Anda di halaman 1dari 22

PENILAIAN TERTULIS

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Evaluasi dalam
Pembelajaran Fisika Program Magister Pendidikan Fisika

Kelompok 2
Zulkifli Ramli 1310817019
Titin Octa Rachma 1310817036
Neri Anggraini 1310817032

Dosen Pengampu
Prof. Dr. Yetti S, M.Pd

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses terakhir dalam kegiatan organisasi adalah penilaian atau evaluasi. evaluasi
adalah kegiatan penilaian dan pengukuran yang berupa kegiatan mengumpulkan dan
mengolah informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil suatu keputusan untuk
langkah berikutnya.

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan, tujuan
tersebut dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki siswa
setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan
pengajaran serta kualitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, perlu dilakukan
suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Kegunaan evaluasi dalam
proses pendidikan adalah untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan
pelajaran yang telah ditetapkan, juga dapat mengetahui bagian-bagian mana dari program
pengajaran yang masih lemah dan perlu diperbaiki. Salah satu cara yang digunakan dalam
evaluasi diantaranya dengan menggunakan teknik pengumpulan data tes, melalui tes kita
dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang telah
diberikan.

Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan tujuan,


menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan
informasi/data, analisis dan interpretasi dan tindak lanjut. Instrumen evaluasi hasil belajar
untuk memperoleh informasi deskriptif dan/atau informasi judgemantal dapat berwujud tes
maupun non-test. Tes dapat berbentuk obyektif atau uraian; sedang non-tes dapat berbentuk
lembar pengamatan atau kuesioner. Tes obyektif dapat berbentuk jawaban singkat,
benarsalah, menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai variasi : biasa, hubungan antar
hal, kompleks, analisis kasus, grafik dan gambar tabel. Untuk tes uraia yang juga disebut
dengan tes subyektif dapat berbentuk tes uraian bebas, bebas terbatas, dan terstruktur.
Selanjutnya untuk penyusunan instrumen tes atau nontes, seorang guru harus mengacu pada
pedoman penyusunan masing-masing jenis dan bentuk tes atau non tes agar instrumen yang
disusun memenuhi syarat instrumen. yang baik, minimal syarat pokok instrumen yang baik,
yaitu valid (sah) dan reliable (dapat dipercaya).

Seorang guru yang baik perlu memiliki keterampilan untuk mengembangkan berbagai bentuk
instrumen guna mengukur ketercapaian kopetensi siswa dalam makalah ini kami akan memfokuskan
pembahasan tentang “Pengembangan Instrumen Penilaian Tes Tulis” sehingga kita bisa mengetahui
dan membedakan berbagai instrumen penilaian tes tulis.

B. Rumusan Masalah

1
Dari latar belakang diatas maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu :
1. Apa pengertian penilaian tertulis?
2. Apa dasar-dasar penilaian tertulis?
3. Apa fungsi penilaian tertulis?
4. Apa macam atau bentuk-bentuk dari penilaian tertulis?
5. Apa kelebihan dan kelemahan penilaian tertulis?

C. Tujuan Pembahasan

Tujuan dari pembahasan ini adalah :


1. Mengetauhi pengertian penilaian tertulis
2. Mengetauhi dasar-dasar penilaian tertulis
3. Mengetauhi fungsi penilaian tertulis
4. Mengetahui macam atau bentuk-bentuk dari penilaian tertulis
5. Mengetahui kelebihan dan kelemahan penilaian tertulis

D. Manfaat

Manfaat pembahasan makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui bagaimana
pengembangan dan penilaian dari tes tulis itu, sehingga kita dapat mengetahui berbagai
aspek atau kelengkapan dalam pembuatan soal dan cara penilaian dalam tes tulis. Dan
diharapkan makala ini dapat membantu dalam pembuatan soal tes tulis dan bagaimana cara
menentukan penilaiannya untuk kita sebagai calon pendidik. Dalam makala ini juga
membahas tentang masing-masing kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam tes tulis.
Semoga malakah ini bisa bermanfaat.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

1. Pengertian Penilaian Tertulis

Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan sebagai sarana untuk
memperoleh informasi tentang keadaan peserta didik. Penggunaan berbagai teknik dan alat
disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta
didik, dan banyaknya/ jumlah materi pembelajaran yang sudah disampaikan (DepdiKnas,
2008:3). Depdiknas (2008:5) teknik penilaian merupakan metode atau cara penilaian yang
dapat digunakan guru untuk mendapatkan informasi. Teknik penilaian yang mungkin dan
dapat dipergunakan dengan mudah oleh guru, misalnya: (1) tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2)
observasi atau pengataman, dan (3) wawancara.

Menurut Griffin & Nix (1999), Penilaian merupakan suatu pernyataan berdasarkan
sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang atau sesuatu. Menurut Suharsimi
Arikunto penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik
buruk. Penilaian bersifat kualitatif. Penilaian adalah kegiatan untuk mengetahui apakah
sesuatu yang telah kita kerjakan (program pengajaran) telah berhasil atau belum melalui suatu
alat pengukuran yang dapat berupa tes ataupun non-tes.

Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Penilaian tertulis (paper and
pencil assessment) merupakan penilaian dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan (Nurlaili, Pdf). Tes Tertulis merupakan tes dimana soal
dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab
soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga
dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya
(Hand Out MGMP, 2006).

Penilaian tertulis adalah penilaian yang dilakukan seorang tenaga didik untuk
mengetahui bagaimana respon atau jawaban siswa dalam bahasa tulisannya sendiri, jadi anak
dituntut untuk menuliskan argumennya secara tertulis.

Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan
memberikan jawaban tertulis. Penulisan tes tertulis merupakan kegiatan yang paling penting
dalam menyiapkan bahan ujian. Setiap butir soal yag ditulis harus berdasarkan rumusan
indikator yang sudah disusun dalam kisi-kisi. Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes
tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi yang akan diukur. Ada kompetensi yang
lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal uraian,
ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk
soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan
kelemahan satu dengan yang lain. Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah
dapat mengukur kemampuan/perilaku secara objektif, sedangkan untuk soal uraian di

3
antaranya adalah dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan dan menyatakan
jawabannya
menurut kata-kata atau kalimat sendiri. Kelemahan soal bentuk pilihan ganda di antaranya
adalah sulit menyusun pengecohnya, sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah sulit
menyusun pedoman penskorannya.

2. Dasar-dasar Penilaian Tertulis

Dasar-dasar penyusunan penilaian tertulis yaitu :


a. Dapat mengukur apa yang dipelajari dalam proses belajarmengajar sesuai dengan
tujuan
b. Mewakili bahan yang telah dipelajari
c. Disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan
d. Disusun sesuai dengan tujuan penggunaan tes itu sendiri
e. Hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
f. Mempertimbangkan proporsi tingkat kesulitan dan kesesuaiannya dengan taraf
kemampuan siswa.
g. Soal harus jelas dan sesuai dengan persoalan yang disajikan.
h. Disusun dengan mempertimbangkan kaidah-kaidah penulisan soal
i. Menggunakan bahasa yang benar (Badarudin, S.Pd, PGSD UMP).
j. Cara Penskoran:Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan
kelengkapan jawaban yang diberikan. Semakin lengkap dan tepat jawaban,
semakin tinggi perolehan skor.

3. Fungsi Penilaian tertulis

a. Tes formatif di kelas (classroom formatif assessment)

Tes Formatif adalah tes hasil belajar untuk mengetahui keberhasilan proses belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru, guna memperoleh umpan balik dari upaya
pengajaran yang dilakukan oleh guru.

Tujuan : sebagai dasar untuk memperbaiki produktifitas belajar mengajar.


Contohnya: tes yang dilakukan setelah pembahasan tiap bab atau KD (kompetensi dasar).

Tes formatif adalah tes yang diberikan kepada murid-murid pada setiap akhir
program satuan pelajaran. Fungsinya yaitu untuk mengetahui sampai dimana pencapaian
hasil belajar murid dalam penguasaan bahan atau materi pelajaran yang telah diberikan
sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah dirumuskan di dalam satuan
pelajaran.

Dalam penilaian formatif ini, jika tujuan-tujuan instruksional khusus telah


dirumuskan dengan tepat, distribusi tingkat kesukaran soal-soal (item tes) dan daya
pembeda masing-masing soal tidak begitu penting. Yang penting adalah bahwa setiap

4
soal betul-betul mengukur tujuan instruksional yang hendak dicapai yang telah
dirumuskan di dalam progam satuan pelajaran.
Standar yang digunakan dalam mengolah hasil tersebut adalah standar mutlak.
Dengan menggunakan standar mutlak dimaksudkan bahwa tes ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan instruksional khusus telah dicapai oleh siswa, dan
bukan untuk mengetahui status setiap siswa dibandingkan dengan siswa-siswa lainnya
dalam kelas yang sama.

Ada dua jenis pengolahan yang diperlukan di dalam penilaian formatif ini, yaitu :
1) Pengolahan untuk mendapatkan angka presentase siswa yang gagal dalam setiap
soal, misalnya :

Soal Nomer % siswa yang gagal


1 30 %
2 85 %
3 60 %
dan sebagainya dan seterusnya

Untuk soal bentuk uraian, pengertian “siswa yang gagal” di atas dapat pula
diartikan sebagai siswa yang jawabannya terhadap suatu soal dipandang kurang
memuaskan.

2) Pengolahan untuk mendapatka hasil yang dicapai setipa siswa dalam tes secara
keseluruhan ditinjau dari presentase jawaban yang memuaskan, misalnya :

Hasil yang dicapai


Nama Siswa
( % jawaban yang memuaskan)
1. Iswa 90 %
2. Jamilah 60 %
3. Nurwiyatsih 75 %
dan seterusnya dan seterusnya

Sebagai contoh. Bila skor maksimum yang harus dicapai dalam suatu tes adalah
60, angka yang dicapai Iswa dalam tes tersebut adalah:

Dengan kata lain, cara menilai tes formatif dilakukan dengan percentages
correction (hasil yang dicapai setiap siswa dihitung dari persentase jawaban yang benar).
Keterangan :
S = nilai yang diharapkan
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = skor maksimum dari tes tersebut

Tes formatif mempunyai karakteristik sebagai berikut:

5
a) Dilakukan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar
b) Dilakukan secara periodik
c) Mencakup semua mata pelajaran yang telah di ajarkan
d) Bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar
mengajar
e) Dapat di gunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar
mengajar.

b. Tes Sumatif

Tes Sumatif adalah tes hasil belajar untuk mengetahui keberhasilan belajar murid
setelah mengikuti program pengajaran tertentu.

Tujuan: menentukan hasil yang dicapai peserta didik dalam program tertentu dalam
wujud status keberhasilan peserta didik pada setiap akhir program pendidikan dan
pengajaran, mengukur keberhasilan belajar peserta didik secara menyeluruh..
Contohnya: Tes catur wulan,Tes akhir semester, EBTA.
Materi yang diujikan meliputi seluruh pokok bahasan dan tujuanpengajaran
dalam satu program tahunan atau semester.Dilakukan pada akhir program dalam satu
tahun atau semester. Hasil penilaian sumatif digunakan antara lain untuk penentuan
kenaikan kelas, kelulusan sekolah dan sebagainya

Tes sumatif biasanya diadakan tiap caturwulan sekali atau setiap semester (yang
baik adalah setip jangka waktu tertentu bila suatu unit atau bagian bahan pelajaran telah
selesai diajarkan melalui satuan-satuan pelajaran). Fungsi tes sumatif ialah untuk menilai
prestasi siswa, sampai dimana penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah
diajarkan selam jangka waktu tertentu. Kegunaannya yaitu untuk mengisi rapor,
penentuan kenaikan kelas, dan penentuan lulus tidaknya siswa pada ujian akhir sekolah.
Oleh karena itu pada umumnya jumlah item atau soal-soal tes sumatif lebih banyak
daripada item tes formatif, dan bentuk soalnya pun dapat terdiri atas campuran beberapa
bentuk item tes (seperti true-false, multiple, choice, completion, matching, dan essay).

Cara pengolahan hasil tes sumatif yaitu yang relatif yang digunakan yaitu nilai-
nilai standar seperti nilai berskala 1-10, nilai Z (skor standar Z), atau persentile. Skor
mentah yang diperoleh seorang siswa dari suatu tes sumatif yang terdiri atas beberapa
macam bentuk tes merupakan jumlah skor dari tiap-tiap bentuk tes tersebut yang telah
dihitung menurut rumus masing-masing. Skor mentah inilah yang kemudian
ditransformasikan kedalam nilai skala 1-10 dengan menyusun tabel distribusi frekuensi.

Tes sumatif mempunyai karakteristik sebagai berikut:


1) Materi yang di ujikan meliputi seluruh pokok bahasan dan tujuan pengajaran
2) Dalam satu program tahunan atau semester dilakukan pada akhir program dalam
satu tahun atau semester
3) Bertujuan untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik secara menyeluruh

6
4) Hasil penilaian sumatif di gunakan antara lain untuk menentukan kenaikan
kelas, kelulusan sekolah dan lain-lain.
4. Bentuk-bentuk Dari Penilaian Tertulis

a) Tes Objektif
Tes ini dikenal dengan istilah tes jawaban pendek, tes “ya-tidak” dan tes model
baru, adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat
dijawab dengan jalan memilih salah satu diantara beberapa kemungkinan jawaban yang
telah dipasangkan pada masing-masing item atau dengan cara menuliskan jawabannya
berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk
masing-masing butir item yang bersangkutan.Suatu tes yang soal-soalnya terdiri dari atas
butir-butir soal bentuk objektif. Tes Objektif berbeda dengan tes uraian, tugas-tugas dan
persoalan-persoalan dalam tes objektif sudah terstruktur, sehingga jawaban terhadap
soal-soal tersebut sudah dapat ditentukan secara pasti.

1) Keunggulan Tes Objektif


a) Waktu yang dibutuhkan relative lebih singkat
b) Panjang pendeknya suatu tes (banyak sedikitnya butir soal) bisa
berpengaruh terhadap kadar reliabilitas
c) Proses pensekoran dapat dilakukan secara mudah karena kunci jawaban
dapat dibuat secara pasti
d) Proses penilaian dapat dilakukan secara objektif karena kunci jawaban
sudah dapat ditentukan secara pasti.

2) Kelemahan Tes Objektif


a) Terdapat kemungkinan untuk dapat menebak jawaban dengan tepat.
Tidak dapat mengetahui jalan pikiran testi dalam menjawab suatu
pesoalan.
b) Membatasi kreativitas siswa dalam menyusun jawaban sendiri.
c) Bahan ajar yang diungkap dengan ts objektif, pada umumnya lebih
terbatas pada hal-hal yang factual.

Tes Objektif dibagi lagi menjadi 4 yaitu tes pilihan ganda , tes benar-
salah,tes menjodohkan/ mencocokkan,tes uraian singkat (melengkapi).
a) Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan
tentang suatupengertian yang belum lengkap. Tes pilihan ganda dapat
digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan memahami. Tiap soal
pilihan ganda terdiri dari dua bagian,yaitu pertanyaan yang biasa juga
disebut stem,dan alternative jawaban disebut juga option.Stem mungkin dalam
bentuk pernyataan atau dapat juga berupa pertanyaan.Bila berbentuk
pernyataan,mungkin merupakan pernyataan yang lengkap atau pernyataan
yang tidak lengkap.Mungkin pula berisi pernyataan dan pertanyaan. Option
terdiri dari beberapa pilihan,dan salah satu dari alternative pilihan itu adalah

7
jawaban yang benar terhadap pertanyaan.Option yang merupakan jawaban
yang benar dinamakan Kunci Jawaban. Alternatif jawaban yang bukan kunci
jawaban dinamakan pengecoh atau distractor.
Tes Multiple Choice item terdiri dari dua bagian, yaitu:
i. Item atau soal, yang dapat berbentuk pertanyaan dan dapat pula berbentuk
pernyataan.
ii. Option atau alternative, yaitu kemungkinan-kemungkinan jawab yang
dapat dipilih oleh testee. Dan terdiri dari dua bagian, yaitu :
 Satu jawaban betul, yang bisa disebut kunci jawaban.
 Beberapa pengecoh atau distractor, yang jumlahnya berkirsar antara
dua sampai lima buah.

Keunggulan yang dimiliki oleh tes pilihan ganda antara lain:


i. Dapat digunakan untuk mengukur sekala jenjang tujuan
instruksional,mulai dari yang paling sederhana (C1) sampai yang
kompleks (C6).
ii. Dapat menggunakan jumlah butir soal yang lebih banyak,karena hanya
diperlukan waktu yang relatif singkat untuk menjawab setiap butir
soal.Penarikan sampel pokok bahasan yang akan diujikan dapat lebih luas
sehingga tes dapat mencakup hampir seluruh pokok bahasan.
iii. Pemeriksaan (penskoran) jawaban peserta tes dapat dikerjakan dalam
waktu yang singkat.
iv. Dapat dikonstruksi untuk mengukaur kemampuan peserta tes memberikan
berbagai tingkatan kebenaran.Misalnya dapat dibuat butir soal dengan
option yang seluruhnya benar tetapi berbeda tingkat kebenarannya.Peserta
tes diminta untuk memilih option yang paling benar.
v. Dapat menggunakan lebih dari dua option sehingga dapat mengurangi
kemungkinan siswa menebak.Keinginan menebak menjadi lebih besar bila
kemungkinan (probabilitas) menjawab benar cukup besar.
vi. Memungkinkan dilakukannnya anlisis butir soal secara baik.Tes pilihan
ganda dapat disusun setelah butir-butir soalnya diuji cobakan.Bila setelah
diuji coba dan dianalisis ternyata ada butir soal yang jelek dan
lemah,perbaikan (revisi) terhadap soal dapat dilakukan.
vii. Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan atau diatur dengan
mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban.Semakin homogen
alternatif jawaban semakin tinggi tingkat kesukarannnya.
viii. Dapat memberikan informasi tentang siswa (testes) lebih banyak terutama
bila soal itu memiliki homogenitas yang tinggi.Setiap pilihan siswa
terhadap alternatif jawaban merupakan informasi tenyang penguasaan
kognitif siswa dalam bidang yang dites sehingga dapat digunakan untuk
mengukur daya serap siswa,dan mendiagnosis kelemahan siswa.

Kelemahan yang dimiliki oleh bentuk tes pilihan ganda antara lain :

8
i. Sukar dikonstruksi.Kesukaran dalam mengkonstruksi (membuat) soal
pilihan ganda terutama untuk menemukan alternatif jawaban saja,yaitu
kunci jawaban.Alternatif lainnya dicari dan ditemukan dengan tergesa-
gesa sehingga tidak akan homogen.
ii. Kurang mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya.
iii. Membatasi siswa untuk menyelesaikan jawaban dan pemecahan sendiri.
iv. Adanya kecenderungan hanya untuk menguji dan mengukur aspek ingatan
yang merupakan aspek yang paling rendah dalam ranah kognitif.
v. Penggunaan tes pilihan ganda secara terus menerus akan menyebabkan
siswa mengetahui dan mengerti tentang suatu problem,tetapi tidak tahu
bagaimana memecahkan problem tersebut dalam situasi yang nyata.
vi. Makin terbiasa seseorang dengan bentuk tes pilihan ganda,makin besar
kemungkinan ia mendapatkan skor lebih baik yang sebenarnya tidak
berdampak positif terhadap hasil individu.
vii. Tidak dapat digunakan untuk mengukur keterampilan, keindahan,
kemampuan megorgaisisr,dan menampilkan ide-ide baru dari siswa yang
sangat penting bagi pengembanagn ilmu.
viii. Peserta didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung
hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak
mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan menerka. Hal
ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak belajar untuk
memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya.
ix. Alat penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas
karena tidak menggambarkan kemampuan peserta didik yang
sesungguhnya.
Contoh dari tes pilihan ganda adalah:
Seorang peneliti yang menemukan jenis manusia purba Pithecanthropus
Erectus adalah...
a. Von Koeningswald c. Dr. Eugene Dubois
b. Charles Darwin d. Van Rietschoten

b) Soal dengan Dua Pilihan Jawaban (Benar-Salah, Ya-Tidak)


Tes benar-salah (true-false). Soal-soalnya berupa pernyataan-
pernyataan (statement). Butir soal benar salah (true – false item ) adalah
soal yang terdiri dari pernyataan penyataan (statemen) yang disertai
dengan alternatif jawaban. Pernyataan tersebut adalah benar salah Peserta
tes trsebut tinggal menyilang atau melingkari huruf B jika pernyataan
menurut pendapat benar dan huruf S jika salah.Banyak hal yang harus
diperhatikan dalam membuat soal benar salah agar mendapatkan butir soal
yang baik.

Keunggulan Tes Benar Salah yaitu :

9
i. Mudah dikonstruksi karena hanya membutuhkan satu pertanyaan
.Pernyataan itu saja harus berhubungan dengan bidang studi yang harus di
uji
ii. Soal benar salah harus dapat mewakili seluruh pokok bahasan karena soal
ini hanya meminta waktu yang singkat untuk menjawabnya.Dalam waktu
singkat siswa harus banyak menjawab soal
iii. Mudah diskor karena untuk setiap soal hanya ada dua alternatif jawaban
iv. Merupakan bentuk soal yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar
langsung terutama yang berkenaan dengan ingatan
v. Dapat digunakan berulang kali
vi. Dapat dikoreksi secara cepat dan objektif
vii. Petunjuk pengerjaannya mudah dimengerti

Kelemahan Tes Benar Salah


i. Mendorong Siswa untuk menebak jawaban .Kemungkinan jawaban benar
sama dengan kemungkinan jawaban salah sehingga kemungkinan diswa
untuk menebak lebih besar
ii. Terlalu menkan pada asoek ingatan .Kurang dapat mengukur aspek
pengetahuan yang lebih tinggi . Kekemahan ini lebih buruk kalau
penyusun soalmengutip langsung dari pernyataan yang pada buku ajar
yang digunakan
iii. Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua
kemungkinan benar atau salah
iv. Meminta respon dari siswa yang berbentuk penilaian mutlak
Contoh :
Dr. Eugene Dubois menemukan fosil manusia purba dengan ciri-ciri tinggi 165-
180 cm dan fosilnya ditemukan di daerah Pucangan, Sangiran adalah Homo
soloensis (Benar/Salah)

c) Bentuk Soal Menjodohkan (Matching)


Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan,
mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Tugas murid ialah mencari
dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan
pertanyaannya.

Keunggulan Tes Mencocokkan


i. Membutuhkan waktu singkat untuk membaca soal
ii. Dapat diperikasa dengan computer
iii. Relatif mudah menyusun soalnya
iv. Penskoran dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.
v. Baik untuk mengukur hasil belajar yang berhubungan dengan
pengetahuan tentang istilah, definisi, peristiwa atau penanggalan.
vi. Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal, baik yang
berhubungan langsung maupun tidak langsung.

10
vii. Agak mudah dikonstruksi sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama
dapat dikonstruksi soal yang cukup banyak untuk satu mata pelajaran.
viii. Dapat meliputi seluruh bidang studi yang diuji. Dengan menggunakan tes
mencocokkan dapat mewakili setiap pokok bahasan dalam suatu bidang
studi.

Kelemahan Tes Mencocokkan


i. Hanya mengukur tingkat berpikir ingatan
ii. Penulis soal cenderung tidak cermat
iii. Sulit menemukan pasangan yang homogen
iv. Tes mencocokkan terlalu menekankan pada aspek ingatan/hafalan. Sukar
untuk mengukur aspek pemahaman dan aspek lainnya yang lebih tinggi.
v. Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mangukur hal-
hal yang berhubungan.
vi. Banyak kesempatan peserta tes untuk menjawab secara untung-untungan.
Kerjasama antara siswa pada waktu mengerjakan tes lebih terbuka

No Pertanyaan Jawaban
1. Indra peraba adalah … a. Memompa darah
2. Kornea terletak dalam organ … b. Asma
3. Fungsi jantung adalah c. Telinga
4. Gangguan pada system pernafasan … d. Mata
5. Rumah siput terletak pada organ … e. Kulit

d) Tes Isian/Melengkapi(Completion Test)


Completion Test biasanya disebut dengan istilah tes isian, tes
menyempurnakan, atau tes melengkapi. Terdiri atas kalimat yang ada bagian-
bagiannya yang dihilangkan dan harus diisi oleh murid. Tes bentuk melengkapi
(complete test) dapat berupa isian dan ada pula yang merupakan jawaban
singkat. Tes ini merupakan satu-satunya tes objektif yang menuntut agar peserta
tes memberikan jawaban, bukan memilih jawaban. Tes melengkapi
dikatagorikan ke dalam tes objektif. Pada bentuk tes isian ini peserta tes
melengkapi atau mengisi titik-titik atau bagian yang dikosongkan pada pokok
uji dengan hanya satu kata, ungkapan, maupun angka. Peserta tes dapat pula
diminta untuk memberikan jawaban atas suatu soal yang memerlukan
perhitungan. Apabila pada suatu pokok uji tedapat dua atau lebih titik-titik yang
harus diisi,maka setiap titik-titik itu hanya dapat diisi dengan benar oleh kata
atau angka yang sudah tertentu atau pasti. Tes ini bisa disusun berurutan ke
bawah dengan diberi nomor dan dapat pula disusun dalam bentuk kalimat
tersambung berbentuk karangan.

Keunggulan tes melengkapi

11
i. Mudah dikonstruksi karena soal ini hanya akan mengukur hasil belajar
yang sederhana yaitu yang bersifat ingatan.
ii. Dapat digunakan untuk menilai bahan pelajaran yang banyak atau scope
yang luas.
iii. Dapat diskor secara cepat dan objektif.
iv. Kecil kemungkinan siswa memberi jawaban dengan singkat dan tepat.

Kelemahan tes melengkapi


i. Tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks karena hanya
menghasilkan respon yang singkat dan sederhana
ii. Memerlukan waktu yang agak lama untuk menskornya meskipun tidak
selama tes uraian.
iii. Menyulitkan pemeriksa apabila jawaban siswa membingungkan.
iv. Kurang ekonomis karena memerlukan kertas(biaya) yang banyak jika
dibandingkan dengan tes uraian.

Prinsip konstruksi tes melengkapi


Beberapa petunjuk dalam penulisan butir soal untuk tes melengkapi (tes
melengkapi) agar dicapai kualitas soal yang baik adalah :
i. Gunakanlah pertanyaan atau pernyataan yang menuntut jawaban singkat
dan tertentu. Jawaban itu haruslah satu kata, satu ungkapan, sebuah angka,
atau sebuah simbol.
ii. Jangan menggunakan kalimat yang dikutip langsung dari buku atau
catatan siswa. Penggunaan kalimat yang diambil langsung dari buku
cenderung mendorong peserta tes akan menghafal tanpa berusaha
memahami apa yang dibacanya.
iii. Pertanyaan atau pernyataan hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan
mudah dipahami.
iv. Dalam menanyakan masalah hitungan harus ditentukan tingkat ketepatan,
apakah angka bulat, satu desimal, atau dua desimal.
v. Tempat yang harus diisi (titik-titik) sebaiknya ditempatkan ditengah atau
pada akir kalimat agar tidak menimbulkan salah pengertian.
vi. Panjangnya titik supaya dibuat sama untuk semua soal.
Contoh :
Salah satu jenis manusia purba adalah Pithecantropus Erectus. Fosil manusia
purba ini ditemukan oleh peneliti yang bernama……dan ditemukan pada
tahun….. Fosil Pithecantropue Erectus yang ditemukan mempunyai ciri-ciri….
Fosil manusia ini ditemukan di daerah…..

b) Tes Subyektif
Tes Subjektif merupakan tes yang jawabannya berupa uraian dan
penyekorannya dilakukan dengan pertimbangan benar salahnya uraian yang diberikan
testi (peserta tes).

12
1) Kelebihan Tes Tulis (Tes Subjektif) yaitu :
a) Penyusunan soalnya mudah disiapkan dan disusun.
b) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-
untungan (menebak jawaban).
c) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun
dalan bentuk kalimat yang bagus
d) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya
dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang
diteskan.
f) Dapat melatih siswa berfikir logis, analistis, dan sistematis.
2) KekuranganTes Tulis (Tes Subjektif) yaitu :
a) Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar diketahui segi-segi
mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah dikuasai.
b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran
yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
c) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
d) Pemeriksaanya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual
lebih banyak dari penilai.
e) Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang
lain.
f) Cakupan materi terbatas atau sempit.
g) Yang diukur cenderung tingkat kecerdasan kognitif tinggi
Ket : apa yang menjadi kelebihan dalam tes objektif merupakan kelemahan dalam
tes subjektif dan sebaliknya.

a) Bentuk Soal Uraian


Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik
untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal
yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan
tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Alat ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan
pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain
cakupan materi yang ditanyakan terbatas. Soal uraian subyektif dibagi menjadi 3
yaitu :

1) Uraian bebas (free essay)


Melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat
digunakan apabila bertujuan untuk :
1) Mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah
sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya.
2) Mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka
ragam sehingga tidak ada satu pun jawaban yang pasti.

13
3) Mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan
dari berbagai segiatau dimensinya.
Kelemahan tes ini ialah sukar menilainya karena jawaban siswa bervariasi, sulit
menentukan kriteria penialaian, sangat subjektif karena bergantung pada guru
sebagai penilainya.
Contoh :
Coba saudra jelaskan sebab-sebab terjadinya pertumbuhan penduduk yang cepat,
Mengapa pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap kualitas hidup manusia?

2) Uraian terbatas
Dalam bentuk ini pertanyaan telah di arahkan kepada hal-hal tertentu atau
ada pembatasan tertentu. Pembatasan bisa dari segi ruang lingkupnya, sudut
pandang menjawabnya, dan indikator-indikator. Dengan adanya
pembatasan tersebut jawaban siswa akan lebih terarah sesuai dengan yang
di harapkan. Cara memberikan penilaian juga lebih jelas indikatornya.
Kriteria kebenaran jawaban bisa lebih mudah di tentukan. Oleh sebab itu,
bentuk soal uraian terbatas lebih terarah di gunakan dari pada bentuk uraian
bebas.
Pembatasan bisa dari segi:
1) Ruang lingkupnya,
2) Sudut panjangmenjawabnya,
3) Indikator-indikatornya

3) Uraian berstruktur
Soal berstruktur berisi unsur-unsur:
1) Pengantar soal,
2) Seperangkat data,
3) Serangkaian sub-soal.
Keuntungan soal bentuk berstruktur antara lain ialah :
1) Satu soal bisa terdiri atas beberapa subsoal atau pertanyaan.
2) Setiap pertanyaan yang diajukan mengacu kepada suatu data tertentu
sehingga lebih jelas dan terarah.
3) Soal-soal berkaitan satu sama lain dan bisa diurutkan berdasarkan
tingkat kesulitannya.
Data yang diajukan dalam soal berstruktur bisa berupa angka, tabel, grafik,
gambar, bagan, kasus, bacaan tertentu, diagram, model, dll. Bentuk soal
berstruktur dapat digunakan untuk mengukur semua aspek kognitif.
Kelemahan yang mungkin terjadi berkisar pada :
1) Bidang yang diujikan menjadi terbatas.
2) Kurang praktis sebab satu permasalahan harus dirumuskan dalam
pemaparan yang lengkap disertai data yang memadai.
 Mengadakan perbandingan antara 2 hal
Contoh: Bandingkan bentuk penjajahan Belanda dengan Jepang!

14
 Perumusan dan pertahanan suatu pendapat
Contoh: Mengapa bentuk penjajahan pada masa Raffles dikatakan
lebih baik pada masa Deandles!
 Hubungan sebab-akibat
Contoh: mengapa peristiwa reformasi membawa pengaruh
stabilitas ekonomi dan politik?
 Menjelaskan makna suatu ungkapan
Contoh: Apa pengertian dari Pebble?

5. Cara Menyusun Tes Tertulis

Langkah- Langkah / Tahapan- Tahapan Pembuatan dan Penyusunan Tes Tertulis


a. Menentukan tujuan tes
Salah tahapan yang sangat penting dalam pengembangan tes adalah menentukan
tujuan. Secara umum tes antara lain dikembangkan untuk kepentingan penempatan yang
terdiri atas pretes kesiapan dan pretes penempatan, formatif, diagnostik, dan sumatif. Tes
penempatan (placement test) terdiri atas tes kesiapan (readiness pretest) dan tes
penempatan (placement test). Perhatian utama dari tes kesiapan merupakan persyaratan
kemampuan masuk program tertentu. Sampel yang digunakan untuk pretes kesiapan
adalah kemampuan sangat terbatas. Tingkat kesukaran yang digunakan dalam tes
kesiapan relatif rendah, yaitu tingkat kesukaran antara mudah dan sedang (P>antara 0.3).
Tes kesiapan dilakukan di awal program pembelajaran atau di awal materi pembelajaran.
Jenis instrumen yang digunakan umumnya tes berdasarkan kriteria (criterion - referenced
mastery test).

Tes penempatan (placement test) antara lain pretes yang dirancang untuk
mengukur kemampuan awal sebelum program awal dilakukan. Untuk mengetahui
kemampuan yang dimiliki peserta didik agar sesuai dengan pengetahuan yang
dipersyaratkan / diperlukan dalam program pembelajaran yang akan dilakukan, biasanya
pendidik melakukan tes awal atau dikenal sebagai pretes. Pretes juga dilakukan dalam
rangka mengetahui darimana pendidik harus mulai suatu program pembelajaran. Dalam
hal ini pretes dimaksudkan untuk mengetahui kesiapan peserta didik untuk memulai
program pembelajaran. Kedua dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh peserta
didik telah menguasai kompetensi yang telah ditetapkan dalam kompetensi dasar
kurikulum. Dalam hal ini pretes dimaksudkan untuk menentukan ketetapan program
pembelajaran yang akan dilakukan.

Kebalikan dari pretes adalah posttes, yaitu tes yang dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa jauh kompetensi dasar atau indikator yang disampaikan dalam
program pembelajaran telah dikuasai peserta didik. posttes juga dapat dimaksudkan
untuk mengetahui perbedaan yang terjadi antara tes yang dilakukan pada pretes berbeda
dengan tes yang dilakukan setelah program pembelajaran dilakukan.

15
Tes formative digunakan sebagai alat untuk memperbaiki program pembelajaran
yang telah dilakukan. Sampel yang digunakan sangat terbatas. Tingkat kesukaran yang
digunakan untuk tes formative bervariasi tergantung kepada program pembelajaran. Tes
formative dilaksanakan secara periodik yang dilakukan selama program pembelajaran.
Instrumen yang digunakan dalam tes formative umumnya berdasarkan kriteria (criterion
- referenced mastery test). Tes formative bermanfaat sebagai pemasukan untuk perbaikan
dan penyempurnaan program pembelajaran.

Tes diagnostik digunakan sebagai alat untuk memperbaiki kesulitan belajar yang
dialami peserta tes. Sampel yang digunakan untuk tes diagnostik adalah untuk
mengetahui kesalahan atau kesulitan belajar peserta didik yang sangat terbatas. Tingkat
kesukaran tes diagnostik relatif rendah. Pelaksanaan tes diagnostik dilakukan sewaktu-
waktu tergantung pada program pembelajaran. Instrumen yang digunakan dalam tes
diagnostik adalah khusus dirancang untuk mengidentifikasi kesulitan belajar. Manfaat
yang diperoleh adalah untuk remedial yang berkaitan dengan kesulitan belajar.

Tes sumative digunakan sebagai persyaratan masuk program atau unit tertentu
seperti kenaikan kelas atau ujian akhir nasional. Sampel yang digunakan adalah
kemapuan yang sangat luas, menyangkut semua materi. Tingkat kesukaran yang
digunakan dalam tes relatif tinggi. Tes sumative dilakukan di akhir program
pembelajaran ( semester, tahun, jenjang, pendidikan) seperti tes kenaikan kelas, ujian
sekolah dasar, dan tes ujian akhir nasional. Tes sumative umumnya digunakan
berdasarkan norma ( norm - referenced ) atau kriteria seperti yang terjadi pada ujian
akhir nasional. Tes sumative bermanfaat untuk kenaikan, kelulusan, dan mengevaluasi
program pembelajaran.

Dalam melakukan evaluasi seorang guru mempunyai tujuan tertentu,tujuan itu


dapat berupa tujuan evaluasi misalnya untuk mengetahui penguasaan peserta didik dalam
kompetensi /subkompitensi tertentu setelah mengikuti proses proses pembelajaran. Dapat
pula evaluasi tersebut yang bertujuan untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik
(diangnostic tes)Tujuan evaluasi tersebut harus jelas sehingga dapat memberikan arah
dan lingkup pengembangan evaluasi selanjutnya. Merumuskan tujuan dilaksanakannya
evaluasi. Perumusan tujuan evaluasi hasil belajar itu penting sekali, sebab tanpa tujuan
yang jelas maka evaluasi hasil belajar akan berjalan tanpa arah dan pada gilirannya dapat
mengakibatkan evaluasi menjadi kehilangan arti dan fungsinya.

b. Penyusunan kisi-kisi soal


1) Pengertian
Salah satu bagian tahapan yang sangat penting dalam pembuatan dan
penggunaan tes adalah mengembangkan kisi-kisi yang berguna untuk menjamin
bahwa soal yang dikembangkan sesuai dengan tujuan yang hendak diukur (content
validity). Namun demikian, kualitas soal sangat bergantung kepada materi yang
ditanyakan, tidak bergantung kepada format yang digunakan.

16
Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matrik yang memuat informasi untuk
dijadikan pedoman dalam menulis soal atau merakit soal menjadi test. Penyusunan
kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan sebelum penulisan soal.
Kisi-kisi disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes. Dengan demikian dapat
diperoleh berbagai macam kisi-kisi. Kisi-kisi tes yang dimaksudkan untuk menyusun
soal diagnosis kesukaran belajar peserta didik berbeda dengan kisi-kisi tes yang
dimaksudkan untuk menyusun soal prestasi belajar. Kisi-kisi yang dimaksudkan
untuk menyusun tes penempatan juga berbeda dengan kisi-kisi yang dimaksudkan
untuk menyusun tes kompetisi. Kisi-kisi yang dimaksudkan untuk menyusun tes
ulangan umum juga berbeda dengan kisi-kisi yang digunakan untuk menyusun tes
ujian akhir nasional. Hal yang perlu diperhatikan adalah tidak ada satupun kisi-kisi
yang dapat digunakan untuk semua tujuan tes.

2) Kegunaan dan fungsi


Kisi-kisi tes berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes.
Dengan adanya panduan ini, penulis soal dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai
dengan tujuan tes dan perakit tes dapat menyusun perangkat tes dengan mudah.
Dengan demikian, jika tersedia sebuah kisi-kisi yang baik, maka penulis soal yang
berbeda akan dapat menghasilkan perangkat soal yang relatif sama, baik dari tingkat
kedalaman maupun cakupan materi yang ditanyakan.

3) Syarat kisi-kisi yang baik


Dari berbagai variasi kisi-kisi dapat disimpulkan bahwa kisi-kisi harus
memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:
a) Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan
b) Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami
c) Soal-soalnya harus dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal
yang ditetapkan

4) Komponen Kisi-Kisi Tes Tulis


Komponen yang diperlukan dalam sebuah kisi-kisi sangat ditentukan oleh
tujuan tes yang hendak disusun. Komponen-komponen ini dapat dihimpun menjadi
dua kelompok, yaitu kelompok identitas dan kelompok matrik. Kelompok identitas
dicantumkan di bagian atas matrik, sedangkan kelompok matrik dicantumkan dalam
kolom-kolom yang sesuai dengan tujuan tes.
Komponen kisi-kisi tes yaitu :
a) Jenis sekolah/kelas/semester
b) Mata pelajaran
c) Kurikulum yang diacu
d) Alokasi waktu
e) Jumlah soal
f) Bentuk soal
g) Standar Kompetensi
h) Kompetensi dasar

17
i) Indikator
j) Bahan kelas
k) Jumlah soal
l) Nomer urut soal
m) Bentuk soal
Kompetensi dasar dan indikator yang ada dalam kurikulum, yang tentunya
telah dilakukan proses pembelajaran, diujikan dikelas. Namun demikian, dari
berbagai komponen tersebut, khusus untuk tes ulangan umum, tes kenaikan kelas,
ujian sekolah dasar, ataupun ujian akhir nasional komponen kompetensi dasar dan
indikator merupakan salah satu komponen yang perlu dipilih secara mendalam.
Pemilihan ini dilakukan karena didalam suatu tes, tidak mungkin semua kompetensi
dasar dan indikator yang terdapat dalam kurikulum dapat diujikan dalam waktu
singkat. Pemilihan kompetensi dasar ini dilakukan dengan memperhatikan kriteria
sebagai berikut :
a) Urgensi, yaitu kompetensi dasar atau indikator yang secara teoritis, mutlak
harus dikuasai oleh peserta didik
b) Kontinuitas, yaitu kompetensi dasar atau indikator lanjutan yang merupakan
pendalaman dari satu atau lebih kompetensi dasar atau indikator yang sudah
dipelajari sebelumnya, baik dalam jenjang yang sama maupun antar jenjang
c) Relevansi, maksudnya kompetensi dasar atau indikator terpilih harus merupakan
kompetensi dasar atau indikator yang diperlukan untuk mempelajari atau
memahami bidang studi lain.
d) Keterpakaian, kompetensi dasar dan indikator harus merupakan kompetansi
dasar dan indikator yang memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-
hari.
Penguasaan materi kompetensi dasar dan indikator terpilih harus dapat diukur
dengan menggunakan bentuk soal yang sudah ditetapkan. Misalnya untuk
membuat tes pilihan ganda, maka penguasaan kompetensi dasar dan indikator
yang dipilih harus dapat diukur dengan menggunakan pilihan ganda.
Sebaliknya, kalau sudah ditetapkan untuk membuat tes uraian, maka
penguasaan kompetensi dasar atau indikator yang terpilih juga harus dapat
diukur dengan menggunakan tes uraian.
Setelah ditentukan komponen-komponen yang perlu dimasukkan ke dalam kisi-
kisi, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan semua komponen tersebut
ke dalam suatu format atau matriks.

c. Penulisan Soal
Penulisan soal merupakan salah satu langkah penting untuk dapat
menghasilkan tes yang baik. Penulisan soal adalah karakteristik yang diuraikan
dalam kisi-kisi. Soal yang digunakan dalam wilayah kelas, umumnya dibedakan
menjadi dua, yaitu: (1) tes objektif yang umumnya sangat tersturktur dan
mngharuskan pesderta didik mengisi kata atau memilih jawaban yang benar dari
sejumlah alternatif yang disajikan. (2) tes subjektif, seperti tes uraian, yang
umumnya kurang terstruktur dan mengharuskan peserta didik memilih,

18
mengorganisasikan, dan menyajikan jawaban atas pertanyaan atau pernyataan
dengan kalimat sendiri. Untuk berbagai macam kepentingan, seperti ujian kenaikan
kelas, ujian sekolah dasar, atau ujian akhir nasional, tes objektif lebih efisien
digunakan dibanding tes uraian. Penggunaan kedua bentuk tes ini harus tepat,
sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan.

d. Review dan Revisi Soal


Pada tahapan ini, pengembangan soal adalah melihat soal dari segi kualitas
untuk mengkaji berfungsi tidaknya sebuah soal, yaitu berupa telaah (review), dan
perbaikan (revisi) soal. Review dan revisi soal pada prinsipnya adalah upaya untuk
memperoleh informasi mengenai sejauh mana suatu soal telah berfungsi
(mengukur apa yang hendak diukur sebagaimana tercantum dalam kisi-kisi) dan
telah memenuhi kaidah yang telah ditetapkan, misalnya kaidah konstruksi, bahasa,
dan penulisan soal. Review dan revisi idealnya dilakukan oleh orang lain bukan
penulis soal, dan terdiri atas suatu tim penelaah yang terdiri atas ahli-ahli materi,
pengukuran (evaluasi dan bahasa).

e. Uji Coba Soal


Pada prinsipnya adalah upaya untuk mendapatkan informasi empirik
mengenai sejauh mana sebuah soal dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Informasi empirik tersebut pada umumnya menyangkut segala hal yang dapat
mempengaruhi validitas soal seperti aspek-aspek keterbacaan soal, tingkat
kesukaran soal, pola jawaban (khusus pada bilangan ganda), tingkat daya pembeda
soal, pengaruh budaya dan sebagainya. Dan dari hasil uji coba akan diketahui
apakah suatu soal ‘lebih berfungsi. Tibgkat kesukaran, daya pembeda, dan pola
jawaban akan diuraikan dalam bab tersendiri.

f. Perakitan Soal
Perakitan soal adalah perakitan-perakitan soal yang memiliki kriteria tertentu
dalam perangkat tes. Soal-soal yang baik hasil dari uji coba dapat dirakit sesuai
dengan kebutuhan tes. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perakitan antara lain
penyebaran soal, penyebaran tingkat kesulitan soal, daya pembeda atau validitas
soal (RPBIS) penyebaran jawaban, dan layout tes.

g. Penyajian Tes
Setelah tes tersusun, naskah (tes) siap diberikan atau disajikan kepada peserta
didik. Hal-hal yang perlu diperhatiakn dalam penyajian tes ini adalah administrasi
penyajian tes, antara lain meliputi: petunjuk pengerjaan, cara menjawab, alokasi
waktu yang disediakan, ruang, tempat duduk peserta didik, dan pengawas.

h. Tahap Penskoran
Penskoran atau pemeriksaan atas jawaban peserta didik dan pemberian angka
dilakukan dalam rangkla mendapatkan informasi kuantitatif dari masing-masing
peserta didik. Penskoran harus dilakukan seobjektif mungkin. Sebagaimana telah

19
diuraikan terdahulu, dewasa ini penskoran untuk soal objektif sangat mudah
dilakukan, khususnya untuk jumlah peserta didik yang sangat besar, penskoran
dilakukan dengan bantuan komputer.

i. Pelaporan Hasil Tes


Setelah tes digunakan dan dilakukan penskoran, hahsilnya dilaporkan.
Laporan dapat diberikan kepada peserta didik yang dilakukan, orangtua peserta
didik, kepala sekolah, dan sebagainya. Laporan dapat digunakan sebagai alat untuk
menentukan kebijakan, atau kebijakan selanjutnya.

j. Pemanfaatan Hasil Tes


Hasil pengukuran yang diperoleh melaui tes berguna sesuai dengan tujuan
dilakukannya tes. Informasi hasil pengukuran dapat dimanfaatkan untuk perbaikan
atau penyempurnaan sistem, proses atau kgiatan belajar mengajar, maupun sebagai
data untuk pengambiloan keputusan dan menentukan kebijakan.

6. Kelebihan dan Kelemahan Tes Tulis

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan


untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan
efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian ini dilaksanakan dalam bentuk penugasan,
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan
kelas.
Ada pun kelebihan dan kelemahan dari jenis tes tulis ini adalah sebagai berikut.
 Kelebihan Tes tertulis
a. Dapat mengukur kemampuan sejumlah siswa dalam tempat yang terpisah dan
dalam waktu yang sama.
b. Pada tes tulis, peserta didik relatif memiliki kebebasan untuk menjawab soal,
Sehingga secara psikologi peserta didik lebih bebas dan tidak terikat.
c. Pada tes tertulis, karena soalnya sama maka obyektifitas hasil penilaian lebih
dapat dipertanggung jawabkan dari pada tes lisan ataupun tes tindakan.
 Kekurangan Tes Tulis
a. Belum tentu cocok mengukur psikomotorik dan mengukur ranah afektif pada
tingkat karakteristik.
b. Hasil dari tes tulis sedikit agak diragukan karena peserta dapat melakukan
kucurangan dalam mengerjakan.
c. Apabila tidak menggunakan bahasa yang tegas dan lugas dapat mengandung
pengertian ganda, sehingga berakibat data yang masuk salah.

20
REFERENSI

Sudiono Anas, 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta;PT. Raja Grafindo

Sutikno, Sobri. 2005. Pembelajaran Efektif. NTB. PT. Katalog Dalam Terbitan

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Reverensi). Jakarta: PT


Bumi Aksara.

Nana Sudjana. 1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya

Sudijono Anas. 1995. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara

Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima

Jihad, Asep dan Abdul Haris.2012. Evaluasi Pembelajaran. Multi Pressindo : Yogyakarta

Sudirman, dkk.1984. Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosda Karya,

Surapranata, Sumarna. 2005. Panduan Penulisan Tes Tertulis Implementasi Kurikulum 2004.
PT Remaja Rosdakarya: Bandung

Sukardi. 2011. Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya. Bumi Aksara: Jakarta

21

Anda mungkin juga menyukai