1. 6 fungsi kegiatan remedial menurut Warkiti adalah :
a. Fungsi korektif yaitu jika ada siswa yang mengikuti remidi karena nilainya dibawah KKM maka guru memperbaiki cara mengajar, dan siswa memperbaiki cara belajar. Perbaikan yang dilakukan oleh guru dan murid yang mengikuti remidi bertujuan untuk membantu siswa yang kesulitan memahami suatu materi. b. Fungsi pemahaman yaitu guru memahami keunggulan dan kelemahan kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan, siswa memahami kelebihan dan kekurangan cara belajar yang sudah dia lakukan. Dari kegiatan memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing, guru dan siswa akan melakukan perbaikan terhadap cara mengajar, pemilihan metode mengajar, media yang digunakan. Murid juga melakukan perbaikan terhadap metode belajar, waktu dan durasi belajar. c. Fungsi penyesuaian yaitu kegiatan remidi disesuaikan dengan kesulitan yang dialami siswa dan karakteristik siswa yang mengikuti kegiatan remidi. Karena pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis kesulitan dan karakter siswa maka pembelajaran menjadi lebih menyenangkan, bukan lagi beban bagi siswa dan motivasi siswa lebih meningkat. d. Fungsi pengayaan yaitu melalui kegiatan remidi guru memanfaatkan berbagai sumber belajar atau media yang lebih bervariasi dari kegiatan pembelajaran sebelumnya. e. Fungsi akselerasi yaitu guru dapat melakukan percepatan penguasaan materi oleh siswa, yaitu dengan penambahan waktu dan frekuensi belajar terhadap suatu konsep materi. f. Fungsi terapeutik yaitu melalui kegiatana remedial guru membantu menyelesaikan masalah belajar siswa yang berhubungan dengan aspek sosial pribadi. Siswa yang memiliki kemampuan belajar rendah biasanya rendah diri dan merasa minder untuk bergaul dengan teman sebayanya, namun melalui kegiatan remidi yaitu meningkatkan kemampuan belajar sehingga kepercayaan diri siswa tersebut juga meningkat. Sedikit demi sedikit mereka akan membuka diri untuk bergaul dengan teman sebayanya. 2. Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih dan melaksanakan kegiatan pengayaan adalah : a. Faktor siswa berkaitan dengan bakat minat dan perkembangan psikologis siswa. Ada siswa yang senang belajar dengan melihat, dengan mendengar, dengan mempraktekkan atau dengan menulis. Hal ini perlu dipertimbangkan guru dalam memilih dan melaksanakan kegiatan pengayaan agar kegiatan pengayaan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, dan mampu melejitkan prestasi siswa. Kegiatan pengayaan sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan psikologis siswa, yaitu kegiatan pengayaan dilakukan di luar ruang kelas, menfasilitasi siswa untuk melakukan kegiatan belajar dan tidak hanya mendengarkan penjelasan guru, membaca literasi atau mengerjakan soal saja, menfasilitasi siswa untuk menemukan pengetahuan sendiri melalui kegiatan tertentu, dll. b. Faktor manfaat edukatif yaitu kegiatan pengayaan memberikan manfaat untuk mengoptimalkan perkembangan kemampuan akademis siswa dalam aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Dengan demikian kegiatan pengayaan hendaknya berupa kegiatan yang dapat menfasilitasi ketiga aspek tersebut. c. Faktor waktu yaitu kegiatan pengayaan adalah kegiatan untuk mengoptimalkan kemampuan siswa dengan menggunakan waktu yang berlebih pada suatu kompetensi/bahan ajar. Kelebihan waktu tersebut oleh murid yang kemampuannya rendah dipakai untuk remidial, sedangkan oleh murid yang kemampuannya tinggi untuk pengayaan. Waktu yang dipakai untuk pengayaan mengikuti waktu yang dipakai untuk remedial. Semisal remedial sudah selesai, tapi pengayaan belum selesai, maka mau tidak mau kegiatan pengayaan juga harus selesai. Oleh karena itu guru hendaknya mampu merancang kegiatan pengayaan dengan rancangan waktu menyesuaikan kegiatan remidi dan sampai tuntas. Sehingga tujuan kegiatan pengayaan tercapai dan siswa yang mengikuti pengayaan memperoleh kepuasan karena tambahan kemampuan dari kegiatan pengayaan mereka peroleh. 3. Prinsip penataan lingkungan fisik kelas yaitu : a. Keluasan pandangan (visibility) Yaitu penataan barang di ruang kelas (penataan meja, kursi, media atau alat peraga) hendaknya tidak mengganggu pandangan siswa dan guru. Siswa dapat melihat dengan jelas saat guru menjelaskan, siswa dapat melihat media atau alat peraga yang sedang dipakai, guru dapat mengamati aktivitas siswa selama kegiatan belajar berlangsung. Misalnya kursi siswa tidak menghadap pintu masuk karena bisa mengganggu konsentrasi siswa, kursi siswa tidak menghadap ke jendela karena akan silau oleh cahaya matahari, jarak antara papan tulis dengan meja kursi siswa tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh. b. Mudah dicapai (accesibility) Yaitu meletakkan barang-barang yang dipakai untuk pembelajaran pada tempat yang bisa dicapai oleh siswa tanpa bantuan guru. Misal diletakkan di loker khusus bukan di atas lemari yang tinggi, jarak antar tempat duduk siswa tidak terlalu dekat sehingga mobilitas siswa dan guru tidak terganggu. c. Keluwesan (flexibility) Yaitu penataan barang-barang di kelas menyesuaikan dengan kebutuhan, mudah untuk ditata, mudah untuk dipindahkan oleh guru dan siswa. Penataan tempat duduk menyesuaikan dengan jenis kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Misal penataan tempat duduk saat berdiskusi berbeda saat guru melakukan demonstrasi ataupun praktikum. Saat diskusi tempat duduk siswa dibuat berkelompok, saat demontrasi tempat duduk siswa menghadap ke depan dan disediakan meja yang agak luas untuk meletakkan media /alat peraga yang akan dipakai untuk demontrasi. d. Kenyamanan Yaitu penataan barang-barang di kelas tidak hanya berdasarkan tujuan dan jenis kegiatan pembelajaran, tetapi juga mempertimbangkan kenyamanan siswa dan guru. Kenyamanan berkaitan dengan temperatur ruang kelas, sirkulasi udara, pencahayaan, dan kepadatan kelas. e. Keindahan Yaitu menata barang-barang di kelas dengan rapi dan indah sehingga kegaiatan pembelajaran menyenangkan dan mendukung kegiatan pembelajaran. 4. Karakteristik guru yang dapat menunjang hubungan sosial emosional dengan siswa yaitu : a. Disukai oleh siswa Agar dapat disukai oleh siswa hendaknya guru memiliki beberapa sifat berikut : ramah, periang, sabar, humoris, tulus, percaya diri dan mau mendengarkan siswa. Jika guru sudah disukai siswa maka mudah bagi guru untuk menamkan akhlak, meteri atau pelajaran, dll. b. Memiliki persepsi realistic tentang siswa dan dirinya Persepsi pandangan realistik adalah kemampuan guru untuk mengetahui dan memahami kondisi, karakter, sikap, watak, kebiasaan, kelebihan atau kelemahan yang dimiliki oleh guru maupun siswa secara nyata. Guru yang memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki akan mampu mengoptimalkan kemampuannya, memperbaiki kelemahannya sehingga dapat merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang maksimal. Guru yang memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki siswa akan merancang kegiatan pembelajaran untuk mengasah kelebihan siswa dan memperbaiki kekurangan siswa. Kegiatan tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan pembiasaan adap, bimbingan khusus dll. c. Akrab dengan siswa dalam batas hubungan siswa – guru Guru menyediakan waktu untuk mengenal siswa secara personal, misalnya dengan mengobrol. Siswa akan lebih terbuka kepada guru, guru lebih mengenal karakter, kelebihan dan kekurangan siswa, latar belakang keluarga. Adakalanya guru menempatkan diri sebagai teman namun harus dalam batasan yang sesuai supaya siswa tetap hormat dan patuh kepada guru. d. Bersikap positif terhadap pertanyaan/ respon siswa Bersikap positif terhadap pertanyaan/respon siswa membuat siswa merasa dihargai, sehingga siswa semakin termotivasi dalam belajar. Pertanyaan/respon dari siswa tidak boleh dianggap sebagai ujian untuk mengetahui konsep yang dikuasai guru, jika dirasa guru belum bisa menjawab pertanyaan dari siswa, maka guru bisa meminta waktu untuk mencari referensi terkait dengan pertanyaan siswa. Bila disampaikan dengan baik dan jujur, siswa tidak akan memandang rendah, karena guru pun juga manusia yang kadang lupa atau tertinggal informasi tentang suatu hal. Guru tidak boleh memberi jawaban yang mengada-ada karena bisa menyesatkan atau memberi informasi yang salah. Namun ada baiknya jika pertanyaan dari siswa bisa langsung dijawab, hal ini menunjukkan kemampuan guru yang bagus oleh karena itu guru wajib menguasai materi pembelajaran secara keseluruhan dan update dengan informasi. Sikap positif juga bisa ditunjukkan dengan mengapresiasi pertanyaan/respon siswa, misalnya dengan guru mengucapkan “pertanyaan yang bagus”, “pendapatnya keren, berarti sudah memahami materi secara keseluruhan ya. Keren”. Guru tidak boleh bersikap acuh, seolah-olah tidak mendengar pertanyaan siswa, atau mengejek pertanyaan siswa. Dengan pertanyaan/respon siswa, guru bisa menghidupkan kelas dengan memberikan pertanyaan/respon tersebut kepada teman-teman. e. Sabar, teguh dan tegas Setiap siswa memiliki kemampuan memahami pelajaran yang berbeda-beda. Tentunya tidak semua siswa pandai, ada yang sangat pandai, cukup pandai ataupun kurang pandai. Ketika siswa belum memahami materi guru harus bersabar, tidak boleh marah-marah. Ketika murid tidak paham dan guru marah maka murid menjadi tertutup untuk menyampaikan ketidakpahamannya, yang terjadi ketika guru bertanya murid hanya diam saja yang membuat guru menjadi bingung. Murid juga menjadi pasif ketika guru mengajukan pertanyaan “siapa yang belum paham?”. Guru juga harus teguh dan tegas dalam membiasakan akhlak baik dan melaksanakan peraturan di kelas. Sebelumnya guru dan siswa membuat aturan bersama, siswa memahami fungsi aturan atau akhlak tersebut. Ketika ada siswa yang melanggar atau belum melaksanakan pembiasaan akhlak maka guru bersifat tegas dan teguh, dengan mengingatkan atau memberikan sanksi. Karena akhlak baik dan pelaksanaan peraturan adalah suatu pembiasaan yang memerlukan proses, guru tidak boleh bosan untuk terus mengingatkan, jangan dibiarkan saja saat ada murid yang melanggar, dengan alasan misal karena guru sudah capek, dll. 5. Alasan disiplin kelas harus dilaksanakan adalah : a. Disiplin adalah sesuatu yang harus diajarkan, dipelajari, dilatih dan dihayati oleh siswa. Bukan sesuatu yang bisa diperoleh secara instan, tetapi melalui proses yang berlangsung secara terus-menerus sehingga harus dilaksanakan di sekolah sejak dini. b. Disiplin adalah titik pusat berputarnya kehidupan sekolah. Sekolah yang berhasil dan unggul adalah sekolah yang dapat menanamkan kedisiplinan pada semua warganya. Jika warga sekolah disiplin, taat pada peraturan yang berlaku maka sekolah dapat menjalakan program-program yang sudah dibuat dan mendapat hasil yang maksimal. Misalnya guru disiplin dalam membuat rancangan pembelajaran dan melaksanakannya, guru disiplin menanamkan akhlak kepada muridnya, murid disiplin mengikuti pelajaran, disiplin dengan aturan sekolah untuk masuk tepat waktu, security disiplin menjaga keamanan lingkungan sekolah, dengan demikian sekolah menjadi sekolah yang berhasil dan unggul. c. Tingkat kedisiplinan yang tinggi menciptakan suasana belajar yang kondusif. Suasana belajar yang kondusif adalah suasana belajar yang tenang, yang mendukung terlaksananya pembelajaran dengan baik sehingga materi yang diajarkan oleh guru dapat dikuasai oleh siswa. Gaya belajar siswa beragam, ada yang memiliki gaya belajar kinestetik (belajar sambil bergerak), audio (belajar melalui mendengarkan), visual (belajar memalui penglihatan dan menulis). Meskipun gaya belajar siswa di kelas beragam, jika siswa disiplin untuk fokus memperhatikan penjelasan materi atau arahan kegiatan dari guru maka terciptalah suasana belajar yang kondusif. d. Tingkat kedisiplinan yang rendah menciptakan suasana belajar yang tidak menyenangkan. Sebaliknya, ketika siswa dengan gaya belajar yang beragam tidak disiplin dengan peraturan untuk menjaga ketenangan saat guru menjelaskan, maka suasana ruang kelas akan riuh. Siswa kinestetik bergerak sesuka hati atau berlarian di kelas, siswa audio membaca materi dengan suara lantang. Dengan kondisi seperti ini siswa tidak dapat mendengar penjelasan dari guru dan tidak memahami materi. e. Disiplin kelas akan memunculkan kondisi belajar yang nyaman meskipun untuk kelas gemuk. Dengan penanaman disiplin kelas maka murid akan patuh dengan peraturan, meskipun kelas gemuk dengan jumlah siswa yang banyak akan tetap menciptakan suasana belajar yang kondusif. f. Kebiasaan disiplin kelas akan memberi manfaat bagi siswa ketika mereka di luar lingkungan kelas atau sekolah. Siswa yang biasa mematuhi peraturan di kelas biasanya juga mematuhi peraturan yang berlaku di masyarakat. Mematuhi peraturan adalah sesuatu keharusan bagi siswa yang sudah memiliki kebiasaan tersebut.