Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Manajemen Pendidikan”
Dosen Pengampuh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan RahmatNya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
administrasi pendidikan dalam profesi keguruan. Harapan kami semoga makalah
ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,
sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan
karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Dewasa ini, proses belaja mengajar di sekolah baik SD, SMP, maupun SMA
masih menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan
guru, dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada peserta didiknya.
Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan. Peserta didik
cendrung tidak diajak untuk mengetahui dan memahami peristiwa dan konsep
mengenai materi fisika kurrang dikuasai oleh peserta didik dan peserta didik pun
lambat dalam memahami materi pembelajaran fisika
Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan
murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target
dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi
antara guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk membuat
interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan tidak
membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri, siswa juga
menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa
bersahabat dengan guru yang mengajar.
Sehingga dalam mengajar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran , pendidik
harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru
terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan.
BAB II
PEMBAHASAN
D. Tipe-tipe pendekatan
1. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh John Dewey pada tahun
1916,yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada pengembanganminat
dan pengalaman siswa. Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual Teaching
and Learning, yang bergerak dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Salah
satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan kepada guru-guru dari
enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan kontekstual di Amerika
Serikat melalui Direktorat PLP Depdiknas.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih
bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar
mengetahuinya. Sebab, pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi
terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam
membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.
Inilahyang terjadi pada kelas-kelas di sekolah Indonesia dewasa ini. Hal ini terjadi
karena masih tertanam pemikiran bahwa pengetahuan dipandang sebagai
perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, kelas berfokus pada guru sebagai
sumber utama pengetahuan, akibatnya ceramah merupakan pilihan utama strategi
mengajar. Karena itu, diperlukan :
1. Sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa.
2. Kesadaran bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang
siap diterima, melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh siswa.
3. Kesadaran pada diri siswa tentang pengertian makna belajar bagi mereka, apa
manfaatnya, bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka pelajari adalah
berguna bagi hidupnya.
4. Posisi guru yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana belajar
daripada pemberi informasi.
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam konteks ini
siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan
bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang
mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka
memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat
untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang
penting, yaitu :
1. Mengaitkan adalah strategi yang paling hebat dan merupakan inti
konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru
dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa
yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.
2. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti
menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahui
sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi
peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan
pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi siswa dengan memberikam latihan
yang realistic dan relevan.
4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu
kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering
dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan.Pengalaman
kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari bahan ajar, tetapi konsisten
dengan dunia nyata.
5. Mentransfer. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar
dengan focus pada pemahaman bukan hapalan
2. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang
lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru
yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada
pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar
yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan
sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Ciri-ciri pendekatan konstruktivisme:
1. Dengan adanya pendekatan konstruktivisme, pengembangan pengetahuan
bagi peserta didik dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan
penelitian atau pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide
baru sesuai dengan pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan
kajian teori.
2. Antara pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan
pengalaman yang ada dalam diri siswa.
3. Setiap siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang
mereka pelajari.Peran guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan
materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta memberikan peluang kepada
siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang dipelajari.
3. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan
logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan
seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks,
peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering
digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum
kesesuatuyangkhusus.
Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan
umum ke keadaan khusus, sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan
menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau
penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus.
4. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu, lalu menarik
kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai
sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi
umum.Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari
keadaan khusus menuju keadaan umum.
5. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai
konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep
(miskonsepsi).. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari
pengamatan dan pengalaman.
Ciri-ciri suatu konsep adalah:
1. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu
2. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung
3. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
4. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman
5. Konsep yang benar membentuk pengertian
6. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan
pendekatan konsep adalah:
1. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai denaan unsur
lingkungan.
2. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah
dimengerti.
3. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula
sampai konsep yang komplek.
6. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan
suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi pada proses bukan hasil.
Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses.
Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir atau mengembangkan
kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik. Dalam pendekatan
proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau memodelkan dan
bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai adalah proses
yang mencakup kebenaran Cara kerja, ketelitian, keakuratan, keuletan dalam
bekerja dan sebagainya.
7. Pendekatan Sains, Teknologi, dan Masyarakat
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau pendekatan Sains,
Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan
konsep, keterampilan proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan lingkungan.
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme,
yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya
berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.
D. Implikasi Pendekatan Pembelajaran Dalam Praksis pembelajaran
1. Pendekatan Langsung
Pendekatan langsung terdiri dari empat tahap pembelajaran :
a. Tahap Presentasi
Ada lima metode pembelajaran penting yang harus digunakan selama tahap
presentasi pembelajaran langsung: (1) review materi sebelumnya atau
keterampilan awal yang diperlukan; (2) pernyataan mengenai pengetahuan atau
keterampilan khusus yang harus dipelajari; (3) pernyataan atau pengalaman yang
menyediakan siswa dengan penjelasan tentang mengapa tujuan khusus ini penting;
(4) yang jelas, penjelasan pengetahuan atau keterampilan yang harus dipelajari,
dan (5) beberapa kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan pemahaman awal
mereka menanggapi pemeriksaan guru.
b. Tahap Latihan
Terdapat tiga metode pengajaran dalam tahap latihan : (1) latihan terbimbing
langsung dibawah pengawasan guru, (2) latihan mandiri dimana siswa
mengerjakan sendiri, dan (3) tinjauan berkala (sering dimasukkan setiap hari
dalam praktek dibimbing dan mandiri) dimana sebelumnya siswa belajar
memanfaatkan konten atau skills.
c. Tahap Penilaian dan Evaluasi
Ada dua penilaian dan evaluasi pada pembelajaran langsung yaitu (1) tes
formatif, dan (2) tes sumatif.
d. Monitoring dan Feedback
Pemantauan dilakukan pada tahap 1, 2 dan 3. Jika diperlukan maka diberikan
umpan balik agar proses presentasi, latihan dan penilaian berjalan sesuai yang
diharapkan.
2. Pendekatan Diskusi
a. Pembagian tanggung jawab ;
Pembelajaran diskusi harus menggeser pembelajaran yang berpusat pada menjadi
pendekatan yang berpusat pada tanggungjawab belajar bersama antara guru dan
siswa. Pembagian tanggungjawab ini tidak berarti mengurangi peran guru dalam
proses pembelajaran tetapi mengelola dan mengarahkan interaksi antara guru-
siswa dan siswa-siswa. Oleh karena itu harus ada pengaturan peran dan tugas yang
jelas.
3. Pendekatan Pengalaman
Ada beberapa metode dalam pendekatan pengalaman dalam pembelajaran yaitu:
1. Framing The Experience (Merangkaikan pengalaman)
· Menetapkan tujuan atau hasil pembelajaran
· Membicarakan kriteria penilaian
· Membangun hubungan (teman sebaya, guru,komunitas dan lingkungan)
2. Activating experience (Menggerakkan Pengalaman)
§ Pengalaman nyata
§ Membuat keputusan hasil yang nyata
§ Orientasi Masalah
§ Kesulitan Optimal
3. Reflecting on experience (Evaluasi/Penilaian dalam Pengalaman)
· Fasilitas guru sebagai fasilitator
· Membuat kelompok
· Proses : Apa yang terjadi , mengapa itu terjadi , apa yang telah dipelajarai
dan bagaimana Cara mengaplikasikannya.
4. Pendekatan Berbasis Masalah
1. Pemilihan masalah
PBI ini dirancang untuk mendukung pengembangan dan penyempurnaan
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal ini tidak cocok sebagai strategi
instruksional untuk mengajarkan keterampilan dasar. Pendekatan PBI memerlukan
pemilihan masalah yang pembelajar (bahkan pelajar muda) telah memiliki
pengetahuan, yang mereka peroleh dari pengalaman hidup, sehingga penerapan
pengetahuan ini dengan pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dan
pemecahan masalah dapat menghasilkan pemahaman lebih dalam.
2. Peran guru.
Hal yang paling penting dalam keberhasilan pelaksanaan FBI adalah kemampuan
guru berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran dan bukan sebagai penyedia
informasi atau materi.
3. Penilaian autentik praktek untuk memvalidasi tujuan pembelajaran.
Penggunaan penilaian autentik FBI, mempertimbangkan hal berikut:
· Instruktur / guru harus sangat mengerti yang dimaksud (atau antisipasi)
hasil pembelajaran yang berkaitan dengan masalah yang diajukan ke pelajar.
Strategi penilaian yang digunakan harus selaras dengan hasil yang diinginkan.
· Penilaian sumatif dilakukan pada akhir siklus pemecahan masalah.
kelompok siswa dinilai berdasarkan pada solusi yang ditawarkan mereka untuk
memecahkan masalah tersebut.
· Penilaian formatif dapat terjadi setiap saat dalam siklus FBI. Barrows
(1988) menunjukkan setelah peserta didik mengikuti pembelajaran mereka diuji
dengan menuliskan pengetahuan yang didapat pada proses pemecahan masalah.
4. Gunakan penjelasan ulang secara konsisten dan menyeluruh.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh desainer instruksional adalah :
· Tujuan dari proses pembekalan ini adalah untuk membantu peserta didik
untuk mengenali, verbalisasi, dan mengkonsolidasikan apa yang telah mereka
pelajari, dan untuk mengintegrasikan informasi dengan pengetahuan yang ada.
· Tugas guru adalah untuk memastikan suara yang sama bagi semua peserta,
jadi hati-hati untuk mendengarkan semua anggota dan meminta semua anggota
untuk mereka berpendapat dan bercommentar.
· Ikuti tanya jawab didirikan protokol. Tahu generik dan spesifik pertanyaan
untuk diminta untuk memandu sesi tanya jawab. Siapkan pertanyaan ide / topik
untuk memastikan bahwa Anda (sebagai debriefer) mengingat semua
pembelajaran yang telah dibahas dalam kegiatan FBI.
· Ajukan pertanyaan yang mendorong peserta didik agar sesuai dengan
pengetahuan baru ke dalam skema yang ada.
· Dorong peserta didik untuk mendaftar apa yang telah mereka pelajari
dengan menggunakan peta konsep-menyediakan bahan-bahan yang diperlukan.
5. Pendekatan Simulasi
Secara umum desain pendekatan simulasi memiliki tujuh prinsip umum, sebagai
berikut :
a. Fungsi Isi
Bagian ini menjelaskan prinsip-prinsip untuk mengatur isi modul fungsional dari
sebuah pembelajaran simulasi. Konten Simulasi mengambil model yang dinamis
replika sistem nyata atau khayalan.
b. Fungsi Strategi
Melibatkan Desain strategi yang menggambarkan konteks pengaturan
instruksional, pengaturan sosial, tujuan, struktur sumber daya, dan acara yang
diberikan.
c. Fungsi Kontrol
Desain simulasi fungsi menggambarkan sarana yang seorang pelajar dapat
menyampaikan pesan-pesan yang mempengaruhi terbukanya isi, strategi, atau
unsur-unsur dinamis lainnya dari pengalaman. Desain sistem kontrol sangat
menantang karena tindakan belajar berlangsung dalam konteks yang dinamis dan
harus memanfaatkan pertukaran informasi dan kontrol.
d. Fungsi Pesan
Pesan Menghasilkan unit:
· Prinsip: Pesan Elements
· Prinsip: Pendekatan untuk Penataan pesan
· Prinsip: Pelaksanaan-waktu Pembangunan pesan
e. Fungsi Representasi
Fungsi representasi desain simulasi adalah yang paling terlihat dan nyata.
Desainnya melibatkan semua unsur sensorik pengalaman simulasi-pemandangan,
suara, sensasi taktil, dan kinestetik sensasi. Fungsi representasi desain yang
menggambarkan semua pengalaman indrawi yang akan diadakan dan bagaimana
mereka akan diintegrasikan dan disinkronkan. Semua dijelaskan struktur titik ini
untuk konten, strategi, kontrol, dan pesan yang abstrak dan menjadi terlihat hanya
melalui representasi desain. Oleh karena itu, representasi adalah jembatan yang
menghubungkan elemen desain abstrak dengan simbolis tertentu elemen media.
f. Media-fungsi logika
Media-melaksanakan fungsi logika representasi dan melaksanakan operasi logis
yang memungkinkan simulasi peristiwa terjadi. Hal ini dapat juga mencakup
perhitungan dan pengumpulan data.
g. Fungsi pengelolaan data
Mengelola data yang dihasilkan dari interaksi.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang terhadap
proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan
peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran, yang berusaha
meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa
dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar.
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang
bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Ketika kegiatan
belajar mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan
berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Hal
ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.
Pendekatan yang tepat maka akan berlangsung belajar mengajar yang
menyenangkan.
Simulasi sangat ampuh dan efektif karena mereka meningkatkan kewaspadaan
siswa dan keterampilan memahami, meningkatkan integrasi keterampilan siswa
dalam berbagai konteks kinerja, menyesuaikan diri dengan berbagai tingkat
pembelajaran melalui cakupan kinerja dinamis, dan membantu pelajar melihat
pola dari waktu ke waktu dalam sistem dinamis.
Daftar Pustaka
http://semutlewat.blogspot.com/2013/01/makalah-pendekatan-dalam-
pembelajaran.html
http://infomediakita.blogspot.com/2010/04/makalah-berbagai-pendekatan-
dalam.html
http://blog.umy.ac.id/winarti/2011/11/27/pengertian-pendekatan-pembelajaran-
dan-strategi-pembelajaran/
http://kuliahemka.wordpress.com/2011/07/13/teori-pendekatan-pembelajaran/
http://mari-berkawand.blogspot.com/2011/03/pengertian-pendekatan-
pembelajaran.html