Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap


negara. Berhasil tidaknya pendidikan yang dilaksanakan akan menentukan maju
mundurnya negara tersebut. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mengembangkan segala potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses
pembelajaran. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, berkepribadian,
memiliki kecerdasan, berakhlak mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan
sebagai anggota masyarakat dan warga negara.
Proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru pada berbagai tingkat
pendidikan pada umumnya sampai saat ini masih meningggalkan sejuta
permasalahan. Permasalahan-permasalahan itu dapat ditinjau dari berbagai sisi antara
lain metode atau strategi pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan arah
kurikulum materi pelajaran, atau langkah-langkah pembelajaran dalam menerapkan
sebuah metode, atau dapat ditinjau dari segi peserta didik misalnya ada peserta didik
yang pintar, sedang dan kurang, peserta didik yang tidak mau bekerjasama dengan
peserta didik yang lain, peserta didik yang pandai tidak mau membantu peserta didik
yang kurang pandai, malah sering terjadi pertengkaran karena apabila ada peserta
didik yang salah mengerjakan soal di papan tulis diejek dan ditertawakan. Untuk
itulah dibutuhkan kejelian dan keseriusan guru terhadap pemecahan masalah yang
dihadapi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Pada satuan tingkat sekolah Menengah, permasalahan yang biasa dihadapi
adalah kecenderungan peserta didik untuk tidak terlalu serius dalam mengikuti
pelajaran yang diindikasikan. Kondisi ini diperparah dengan cara mengajar guru yang
terkesan tidak memperhatikan tingkah laku peserta didik selama proses belajar
mengajar, karena guru beranggapan bahwa tugas mengajar sudah dilaksanakan.
Peserta didik kelas VII di SMPN Satap Tamma juga mengalami kondisi
pembelajaran yang tidak jauh berbeda dengan apa yang telah penulis uraikan di atas,
sehingga tidak dapat dipungkiri berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru kelas
yang didasarkan pada buku rapor peserta didik diketahui bahwa hasil belajar IPS
peserta didik masih dapat dikatakan rendah,. Dalam hal ini peserta didik bukanlah
pihak yang harus disalahkan, tetapi seharusnya guru mata pelajaran melakukan

1
2

refleksi atas proses belajar mengajar yang sudah dilaksanakan sehingga indikator-
indikator rendahnya nilai peserta didik dapat dianalisis dan ditindaklanjuti dalam
bentuk tindakan perbaikan dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan informasi, proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru mata
pelajaran pada peserta didik Kelas VII di SMPN Satap Tamma diketahui bahwa guru
menggunakan metode ceramah, pemberian tugas dan tanya jawab. Ketiga metode ini
sesungguhnya dapat secara efektif digunakan guru dalam pencapaian tujuan
pembelajaran yaitu meningkatnya hasil belajar peserta didik, namun selama ini guru
justru hanya menekankan pembelajaran IPS secara teoritis saja, dalam hal ini hanya
berfokus pada ceramah. Artinya, pemberian tugas dan tanya jawab hanya sebagai
metode yang diselipkan disela-sela pembelajaran. Padahal, jika guru menfokuskan
penggunaan metode khususnya tanya jawab dalam proses belajar mengajar tentu saja
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.

1.2 Batasan Masalah


Agar penulisan makalah ini lebih terarah, penulis memberikan batasan
masalah pada peranan guru dalam meningkatkan proses belajar mengajar IPS di
Sekolah Menegah Pertama

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, yaitu:
a. Apa pengertian dan peranan guru dalam proses belajar mengajar?
b. Apa pengertian belajar dan proses belajar mengajar?
c. Bagaimana pembelajaran IPS di Sekolah Menegah Pertama?
d. Bagaimana hasil belajar?

1.4 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui tugas dan peran pokok seorang guru dalam proses belajar
mengajar
b. Untuk mengetahui peran dan cara guru dalam meningkatkan hasil belajar peserta
didik

1.5 Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi penulis: dapat menambah wawasan tentang peranan guru dalam
meningkatkan proses belajar mengajar.

2
3

b. Bagi peserta didik: mengetahui arti pentingnya belajar dalam meningkatkan hasil
belajarnya, dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuannya terhadap materi
pelajaran yang diberikan, sekaligus melatih keberanian peserta didik dalam
mengungkapkan pengetahuannya.
c. Bagi guru: sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi guru IPS khususnya
dalam menciptakan proses belajar mengajar IPS yang berorientasi pada
pembelajaran aktif sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
peserta didik.

3
4

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Peranan Guru dalam Proses Belajar Mengajar


Menurut Cleife (dalam Syah, 2000: 252) guru adalah pemegang hak otoritas atas
cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan. Walaupun
begitu tugas guru tidak hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam otak para
peserta didik tetapi melatih keterampilan dan menanamkan sikap serta nilai kepada
mereka. Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik. Ngalim Purwanto (1980:169) menegaskan peran guru adalah terciptanya
serangkaian tingkah yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta
berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan peserta
didik yang menjadi tujuannya. Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang luhur
dan mulia baik ditinjau dari sudut masyarakat dan negara ataupun ditinjau dari sudut
keagamaan.
Peran guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan dengan
tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan, tugas-tugas pengawasan dan pembinaan
serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan peserta didik agar peserta
didik itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam
keluarga dan masyarakat.
Peran guru dalam proses belajar mengajar tidak hanya tampil lagi sebagai
pengajar seperti yang terjadi selama ini, melainkan beralih sebagai pelatih,
pembimbing, dan manager belajar. Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru
masa depan. Di mana sebagai pelatih, seorang guru akan berperan mendorong peserta
didik untuk menguasai alat belajar, memotivasi peserta didik untuk bekerja keras dan
mencapai prestasi setinggi-tingginya.
Peranan guru dalam proses belajar mengajar meliputi:
1. Guru sebagai demonstrator/pengajar
Melalui peranannya sebagai demonstrator atau pengajar, guru hendaknya
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta
senantiasa mengembangkannya, dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal
ilmu yang dimilikinya, karena hal ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai
oleh peserta didik. Salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru ialah bahwa ia
sendiri adalah pelajar, artinya seorang guru dituntut untuk selalu menambah
pengetahuan dan keterampilan agar pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai
tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas
professional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan. Dengan

4
5

cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan


sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai demonstrator atau pengajar
sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis. Maksudnya
ialah agar apa yang disampaikannya itu betul-betul dimiliki oleh anak didik.

2. Peran guru sebagai pembimbing


Setiap guru harus memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain
diluar fungsi sekolah seperti hasil belajar yang berupa tingkah laku pribadi dan
spiritual, hasil belajar yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial dan tingkah laku
sosial anak didik. Guru dituntut untuk mampu mengidentifikasi peserta didik yang
diduga mengalami kesulitan dalam belajar, dan kalau masih dalam batas
kewenangannya, harus membantu pemecahannya. Kurikulum harus berisi hal-hal
tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai hidup
yang dianut oleh bangsa dan negaranya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan
dasar untuk hidup dalam masyarakat dan pengetahuan untuk mengembangkan
kemampuannya lebih lanjut.

3. Guru Sebagai Pengelola Kelas


Mengajar dengan sukses berarti harus ada keterlibatan peserta didik secara aktif
untuk belajar. Keduanya berjalan seiring, tidak ada yang mendahului antara mengajar
dan belajar karena masing-masing memiliki peran yang memberikan pengaruh satu
dengan yang lainnya. Keberhasilan guru mengajar ditentukan oleh aktivitas peserta
didik dalam belajar, demikian juga keberhasilan peserta didik dalam belajar
ditentukan pula oleh peran guru dalam mengajar. Mengajar berarti menyampaikan
atau menularkan pengetahuan dan pandangan (Ad. Rooijakkers, 1990:1). William
Burton mengemukakan bahwa mengajar diartikan upaya memberikan stimulus,
bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada peserta didik agar terjadi proses
belajar. Dalam hal ini peranan guru sangat penting dalam mengelola kelas agar terjadi
proses belajar mengajar yang berjalan dengan baik.

4. Guru sebagai mediator dan fasilitator


Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat
komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian
jelaslah bahwa media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang
bersifat melengkapi, demi berhasilnya proses pendidikan.

5
6

Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar


yang kiranya berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar
mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah ataupun surat kabar.

5. Peran guru sebagai model atau contoh bagi peserta didik


Setiap peserta didik mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model
baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh
masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa
dan negara. Karena nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka
tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.

6. Guru sebagai evaluator


Dalam dunia pendidikan, setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada
waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan akan diadakan evaluasi, artinya
pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, orang selalu mengadakan
penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh
pendidik. Penilaian perlu dilakukan, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui
keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan
atau keefektifan metode mengajar.
Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar
yang diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai
kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diharapkan. Karena pada
dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam
menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru
dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan
lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu
mengelola kelasnya sehingga hasil belajar peserta didik berada pada tingkat yang
optimal.

2.2 Pengertian Belajar dan Proses Belajar Mengajar


Menurut Oemar H, belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam
diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat
pengalaman dan latihan. Notoatmodjo juga mengemukakan bahwa belajar adalah
usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup.
Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses
perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut dinyatakan dalam
bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

6
7

kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan


kemampuan-kemampuan yang lain yang berguna untuk hidup.
Mengajar adalah aktivitas/kegiatan yang dilakukan guru dalam kelas atau
lingkungan sekolah. Dalam proses mengajar, pastilah ada tujuan yang hendak dicapai
oleh guru yaitu agar peserta didik memahami, mengerti, dan dapat mengaplikasikan
ilmu yang mereka dapatkan. Tujuan mengajar juga diartikan sebagai cara untuk
mengadakan perubahan yang dikehendaki dalam tingkah laku seorang siswa
(Muchtar & Samsu, 2001:39). Proses belajar mengajar adalah tahapan-tahapan yang
dilalui dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik
seseorang, yaitu kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Proses belajar mengajar merupakan fenomena yang kompleks. Segala
sesuatunya berarti, setiap kata, pikiran, tindakan dan sampai sejauh mana kita
mengubah lingkungan, presentasi dan rancangan pengajaran, sejauh itu pula proses
belajar berlangsung (Lozanov, 1978). Proses belajar mengajar ialah inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama.
Karena proses belajar mengajar mengandung serangkaian perbuatan guru dan peserta
didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan
peserta didik itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar
mengajar. Interaksi dalam peristiwa

belajar mengajar ini memiliki arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara
guru dengan peserta didik, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan
hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan menanamkan sikap
dan nilai pada diri peserta didik yang sedang belajar.
Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik jika guru dan peserta
didik sama-sama mengerti bahan apa yang akan dipelajari sehingga terjadi suatu
interaksi yang aktif dalam proses belajar mengajar di kelas dan hal ini menjadi kunci
kesuksesan dalam mengajar. Dengan demikian proses pembelajaran terjadi dalam
diri peserta didik. Pembelajaran merupakan suatu proses di mana lingkungan
seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan peserta didik turut
merespon situasi tertentu yang ia hadapi (Corey, 1986:195).
Peserta didik sebagai subjek belajar, mempunyai pandangan dan harapan
dalam dirinya untuk seorang guru yang mereka anggap sukses mengajar di kelas.
Peserta didik menilai bahwa guru dikatakan sukses dalam mengajar adalah guru yang:
 tidak membuat peserta didik bosan dan takut
 mempunyai selera humor
 tidak mudah marah

7
8

 mau diajak berdialog dengan peserta didik


 menghargai pendapat peserta didik dan tidak mudah menyalahkan
 menghargai keberadaan peserta didik
 tidak pilih kasih terhadap peserta didik
 menguasai dan menjelaskan materi dengan baik dan dimengerti oleh peserta didik
serta mau memaparkan kembali ketika ada peserta didik belum jelas/belum
paham

Selain peserta didik, penulis pun dapat sedikit menggambarkan pendapat guru,
bahwa mengajar dengan sukses itu apabila:
 peserta didik dapat menerima materi/bahan ajar dan hasilnya sesuai target
yang diharapkan
 peserta didik antusias menyimak dan memberikan pertanyaan mendalam
tentang materi yang mereka terima serta mengaplikasikannya
 mampu membuat peserta didik mengerti apa yang diajarkan oleh guru serta ada
perubahan dalam diri peserta didik, dan mereka merasa nyaman dalam proses
belajar
 dapat menyampaikan materi dengan cara/metode yang baik dan menarik,
peserta didik memahami serta merespon dengan positif, aktif, dan hasil
evaluasinya baik
 suasana kelas kondusif untuk belajar

Dari pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa mengajar dengan


sukses adalah jika guru dapat memberikan materi kepada peserta didik dengan media
dan metode yang menarik, menciptakan situasi belajar yang kondusif dalam kelas
sehingga tercipta interaksi belajar aktif. Dengan begitu akan terjadi proses perubahan
dalam diri peserta didik bukan hanya pada hasil belajar tetapi juga pada perilaku dan
sikap peserta didik. Jadi, mengajar dengan sukses itu tidak hanya semata-mata
memberikan pengetahuan yang bersifat kognitif saja, tetapi di dalamnya harus ada
perubahan berpikir, sikap, dan kemauan supaya peserta didik mau terus belajar.
Timbulnya semangat belajar dalam diri peserta didik untuk mencari sumber-sumber
belajar lain merupakan salah satu indikasi bahwa guru sukses mengajar peserta
didiknya. Dengan demikian kesuksesan dalam mengajar adalah seberapa dalam
peserta didik termotivasi untuk mau terus belajar sehingga mereka akan menjadi
manusia-manusia pembelajar. Yaitu dengan cara mau membuka diri dan melihat
secara jernih apa yang menjadi harapan peserta didik dalam diri kita.

8
9

2.3 Pembelajaran IPS di Kelas VII MPN Satap Tamma


Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang bersumber dari
kehidupan sosial masyarakat yang diseleksi dengan menggunakan konsep-konsep
ilmu sosial yang digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Kehidupan sosial
masyarakat senantiasa mengalami perubahan-perubahan dari waktu ke waktu.
Perubahan tersebut dapat dilihat baik dalam konteks keruangan (tempat tinggal)
maupun konteks waktu. Berbagai perubahan yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat harus dapat ditangkap oleh lembaga pendidikan yang kemudian menjadi
sumber bahan materi pembelajaran.
Supriatna (2007: 2) mengemukakan bahwa kurikulum IPS menyiapkan
peserta didik mengembangkan nilai-nilai kerja keras, hemat, jujur, disiplin, kecintaan
pada diri dan lingkungannya serta memiliki semangat kewirausahaan.

Hal itu diungkapkan Sumaatmaja dalam Supriatna (2005: 4) menjelaskan


bahwa “Mata pelajaran IPS bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental
positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi
setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun
yang menimpa kehidupan masyarakat.
Muriel Crosby menyatakan bahwa IPS diidentifikasi sebagai studi yang
memperhatikan pada bagaimana orang membangun kehidupan yang lebih baik bagi
dirinya dan anggota keluarganya, bagaimana orang memecahkan masalah-masalah,
bagaimana orang hidup bersama, bagaimana orang mengubah dan diubah oleh
lingkungannya. IPS menggambarkan interaksi individu atau kelompok dalam
masyarakat baik dalam lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Interaksi antar
individu dalam ruang lingkup lingkungan mulai dari yang terkecil misalkan keluarga,
tetangga, rukun tetangga atau rukun warga, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten,
provinsi, negara dan dunia.

Karakteristik tujuan IPS menurut Jack R. Fraenkel memiliki 3 (tiga) katagori yaitu :
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemahiran dan pemahaman terhadap sejumlah informasi dan
ide-ide. Tujuan pengetahuan ini membantu peserta didik untuk belajar lebih
banyak tentang dirinya, fisiknya dan dunia sosial. Misalnya, peserta didik
dikenalkan dengan konsep apa yang disebut dengan lingkungan alam, lingkungan
buatan, keluarga, tetangga, dan lain-lain.

9
10

2. Keterampilan
Keterampilan adalah pengembangan kemampuan-kemampuan tertentu sehingga
digunakan pengetahuan yang diperolehnya.
Beberapa keterampilan yang ada dalam IPS adalah :
a. Keterampilan berpikir yaitu kemampuan mendeskripsikan, mendefinisikan,
mengklasifikasi, membuat hipotesis, membuat generalisasi, memprediksi,
membandingkan dan mengkontraskan, dan melahirkan ide-ide baru.
b. Keterampilan akademik yaitu kemampuan membaca, menelaah, menulis,
berbicara, mendengarkan, membaca dan meninterpretasi peta, membuat garis
besar, membuat grafik dan membuat catatan.
c. Keterampilan penelitian yaitu mendefinisikan masalah, merumuskan suatu
hipotesis, menemukan dan mengambil data yang berhubungan dengan masalah,
menganalisis data, mengevaluasi hipotesis dan menarik kesimpulan, menerima,
menolak atau memodifikasi hipotesis dengan tepat.
d. Keterampilan sosial yaitu kemampuan bekerjasama, memberikan kontribusi
dalam tugas dan diskusi kelompok, mengerti tanda-tanda non-verbal yang
disampaikan oleh orang lain, merespon dalam cara-cara menolong masalah
yang lain, memberikan penguatan terhadap kelebihan orang lain, dan
mempertunjukkan kepemimpinan yang tepat.

3. Sikap dan Nilai


Sikap adalah kemahiran mengembangkan dan menerima keyakinan-keyakinan,
interes, pandangan-pandangan, dan kecenderungan tertentu. Sedangkan nilai
adalah kemahiran memegang sejumlah komitmen yang mendalam, mendukung
ketika sesuatu dianggap penting dengan tindakan yang tepat.

2.4 Hasil belajar


Setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dapat dipastikan memiliki
tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut berupa terjadinya perubahan dan
peningkatan terhadap beberapa aspek atau kawasan (domain) belajar sebagaimana
dijelaskan Latuheru (2002: 35), yaitu:
a. Aspek Kognitif yaitu meningkatnya intelektual peserta didik terhadap informasi
dan pengetahuan terutama menyangkut penguasaan materi pelajaran.
b. Aspek Afektif yaitu terwujudnya karakter dan kepribadian peserta didik lebih baik
dari sisi sikap, perasaan, dan emosional.
c. Aspek psikomotor yaitu meningkatnya kecakapan-kecakapan belajar peserta didik
terhadap satu atau beberapa keterampilan dasar materi pelajaran.

10
11

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan pelaksanaan pembelajaran


adalah untuk meningkatkan kecakapan peserta didik terhadap aspek kognitif, afektif
dan psikomotor. Hal ini ditegaskan Sudjana (2009: 49) yang menyatakan bahwa
ketiga aspek (kognitif, afektif dan psikomotor) tersebut tidak dapat berdiri sendiri-
sendiri tetapi merupakan satu kesatuan, dan harus dipandang sebagai sasaran hasil
belajar.
Sedangkan Tirtaraharja dan La Sulo (2005: 25) menegaskan pengembangan
dan peningkatan ketiganya harus mendapatkan porsi yang seimbang, pengutamaan
aspek kognitif dengan mengabaikan aspek afektif hanya akan menciptakan orang-
orang pintar yang tidak berwatak. Ketiga kecakapan yang ditingkatkan tersebut
selanjutnya terwujud pada apa yang disebut sebagai hasil belajar.
Hasil belajar merupakan hasil akhir, umumnya dinyatakan dalam bentuk nilai
belajar yang diperoleh peserta didik terhadap serangkaian kegiatan evaluasi yang
dilakukan guru baik evaluasi harian, tengah semester maupun evaluasi akhir
semester. Dimaksudkan untuk mengukur sejauhmana penguasaan peserta didik
terhadap materi pelajaran yang telah diberikan. Berdasarkan nilai yang diperoleh,
maka peserta didik dapat diklasifikasikan prestasi belajarnya apakah berada pada
kategori sangat baik, baik, sedang, cukup, atau kurang sesuai dengan standar
penilaian yang digunakan di sekolah atau guru mata pelajaran itu sendiri.
Howard Kingsley (dalam Sudjana, 2009: 45) membagi tiga macam hasil
belajar, yaitu:
a. Keterampilan dan kebiasan
b. Pengetahuan dan pengertian
c. Sikap dan cita-cita
Ketiganya dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah.
Djamarah dan Zain (2002: 121) mengemukakan bahwa setiap proses belajar
selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai dimana hasil
belajar yang telah dicapai. Proses belajar tidak mungkin dicapai begitu saja, banyak
faktor yang mempengaruhi sehingga seorang anak mampu mencapai hasil atau
keberhasilan dalam belajar. Keberhasilan belajar peserta didik kelas VII di SMPN
Satap Tamma sangat dipengaruhi oleh proses belajar yang dilaksanakan oleh anak itu
sendiri.
Hasil belajar yang dicapai peserta didik dalam proses pembelajaran tidak
dapat terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu, Syah
(2006: 144) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta
didik terdiri dari dua faktor, yaitu faktor yang datangnya dari dalam diri individu
peserta didik (internal factor), dan faktor yang datangnya dari luar diri individu
peserta didik (eksternal factor).

11
12

Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Faktor internal, meliputi :
a. Faktor psikis (jasmani)
Kondisi umum jasmani yang menandai dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran.
b. Faktor psikologis (kejiwaan)
Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas
perolehan hasil belajar peserta didik antara lain :
1) Intelegensi
2) Sikap
3) Bakat
4) Minat
5) Motivasi

2. Faktor eksternal, meliputi :


a. Faktor lingkungan sosial, seperti para guru, staf administrasi dan teman-teman
sekelas.
b. Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana sekolah/ belajar,
letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan peserta didik.
c. Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar guru, maupun metode dan
media pembelajaran yang digunakan.

Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik disebut
sebagai hambatan/kesulitan belajar akibat kondisi keluarga yang kurang kondusif.
Terkait dengan hal ini, Ihsan (2005: 19) menyebutkan 7 hambatan-hambatan yang
dihadapi peserta didik akibat kondisi lingkungan keluarga, yaitu:
1. Anak kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua
2. Figur orang tua yang tidak mampu memberikan keteladanan kepada anak
3. Kasih sayang orang tua yang berlebihan sehingga cenderung untuk memanjakan
anak
4. Sosial ekonomi keluarga yang kurang atau sebaliknya yang tidak bisa menunjang
belajar
5. Orang tua yang tidak bisa memberikan rasa aman kepada anak, atau tuntutan
orang tua yang terlalu tinggi
6. Orang tua yang tidak bisa memberikan kepercayaan kepada anak
7. Orang tua yang tidak bisa membangkitkan inisiatif dan kreativitas kepada anak

12
13

Proses belajar mengajar dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil. Segi
proses, belajar dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-
tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, disamping menunjukan
semangat belajar yang tinggi dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi
hasil, proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku
yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian dari
jumlah peserta didik seluruhnya.

13
14

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat


mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya:
Pertama, Peran guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan
dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan tugas-tugas pengawasan dan
pembinaan serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar peserta
didik itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam
keluarga dan masyarakat.
Kedua, Proses belajar mengajar ialah inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses belajar mengajar
dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri peserta
didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian dari jumlah peserta didik seluruhnya.
Setiap kegiatan belajar mengajar hendaknya guru senantiasa melakukan evaluasi atau
penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian
tujuan, penguasaan peserta didik terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan
metode mengajar.

3.2 SARAN-SARAN

Dengan adanya tugas dan peran guru dalam dunia pendidikan khususnya
dalam kegiatan proses belajar mengajar diharapkan guru dapat mengetahui tugas dan
tanggung jawabnya sebagai pendidik dan diharapkan terjalinnya hubungan yang
harmonis dengan para peserta didiknya sehingga harapan tercapainya tujuan
pendidikan bisa dengan mudah terwujudkan.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhirnya penulis berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi penulis.

14
15

DAFTAR PUSTAKA

Emil Rosmali, SE. Tugas dan Peran Guru. (http://www.alfurqon.or.id/index.php?


option=com_content&task=view&id=58&Itemid=110)
http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/#ixzz1jnBwHML4
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2154729-pengertian-peran
guru/#ixzz1jnDSv2jK
http://www.wordpress/akhmadsudradjat.blogspot.com
Suryabrata ,S. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dimyati, M.,& Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo

15

Anda mungkin juga menyukai