paling
sederhana (C1) sampai yang kompleks (C6).
2. Dapat menggunakan jumlah butir soal yang lebih banyak,karena hanya diperlukan waktu yang
relatif singkat untuk menjawab setiap butir soal.Penarikan sampel pokok bahasan yang akan
diujikan dapat lebih luas sehingga tes dapat mencakup hampir seluruh pokok bahasan.
3. Pemeriksaan (penskoran) jawaban peserta tes dapat dikerjakan dalam waktu yang singkat.
4. Dapat dikonstruksi untuk mengukaur kemampuan peserta tes memberikan berbagai tingkatan
kebenaran.Misalnya dapat dibuat butir soal dengan option yang seluruhnya benar tetapi berbeda
tingkat kebenarannya.Peserta tes diminta untuk memilih option yang paling benar.
5. Dapat menggunakan lebih dari dua option sehingga dapat mengurangi kemungkinan siswwa
menebak.Keinginan menebak menjadi lebih besar bila kemungkinan (probabilitas) menjawab
benar cukup besar.
6. Memungkinkan dilakukannnya anlisis butir soal secara baik.Tes pilihan ganda dapat disusun
setelah butir-butir soalnya diuji cobakan.Bila setelah diuji coba dan dianalisis ternyata ada butir
soal yang jelek dan lemah,perbaikan (revisi) terhadap soal dapat dilakukan.
7. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan atau diatur dengan mengubah tingkat
homogenitas alternatif jawaban.Semakin homogen alternatif jawaban semakin tinggi tingkat
kesukarannnya.
8. Dapat memberikan informasi tentang siswa (testee) lebih banyak terutama bila soal itu memiliki
homogenitas yang tinggi.Setiap pilihan siswa terhadap alternatif jawaban merupakan informasi
tenyang penguasaan kognitif siswa dalam bidang yang dites sehingga dapat digunakan untuk
mengukur daya serap siswa,dan mendiagnosis kelemahan siswa.
 Kelemahan tes pilihan ganda
Kelemahan yang dimiliki oleh bentuk tes pilihan ganda antara lain :
1. Sukar dikonstruksi.Kesukaran dalam mengkonstruksi (membuat) soal pilihan ganda terutama
untuk menemukan alternatif jawaban saja,yaitu kunci jawaban.Alternatif lainnya dicari dan
ditemukan dengan tergesa-gesa sehingga tidak akan homogen.
2. Kurang mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya.
3. Membatasi siswa untuk menyelesaikan jawaban dan pemecahan sendiri.
4. Adanya kecenderungan hanya untuk menguji dan mengukur aspek ingatan yang merupakan
aspek yang paling rendah dalam ranah kognitif.
5. Penggunaan tes pilihan ganda secara terus menerus akan menyebabkan siswa mengetahui dan
mengerti tentang suatu problem,tetapi tidak tahu bagaimana memecahkan problem tersebut
dalam situasi yang nyata.
6. Makin terbiasa seseorang dengan bentuk tes pilihan ganda,makin besar kemungkinan ia
mendapatkan skor lebih baik yang sebenarnya tidak berdampak positif terhadap hasil individu.
7. Tidak dapat digunakan untuk mengukur keterampilan,keindahan,kemampuan megorgaisisr,dan
menampilkan ide-ide baru dari siswa yang sangat penting bagi pengembanagn ilmu.
8. peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilih
jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta
didik akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk
memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya.
Alat penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas karena tidak
menggambarkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya.
Contoh dari tes pilihan ganda adalah:
Seorang peneliti yang menemukan jenis manusia purba Pithecanthropus Erectus adalah...
a. Von Koeningswald c. Dr. Eugene Dubois
b. Charles Darwin d. Van Rietschoten

b) Soal dengan Dua Pilihan Jawaban (Benar-Salah, Ya-Tidak)


Tes benar-salah (true-false). Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement). Butir soal
benar salah (true – false item ) adalah soal yang terdiri dari pernyataan penyataan (statemen)
yang disertai dengan alternatif jawaban. Pernyataan tersebut adalah benar salah Peserta tes
trsebut tinggal menyilang atau melingkari huruf B jika pernyataan menurut pendapat benar dan
huruf S jika salah.Banyak hal yang harus diperhatikan dalam membuat soal benar salah agar
mendapatkan butir soal yang baik.
 Keunggulan Tes Benar Salah yaitu :
1. Mudah dikonstruksi karena hanya membutuhkan satu pertanyaan .Pernyataan itu saja harus
berhubungan dengan bidang studi yang harus di uji
2. Soal benar salah harus dapat mewakili seluruh pokok bahasan karena soal ini hanya meminta
waktu yang singkat untuk menjawabnya.Dalam waktu singkat siswa harus banyak menjawab
soal
3. Mudah diskor karena untuk setiap soal hanya ada dua alternatif jawaban
4. Merupakan bentuk soal yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung terutama
yang berkenaan dengan ingatan
5. Dapat digunakan berulang kali
6. Dapat dikoreksi secara cepat dan objektif
7. Petunjuk pengerjaannya mudah dimengerti

 Kelemahan Tes Benar Salah


1. Mendorong Siswa untuk menebak jawaban .Kemungkinan jawaban benar sama dengan
kemungkinan jawaban salah sehingga kemungkinan diswa untuk menebak lebih besar
2. Terlalu menkan pada asoek ingatan .Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih
tinggi . Kekemahan ini lebih buruk kalau penyusun soalmengutip langsung dari pernyataan yang
pada buku ajar yang digunakan
3. Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan benar atau salah
4. Meminta respon dari siswa yang berbentuk penilaian mutlak
Contoh :
Dr. Eugene Dubois menemukan fosil manusia purba dengan ciri-ciri tinggi 165-180 cm dan
fosilnya ditemukan di daerah Pucangan, Sangiran adalah Homo soloensis (Benar/Salah)

c) Bentuk Soal Menjodohkan (Matching)


Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan,
atau menjodohkan. Tugas murid ialah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga
sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
 Keunggulan Tes Mencocokkan
1. Membutuhkan waktu singkat untuk membaca soal
2. Dapat diperikasa dengan computer
3. Relatif mudah menyusun soalnya
4. Penskoran dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.
5. Baik untuk mengukur hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan tentang istilah,
definisi, peristiwa atau penanggalan.
6. Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal, baik yang berhubungan langsung maupun
tidak langsung.
7. Agak mudah dikonstruksi sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat dikonstruksi soal
yang cukup banyak untuk satu mata pelajaran.
8. Dapat meliputi seluruh bidang studi yang diuji. Dengan menggunakan tes mencocokkan dapat
mewakili setiap pokok bahasan dalam suatu bidang studi.

 Kelemahan Tes Mencocokkan


1. Hanya mengukur tingkat berpikir ingatan
2. Penulis soal cenderung tidak cermat
3. Sulit menemukan pasangan yang homogen
4. Tes mencocokkan terlalu menekankan pada aspek ingatan/hafalan. Sukar untuk mengukur aspek
pemahaman dan aspek lainnya yang lebih tinggi.
5. Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mangukur hal-hal yang berhubungan.
6. Banyak kesempatan peserta tes untuk menjawab secara untung-untungan. Kerjasama antara
siswa pada waktu mengerjakan tes lebih terbuka
No Pertanyaan Jawaban
1. Indra peraba adalah … a. Memompa darah
2. Kornea terletak dalam organ … b. Asma
3. Fungsi jantung adalah c. Telinga
4. Gangguan pada system pernafasan … d. Mata
5. Rumah siput terletak pada organ … e. Kulit

d) Tes Isian/Melengkapi(Completion Test)


Completion Test biasanya disebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes
melengkapi. Terdiri atas kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan dan harus diisi
oleh murid. Tes bentuk melengkapi (complete test) dapat berupa isian dan ada pula yang
merupakan jawaban singkat. Tes ini merupakan satu-satunya tes objektif yang menuntut agar
peserta tes memberikan jawaban, bukan memilih jawaban. Tes melengkapi dikatagorikan ke
dalam tes objektif. Pada bentuk tes isian ini peserta tes melengkapi atau mengisi titik-titik atau
bagian yang dikosongkan pada pokok uji dengan hanya satu kata, ungkapan, maupun angka.
Peserta tes dapat pula diminta untuk memberikan jawaban atas suatu soal yang memerlukan
perhitungan. Apabila pada suatu pokok uji tedapat dua atau lebih titik-titik yang harus diisi,maka
setiap titik-titik itu hanya dapat diisi dengan benar oleh kata atau angka yang sudah tertentu atau
pasti. Tes ini bisa disusun berurutan ke bawah dengan diberi nomor dan dapat pula disusun
dalam bentuk kalimat tersambung berbentuk karangan.
 Keunggulan tes melengkapi
1. Mudah dikonstruksi karena soal ini hanya akan mengukur hasil belajar yang sederhana yaitu
yang bersifat ingatan.
2. Dapat digunakan untuk menilai bahan pelajaran yang banyak atau scope yang luas.
3. Dapat diskor secara cepat dan objektif.
4. Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan singkat dan tepat.
 Kelemahan tes melengkapi
1. Tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks karena hanya menghasilkan respon yang
singkat dan sederhana
2. Memerlukan waktu yang agak lama untuk menskornya meskipun tidak selama tes uraian.
3. Menyulitkan pemeriksa apabila jawaban siswa membingungkan.
4. Kurang ekonomis karena memerlukan kertas(biaya) yang banyak jika dibandingkan dengan tes
uraian.
 Prinsip konstruksi tes melengkapi
Beberapa petunjuk dalam penulisan butir soal untuk tes melengkapi (tes melengkapi) agar
dicapai kualitas soal yang baik adalah :
1. Gunakanlah pertanyaan atau pernyataan yang menuntut jawaban singkat dan tertentu. Jawaban
itu haruslah satu kata, satu ungkapan, sebuah angka, atau sebuah simbol.
2. Jangan menggunakan kalimat yang dikutip langsung dari buku atau catatan siswa. Penggunaan
kalimat yang diambil langsung dari buku cenderung mendorong peserta tes akan menghafal
tanpa berusaha memahami apa yang dibacanya.
3. Pertanyaan atau pernyataan hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan mudah dipahami.
4. Dalam menanyakan masalah hitungan harus ditentukan tingkat ketepatan, apakah angka bulat,
satu desimal, atau dua desimal.
5. Tempat yang harus diisi (titik-titik) sebaiknya ditempatkan ditengah atau pada akir kalimat agar
tidak menimbulkan salah pengertian.
6. Panjangnya titik supaya dibuat sama untuk semua soal.
Contoh :
Salah satu jenis manusia purba adalah Pithecantropus Erectus. Fosil manusia purba ini
ditemukan oleh peneliti yang bernama……dan ditemukan pada tahun….. Fosil Pithecantropue
Erectus yang ditemukan mempunyai ciri-ciri…. Fosil manusia ini ditemukan di daerah…..

2. Tes Subyektif
Tes Subjektif merupakan tes yang jawabannya berupa uraian dan penyekorannya
dilakukan dengan pertimbangan benar salahnya uraian yang diberikan testi (peserta tes).
 Kelebihan Tes Tulis (Tes Subjektif) yaitu :
a) Penyusunan soalnya mudah disiapkan dan disusun.
b) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan (menebak
jawaban).
c) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalan bentuk kalimat
yang bagus
d) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan
caranya sendiri.
e) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang diteskan.
f) Dapat melatih siswa berfikir logis, analistis, dan sistematis.
 KekuranganTes Tulis (Tes Subjektif) yaitu :
a) Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan
siswa yang betul-betul telah dikuasai.
b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan dites karena
soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
d) Pemeriksaanya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari
penilai.
e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
f) Cakupan materi terbatas atau sempit.
g) Yang diukur cenderung tingkat kecerdasan kognitif tinggi
Ket : apa yang menjadi kelebihan dalam tes objektif merupakan kelemahan dalam tes subjektif
dan sebaliknya.
a) Bentuk Soal Uraian
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat,
memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya
mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain
cakupan materi yang ditanyakan terbatas. Soal uraian subyektif dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Uraian bebas (free essay)
Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat digunakan apabila bertujuan
untuk :
a. Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas
dan intensitasnya.
b. Mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak ada
satu pun jawaban yang pasti.
c. Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segiatau
dimensinya.
Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa bervariasi, sulit menentukan
kriteria penialaian, sangat subjektif karena bergantung pada guru sebagai penilainya.
Contoh :
Coba saudra jelaskan sebab-sebab terjadinya pertumbuhan penduduk yang cepat,
Mengapa pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap kualitas hidup manusia?
Macam soal uraian yaitu :
2. Uraian terbatas
Dalam bentuk ini pertanyaan telah di arahkan kepada hal-hal tertentu atau ada pembatasan
tertentu. Pembatasan bisa dari segi ruang lingkupnya, sudut pandang menjawabnya, dan
indicator-indikator. Dengan adanya pembatasan tersebut jawaban siswa akan lebih terarah sesuai
dengan yang di harapkan. Cara memberikan penilaian juga lebih jelas indikatornya. Criteria
kebenaran jawaban bisa lebih mudah di tentukan. Oleh sebab itu, bentuk soal uraian terbatas
lebih terarah di gunakan dari pada bentuk uraian bebas.
Pembatasan bisa dari segi:
(a) ruang lingkupnya,
(b) sudut panjangmenjawabnya,
(c) indikator-indikatornya

3. Uraian berstruktur
Soal berstruktur berisi unsur-unsur:
(a) pengantar soal,
(b) seperangkat data,
(c) serangkaian subsoal.
Keuntungan soal bentuk berstruktur antara lain ialah :
a. Satu soal bisa terdiri atas beberapa subsoal atau pertanyaan.
b. Setiap pertanyaan yang diajukan mengacu kepada suatu data tertentu sehingga lebih jelas dan
terarah.
c. Soal-soal berkaitan satu sama lain dan bisa diurutkan berdasarkan tingkat kesulitannya.
Data yang diajukan dalam soal berstruktur bisa berupa angka, tabel, grafik, gambar, bagan,
kasus, bacaan tertentu, diagram, model, dll. Bentuk soal berstruktur dapat digunakan untuk
mengukur semua aspek kognitif. Kelemahan yang mungkin terjadi berkisar pada :
a. Bidang yang diujikan menjadi terbatas.
b. Kurang praktis sebab satu permasalahan harus dirumuskan dalam pemaparan yang lengkap
disertai data yang memadai.
1. Mengadakan perbandingan antara 2 hal
Contoh: Bandingkan bentuk penjajahan Belanda dengan Jepang!
2. Perumusan dan pertahanan suatu pendapat
Contoh: Mengapa bentuk penjajahan pada masa Raffles dikatakan lebih baik pada masa
Deandles!
3. Hubungan sebab-akibat
Contoh: mengapa peristiwa reformasi membawa pengaruh stabilitas ekonomi dan politik?
4. Menjelaskan makna suatu ungkapan
Contoh: Apa pengertian dari Pebble?

4. Langkah-langkah Membuat Tes Tertulis


1. Materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada kurikulum
2. Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas;
3. Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang menimbulkan penafsiran
ganda

5. Komponen atau Kelengkapan Sebelum Tes


1. Buku tes,
2. Lembaran jawaban tes,
3. Kunci jawaban tes. Ide daripada adanya kunci jawaban ini adalah agar :
- Pemeriksaan tes dapat dilakukan oleh orang lain.
- Pemeriksaannya benar.
- Dapat dilakukan dengan mudah.
- Sedikit mungkin masuknya unsur subjektif
4. Pedoman penilaian (pedoman skoring), berisi keterangan perincian tentang skor atau angka yang
diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah dikerjakan
Hal-hal yang harus di lakukan :
a) menentukan tujuan tes
b) menyusun kisi-kisi soal
c) penulisan soal
d) pemberian skor
e) pelaporan hasil tes

Langkah-langkah pembuatan/pengisian kisi-kisi :

1. Mendaftar pokok-pokok materi yang akan diteskan (berdasarkan silabus)


2. Memberikan imbangan bobot/presentase untuk masing-masing pokok materi
(berdasarkan pada luas dan tingkat kedalaman materi)
3. Merinci banyaknya butir soal (proporsi jumlah item) untuk tiap-tiap materi.
4. Menentukan proporsi/prosentase untuk setiap pokok aspek intelektual yang diukur bagi
setiap pokok-pokok materi (perhatikan homogenitas dan heterogenitas bahan).
5. Mengisi sel-sel dalam kisi-kisi
6. Pemberian nomor item.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Tes tulis merupakan bentuk instrumen penilaian yang biasa di lakukan di setiap kegiatan
penilaian. Penilaian tes tulis perlu di pelajari karena masing-masing bentuk penilaian tes tulis
mempunyai bentuk yang berbeda. Misalnya, seorang pendidik ingin mengadakan UTS, maka
pendidik dapat membuat soal dalam bentuk pilihan ganda karena bentuk instrumen ini mudah
dalam pengoreksiannya.
Macam-macam penilaian tes tulis (bentuk instrumen) meliputi:
a. Tes benar salah
b. Tes menjodohkan
c. Tes pilihan ganda
d. Tes melengkapi
e. Uraian objektif dan non objektif (uraian bebas)
f. dan tes jawaban singkat.

B. Saran
Setelah membaca dan memahami makalah yang penulis susun ini, penulis mengharapkan
agar setiap pembaca dapat memberikan respon yang baik.Dengan berbagai kekurangan yang
penulis miliki, penulis juga menghimbau kepada pembaca agar juga tetap berusaha mencari
referensi lain baik dari makalah lain, buku, maupun dari internet tentang materi atau hal yang
berkaitan dengan model pembelajaran yang baik bagi pembelajaran. Dengan rendah hati, penulis
juga selalu mengharapkan kritik dan saran yang menunjang kesempurnaan makalah ini dari
setiap pembaca, atas partisipasinya, penulis mengucapkan limpah terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Sudiono Anas, 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta;PT. Raja Grafindo


Sutikno, Sobri. 2005. Pembelajaran Efektif. NTB. PT. Katalog Dalam Terbitan
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara
Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya
Sudijono Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima

Anda mungkin juga menyukai