Anda di halaman 1dari 7

Tugas Tutorial 3

Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran di SD

1. Arti penting validitas dan reliabilitas


Validitas adalah nilai kevalidan atau ketepatan suatu alat ukur pembelajaran (tes)
untuk mengetahui kemampuan siswa secara tepat, yaitu dapat membedakan
antara siswa yang pintar dan yang tidak pintar. Dalam pelaksanaannya soal tes
dibuat menjadi 3 kriteria yaitu soal mudah, agak mudah dan sulit. Soal mudah
dapat dijawab oleh semua siswa sedangkan soal sulit hanya dapat dijawab siswa
pandai.
Validitas soal terdiri dari 2 jenis, yaitu :
a. Validitas isi
Validitas isi berkaitan dengan kesesuaian soal dengan KD dan indikator
pembelajaran dan persebaran soal terhadap semua indikator. Validitas isi
dapat dilihat dari kisi-kisi soal.
b. Validitas konstrak (bentuk)
Validitas bentuk berkaitan dengan konstruksi atau susuna pertanyaan soal,
yaitu :
- Menggunakan kalimat yang jelas dan mudah dipahami
- Tidak menimbulkan makna ganda
- Menggunakan kalimat stimulus sebelum kalimat inti soal
- Jika soal pilihan ganda maka pada pilihan jawaban ada satu jawaban
pengecoh, pilihan jawaban sama panjang
Agar soal yang kita gunakan memiliki validitas isi dan kontruksi maka soal
tersebut harus diuji oleh guru lain yang kompeten dan paham dengan
persebaran KD yang diajarkan, misalnya dicek oleh kepala sekolah atau guru
senior, uji silang dengan guru separalel, dll.
Reliabilitas adalah ketetapan suatu alat ukur pembelajaran (tes) dalam
menunjukkan hasil pengukuran. Kapanpun alat ukur pembelajaran ini digunakan
akan mendapatkan hasil yang sama. Pengukuran reliabilitas soal dapat
dilakukan setelah tes dilaksanakan. Pelaksanaannya sebanyak dua kali yaitu
setelah materi diberikan, jeda antara uji kesatu dan kedua tidak terlalu dekat.
Hubungan Antara validitas dan reliabilitas adalah jika validitas mengukur
ketepatan hasil tes sedangkan reliabilitas mengukur ketetapan hasil tes. Validitas
dan reliabilitas soal menjadi salah satu standart kualitas soal. Dengan soal yang
berkualitas maka hasil belajar (hasil tes) yang ditunjukkan sesuai dengan hasil
belajar yang telah dikuasai siswa (ranah kognitif, afektif dan psikomotor).

2. Arti penting dilakukan analisis butir soal adalah :


a. Untuk mengetahui soal yang dibuat sudah berfungsi sebagaimana mestinya
atau belum,yaitu dapat mengukur perubahan tingkah laku, dapat
membedakan siswa yang pandai dan kurang pandai.
b. Sebagai umpan balik bagi siswa untuk mengetahui hasil belajar yang telah
mereka kuasai, sehingga menimbulkan motivasi dan arti penting belajar
sepanjang hayat.
c. Sebagai umpan balik bagi guru untuk mengetahui efektivitas pembelajaran
yang sudah dilaksanakan sehingga guru dapat melakukan evaluasi, membuat
perencanaan pembelajaran yang lebih matang, melaksanakan pembelajaran
dan melakukan evaluasi.
d. Sebagai acuan untuk melakukan memperbaiki alat ukur (soal)
e. Meningkatkan kemampuan guru dalam menguji dan memperbaiki soal
Analisis butir soal sebaiknya dilakukan sebelum tes diberikan kepada
siswa dan sesudah tes diberikan kepada siswa. Analisis dilakukan sebelum
tes dilaksanakan untuk mengetahui validitas isi dan validitas kontruksi siswa.
Sedangkan untuk mengetahui validitas (ketepatan menjawab yang pintar dan
tidak pintar) dan reliabilitas (daya beda dan tingkat kesukaran) soal maka
analisis dilakukan setelah tes dilaksanakan.
3. Tingkat kesukaran dan indeks daya beda yang didapatkan adalah :
Mencari indeks tingkat kesukaran butir soal :
Indeks kesukaran butir soal (P) = jumlah peserta tes yang menjawab benar
jumlah seluruh peserta tes
Indeks kesukaran butir soal (P) = 14 + 25 + 4 = 43 = 0,43
100 100
Indeks kesukaran soal (P) yang diperoleh dibandingkan dengan kategori tingkat
kesukaran soal (oleh Fernandes), yaitu :
P > 0,75 = mudah
0,25 ≤ P ≤ 0,75 = sedang
P < 0,24 = sukar
Indeks kesukaran butir soal (P) yang didapatkan 0,43
Jadi soal tersebut memiliki tingkat kesukaran = sedang
Mencari indeks daya beda :
Indeks daya beda butir soal (D) = proporsi kelompok atas menjawab benar –
proporsi kelompok bawah menjawab benar
Indeks daya beda butir soal (D) = 14 – 4 = 10 = 0,37
27 27 27
Indeks daya beda butir soal (D) yang diperoleh dibandingkan dengan kategori
daya beda soal (oleh Fernandes), yaitu :
D > 0,40 = sangat baik
0,30 ≤ D ≤ 0,40 = baik
0,20 ≤ D ≤ 0,430 = sedang
D < 0,20 = tidak baik
Indeks daya beda butir soal (D) yang didapatkan 0,37
Jadi soal tersebut memiliki daya beda = baik
Kesimpulan yang diperoleh yaitu :
Berdasarkan hasil analisis, indeks tingkat kesukaran soal 0,43 dan indeks daya
beda butir soal 0,37. Kategori indeks tingkat kesukaran soal adalah sedang dan
kategori indeks daya beda butir soal baik. Artinya butir soal tersebut baik untuk
digunakan. Namun perlu evaluasi pada alternative jawaban a, b, d dan e.
Alternative jawaban a perlu evaluasi karena memiliki daya beda yang kecil yaitu
0,037 sehingga masuk dalam kategori tidak baik. Alternative jawaban b dan d
perlu evaluasi karena memiliki daya beda negatif, yaitu jumlah kelompok atas
yang menjawab benar lebih sedikit dibanding jumlah kelompok bawah yang
menjawab benar. Alternative jawaban e perlu dievaluasi karena jawaban tersebut
tidak ada yang memilih.
4. Prinsip model penilaian kelas adalah :
a. Proses penilaian merupakan bagian dari pembelajaran
Yaitu ada hubungan antara proses pembelajaran dengan penilaian. Penilaian
tidak hanya menilai hasil pembelajaran tetapi juga proses pembelajaran,
sehingga waktu pelaksanaan penilaian adalah saat pembelajaran, akhir
pertemuan pembelajaran dan akhir pembelajaran. Dengan demikian hasil dari
penilaian dapat mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi dan efektivitas
proses pembelajaran.
b. Penilaian merupakan cerminan masalah dunia nyata
Penilaian yang dilakukan guru harus dapat melatih siswa untuk memcahkan
permasalahan yang ada di dunia nyata, yaitu siswa mampu mengaplikasikan
kompetensi yang telah dikuasai untuk memecahkan masalaha dalam
kehidupan nyata.
c. Menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria
Ukuran, metode, kriteria dan teknik penilaian yang digunakan disesuaikan
dengan kompetensi yang akan diukur sehingga hasil yang pengukuran valid
dan terpercaya. Teknik penilaian yang digunakan tidak hanya penilaian tes
saja, tetapi dapat menggunakan teknik non tes seperti tes praktek, penilaian
produk, peta perkembangan, portofolio, evaluasi diri, penilaian sikap, dll.
d. Harus bersifat holistic
Penilaian yang dilakukan harus menyeluruh, meliputi aspek afektif (sikap),
psikomotor (keterampilan) dan kognitif (kecerdasan).
e. Mengacu pada kemampuan
Penilaian dilakukan untuk mengukur kompetensi tertentu yang harus dikuasai
siswa pada tiap tingkat perkembangan. Butir penilaian harus terkait dengan
indikator kompetensi. Ruang lingkup materi meliputi semua kompetensi yang
telah diajarkan kepada siswa sehingga kemajuan belajar dan ketuntasan
penguasaan kompetensi dapat diketahui.
f. Berkelanjutan
Penilaian adalah proses berkelanjutan dalam satu rangkaian yaitu satu
semester dan 1 tahun pelajaran, melalui penugasan, pekerjaan rumah,
penilaian harian, penilaian pertengahan semester, penilaian akhir semester
dan penilaian akhir tahun. Selama penilaian tersebut perkembangan hasil
belajar siswa terus dipantau, dievaluasi dan dilaporkan.
g. Didaktis
Hasil penilaian digunakan untuk memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil
belajar melalui pembinaan. Guru memberikan reward, kalimat pujian
merupakan motivasi tesendiri bagi siswa. Selain itu proses penilaian tidak
boleh menjadi momok bagi siswa. Hal tersebut bisa terlaksana dengan
membuat alat penilaian yang menarik dan kreatif sehingga siswa antusias
dan senang untuk menyelesaikannya. Selain itu muatan/isi penilaian dibuat
yang dapat menumbuhkan rasa penasaran dan keingintahuan siswa.
h. Menggali informasi
Penilain yang baik adalah ang dapat memberikan informasi kepada guru
tentang perkembangan dan tingkat penguasaan siswa. Dari hasil penilaian
tersebut guru bisa mengambil keputusan, umpan balik maupun perbaikan
terhadap proses pembelajaran.
i. Melihat yang benar dan yang salah
Dalam penilaian guru perlu melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan
kerja siswa sehingga guru mengetahui kesalahan proses belajar, kelemahan
dan keunggulan siswa. Dengan melihat pola kesalahan umum siswa dalam
menyelesaikan penilaian, membantu guru untuk menentukan perbaikan apa
yang harus dilakukan.
Fungsi model penilaian kelas adalah :
a. Fungsi motivasi yaitu penilaian yang dilakukan mendorong motivasi,
semangat dan minat siswa untuk belajar dan mengikuti proses pembelajaran
dengan baik.
b. Fungsi belajar tuntas yaitu penilaian kelas harus diarahkan untuk memantau
ketuntasan belajar siswa. Rancangan penilaian sesuai dengan target
kompetensi yang harus dikuasai siswa dalam tiap pertemuan, semester
sesuai dengan daftar kemampuan yang ditetapkan.
c. Fungsi sebagai indikator efektivitas pengajaran yaitu penilaian kelas
digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan proses belajar mengajar.
Jika sebagian besar siswa mendapatkan hasil penilaian yang baik berarti
proses belajar mengajar efektif, baik dan berhasil. Sebaliknya, jika hasil
penilaian yang baik hanya didapatkan oleh sebagian kecil siswa maka proses
belajar mengajar belum efektif da nada factor-faktor yang harus diperbaiki.
d. Fungsi umpan balik yaitu hasil penilaian perlu dianalisis guru sebagai umpan
balik atau dasar evaluasi pembelajaran, kelemahan apa yang terjadi dalam
pembelajaran, hal-hal apa yang perlu diperbaiki dan dipersiapkan. Selain itu
hasil penilaian juga akan menjadi umpan balik bagi wali murid dan sekolah.
5. Manfaat dari tes formatif dan tes diagnosis adalah :
Tes formatif adalah tes yang dilakukan setelah siswa menyelesaikan 1 pokok
bahasan atau 1 tema tertentu. Manfaat dari tes ini adalah untuk mengetahui
tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi dalam 1 tema/pokok bahasan
yang telah diajarkan sehingga guru dapat membuat kesimpulan tuntas/tidaknya
tema/pokok bahasan tersebut. Hasil tes formatif tiap siswa dibandingkan dengan
nilai minimum (KKM) yang telah ditetapkan. Jika minimal 75% siswa mendapat
nilai diatas KKM maka pembelajaran pada tema/pokok bahasan tersebut
dikatakan tuntas. Upaya tidak lanjutnya adalah guru melakukan perbaikan atau
penyempurnaan pada metode pengajaran, penggunaan media pembelajaran
serta alat ukurnya. Terhadap siswa yang nilainya dibawah KKM guru harus
melakukan kegiatan perbaikan/remedial. Kegiatan remedial yang bisa dilakukan
adalah remedial tes atau remedial mengajar. Sedangkan untuk siswa yang
nilainya diatas KKM maka guru dapat melakukan kegiatan pengayaan, yaitu
siswa belajar lebih mendalam terhadap pokok bahasan yang dipelajari.
Tes diagnostic adalah tes yang dilakukan untuk menentukan jenis kesulitan
yang dialami siswa pada mata pelajaran/pokok bahasan tertentu sehingga guru
dapat memberikan bantuan dan bimbingan serta merencanakan kegiatan
pembelajaran yang efektif dan tepat sasaran. Upaya tidak lanjut dari hasil tes
diagnostic adalah guru memberikan tindak lanjut berupa upaya pemecahan
masalah atau kesulitan belajar yang dialami siswa. Misal kesulitan belajar siswa
dalam memahami isi bacaan maka guru membuat program wajib literasi setiap
pagi. Yaitu setiap pagi siswa wajib membaca buku cerita, kemudian guru
memberi pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita atau siswa diminta untuk
menceritakan isi buku yang sudah mereka baca di depan kelas. Dengan upaya
tersebut diharapkan kemampuan siswa untuk memahami isi bacaan tersah dan
meningkat.

Anda mungkin juga menyukai