Anda di halaman 1dari 85

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Indonesia di tengah situasi wabah pandemi Covid-19

mengalami perubahan dalam seluruh dimensi. Salah satu pelaku pendidikan

yang terkena dampak dari situasi ini adalah guru. Guru adalah salah satu unsur

dalam proses pendidikan di sekolah. Kualitas seorang guru ditentukan oleh

kompetensi yang ia miliki. Kompetensi seseorang bisa didapatkan dari dirinya

sendiri yang tertanam sejak awal bisa juga didapatkan dari pengembangan diri

melalui proses pembelajaran hidup. Kurang atau lebihnya kompetensi seorang

guru tergantung bagaimana ia mengembangkannya. Kompetensi yang harus

dimiliki oleh guru antara lain adalah keahlian dalam menguasai karakteristik

peserta didik, menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik, pengembangan kurikulum, kegiatan pembelajaran yang mendidik.

Kompetensi guru tersebut akan sangat berpengaruh bagi pembentukan sikap

dan perilaku siswa yang ia bina.

Selain menjalankan kompetensinya, seorang guru juga diharapkan dapat

menjadi panutan bagi peserta didik. Dengan memiliki penampilan yang

berwibawa dan dapat menjadi teladan bagi siswanya. Keteladanan merupakan

sesuatu yang dapat ditiru oleh orang lain, dengan melihat atau mengamati

tingkah laku, perkataan, perbuatan, dan pola pikir seseorang.

1
2

Mengingat begitu pentingnya peran guru dalam proses pembelajaran

maka guru perlu senantiasa mengembangkan kemampuan yang ia miliki.

Sangat disayangkan, jika guru sebagai tenaga pendidik tidak berusaha untuk

mengembangkan kompetensinya. Karena merasa pengetahuan yang ia miliki

sudah cukup memadai untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang pendidik.

Banyak guru hanya menggunakan cara belajar yang bersifat satu arah misalnya

dengan metode ceramah. Siswa diminta mencatat tentu hal ini akan terasa

sangat membosankan di kalangan siswa, apalagi di tengah gencarnya

perkembangan teknologi. Dengan metode yang tidak variatif, para siswa akan

kehilangan motivasi belajarnya. Inilah keprihatinan dunia Pendidikan dewasa

ini, yang akhirnya akan berdampak negatif kepada peserta didik. Motivasi

belajar siswa tertutama di masa pandemi Covid 19 sudah tidak bisa ditawar

lagi. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran tatap muka yang

dikurangi, sementara tuntutan kurikulum harus dicapai. Situasi ini menuntut

kemandirian siswa dalam belajar. Tanpa motivasi belajar yang tinggi siswa

tidak akan mampu belajar mandiri. Yang terjadi adalah siswa menjadi malas,

acuh tak acuh terhadap proses pembelajaran. Karena itu, dalam membentuk

motivasi belajar siswa sangat diperlukan seorang guru yang memiliki

kompetensi pedagogik.

Motivasi adalah dorongan dasar yang mampu menggerakkan orang untuk

bertingkah laku. Dorongan itu berasal pada diri seseorang yang bergerak untuk

melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan di dalam dirinya. Siswa hendaknya

memiliki motivasi yang kuat dan timbul dari dalam diri siswa, agar
3

membiasakan siswa untuk melakukan hal yang baik dalam melakukan kegiatan

(Hamzah, 2013:1).

Motivasi dapat menyebabkan terjadinya sebuah perubahan energi yang

ada pada setiap diri manusia. Maka akan berhubungan dengan berbagai

persoalan kejiwaan dan perasaan (Hamalik, 2011:106). Setiap peserta didik

hendaknya memiliki motivasi belajar yang cukup kuat yang timbul sendiri

dalam dirinya, agar dapat membiasakan siswa dalam melakukan kegiatan.

Dengan demikian kegiatan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh tinggi atau

rendahnya motivasi yang dimiliki oleh peserta didik, karena kegiatan belajar

yang dikatakan baik yaitu dapat terbentuk dari motivasi yang baik. Motivasi

akan kuat jika timbul dari dalam diri tanpa adanya dorongan dari luar yaitu

berupa kebutuhan siswa untuk datang ke sekolah, mengikuti kegiatan belajar,

mengerjakan tugas yang diberikan guru, rajin membaca tanpa ada dorongan

dari orang lain.

Motivasi belajar siswa juga sangat menentukan keberhasilan yang

dicapai oleh siswa tersebut. Semakin tinggi motivasi belajar yang dimiliki

siswa maka akan semakin tinggi prestasi yang mereka miliki. Tetapi

sebaliknya, jika siswa memiliki motivasi belajar rendah cenderung akan

mendapatkan prestasi belajar yang tentunya akan rendah pula.

Meski demikian, tetap saja membutuhkan tenaga pengajar sebagai

motivator, untuk memotivasi siswa. Oleh sebab itu, hal dasar yang harus di

miliki oleh seorang guru yaitu kompetensi dalam memotivasi siswa. Di dalam

kompetensi itu guru berinovasi baik dari daya fisik maupun daya pikir.
4

Perpaduan antara personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritualitas, yang

secara keseluruhan membentuk kompetensi standar profesi guru, yang

mencangkup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik,

pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme

(Mulyasa, 2008:26).

Dari hasil observasi di Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu

kabupaten Ketapang, terdapat kurang tersedianya fasilitas pendukung proses

kegiatan pembelajaran antara lain yaitu artikel rohani, dan gambar-gambar

rohani seperti gambar Tuhan Yesus dan murid-murid Nya, gambar Bunda

Maria, dan Santo-Santa. Keterbatasan itu mungkin saja akan membuat proses

pembelajaran agama tidak menarik dan membosankan. Yang menjadi

persoalan utama adalah tenaga pendidiknya khususnya guru Pendidikan Agama

Katolik hanya tamatan SMA yang tentunya juga dipertanyakan kemampuan

mengajarnya, terutama kompetensi pedagogiknya. Apakah guru Pendidikan

Agama Katolik mampu memanfaatkan fasilitas yang ada untuk membuat

motode-metode yang lebih variatif.

Menjadi guru agama tidak hanya menyampaikan materi saja, tapi juga

membina sikap dan perilakunya. Bagaimana seorang siswa mau mendengar

dan menerima materi yang disampaikan memang membutuhkan kemampuan

yang bisa merangkul, meyakinkan, dan meneguhkan. Dengan hanya tamatan

SMA yang belum dibekali dengan kemampuan mengajar tentu akan menjadi

hambatan tersendiri bagi guru dalam menyampaikan pembelajaran dan bagi

peserta didik untuk lebih mendalami ajaran Iman yang mereka anut pada saat
5

ini. Rendahnya pendidikan guru akan berakibat tentu saja bukan hanya kepada

peserta didik saja akan tetapi juga kepada guru itu sendiri. Apalagi keterbatasan

fasilitas belajar yang semakin mempertumpul pengetahuan dalam mengajar di

kelas. Hal ini akan mengakibatkan kurangnya motivasi belajar siswa

terkhususnya siswa kelas IV dan tentu kurang mendapat dorongan dari orang

lain karena kompetensi pedagogik guru juga masih dalam kategori kurang.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis

tertarik mengadakan penelitian dengan judul Peran Kompetensi Pedagogik

Guru Pendidikan Agama Katolik dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang.

B. Fokus Penelitian

Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan fokus dan mendalam, maka

peneliti memandang permasalahan penelitian perlu dibatasi. Oleh sebab itu,

peneliti membatasi masalah pada motivasi belajar siswa kelas IV yang

dipengaruhi oleh kompetensi pedagogik guru.

C. Rumusan Masalah

Dari rumusan masalah tersebut dapat diperinci menjadi masalah khusus

yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana kompetensi pedagogik guru Pendidikan agama Katolik selama

ini di SD Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketepang?


6

2. Apa faktor pendukung dan penghambat guru PAK dalam memotivasi

belajar siswa kelas IV di kelas?

3. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV

di Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang hulu?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas tentang Peran

Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Katolik dalam Meningkatkan

Motivasi Belajar Siswa Kelas IV Di Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu

Kabupaten Ketapang. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama

Katolik di Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang.

2. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat guru PAK

dalam memotivasi balajar siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 37

Simpang Hulu Kabupaten Ketapang.

3. Untuk mendeskripsikan upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar

siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten

Ketapang.
7

E. Manfaat Penelitian

Melihat tujuan penelitian tersebut, maka manfaat penelitian ini antara

lain:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi empiris pengembangan ilmu pedagogik, fakta-fakta yang terjadi

di lapangan serta mengembangkan pemahaman untuk menggali sampai

dimana peran kompetensi pedagogik guru dalam meningkatkan motivasi

belajar siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu

Kabupaten Ketapang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, sebagai calon guru pendidikan agama Katolik agar

mendapat gambaran khusus di lapangan bagaimana seharusnya

memberikan motivasi belajar kepada siswa di kelas.

b. Bagi guru mata pelajaran pendidikan agama Katolik, menyadari betapa

pentingnya merancang dan mempersiapkan pembelajaran untuk proses

kegiatan belajar mengajar di sekolah agar siswa terdorong oleh motivasi

yang dibekali oleh guru.

c. Bagi lembaga Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten

Ketapang, sebagai acuan dalam mengambil kebijakan terkait peningkatan

kompetensi pedagogik guru di sekolah.


8

d. Bagi Program Studi Pendidikan Agama Katolik, sebagai refleksi dalam

mempersiapkan calon guru agama Katolik yang memenuhi kriteria atau

tuntutan empat kompetensi guru khususnya kompetensi pedagogik.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Kompetensi Pedagogik

a. Pengertian Pedagogik

Pedagogik adalah teori tentang bagaimana cara mendidik yang

sebaik-baiknya. Pada dasarnya hal yang harus dilakukan adalah

bagaimana cara melaksanakan pendidikan. Oleh sebab itu, pedagogik

diyakinkan sebagai suatu proses atau aktifitas yang bertujuan agar

tingkah laku manusia mengalami perubahan. (Suardi, 1979:113).

Pelaksanaan pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi

antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan

perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali

faktor yang memengaruhinya, baik faktor internal maupun faktor

eksternal. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama adalah

mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan

perilaku pembentukan kompetensi peserta didik.

Kualitas pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik

dapat dilihat dari segi proses dan hasil pembelajaran. Dari segi proses,

pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik dikatakan

berhasil dan berkualita, jika seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian

besar peserta didik terlibat secara fisik, mental, maupun sosial dalam

9
10

proses pembelajaran disamping menunjukkan gairah belajar tinggi dan

tumbuhnya rasa percaya diri. Beberapa hal tersebut dilakukan tidak luput

dari dorongan seorang guru. Guru harus tegas terutama dalam

pembentukan kompetensi pedagogik agar mampu membawa siswa

mencapai motivasinya. Maka, guru harus sigap dalam mengajar di kelas

terutama dalam memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran.

Dalam penyelenggaraan pembelajaran, guru menggunakan

teknologi sebagai media. Menyediakan bahan belajar dan

mengadministrasikan dengan menggunakan teknologi informasi sebagai

media belajar berupa infokus, komputer, dan Handohone. Membiasakan

peserta didik berinteraksi dengan menggunakan teknologi. Fasilitas

pendidikan pada umumnya mencakup sumber belajar, sarana dan

prasarana sehingga peningkatan fasilitas pendidikan harus ditekankan

pada peningkatan sumber-sumber belajar baik kuantitas maupun

kualitasnya sejalan dengan perkembangan teknologi pendidikan dewasa

ini. Dalam hal ini, guru dituntut untk memiliki kemampuan

mengorganisir, menganalisis dan memilih informasi yang paling tepat

dan berkaitan langsung dengan pembentukan kompetensi peserta didik

serta tujuan pembelajaran.

Dengan penguasaan guru terhadap standar kompetensi dalam

bidang teknologi, pembelajaran dapat dijadikan salah satu indikator

standar dan sertifikasi kompetensi guru. Melalui teknologi pula, guru

dituntut mampu menggunakannya untuk mengevaluasi hasil akhir dari


11

sebuah pembelajaran. Evaluasi hasil belajar dilakukan untuk mengetahui

perubahan dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat

dilakukan dengan penilaian, tes kemampuan dasar penilaian akhir satuan

pendidikan dan sertifikasi serta penilaian program (Ramayulis, 2013:95).

Melalui Evaluasi, guru dapat mengetahui perkembangan dari setiap

peserta didik.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa,

Pengembangan peserta didik merupakan bagian dari kompetensi

pedagogik yang harus dimiliki oleh guru, untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Pengembangan

peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain

kegiatan ekstrakurikuler, pengayaan dan remedial, serta bimbingan

konseling. Kegiatan ekstrakurikuler yang juga sering disebut dengan

ekskul, merupakan kegiatan tambahan di suatu lembaga pendidikan, yang

dilaksanakan di luar kegiatan kurikuler. Kegiatan ini banyak ragam dan

macamnya antara lain: kesenian, olah raga, kepramukaan, keagamaan

dan sebagainya. Kegiatan ekskul ini dikembangkan di sekolah sesuai

dengan kemampuan dan keadaan sekolah itu sendiri. Di samping

membentuk bakat, ekskul juga dapat membentuk watak dan kepribadian

peserta didik, mengurangi kenakalan remaja, dapat saling mengenal

antara satu dengan yang lain antara peserta didik satu kelas dengan kelas

lainnya.
12

b. Pengertian Kompetensi Guru

Guru merupakan sebuah profesi atau jabatan yang didapatkan

melalui pendidikan khusus, yang disebut sebagai kompetensi atau

keahlian dalam melaksanakan tugas sesuai dengan fungsinya. Tugas dan

fungsi yang dimagsud yaitu sebagai seorang pendidik dengan tujuan

yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (Usman, 2003:5).

Kompetensi adalah perpaduan dari unsur keterampilan,

pengetahuan, sikap, nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan

bertindak. Untuk memiliki komptensi tersebut, seseorang harus terlebih

dahulu melalui pelatihan dan pendidikan khusus (Mulyasa, 2004:38).

Dengan arti, kualifikasi tertentu menjadi terpenuhi dan keikutsertaan

dalam latihan tersebut sangat memungkinkan seseorang dapat memiliki

kompetensi. Agar dapat menjalankan tugas atau kelayakan untuk

mendapat atau menduduki suatu profesi.

Dari definisi tersebut, maka dapat diartikan bahwa kompetensi guru

adalah seperangkat pengetahuan, kewenangan, kemampuan, serta

perilaku yang memang wajib dimiliki dihayati, dikuasai, serta

diaktualisasikan disetiap proses dalam melaksanakan tugas atau

profesinya.
13

Sebagaimana yang ditegaskan oleh (Peraturan Pemerintah

Republik indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan, Badan Standar Nasional Pendidikan) tentang kompetensi

yaitu:

kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang


pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia
dini meliputi: kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional, dan sosial.

Guru adalah profesi mulia, guru berperan sangat penting dalam

melahirkan para generasi muda. Kompetensi guru menjadi sebuah

kewajiban karena guru sangat dibutuhkan dalam bidangnya. Jika tanpa

guru, besar kemungkinan akan mengancam perkembangan kualitas

pesesta didik. Maka kompetensi guru yang menjadi persyaratan yang

sangat mutlak. Karena kompetensi merupakan kapasitas seseorang untuk

melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar (Mulyasa,

2008:37).

Pada dasarnya perubahan perilaku yang ditunjukan oleh peserta

didik berawal dari terpengaruhnya latar belakang pendidikan dan

pengalaman yang dimiliki oleh guru agama Katolik itu sendiri. Maka dari

itu guru wajib menjadi teladan bagi peserta didik. Teladan adalah segala

sesuatu yang saling berhubungan dengan perkataan, perbuatan, sikap dan

tingkah laku seseorang yang dapat ditiru atau diikuti oleh orang lain

(Ishlahunnissa, 2010:42).
14

c. Pengertian Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pemahaman terhadap

peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil

belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi pedagogik sendiri memiliki indikator yang

dikemukakan oleh Sagala (2009:158-159) tentang sub kompetensi

pedagogik yaitu:

1) Memahami peserta didik secara mendalam dengan memanfaatkan

prinsip-prinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian,

dan mengidentifikasikan bekal ajar awal peserta didik. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara mengenal identitas atau latar belakang dari

peserta didik tersebut.

2) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan

untuk kepentingan pembelajaran, menerapkan teori belajar dan

pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan

karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin di capai, dan materi

ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi

yang dipilih.

3) Melaksanakan pembelajaran dengan menata latar (setting)

pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi

merancang dan melaksanakan evaluasi proses dan hasil belajar secara


15

berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil

evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan

belajar, dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk

perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.

5) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan

berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta didik untuk

mengembangkan berbagai potensi non akademik.

d. Peran Kompetensi Pedagogik dalam Memotivasi Belajar Siswa

Guru yang diharapkan peserta didik yaitu guru yang mampu

mencairkan suasana dan menyajikan pembelajaran dengan menarik serta

memiliki makna yang sangat berpengaruh bagi motivasi belajar siswa.

Dengan demikian, guru harus menyadari bahwa pembelajaran bukanlah

sesuatu hal yang hanya disepelekan. Mereka pun harus menyadari bahwa

kegiatan belajar mengajar membutuhkan rasa nyaman, hangat,

kegembiraan dalam berinteraksi agar peserta didik peduli dengan tugas-

tugas yang semestinya mereka kerjakan secara maksimal. Dalam

berinteraksi dengan lingkungan sekitar akan membantu struktur kognitif

seseorang (Rifma, 2016:28).

Guru yang memiliki penampilan kepribadian yang matang,

bersahaja, dan menyenangkan merupakan guru yang diidolakan setiap

peserta didik. Hubungan yang terjalin antara guru dan peserta didiknya

tidak hanya sebatas dalam pertemuan formal ketika belajar di kelas saja,
16

melainkan menggambarkan hubungan antara orang tua dan anak atau

hubungan persahabatan. Maka dapat memungkinkan guru mengenal

karakteristik setiap peserta didik dan peserta didik pun lebih terbuka

terhadap gurunya (Hutagalung, 2007:81).

Beberapa hal di atas dapat membangun minat belajar atau motivasi

belajar siswa. Mereka memiliki idola yaitu seorang guru yang jejak dan

kepribadiannya membuat peserta didik merasa terdorong untuk

mengikuti perilaku yang dicontohkan oleh guru yang mereka sukai.

Berangkat dari hal-hal kecil seperti bersikap ramah terhadap sesama

peserta didik dan lingkungan sekitar, sampai ke hal-hal besar seperti

menanamkan sikap disiplin dalam kehidupan di dalam maupun luar

sekolah.

Sebagaimana yang ditegaskan dalam undang-undang Nomor 74

Tahun 2008 pasal 3 Ayat 4 tentang kompetensi guru adalah:

Kemampuan seorang pendidik dalam mengelola


pembelajaran peserta didik yang meliputi : a) Pemahaman
wawasan atau landasan pendidikan, b) Pemahaman terhadap
peserta didik, c) Pengembangan kurikulum atau silabus, d)
Perancangan pembelajaran, e) Pelaksanaan pembelajaran
yang mendidik dan dialogis, f) pemanfaatan teknologi
pembelajaran, g) Evaluasi hasil belajar, h) Pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki.

Dari penjelasan di atas, maka dapat dipahami bahwa kompetensi

pedagogik yaitu pemahaman seorang guru dari peserta didik serta

pengelolaan kelas, yang berguna untuk memahami atau mengetahui


17

karakteristik peserta didik sehingga bisa mengetahui apa yang diperlukan

dan dibutuhkan oleh peserta didik.

Guru merupakan pendidik profesional yang harus bisa dicontoh

oleh peserta didik dengan cara melatih, membimbing, mengarahkan,

menilai serta mengevaluasi, apa yang dibutuhkan oleh peserta didiknya.

Bahkan, guru adalah seorang pendidik yang bisa saja merelakan dirinya

untuk menerima serta memikul sebagian amanah pendidikan yang

seharusnya dikenakan oleh orang tua peserta didik itu sendiri. Oleh

karena itu, kebanyakan orang tua yang tidak mau anaknya dibimbing

oleh sembarangan guru, apalagi yang mereka anggap tidak profesional.

Maka dari itu, menjadi seorang guru yang dianggap profesional maka

harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

1. Pendidikan Agama Katolik

a. Pengertian Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara

terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan

pengetahuan siswa untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap

memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan

kerukunan antar umat beragama untuk mewujudkan persatuan nasional

(Komkat KWI, 2006:9).

Bentuk pelaksanaan Pendidikan iman dilakukan dengan cara

pembentukan iman anak yang dilaksanakan secara formal di sekolah


18

yang merupakan salah satu cara membimbing yang bertujuan agar anak

lebih mampu dan siap menjadi pewarta sabda Kristus (Suko. 2020:35).

b. Tujuan Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan agama Katolik pada dasarnya bertujuan agar siswa

memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman.

Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada

Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni kerajaan

Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan keadilan, kebahagiaan dan

kesejahteraan, persaudaraan dan kesejahteraan, kelestarian lingkungan

hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan

kepercayaan (Komkat KWI, 2011: 12).

Membangun hidup beriman kristiani berarti membangun kesetiaan

yang lebih terhadap Injil Yesus Kristus yang memiliki arti dan

keprihatinan tunggal yakni terwujudnya kerajaan Allah dalam hidup

umat manusia (Suko, 2020:35).

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik

Menurut Adisusanto (2011:12), Ruang lingkup pembelajaran

Pendidikan Agama Katolik Sekolah Dasar mencakup empat aspek,yaitu:

(1) Pribadi Siswa

Aspek pribadi siswa membahas tentang pemahaman diri

sebagai laki-laki dan perempuan yang memiliki kemampuan dan

keterbatasan, kelebihan dan kekurangan dalam berelasi dengan

sesama serta lingkungan sekitarnya.


19

(2) Yesus Kristus

Aspek Yesus Kristus membahas tentang bagaimana cara

meneladani pribadi Yesus Kristus yang mewartakan kerajaan Allah.

(3) Gereja

Aspek gereja membahas tentang arti dan makna Gereja, yang

sebagai persekutuan murid-murid Yesus dipanggil serta diutus

menjadi pewarta, saksi dan pelaksana karya keselamatan karya

keselamatan Allah, serta bagaimana mewujudkan kehkidupan

menggereja dalam realitas hidup sehari-hari.

(4) Lingkungan Hidup

Aspek lingkungan hidup membahas tentang hidup di tengah

masyarakat sesuai dengan firman Tuhan, ajaran Yesus dan ajaran

GerejaNya di dunia bukan hanya untuk Gereja, tapi untuk semua

orang.

Keempat ruang lingkup tersebut memperjelas bahwa Pendidikan

Agama Katolik bersifat komprehensif, yang memuat unsur-unsur pokok

iman Katolik yang menyatu, utuh dan menyeluruh.

2. Motivasi Belajar

a. Definisi Motivasi Belajar

Motivasi sebagai daya dorong yang mengakibatkan seorang mau

dan rela untuk mengarahkan kemampuan, tenaga dan waktunya dalam

rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian &

Sondang, 2004:138). Dengan demikian, motivasi merupakan usaha-usaha


20

yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu

bergerak untuk melakukan suatu keinginan mencapai tujuan yang

dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan dengan perbuatannya.

Untuk itu motivasi adalah suatu proses internal yang mengaktifkan,

membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam rentang waktu

tertentu. Dengan kata lain, motivasi adalah apa yang membuat kita tetap

berbuat dan menentukan ke arah mana yang hendak kita perbuat.

Lebih lanjut diterangkan, motivasi adalah sutu perubahan energi di

dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif, dan reaksi

untuk mencapai tujuan (Hamalik, 2005:1973). Motivasi berarti bentuk

dari sebuah energi yang timbul dari proses lahiriah dan proses psikologis

batin yang terjadi pada diri seseorang. Motivasi juga dapat terpengaruh

oleh faktor eksternal (lingkungan), dan faktor internal yang akhirnya

melekat pada setiap orang (pembawaan), mulai dari tingkat pendidikan,

pengalaman masa lalu, keinginan atau harapan masa depan.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

motivasi adalah suatu proses perubahan tenaga dalam diri individu yang

memberi kekuatan baginya untuk bertingkah laku (dengan giat belajar)

dalam usaha mencapai tujuan belajarnya. Sedangkan belajar merupakan

proses dasar dari perkembangan hidup manusia, dengan belajar manusia

melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah

lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak

lain adalah hasil dari belajar, karena seseorang hidup dan bekerja
21

menurut apa yang telah dipelajari. Belajar itu bukan hanya sekedar

pengalaman, belajar adalah suatu proses, bukan suatu hasil. Oleh karena

itu, belajar berlangsung aktif dan integratif dengan menggunakan

berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai hasil.

b. Jenis-Jenis motivasi

(1) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang muncul dari

dalam diri sendiri, seperti keinginan untuk mendapatkan

keterampilan tertentu, mengembangkan sikap untuk berhasil, dan

tidak mudah putus asa “Motivasi intrinsik adalah jenis motivasi yang

timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa adanya paksaan

dorongan orang lain” (Fathurrohman 2014:19). Sedangkan menurut

Hamalik (2005:162) “motivasi intrinsik adalah motivasi yang

tercangkup di dalam situasi belajar dan memenuhi kebutuhan dan

tujuan-tujuan murid. Motivasi ini sering disebut juga dengan

motivasi murni”.

(2) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi Ekstrinsik merupakan dorongan yang diperoleh dari

luar diri siswa untuk membangun dan menumbuhkan motivasi

kepada setiap siswa, (Suhana, 2014:24). “ Motivasi ekstrinsik adalah

motivasi yang datangnya disebabkan faktor-faktor di luar diri peserta

didik seperti pemberian nasehat dari guru, hadiah, hukuman, dan

sebagainya”.
22

Sedangkan menurut (Hamalik, 2005:126), Motivasi ekstrinsik

adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi

belajar, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah, medali, dan

sebagainya.” Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah, sebab

pengajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat siswa atau

sesuai dengan kebutuhan siswa.

d. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivasi dalam belajar merupakan suatu hal yang sangat penting

dalam kegiatan belajar guna untuk mendorong siswa meraih tujuan dalam

belajar tersebut. Sehubungan dengan hal tersebut fungsi motivasi belajar

menurut (Aqid 2010:50), menyatakan bahwa “motivasi berfungsi sebagai

pendorong, pengarah, penggerak, dan tingkah laku.”

Suhana (2014:24) mengatakan fungsi motivasi belajar adalah:

(1) Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar

peserta didik

(2) Motivasi merupakan alat untuk memengaruhi prestasi belajar peserta

didik

(3) Motivasi merupakan alat untuk membangun sistem pembelajaran

lebih bermakna

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi motivasi

dalam belajar adalah untuk mendorong atau menggerakan seseorang

untuk melakukan kegiatan atau aktivitas guna untuk mencapai tujuan


23

dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang kurang bermanfaat untuk

tujuan tersebut.

e. Indikator Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal terhadap

siswa yang sedang dalam proses belajar untuk mengadakan perubahan

tingkah laku, pada umunya dengan beberapa indikator atau unsur yang

mendukung. Menurut (Uno, 2013:186), Indikator-indikator motivasi

belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Adanya hasrat dan

keinginan berhasil, 2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, 3)

Adanya harapan dan cita-cita masa depan, 4) Adanya penghargaan dalam

belajar 5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, 6) Adanya

lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang

siswa dapat belajar dengan baik.

B. Kajian Empiris

Adapun yang menjadi landasan penelitian terdahulu dalam penelitian ini

adalah sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Putri Balkis (2014) Yang

berjudul kompetensi Pedagogik Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar

Siswa pada SMPN 3 Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Kajian ini

Berbicara tentang sejauh mana kompetensi pedagogik guru berperan dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa.


24

C. Kerangka Berpikir

SDN 37 Simpang

Kompetensi Pedagogik
Guru PAK

kompetensi Guru harus berhati-


pedagogik di SDN hati dalam
37 akan mengalami menggunakan
perubahan apabila metode belajar di
guru bisa berperan kelas. Karena
dalam membangun metode menentukan
motivasi diri siswa. suatu proses
Baik dalam hal pembelajaran
belajar maupun menjadi tidak
dalam kehidupan membosankan.
bersosial

Dalam hal belajar, siswa akan dikatakan berhasil


apabila dirinya merasa terdorong untuk belajar.
Dorongan inilah yang sering disebut sebagai
motivasi. Ketika tercapainya sebuah motivasi maka
adanya suatu kemudahan untuk mengaktualisasikan
dirinya. Dengan kemampuan siswa dalam
memotivasi dirinya diharapkan siswa dapat
menerapkan serta mengembangkan kreaktivitas
belajarnya di sekolah.

Berdasarkan bagan mengenai kompetensi pedagogik di atas, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang kompetensi pedagogik guru


25

pendidikan agama Katolik dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di

Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pada bagian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.

Metode merupakan langkah-langkah yang diambil untuk diikuti dengan adanya

aturan-aturan tertentu, untuk menggapai sebuah pengetahuan yang ingin

dicapai (Paulus, 2009:7).

Penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada

kondisi objek yang ilmiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan

secara triangulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian

kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2005:1).

Metode yang peneliti lakukan yaitu dengan kegiatan observasi dan

wawancara. Observasi dilakukan dengan cara melihat situasi lingkungan di

Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang, mulai dari

gedung, ruang kelas, ruang guru dll. Serta melihat proses kegiatan belajar

mengajar terkhususnya di kelas IV. Sedangkan wawancara, dilakukan setelah

melakukan observasi. Wawancara dilakukan dan berlangsung dengan

narasumber yaitu guru Pendidikan Agama Katolik, Kepala Sekolah, dan

peserta didik kelas IV.

26
27

B. Desain Penelitian

Penelitian tentang peran kompetensi pedagogik guru pendidikan agama

Katolik terhadap motivasi belajar siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 37

Simpang Hulu Kabupaten Ketapang menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif. Beberapa bagian penjelasan, menggunakan poin-poin yang

terstruktur yang akhirnya mengarah pada kesimpulan. Data diperoleh melalui

pengamatan dan memperoleh bukti melalui teknologi yaitu melalui wawancara

yang mendalam, serta hasil analisis dokumen.

C. Lokasi dan Waktu penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah SDN 37 Simpang Hulu,

kecamatan Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 Januari sampai pada 8

Maret 2021.

D. Data dan Sumber Data Penelitian

1. Data penelitian

Data adalah suatu koleksi fakta-fakta atau sekumpulan nilai-nilai

numerik. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam penelitian

ini, datanya merupakan hasil dari observasi dan wawancara yang dengan

responden yaitu, guru pendidikan agama Katolik, siswa kelas IV, dan

Kepala Sekolah mengenai kompetensi pedagogik guru.


28

2. Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh apabila

peneliti menggunakan teknik wawancara atau percakapan dalam

pengumpulan data. Sumber data artinya informan atau narasumber yang

dapat dipercaya mempunyai kemampuan atau memiliki data tentang

kompetensi pedagogik guru dan motivasi belajar, dalam memberikan

informasi kepada peneliti. Data dapat diperoleh melalui informan yaitu guru

Pendidikan Agama Katolik, kepala sekolah, dan peserta didik kelas IV.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik Observasi

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan

hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia

kenyataan yang diperoleh melalui observasi (Sugiono 2005:64).

Observasi peneliti laksanakan dengan cara mengamati serta

mengikuti proses kegiatan pelajaran Pendidikan Agama Katolik di Kelas

IV. Dengan melihat bagaimana cara guru menyampaikan isi pelajaran

serta bagaimana tanggapan siswa tentang apa yang guru sampaikan.

Dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan, maka

observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang sejauh

mana guru dapat merancang, melaksanakan, mengevaluasi hasil belajar,


29

dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi terkait dengan motivasi belajar siswa.

b. Teknik Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan

ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan

(Moleong, 2010:86).

Wawancara dapat dilakukan dengan cara tanya jawab dengan

responden atau informan sehingga mendapatkan informasi yang lebih jelas

dari tempat penelitian.

Wawancara dilakukan peneliti dengan menyampaikan beberapa

pertanyaan mengenai kompetensi pedagogik guru Pendidikan Agama

Katolik kepada beberapa narasumber yaitu guru Pendidikan Agama

Katolik, siswa kelas IV, dan Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri 37

Simpang Hulu Kabupaten Ketapang.

c. Tehnik Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu cara yang dapat digunakan untuk

mendapatkan informasi sebagai data dalam bentuk gambar, arsip, dan

dokumen berupa laporan serta menerangkan atau memperlangkap data

dalam sebuah penelitian (Sugiono, 2015:329).

Dokumentasi dilakukan peneliti dengan cara mengambil gambar

dengan kamera, pada saat pelajaran PAK sedang berlangsung. Peneliti

juga mengambil gambar-gambar di lingkungan sekolah sebagai


30

pelengkap data, seperti gedung sekolah SDN 37 Simpang Hulu

Kabupaten Ketapang, Pertemuan peneliti dengan Kepala Sekolah dan

guru PAK, visi dan misi sekolah, keadaan ruangan kelas, Perpustakaan,

dan kantor guru.

2. Alat pengumpulan data

a. Pedoman Observasi

Pedoman observasi adalah teknik pengamatan terhadap suatu objek

yang secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data

yang harus dikumpulkan dalam penelitian (Satori & Komariah

2010:105). dengan pedoman observasi berupa catatan terhadap objek

yang sedang diteliti.

Pedoman observasi menggunakan buku catatan untuk mengambil

data pada saat observasi sedang berlangsung.

b. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara yaitu beberapa daftar pertanyaan yang sudah

disusun oleh penulis yang disajikan sebagai pedoman atau pegangan untuk

bertanya kepada informan berkaitan dengan masalah yang diteliti (Satori

& Komariah, 2010:1114).

Pedoman wawancara telah dibuat sebelum melakukan penelitian,

dengan berupa persiapan pertanyaan yang di tulis dalam catatan dan

ditanyakan pada saat wawancara, untuk mengumpulkan data dan

memperoleh hasil yang sesuai.


31

c. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi adalah alat bantu yang digunakan untuk

mengumpulkan data-data yang berupa dokumen seperti foto-foto

kegiatan dan transkip wawancara.

F. Teknik Menguji Keabsahan Data

Adapun teknik yang digunakan untuk menguji keabsahan data yaitu

sebagai berikut:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber adalah cara meningkatkan kepercayaan penelitian

dengan mencari data dari sumber yang beragam dan masih terkait satu

sama lain. Tringulasi sumber diperlukan untuk pengecekan kebenaran

data dari beragam sumber.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data dengan

triangulasi teknik dengan mengecek data kepada sumber yang sama

dengan teknik yang berbeda (Satori & Komariah, 2010:171).

3. Diskusi dengan teman sejawat yang membantu untuk mendapatkan

sumber masukan kepada peneliti yang di peroleh dengan cara

mengekspor hasil sementara atau hasil akhir yang di peroleh dalam

bentuk diskusi.
32

G. Tehnik Analisis Data Penelitian

Analis data dimaksudkan pertama-tama untuk menganalisis data yang

diperoleh melalui penelitian (Moleong, 2010:280). Ada tiga tahap dalam

analisis data yaitu:

1. Tahap pengumpulan data, dengan cara mencatat atau merekam hasil

observasi dan wawancara. dapat pula dengan pengambilan foto.

2. Menyebut data, yaitu mengubah tampilan data catatan lapangan yang masih

mentah, yang belum dapat terbaca menjadi data penelitian yang dapat

terbaca.

3. Mengelompokkan (memilah) data yaitu data yang telah diurutkan atau

dikelompokan sehingga mudah dalam memberikan penjelasan deskripsikan

atau diinterprestasikan dengan tujuan akhir menarik kesimpulan berdasarkan

kategori yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Data yang dianalisis merupakan hasil observasi dan wawancara yang

dilakukan oleh peneliti berupa informasi mengenai pedagogik guru dan

motivasi belajar. Informasi tersebut diperoleh dari informan yaitu guru

Pendidikan Agama Katolik, peserta didik, dan kepala sekolah di Sekolah

Dasar Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Identitas sekolah

Nama Satuan : SD Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang

Bentuk Pendidikan : SD

Status Sekolah : Negeri

Alamat : Dusun Kangking, Kecamatan Simpang Hulu

Kabupaten Ketapang

Tanggal SK : 17 Januari 2019

Desa : Merawa

Kecamatan : Simpang Hulu

Kabupaten : Ketapang

Provinsi : Kalimantan Barat

2. Visi Misi Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang

a. Visi

(1) Menjadikan terpercaya di masyarakat untuk mencerdaskan anak

bangsa dalam rangka mensukseskan wajib belajar 12 tahun.

(2) Membuat sekolah yang mengedepankan nilai religius dan budaya.

b. Misi

(1) Meningkatkan nilai keagamaan bagi setiap siswa.

(2) Meningkatkan nilai moral bagi setiap siswa.

33
34

(3) Meningkatkan hasil ujian mata pelajaran di UN.

(4) Meningkatkan motivasi siswa pada semua mata pelajaran.

3. Sejarah singkat berdirinya Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu

Sekolah Dasar Negeri 37 di Simpang Hulu Kabupaten Ketapang baru

berdiri selama tiga tahun. Pada saat sebelum dialihstatuskan menjadi negeri,

Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang masih berdiri

di bawah naungan Yayasan Kristen yaitu Yayasan Arastamar yang didirikan

oleh beberapa tokoh yaitu Pdt. Bidaya, Pdt. Kadiran, dan Ibu Yosinta Teuf.

Yayasan Arastamar berdiri sekitar 12 Tahun dan diperjuangkan menjadi

negeri sejak tahun 2018.

Setelah dinegerikan Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu

Kabupaten Ketapang dikepalai oleh Ibu Nuraini S.Pd. SD. Didampingi oleh

tiga orang guru pengajar yang membantu menangani keperluan dan urusan

sekolah karena hanya ada empat guru termasuk Kepala Sekolah. Dua orang

PNS dan dua orang lagi guru kontrak.

4. Mata Pelajaran yang diampu dan Data Guru

Guru di Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang

terdiri dari empat orang. Masing-masing guru menangani dua kelas dan

tidak termasuk Kepala Sekolah. Guru Kelas I dan II dipegang oleh ibu Nana

Idayanti dan mengampu semua mata pelajaran, kelas III dan IV dipegang

oleh ibu Genta Mina dan mengampu semua mata pelajaran, kelas V dan VI

diampu oleh ibu Yosinta Teuf S.Pd dan juga mengampu semua mata

pelajaran. Setiap guru harus mengampu semua mata pelajaran disebabkan


35

oleh kurangnya tenaga guru di sekolah tersebut. Maka tiga guru itulah yang

mengambil alih semua mata pelajaran dan satu orang guru menangani dua

kelas sekaligus.

Data guru yang berperan sebagai tenaga pengajar dalam proses

pendidikan di SD Nereri 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang yaitu

sebagai berikut:

Tabel 4.1. Data Guru di SD Negeri 37 Simpang Hulu


No Nama Jabatan
1 Nuraini S.Pd.SD Kepala Sekolah
2 Yosinta Teuf S.Pd Guru
3 Nana Idayati Guru
4 Genta Mina Guru
Sumber: SDN 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang

5. Data Siswa Kelas IV

Berikut ini adalah jumlah siswa kelas IV tahun ajaran 2020/2021:

Tabel 4.2. Data Sisawa Kelas IV


No Nama Siswa Jenis kelamin
1 Aleta Pioleta Perempuan
2 Petronela Yelsa Perempuan
3 Nira Stania Perempuan
4 Susan Perempuan
5 Teopilus Apen Laki-laki
6 Natasha Diva Perempuan
Jumlah 6
Sumber: SDN 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang
36

6. Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu

Sarana merupakan segala sesuatu yang bisa digunakan untuk proses

pencapaian suatu pembelajaran, misalnya media pembelajaran. Sedangkan

prasarana merupakan sesuatu penunjang utama yang digunakan sebagai

tempat berjalannya proses pendididikan dan semacamnya misalnya gedung

sekolah. Berikut adalah sarana dan prasarana di Sekolah Dasar Negeri 37

Simpang Hulu Kabupaten Ketapang.

Tabel 4.3. Data Sarana Dan Prasarana


NO Jenis Jumlah Keadaan
1 Ruang Kelas 3 Kurang Baik
2 Ruang Guru 1 Kurang Baik
3 Perpustakaan 1 Kurang Baik
4 Dapur Guru 1 Kurang Baik
5 WC /Kamar mandi 2 Baik
Sumber: SDN 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang

B. Hasil

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada guru

Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu

Kabupaten Ketapang mengenai Kompetensi pedagogik Guru Pendidikan

Agama Katolik terhadap motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut:

Hasil diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan

sumber penelitian yang diolah menjadi data yaitu guru Pendidikan Agama

Katolik, siswa kelas IV, dan kepala sekolah.


37

1. Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Katolik di SD Negeri 37

Simpang Hulu Kabupaten Ketapang

Observasi dilakukan pada tanggal 8 Januari 2021 ketika pelajaran

pendidikan agama Katolik sedang berlangsung di kelas. Peneliti mengamati

guru pendidikan agama Katolik yang sedang mengajar. Dilihat dari cara

guru menjelaskan, guru sudah memahami peserta didik dengan mengenal

nama siswa kelas IV. Pada saat pelajaran sedang berlangsung, guru bertanya

tentang materi pembelajaran hari itu kepada masing-masing peserta didik

dengan menyebut nama setiap peserta didik. Guru telah merancang

pembelajaran dengan membawa bahan ajar, dan rencana pelaksanaan

pembelajaran pada saat mengajar di kelas. Pada saat guru melaksanakan

pembelajaran, guru menggunakan metode ceramah dan kerja kelompok.

Pada saat akhir pembelajaran, guru memberikan PR untuk dikumpulkan

pada pertemuan minggu depan. Setelah diberikan PR, guru membuka sesi

pertanyaan bagi siswa yang kurang memahami isi pembelajaran. Ada tiga

orang siswa yang bertanya dan guru selalu merespon dengan kalimat pujian

di awal dengan kalimat “pertanyaan yang sangat bagus”.

Setelah melakukan observasi, peneliti beralih ke wawancara. Informan

pertama yaitu guru pendidikan agama Katolik. Berdasarkan hasil

wawancara, guru PAK mengatakan bahwa sudah memenuhi kualifikasi

kompetensi pedagogik. Seperti memahami peserta didik dengan mengenal

nama-nama semua siswa kelas IV sera mengetahui karakter masing-masing

siswa kelas IV. Ada yang pendiam, ada yang aktif bertanya, ada yang suka
38

melamun. Latar belakang keluarga masing-masing siswa dengan

mengetahui sejauh mana orang tua berperan dalam mendewasakan iman

anaknya. Orang tua cukup berperan, karena siswa bersikap sopan terhadap

orang yang lebih tua, dan pada hari Minggu selalu pergi ke gereja.

merancang pembelajaran dengan mempersiapkan terlebih dahulu bahan ajar,

metode dan membuat RPP, melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan metode ceramah, kerja kelompok dan tanya jawab. Membuat

metode baru yang lebih variatif sangatlah sulit, karena fasilitas yang ada di

SDN 37 Simpang Hulu ini masih sangat kurang. Ada pun buku-buku

sebagai bahan pembelajaran, hanyalah buku sumbangan yang diberikan oleh

sekolah-sekolah dari perkotaan. Maka, guru PAK lebih sering menggunakan

metode yang mudah dijalankan saja seperti menggunakan metode ceramah.

Merancang dan melaksanakan evaluasi dengan mengingat kembali pelajaran

pekan sebelumnya, memberikan PR, ulangan harian dan mengembangkan

peserta didik dengan menggali pengetahuan mereka tentang pemahaman

pembelajaran.

Observasi kedua dilakukan pada tanggal 16 Januri 2021. Pembelajaran

diawali dengan doa dan salam sapa, guru bertanya kepada masing-masing

peserta didik tentang apa perbuatan baik yang telah dilakukan peserta didik

hari ini. Masing-masing peserta didik menjawab “tidak berbohong, tidak

pelit, tidak boros, membantu sesama, dan tidak sombong” setelah siswa

menjawab guru menanggapi jawaban dari masing-masing peserta didik.

Pada pertemuan pertama observasi yaitu pada tanggal 8 Januari 2021, guru
39

memberikan PR kepada siswa kelas IV, kemudian membahas tugas tersebut

di pertemuan pekan ini yakni pada tanggal 16 Januari 2021. Masing-masing

siswa diminta untuk membaca jawabannya, kemudian guru menanggapi

jawaban yang siswa sampaikan. Setelah pembahasan tugas, guru mulai

menjelaskan pelajaran dengan menggunakan metode yang sering digunakan

yaitu metode ceramah. Guru tampak telah merancang kegiatan

pembelajaran, karena guru membawa bahan ajar, RPP, dan telah

menyiapkan metode ceramah.

Informan selanjutnya yaitu siswa kelas IV dengan melaksanakan

wawancara. Peserta didik terdiri dari enam orang. Ketika peneliti bertanya

sejauh mana guru PAK mengenal kalian sebagai siswa kelas IV, rata-rata

mereka menjawab, guru PAK sangat mengenal kami karena kami tinggal

dalam satu desa, dan mengenal karakter serta latar belakang keluarga kami.

Peneliti bertanya, apakah asyik ketika belajar dengan guru PAK? Sebagian

besar mereka mengatakan kurang asyik sampai ada yang mengatakan tidak

asyik. Alasan mereka yakni tidak suka diceramahi guru. Ada berbagai hal

yang mereka kemukakan yaitu, ada yang ingin belajar sambil cerita, belajar

sambil bermain, dan belajar sambil bernyanyi. Hanya ada satu siswa yang

mengatakan bahwa dia menyukai pelajaran agama karena menyukai cerita

tentang Tuhan Yesus dan ingin tau lebih banyak tentang pelajaran agama.

Peneliti bertanya lagi, apakah siswa kelas IV memahami apa yang guru

PAK sampaikan. Sebagian besar mereka menjawab kurang memahami

karena guru PAK hanya menggunakan satu metode belajar yaitu metode
40

ceramah. Dari berbagai pendapat, masing-masing memliki keinginan sendiri

dalam kegiatan pembelajaran. Ada yang mengatakan menyukai kerja

kelompok agar bisa ngobrol dan bermain dengan teman, ada yang menyukai

cerita dongeng, ada yang mengatakan menyukai benyanyi. Siswa kelas IV

mengatakan selalu siap mengerjakan PR yang diberikan oleh guru PAK.

Tapi jika guru bertanya tentang pembelajaran hari itu, ada yang menjawab

ada juga yang tidak menjawab karena kurang memahami penjelasan guru.

Observasi ketiga dilakukan pada tanggal 24 Januari 2021 pada saat

pembelajaran sedang berlangsung di kelas. Di awal pembelajaran dimulai

dengan doa. Guru menanyakan kabar masing-masing peserta didik. Guru

membawa bahan ajar dan RPP untuk pedoman mengajar. Pada saat

menyajikan pembelajaran, guru menyampaikan materi dengan hanya

menggunakan metode ceramah saja, tanpa menambahkan metode-metode

yang lain. Di akhir pembelajaran, guru bertanya kepada setiap peserta didik

dengan mendapatkan masing-masing satu pertanyaan.

Informan selanjutnya adalah Kepala Sekolah SDN Simpang Hulu

Kabupaten Ketapang. Beliau mengatakan bahwa guru PAK telah

menjalankan kompetensi pedagogik guru yaitu, memahami peserta didk,

merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, merancang dan

melaksanakan evaluasi, dan mengembangkan peserta didik. Guru PAK juga

mengenal seluruh siswanya dengan baik, terutama siswa kelas IV. Hanya

saja pada saat mengajar, metode mengajar yang guru gunakan masih belum

mampu membuat siswa kelas IV mendapatkan motivasinya dengan baik,


41

karena guru PAK lebuh fokus menggunakan metode ceramah dan tanya

jawab. Maka sering diadakan rapat hanya untuk membahas rancangan yang

dipersiapkan untuk mengajar di kelas, agar guru lebih memahami apa

sebenarnya yang mau disampaikan dan dijelaskan kepada peserta didik.

kompetensi pedagogik ini sebenarnya harus melalui jalur pendidikan

dengan gelar minimal sarjana Strata 1. Dalam hal ini dapat diperoleh

berbagai pengalaman melalui pendidikan dan juga praktik lapangan.

Kompetensi memang sudah tertanam dalam diri setiap orang, namun tidak

cukup jika hanya diperoleh melalui pengalaman dasar dalam kehidupan

bermasyarakat saja. Namun perlu diasah dan dipertajam melalui dunia

pendidikan.

Dokumentasi diambil untuk melengkapi data dan memperoleh bukti

bahwa penelitian benar-benar dilakukan. Dokumentasi dilakukan saat

peneliti sedang mengamati guru dan siswa sedang melakukan proses

kegiatan belajar mengajar. Dokumentasi juga dilakukan pada saat peneliti

mewawancarai informan.

2. Faktor pendukung dan penghambat dalam memotivasi belajar siswa Kelas

IV di kelas

Observasi dilakukan pada tanggal 8 Januari sampai pada tanggal 2

Februari. Peneliti mengamati keadaan yang terjadi di ruangan kelas IV.

a. Faktor pendukung

(1) Guru Pendidikan Agama Katolik di SD Negeri 37 Simpang Hulu

telah melaksanakan perannya menjadi seorang guru yaitu


42

memahami, merancang, melaksanakan dan mengembangkan peserta

didik. Hal tersebut dapat terlaksana karena kepala sekolah sering

mengadakan pertemuan singkat atau rapat guru untuk membantu

guru PAK meningkatkan kompetensinya. Guru Pendidikan Agama

Katolik di SD Negeri 37 Simpang Hulu juga telah menjalankan

kewajiban sebagai seorang guru yaitu memenuhi persyaratan

administrasi dengan membuat RPP, Prota, Promes, Silabus dll.

(2) Dilihat dari penampilan, guru terlihat berwibawa dalam

menggunakan pakaian yang pantas dan layak sebagai seorang

pengajar.

(3) Guru PAK membuat situsi belajar mengajar cukup efektif dan efisien

siswa tidak ribut dan mengikuti perintah guru.

(4) Pada saat siswa tidak mengerjakan PR, guru memberi peringatan

dalam bentuk hukuman, memungut sampah di sekitar sekolah.

b. Faktor penghambat

(1) Guru yang mengajar pendidikan agama Katolik bukan merupakan

guru yang memang mengikuti pendidikan khusus. Oleh karena itu,

guru memiliki keterbatasan dalam mengajar dalam arti belum

menguasai teknik mengajar, terutama dalam membuat metode

mengajar. Guru PAK hanya menggunakan tiga metode saja yaitu,

metode ceramah, tanya jawab, dan kerja kelompok. Dari ketiga

metode itu, guru PAK lebih sering menggunakan metode ceramah

sedangkan metode tanya jawab dan kerja kelompok jarang


43

digunakan. Penyebab hal itu terjadi karena guru yang mengajar

Pendidikan Agama Katolik hanya menempuh pendidikan terakhir

SMA (Sekolah Menengah Atas).

(2) Siswa kurang memahami teori yang guru sampaikan, karena guru

terlalu fokus menggunakan metode ceramah yang akhirnya membuat

peserta didik bosan ketika berada di dalam kelas.

(3) Ruang perpustakaan hanya ada satu ruangan kecil karena diberi

papan pembatas dari ruangan guru dan dapur guru. Buku yang ada di

lemari perpustakaan sangat sedikit, dan buku-buku itu adalah buku

hasil sumbangan dari pemerintah untuk sumber belajar mengajar.

Ada beberapa buku yang memang terlihat baru, hanya saja kurang

lengkap dan hanya ada beberapa. Buku keperluan pelajaran agama

Katolik juga tidak lengkap seperti artikel rohani, gambar Tuhan

Yesus dan murid-murid-Nya, gambar Bunda Maria dan santo-santa.

3. Upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV di SD

Negeri 37 Simpang Hulu

Observasi dilaksanakan mulai pada tanggal 10 Februari 2021.

Observasi dilakukan ketika pelajaran PAK sedang berlangsung di ruangan

kelas IV. Guru mengajar dengan menggunakan bahan ajar dan RPP sebagai

pedoman. Melihat dari cara guru mengajar di kelas, guru terlihat berusaha

mengajak siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dibuktikan

pada saat guru selalu bertanya kembali apakah siswa mengerti tentang

materi yang dijelaskannya. Jika siswa kurang mengerti, guru selalu berusaha
44

menjelaskan dengan rinci materi yang diajarkannya. Metode yang

digunakan sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Guru PAK di

SD Negeri 37 Simpang Hulu sendiri, selalu menggunakan tiga metode saja

yaitu ceramah, kerja kelompok dan tanya jawab, akan tetapi lebih dominan

menggunakan metode ceramah. Dari cara guru menyampaikan pelajaran,

guru terlihat semangat dan menyampaikan secara rinci materi ajar. Guru

selalu membuka pertanyaan bagi siswa yang kurang paham. Maka jika

siswa bertanya, guru menjelaskan pertanyaan dan memperlihatkan rasa

bangga kepada siswa yang berani bertanya dalam bentuk pujian seperti

”pertanyaan yang sangat menarik”. Kegiatan tanya jawab menjadi kegiatan

yang sangat menarik. Guru dan siswa saling bertanya jawab dan timbulnya

komunikasi yang akrab antara guru dan siswa. Hal ini membuat proses

belajar mengajar menjadi sangat kondusif. Namun kegiatan tanya jawab

tersebut hanya terjadi antara guru dan siswa yang aktif saja. Siswa yang

lainnya cenderung tidak aktif dan diam saja. Lingkungan belajar sangat

sempit sehingga membuat proses belajar mengajar kurang nyaman.

Setelah melakukan observasi, peneliti beralih ke wawancara.

Wawancara. Informan pertama yaitu guru pendidikan agama Katolik.

Berdasarkan hasil wawancara, guru PAK mengatakan bahwa sangat besar

keinginan untuk membuat siswa terkhususnya kelas IV agar terbangunnya

hasrat dan keinginan untuk berhasil. Selain itu, dengan persiapan mengajar

seperti bahan ajar, guru berharap dapat membuat siswa terdorong dalam

kebutuhan belajarnya sehingga akhirnya membuat siswa memiliki


45

komitmen untuk menemukan cita-cita dan harapan di masa depan. Melalui

cara mengajar yang dapat membuat siswa merasa mampu untuk

mendapatkan motivasi belajar dengan kegiatan-kegiatan menarik dalam

belajar.

Observasi kedua dilakukan pada tanggal 18 Februari 2021. Peneliti

melakukan observasi pada saat pembelajaran sedang berlangsung di kelas

IV. Guru menjelaskan pembelajaran dengan sangat rinci dengan

menunjukan keinginan untuk berhasil dalam mengajar. Guru PAK

menggunakan pedoman mengajar seperti bahan ajar dan juga RPP. Guru

PAK selalu bertanya kepada siswa apakah sudah mengerti materi yang

disampaikan. Jika siswa bertanya, guru selalu menjelaskan kembali materi

yang sudah disampaikan dan memuji siswa yang bertaya. Jika ada siswa

yang kurang aktif, maka guru yang bertanya kepada siswa tersebut agar

siswa merasa di ikutsertakan dalam kegiatan diskusi.

Informan kedua adalah siswa kelas IV yang terdiri dari enam orang.

Berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar siswa mengatakan bahwa

materi yang disampaikan oleh guru PAK tidak dapat sepenuhnya dipahami.

Hal ini disebabkan karena siswa kelas IV kurang menyukai cara guru

mengajar yang selalu berceramah. Guru juga melakukan kegiatan tanya

jawab, hanya saja siswa kelas IV kurang memahami apa yang guru tanyakan

dan ada yang suka bertanya karena tidak mengerti. Hanya ada satu siswa

bernama susan, dia sangat menyukai pelajaran PAK dan selalu mendapat

nilai yang lumayan bagus pada saat UTS, UAS, dan ulangan harian.
46

Observasi ketiga dilakukan pada tanggal 26 Februari 2021. Peneliti

melakukan observasi pada saat pelajaran PAK sedang berlangsung. Guru

menggunakan bahan ajar dan RPP sebagai pedoman mengajar. Dengan

segala persiapan, guru menjelaskan materi yang disampaikan. Hal ini

menunjukan bahwa guru memiliki hasrat dan keinginan untuk membuat

peserta didik memahami pelajaran yang disampaikan. Melalui bahan ajar,

RPP, dan metode serta kesiapan guru dalam menyampaikan pembelajaran,

menunjukan adanya dorongan khusus untuk membuat peserta didik

terdorong dan kebutuhan belajarnya terpenuhi yang membuat siswa

memiliki cita-cita dan harapan yang tinggi di masa depan. Guru juga

memberikan penghargaan dalam mengajar dalam bentuk pujian ketika siswa

turut aktif dan kritis dalam belajar.

Informan selanjutnya adalah Kepala Sekolah di SD Negeri 37

Simpang Hulu Kabupaten Ketapang. Peneliti bertanya tentang upaya yang

dilakukan guru PAK dalam meningkatkan motivasi belajar. Beliau

mengatakan bahwa upaya yang dilakukan guru PAK jika dilihat dari

perkembangan sikap siswa kelas IV sendiri, tampak tidak terlalu kentara

perubahannya ke arah yang lebih baik. Karena dapat dipahami juga kondisi

guru PAK yang memang bertugas bukan pada keahliannya. Guru PAK tidak

mendapat pendidikan khusus selayaknya seperti guru-guru yang lain dan

hanya memanfaatkan bimbingan singkat dari para guru yang lain di sekolah

ini. Ada beberapa hal yang dapat memperkuat bukti bahwa perkembangan

siswa kelas IV tidak terlalu kentara ke arah yang lebih baik. Pertama dapat
47

dilihat dari perkembangan sikap kemauan untuk tekun dalam belajar. Pada

saat UTS atau UAS nilai siswa kelas IV ada yang memang mendapat nilai

yang bagus dan itu hanya satu siswa saja. Sedangkan yang lain

mendapatkan nilai yang sangat merosot rendah, hal ini dapat membuktikan

bahwa siswa kurang memiliki hasrat dan keinginan untuk berhasil,

kebutuhan belajarnya pun tidak terdorong karena rasa malas dan tidak

memiliki keinginan untuk tekun belajar. Hal ini terjadi karena pembawaan

guru nya yang kurang maksimal. Karena sebenarnya tugas utama seorang

guru harus membuat siswa mencapai motivasi belajarnya.

C. Pembahasan

1. Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Katolik selama ini di SD

Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketepang

Pada saat melakukan observasi mulai dari tanggal 8 Januari sampai

dengan 2 Februari di SD Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang,

beberapa hal yang peneliti temukan mengenai kompetensi pedagogik guru

PAK yaitu:

Kompetensi pedagogik sendiri memiliki beberapa sub yaitu

memahami peserta didik, merancang pembelajaran, melaksanakan

pembelajaran, merancang dan melaksanakan evaluasi dan juga

mengembangkan peserta didik. Guru PAK di SDN 37 Simpang Hulu sendiri

telah memahami peserta didik terkhususnya kelas IV secara mendalam.

Mulai dari latar belakang dan identitas peserta didik sampai pada karakter
48

peserta didik. Guru PAK juga telah melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakah bahan ajar dan RPP sebagai bahan ajar. Guru PAK

melaksanakan evaluasi dengan cara menanyakan kembali materi yang

dibahas pada pekan sebelumnya dan membahas tugas yang sudah diberikan.

Guru PAK juga mengembangkan peserta didik dengan cara memberikan

reward dalam bentuk pujian. Saat siswa bertanya guru selalu memberi

dukungan dengan mengatakan sesuatu yang membuat siswa merasa mampu

untuk belajar.

Setelah melakukan observasi, peneliti beralih ke wawancara.

Wawancara dilakukan pada tanggal 6 Februari dengan menggabungkan

seluruh hasil wawancara dari berbagai sumber yaitu guru PAK, siswa Kelas

IV, dan Ibu Kepala sekolah dengan hasil yaitu: Guru PAK mengatakan telah

memenuhi kualifikasi kompetensi pedagogik guru. Meskipun masih dalam

proses sambil belajar, namun mencoba untuk berusaha memahami peserta

didik dengan mengenal lebih dalam latar belakang peserta didik agar

mempermudah mengenal identitas dan karakter peserta didik, merancang

pembelajaran dengan menyiapkan bahan ajar dan juga RPP serta metode

sebagai pedoman mengajar. Melaksanakan pembelajaran menggunakan

bahan ajar dan metode ajar, merancang dan melaksanakan evaluasi dengan

meberikan PR, ulangan harian, dan menanyakan kembali apa yang dibahas

di pekan sebelumnya, serta mengembangkan peserta didik dengan

memberikan reward. Kemudian informan selanjutnya adalah siswa kelas IV.

Banyak yang mengatakan kurang menyukai metode ceramah karena ada


49

yang ingin belajar sambil bernyanyi, bermain, bercerita. Hanya ada satu

siswa kelas IV yang menyukai pelajaran PAK karena ingin tahu banyak

tentang Tuhan Yesus. Informan selanjutnya yaitu Ibu kepala sekolah. Beliau

mengatakan kompetensi pedagogik guru PAK masih membutuhkan

bimbingan secara mendalam. Seperti yang diketahui, guru PAK di SDN 37

Simpang Hulu Kabupaten Ketapang ini hanya mendapat pendidikan terakhir

yaitu SMA (Sekolah Menengah Atas). Hanya saja sering diberi arahan

melalui bimbingan singkat pada saat rapat guru, agar guru PAK mendapat

sedikit tambahan pengetahuan bahwa sangat pentingnya sebuah metode

dalam pembelajaran.

Kompetensi pedagogik memiliki pengertian yaitu kemampuan untuk

memahami peserta didik dalam segala segi pembelajaran. Mulai dari

kemampuan merancang dan melaksanakan pembelajaran, evaluasi hasil

belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan segala

potensi yang dimilikinya. Untuk mengembangkan segala kompetensi yang

dimilikinya, maka seorang guru harus memikirkan metode apa yang harus

disampaikan agar kemampuan yang dimilikinya dapat tersalurkan dengan

baik.

Guru harus menggunakan metode yang menarik agar siswa betah

berada di dalam kelas. Maka dari itu, guru harus menyiapkan rancangan

pembelajaran dengan metode yang cocok dengan materi. Jika guru kurang

mempersiapkan rancangan pembelajaran, maka akan kurang maksimal.

Alhasil siswa kurang bisa memahami apa yang guru sampaikan. Sedangkan
50

seorang guru perlu menerapkan kompetensi yang memang wajib dikuasai.

Guru harus memahami peserta didik secara mendalam dengan memanfaatkan

prinsip-prinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan

mengidentifikasikan bekal ajar awal peserta didik. Hal ini dapat dilakukan

dengan cara mengenal identitas atau latar belakang dari peserta didik tersebut.

Melaksanakan pembelajaran dengan menata latar (setting) pembelajaran

dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. Merancang dan

melaksanakan evaluasi pembelajaran. Proses dan hasil belajar secara

berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil evaluasi

proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar, dan

memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program

pembelajaran secara umum. Mengembangkan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensinya meliputi memfasilitasi peserta didik

untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta

didik untuk mengembangkan berbagai potensi non akademik.

2. faktor pendukung dan penghambat guru dalam memotivasi belajara siswa

kelas IV

a. Faktor Pendukung

Dari hasil observasi dan wawancara yang telah dilaksanakan di SD

Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang, guru telah melakukan

beberapa cara untuk memenuhi kualifikasi seorang guru. Dengan

menyiapkan rancangan persiapan pembelajaran dan menyiapkan metode

dengan tujuan agar peserta didik dapat mengerti dan memperoleh hasil
51

yang maksimal. Guru juga telah menyiapkan berbagai persiapan

administrasi seperti prota, promes, Silabus sampai pada RPP, merancang

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melaksanakan evalusi.

Situasi dalam proses belajar mengajar cukup efektif karena siswa kelas

IV tidak ribut saat belajar di dalam kelas.

Tiga syarat khusus untuk profesi seorang pendidik yaitu harus

menguasai bidang ilmu pengetahuan yang akan diajarkan, kemampuan

menyampaikan atau mengajarkan ilmu yang dimiliki secara efektif dan

efisien, berpegang teguh kepada kode etik profesi. Dari ketiga hal

tersebut dapat menjadi bukti bahwa guru benar-benar memiliki

kompetensi seperti guru pada umumnya. Guru juga harus memiliki

kesiapan terutama pada saat akan menyampaikan materi ajar di kelas.

Maka perlu menyiapkan berbagai administrasi seperti RPP, rancangan

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dengan baik, persiapan

penyampaian evaluasi.

b. Faktor penghambat

Metode yang seharusnya digunakan guru pada saat mengajar di

kelas yaitu, menyampaikan metode yang bervariasi, gunakan media

untuk melengkapi pembelajaran, selera humor yang tinggi dalam

penyajian pembelajaran, dan gunakan konsep yang baik. Untuk

memanfaatkan metode yang digunakan, maka harus tersedia juga

fasilitas-fasilitas mendukung yang sering disebut dengan sarana dan

prasarana pembelajaran yaitu seperti fasilitas yang lengkap dan juga


52

media-media yang dibutuhkan untuk memperlancar kegiatan belajar

mengajar di kelas.

Hasil observasi dan wawancara di SD Negeri 37 Simpang Hulu

Kabupaten Ketapang memperoleh hasil yaitu bahwa, guru PAK bukan

merupakan guru yang mengikuti pendidikan khusus pendidikan

keagamaan, namun hanya memiliki ijazah terakhir yaitu SMA. Guru

PAK di SD Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang, tidak

memiliki status dasar sebagai guru Pendidikan Agama Katolik, diangkat

menjadi guru Pendidikan agama Katolik oleh Kepala sekolah karena

kurangnya tenaga pengajar di sekolah tersebut. Oleh karena itu, guru

belum terlalu bisa menguasai kelas, menggunakan metode yang lebih

menarik, dan belum memiliki banyak pengalaman seperti guru yang

mengikuti pendidikan Strata 1 pada umumnya. Lingkungan belajar masih

terhitung sempit. Seperti ruangan kelas IV yang diberi pembatas dengan

kelas lain maka ruangan menjadi sangat sempit, begitu juga dengan kelas

lainnya. Perpustakaan sangat sempit dan isi dari lemari perpustakaan

merupakan buku sumbangan dari pemerintah dan dari sekolah-sekolah

maju di sekitar kecamatan Simpang Hulu. Banyak buku-buku yang masih

dibutuhkan terutama buku yang menjadi sumber untuk mengajar agama

Katolik.

3. Upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV di

Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu


53

Pada saat melakukan observasi mulai dari tanggal 10 Februari

sampai pada 4 Maret di SD Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten

Ketapang, beberapa hal yang peneliti temukan mengenai upaya yang

dilakukan guru PAK dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu:

Guru Pendidikan Agama Katolik di SD Negeri 37 Simpang Hulu

Kabupaten Ketapang selalu menggunakan bahan ajar dan RPP sebagai

pedoman mengajar. Guru menjelaskan secara rinci sesuai dengan pedoman

mengajar menunjukan bahwa guru ingin membangun hasrat dan keinginan

siswa kelas IV untuk berhasil menyimak pembelajaran. Metode yang

digunakan guru PAK yaitu ceramah dan tanya jawab. Guru terlihat

semangat menyampaikan materi ajar dan selalu membuka pertanyaan bagi

siswa yang kurang mengerti. Jika siswa bertanya, guru selalu menjelaskan

kembali apa yang ditanyakan peserta didik. Melalui pertanyaan yang siswa

tanyakan, guru selalu meberikan reward dalam bentuk pujian seperti

“pertanyaan yang sangat menarik”. Kegiatan tanya jawab menjadi kegiatan

yang sangat menarik dalam proses pembelajaran. Guru dan siswa saling

bertanya jawab dan timbulnya komunikasi tanpa perasaan segan siswa

pada Guru PAK. Namun, lingkungan belajar sangat sempit, sehingga

proses belajar mengajar menjadi agak kurang nyaman.

Setelah melakukan observasi, peneliti beralih ke wawancara.

Wawancara dilakukan pada tanggal 5 Maret dengan menggabungkan

seluruh hasil wawancara dari berbagai sumber yaitu guru PAK dan Ibu

Kepala sekolah dengan hasil yaitu: guru PAK mengatakan bahwa sulit
54

untuk membangun hasrat belajar siswa karena tidak mudah menemukan

metode yang lebih menarik agar siswa semangat dalam belajarnya. Guru

PAK juga bergarap dapat membuat siswa terdorong dalam kebutuhan

belajarnya agar siswa dapat menentukan komitmennya untuk menentukan

cita-citanya di masa depan. Selain itu, guru PAK juga berharap siswa kelas

IV dapat mencapai motivasi belajarnya dalam kegiatan-kegiatan dalam

belajar salah satunya metode tanya jawab. Selanjutnya hasil wawancara

dari Ibu Kepala sekolah. Kepala sekolah mengatakan bahwa,

perkembangan peserta didik terkhususnya kelas IV sendiri tampak tidak

terlalu kentara perubahannya ke arah yang lebih baik. Dapat dipahami

pengalaman guru PAK yang memang bertugas bukan pada keahliannya

maka sulit untuk menguasai metode dalam mengajar.

Motivasi belajar sendiri memiliki arti sebagai dorongan internal

dan eksternal dalam perubahan tingkah laku. Ada enam indikator

motivasi belajar yaitu: hasrat dan keinginan untuk berhasil, adanya

dorongan dan kebutuhan dalam mengajar, adanya harapan dan cita-cita

dimasa depan, adanya penghargaan dalam mengajar, adanya kegiatan

menarik dalam mengajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Seorang guru dituntut harus memiliki kepribadian yang matang,

bersahaja, dan menyenangkan. Beberapa kepribadian inilah yang sangat

diidolakan peserta didik. Mulai dari caranya berpenampilan, yang akan

menjadi panutan siswa untuk berpenampilan seperti gurunya, kemudian

dari cara guru menyajikan pembelajaran, apakah guru mampu


55

menyampaikan materi ajar dengan sangat menarik dan memiliki makna

yang sangat berpengaruh bagi motivasi belajar siswa. Seorang guru pula,

harus memiliki jalinan yang kuat dalam arti untuk mempermudah

membawa peserta didik ke arah yang lebih baik untuk mencapai motivasi

belajarnya. Jalinan yang kuat antara guru dan peserta didik tidak hanya

sebatas dalam pertemuan formal saja, melainkan menggambarkan

hubungan antara orang tua dan anak atau hubungan persahabatan. Maka

besar kemungkinan guru dapat mengenal karakteristik setiap peserta didik

dan peserta didik pun menjadi lebih terbuka terhadap gurunya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada bagian akhir ini, membuat kesimpulan berdasarkan hasil penelitian

yang dilaksanakan di SD Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang, pada

tanggal 8 Januari - 8 Maret dan setelah dilakukan analisis data, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Katolik di SD Negeri 37

Simpang Hulu Kabupaten Ketapang selama ini dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa kelas IV yaitu guru PAK telah melaksanakan

tugasnya sebagai seorang guru dengan memenuhi pencapaian indikator

kompetensi terkhususnya kompetensi pedagogik seperti memahami peserta

didik, merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, merancang

dan melaksanakan evaluasi, dan mengembangkan peserta didik. Namun

guru terlalu fokus menggunakan metode ceramah pada saat mengajar di

kelas yang membuat usaha yang dilakukan guru tidak sepenuhnya berhasil.

2. Faktor yang menjadi pendukung guru PAK dalam memotivasi belajar siswa

adalah guru PAK telah melaksanakan perannya menjadi seorang guru

dengan memiliki kompetensi, terkhususnya kompetensi pedagogik, proses

belajar mengajar cukup efektif, dan siswa tidak ribut saat belajar di dalam

kelas. Faktor penghambatnya adalah guru PAK hanya menempuh

pendidikan terakhir SMA, kurangnya fasilitas mengajar yang menyebabkan

56
57

guru PAK kesulitan dalam memperoleh sumber untuk membuat bahan ajar

dan meode pembelajaran.

3. Upaya yang dilakukan guru PAK dalam meningkatkan motivasi belajar

yaitu, guru PAK telah memenuhi pencapaian indikator motivasi belajar

dengan menggunakan bahan ajar dan RPP sebagai pedoman mengajar,

selalu menjelaskan materi secara rinci, menggunakan metode dalam

pembelajaran, guru selalu memberikan reward dalam bentuk pujian bagi

peserta didik yang bertanya atau menjawab.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dikemukakan beberapa saran

saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Diharapkan guru menggunakan metode yang lebih variatif agar siswa

tidak cepat bosan berada di dalam kelas. Misalnya menggunakan media

gambar, meceritakan apa yang terdapat di dalam gambar tersebut. Gunakan

metode lain yang sesuai dengan materi misalnya menggunakan metode kerja

kelompok, bercerita, menyanyi, mendengarkan atau menonton video yang

terkait dengan materi ajar.

2. Bagi peserta didik

a. Diharapkan agar peserta didik lebih giat dalam belajar di rumah agar

mengerti dengan mudah materi yang guru sampaikan.


58

b. Diharapkan peserta didik mampu memanfaatkan waktu belajar dengan

maksimal, dengan menciptakan suasana belajar yang menimbulkan rasa

kerinduan tersendiri untuk belajar.

3. Bagi Kepala sekolah

Mengingat kompetensi guru sangat dibutuhkan maka perlu adanya

bimbingan rutin agar kemampuan guru dapat diasah meskipun bukan

melalui pendidikan khusus, untuk meningkatkan motivasi siswa agar

terciptanya peserta didik yang berkualitas.


DAFTAR PUSTAKA

Adisusanto, F. (2011). Kurikulum Pendidikan Agama Katolik di Perguruan


Tinggi. Jakarta: Komkat KWI.
Aqid, Z. (2010). Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran. Bandung:
Yrama Widia.
Asril, Z. (2010). Micro Teaching. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Azwar. (2001). Sikap dan perilaku dalam: sikap manusia teori dan
pengukurannya. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
Depdikbut. (1993). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka.
Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah Republik indonesia Nomor 19 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan, Badan Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta.
Fathurrohman, P. (2014). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Redaksi Refika
Aditama.
Hamalik O. (2002). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatam Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik O. (2005). Kurikulum Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, O. (2011). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamzah. (2013). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Hutagalung., I. (2007). Perkembangan Kepribadian. Bekasi: Indeks Kencana.
Ishlahunnissa. (2010). Mendidik Anak Perempuan. Solo: qwam Media
PRIFETIKA.
Jejen, M. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Komkat KWI. (2006). Kurikulum Pendidikan Agama Katolik di Perguruan
Tinggi. Jakarta: Bumi Akrasa.
Komkat KWI. (2011). Katekese Umat. Jakarta:Bumi Aksara
Moleong, L. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

59
60

Mulyasa, E. (2008). Menjadi Guru yang Profesional Menciptakan Pembelajaran


Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Ramaja Rosdakarya.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang
Strandar Nasional Pendidikan.
Paulus, T. (2009). Petualangan Intelektual Menuju Metode Penelitian Pendidikan.
GITA KASIH.
Ramayulis. (2010). Profesi dan etika. Jakarta: Kalam Mulia.
Ramayulis. (2013). Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Rifma. (2016). Optimalisasi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru. Jakarta:
Prenada Media.
Sadulloh, U. (2008). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Satori, & Komariah. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Alfabeta.
Siagian, & Sondang. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Bina
Aksara.
Soerjono, S. (2002). Teori peranan . Jakarta: Bumi Aksara.
Suardi, E. (1979). Pedagogik. Bandung: Angkasa OFFSET.
Sugiyono. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatife, Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Suhana. (2014). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Suko. (2020). Menjadi Calon Guru. Surabaya: Scopindo Media Pustaka.
Uno, H. B. (2013). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Usep. (2008). Pengembangan Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Malang:
Gunung samudera.
Usman. (2003). Menjadi Guru profes-sional. Bandung: Rosda karya.
UU Nomor 74 Tahun 2008 Pasal 3 Ayat (4). (n.d.). tentang Kompetensi
Pedagogik Guru.
Winkel, W. (2005). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta: Media Abadi.
61

LAMPIRAN
PEDOMAN OBSERVASI
No Indikator Keterangan
1 Peran kompetensi pedagogik guru
dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa
a. Guru sudah memahami peserta Guru telah memahami peserta didik
didik secara mendalam dengan mengenal karakter masing-
masing siswa. Mulai dari latar belakang
dan nama masing-masing siswa
terkhususnya kelas IV itu sendiri.
b. Guru sudah merancang persiapan Guru Pendidikan Agama Katolik selalu
pembelajaran merancang kegiatan pembelajaran,
sebelum kegiatan belajar mengajar
dilaksanakan dengan menyiapkan RPP,
bahan ajar sebagai pedoman mengajar
dan juga metode pembelajaran.
c. Guru sudah melaksanakan Guru Pendidikan Agama Katolik
pembelajaran di kelas melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah dan tanya
jawab dan menyampaikan materi ajar
menggunakan bahan ajar dan RPP.
d. Guru sudah merancang dan Guru Pendidikan Agama Katolik
melaksanakan evaluasi melaksanakan evaluasi dengan cara
memberikan tugas dalam bentuk PR,
ulangan harian dan bertanya kembali
tentang materiajar di awal atau di akhir
pembelajaran.
e. Guru sudah mengembangkan Guru Pendidikan Agama Katolik
pribadi setiap peserta didik mengembangkan pribadi setiap peserta
didik dengan cara memberikan reward
kepada setiap peserta didik dalam bentuk
pujian.
2 Faktor pendukung dan penghambat
dalam memotivasi belajar siswa di
kelas IV
a. Faktor pendukung a. Guru PAK melaksanakan perannya
sebagai seorang guru yaitu menjalankan
kompetensi pedagogik, karena diberikan
arahan melalui pendidikan singkat yang
diadakan oleh kepala sekolah dan juga
telah memenuhi persyaratan administrasi
dengan membuat
RPP,Prota,Promes,silabus Dll.
b. Situasi belajar mengajar cukup efektif
dan efisien

62
63

c. Siswa tidak ribut ketika berada di dalam


kelas
d. Pada saat siswa tidak mengerjakan PR,
guru memberi peringatan dalam bentuk
hukuman memungut sampah di sekitar
sekolah.

b. Faktor penghmbat Ruangan perpustakaan sangat kecil dan


buku-buku sebagai penunjang belajar
tidak lengkap

3 Peran kompetensi pedagogik guru


dalam meningkatkan motivasi
belajar siswa
a. Hasrat dan keinginan peserta didik Guru PAK menjelaskan materi secara
untuk berhasil rinci. Menunjukan bahwa guru memiliki
hasrat dan keinginan untuk membuat
siswa kelas IV mencapai keberhasilan
dalam belajarnya.
b. Dorongan dan kebutuhan dalam Metode dan kesiapan guru dalam
belajar pembelajaran menunjukan bahwa guru
memiliki keinginan untuk mendorong
siswa dalam kebutuhan belajarnya.
c. Harapan dan cita-cita di masa Guru berusaha membuat siswa
depan mempunyai harapan dan cita-cita di masa
depan.
d. Adanya penghargaan dalam belajar Guru PAK selalu memberikan pujian
kepada peserta didik yang aktif dalam
proses pembelajaran.
e. Adanya kegiatan menarik dalam Guru PAK selalu berusaha mencairkan
belajar suasana yang tegang dengan pertanyaan
atau sedikit candaan agar kegiatan
belajar-mengajar tidak membosankan
dan suasana belajar menjadi menarik.
f. Lingkungan belajar yang kondusif Lingkungan belajar sangat sempit dan
terlihat kurang nyaman karena satu kelas
dibagi untuk dua angkatan dan hanya
diberi batasan dinding untuk
memisahkan dua kelas tersebut.
64

Hasil Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Katolik

1. Upaya yang dilakukan guru Pendidikan Agama Katolik dalam

Meningkatkkan Motivasi Belajar Siswa

Adapun pertanyaannya yaitu:

a. Apa metode yang digunakan Ibu guru Pendidikan Agama Katolik

dalam mengajar di kelas untuk meningkatkan motivasi belajar siswa?

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan

pertama yaitu Ibu Genta Mina sebagai guru Pendidkan agama Katolik,

mengatakan metode yang digunakan pada saat belajar mengajar di

kelas yaitu ceramah, Tanya jawab. Tentu banyak sekali hal yang harus

diperbaiki dari metode yang digunakan ini terutama metode ceramah.

Karena di sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu ini masih banyak

sekali fasilitas yang masih belum terpenuhi. Seperti media yang

digunakan untuk mengajar seperti buku-buku paket siswa, buku paket

guru, artikel rohani, dan gambar-gambar rohani seperti gambar Tuhan

Yesus dan murid-murid Nya, gambar Bunda Maria, dan Santo Santa.

Guru mengajar hanya menggunakan bahan ajar dan RPP. Ibu GM juga

mengatakan bahwa menjadi guru itu tidak cukup jika hanya tamat

SMA (Sekolah Menengah Atas) karena memang membutuhkan

pengalaman yang luas agar bisa mencermati dan menyampaikan

pelajaran dengan metode yang baik agar membuat siswa tidak bosan

saat belajar di kelas.


65

b. Apakah metode tersebut sudah cukup efektif untuk mengembangkan

pengetahuan dan iman peserta didik?

Ada metode yang memang disukai siswa dan ada juga metode

yang memang kurang diminati siswa. seperti metode tanya jawab

memang diminati siswa karena anak-anak SD terkhususnya kelas

empat ini masih berada di fase di mana mereka masih sangat ingin

bermain dengan teman sepermainanya. Dengan melalui metode tanya

jawab, saya lebih memberikan waktu untuk mereka berbicara dan

berpendapat. Saya menyadari bahwa mereka kurang menyukai metode

ceramah, namun sangat sulit bagi saya untuk menemukan ide untuk

membuat metode yang lebih unik.

2. Apa faktor penghambat dan pendukung dalam meningkatkan motivasi

belajar siswa di kelas.

a. Apa saja kendala Ibu dalam meningkatkan motivasi belajar siswa di

kelas?

Ada beberapa kendala yang masih sangat berpengaruh bagi

kegiatan belajar mengajar di kelas. Yang pertama, kurangnya fasilitas

seperti buku-buku. Buku tentu menjadi bagian yang sangat penting

bagi proses kegiatan belajar mengajar. Karena buku yang menjadi

sumber utama dalam kegiatan belajar mengajar. Fasilitas yang lain

adalah media belajar yang dimanfaatkan sebagai metode. Metode yang

membuat proses belajar mengajar menjadi sangat hidup. Karena


66

metode yang guru gunakan akan membuat siswa menjadi terpengaruh

ke arah positif bahkan ke arah yang negatif. Terpengaruh ke arah

positif jika gurunya menggunakan metode dengan baik yang membawa

siswa menjadi semangat untuk belajar dan tidak bosan. Terpengaruh ke

arah negatif jika hanya menggunakan metode ceramah dan akhirnya

membuat siswa menjadi sangat bosan. Yang kedua, kurangnya ide.

Pengalaman sangat dibutuhkan dalam menjadi guru. Maka dari itu,

tidak cukup jika hanya tamat SMA (Sekolah Menengah Atas) untuk

bisa menjadi guru. Untuk menjadi guru professional membutuhkan

didikan khusus dan telah melakukan praktik mengajar di lapangan dan

pengalaman lainnya agar mempermudah untuk mengalirkan ide-ide

dalam menggunakan metode dalam mengajar di kelas.

b. Apakah ibu merasa peserta didik sudah terbantu dengan metode yang

Ibu guru gunakan?

Metode yang digunakan pada saat belajar di kelas tidak terlalu

membantu perkembangan belajar peserta didik kususnya kelas IV.

metode yang digunakan hanya ceramah dan tanya jawab. Metode

ceramah yang digunakan membuat siswa menjadi bosan. Dapat dilihat

dari raut muka siswa yang lesu dan tidak bersemangat. Jika

menggunakan metode Tanya jawab, siswa terlihat agak bersemangat

dan mau menjawab pertanyaan yang ditanyakan guru di depan.


67

Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah

1. Mengapa perlunya peran kompetensi pedagogik guru untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa di Sekolah Dasar Negeri 37 Simpang Hulu

Kabupaten Ketapang

a. Menurut Ibu Apakah Guru Pendidikan Agama Katolik di SD ini sudah

memiliki kompetensi pedagogik untuk mengajar Pendidikan Agama

Katolik?

Guru Pendidikan Agama Katolik sudah memiliki kompetensi.

Karena kompetensi tidak hanya didapatkan melalui pendidikan khusus.

Akan tetapi berasal dari dalam diri guru yaitu memiliki kemampuan

alami. Akan tetapi kompetensi yang dimiliki tidak seluas kompetensi

guru yang tamatan Strata 1 (S1). Hal itu sangat dimaklumi karena

tenaga guru masih sangat kurang terutama Guru Pendidikan Agama

Katolik itu sendiri.

b. Menurut Ibu, apakah peserta didik kususnya kelas IV cukup antusias

dalam mengikuti pelajaran Agama Katolik di kelas?

Siswa akan antusias jika guru mempersiapkan, merancang, dan

melaksanakan pembelajaran dengan baik. Di kelas IV sendiri, siswa

terasa tidak antusias apabila guru Pendidikan Agama Katolik hanya

menggunakan metode ceramah. Sangat tampak dari raut wajah siswa

dan rasa tidak ingin melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar.

Lain halnya jika guru menggunakan metode tanya jawab. Siswa terasa
68

lebih mampu menyesuaikan dirinya dengan pertanyaan sederhana yang

ditanya oleh guru.

c. Bagaimana hasil kompetensi guru dalam mendorong perkembangan

motivasi belajar siswa jika dilihat dari sikap setiap peserta didik?

Dari segi hidup sosial siswa di sekolah, siswa lebih hormat

kepada guru, tidak melawan dan mengikuti perintah guru, takut untuk

tidak masuk sekolah (meskipun dalam keadaan sakit). Jika dilihat dari

keinginan siswa untuk belajar terasa sangat masih kurang karena siswa

masih kurang meminati beberapa metode yang guru gunakan.

2. Apa Faktor pendukung dan penghambat dalam membangun kompetensi

pedagogik guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di Sekolah

Dasar Negeri 37 Simpang Hulu Kabupaten Ketapang

a. Apa yang menjadi pengaruh utama siswa kelas IV tidak memiliki

motivasi belajar?

Kurangnya metode yang digunakan guru pada saat mengajar di

kelas. Guru hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab. yang

akhirnya akan membuat siswa merasa cepat bosan belajar di kelas.

Sebenarnya persoalan ini disebabkan oleh kurang terdukungnya

fasilitas belajar yaitu berupa media (buku-buku penunjang kebutuhan

belajar). Akibatnya, guru kurang terinspirasi untuk memunculkan ide

baru berupa metode belajar.

b. Apa saja kendala Ibu Kepala Sekolah dalam membangun kompetensi

guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV di kelas?


69

Kendala yang dihadapi sekarang yaitu kurangnya prasarana

sekolah berupa media-media belajar. Akhirnya membuat guru

kesulitan memunculkan ide baru untuk membuat metode yang akan

mereka gunakan pada saat kegiatan belajar mengajar di kelas. Tidak

mengikuti perkembangan jaman, tidak bisa menggunakan teknologi

karena keterbatasan dari segala sisi. Tidak ada listrik, sinyal ditambah

lagi kurangnya prasarana sekolah yang akhirnya membuat guru

menjadi ketinggalah zaman.

c. Bagaimana cara Ibu mendorong dan memotivasi guru agar senantiasa

berusaha membentuk motivasi belajar siswa?

Meberikan arahan kusus, bisa dengan cara formal atau non

formal. Dengan cara yang formal melalui rapat guru atau bimbingan

guru. Dengan cara yang non formal Misalnya pada ngobrol sesama

guru di kantor, Masak dan makan bersama. Hal ini bertujuan untuk

mengikat tali persaudaran antara sesama guru. Antara guru satu dengan

yang lain tidak segan satu sama lain. Tujuannya agar mempermudah

membentuk kompetensi pedagogik setiap guru. Terkhususnya guru

Pendidikan Agama Katolik.


70

Hasil Wawancara dengan Peserta didik kelas IV

Sumber 1: Aleta Pioleta

1. Bagaimana tanggapan peserta didik tentang guru Pendidikan Agama

Katolik dalam kegiatan belajar mengajar di kelas?

a. Mengasyikan atau tidak belajar agama Katolik di kelas?

“Kurang asyik”.

b. Mengapa

“Karena kurang mengerti dengan apa yang guru jelaskan”.

c. Pernahkah guru bercerita saat pelajaran berlangsung?


“Pernah”.
d. Apakah kamu suka sama ceritanya?

“Suka. Kalau bercerita dongeng”.

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan motivasi

belajar di kelas?

a. Kamu suka belajar agama di sekolah?

“Tidak terlalu”.

b. Mengapa?

“Lebih suka kerja sama dengan teman “ (Kerja kelompok)

c. Mengapa menyukai kerja kelompok

“Bisa ngobrol sama teman”

d. Saat belajar agama di kelas, kalian memperhatikan atau sibuk sendiri?

(ngobrol sendiri, melamun, mengerjakan pekerjaan lain)

“Memperhatikan”
71

e. Mengerti atau tidak dengan penjelasan guru?

“Tidak terlalu mengerti”

f. Kamu suka bertanya pada guru saat pelajaran agama?

“Kadang bertanya kadang tidak”

g. Kalian suka bercerita kembali pelajaran agama kepada orang lain?

(teman, orang tua, saudara )

“kadang-kadang bercerita”

Sumber 2: Petronela Yelsa

1. Bagaimana tanggapan peserta didik tentang guru Pendidikan Agama Katolik

dalam kegiatan belajar mengajar di kelas?


72

a. Mengasyikan atau tidak belajar agama Katolik di kelas?

“Kurang asyik”

b. Mengapa
“Karena tidak pernah belajar sambil bermain”
c. Pernahkah guru bercerita saat pelajaran berlangsung?
“Pernah, tapi jarang”
d. Apakah kamu suka sama ceritanya?

“Suka”

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan motivasi

belajar di kelas?

a. Kamu suka belajar agama di sekolah?

“Tidak terlalu”.

b. Mengapa?

“Lebih suka bermain”

c. Saat belajar agama di kelas, kalian memperhatikan atau sibuk sendiri?

(ngobrol sendiri, melamun, mengerjakan pekerjaan lain)

“kurang memperhatikan”

d. Kamu suka bertanya pada guru saat pelajaran agama?

“Kadang bertanya kadang tidak”

e. Kalian suka bercerita kembali pelajaran agama kepada orang lain?

“kadang-kadang bercerita”

Sumber 3: Nira Stania


73

1. Bagaimana tanggapan peserta didik tentang guru Pendidikan Agama Katolik

dalam kegiatan belajar mengajar di kelas?

a. Mengasyikan atau tidak belajar agama Katolik di kelas?

“Kurang asyik”.

b. Mengapa

“Karena tidak pernah belajar sambil bernyanyi”.

c. Pernahkah guru bercerita saat pelajaran berlangsung?


“Pernah”.
d. Apakah kamu suka sama ceritanya?

“Suka”

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan motivasi

belajar di kelas?

a. Kamu suka belajar agama di sekolah?

“Tidak terlalu”.

b. Mengapa?

“Lebih suka belajar sambil bernyanyi”

c. Saat belajar agama di kelas, kalian memperhatikan atau sibuk sendiri?

(ngobrol sendiri, melamun, mengerjakan pekerjaan lain)

“tidak terlalu”

d. Mengerti atau tidak dengan penjelasan guru?

“Tidak terlalu mengerti”

e. Kamu suka bertanya pada guru saat pelajaran agama?

“Tidak pernah”
74

f. Mengapa?

“Karena tidak paham”

g. Kalian suka bercerita kembali pelajaran agama kepada orang lain?

(teman, orang tua, saudara )

“Bercerita”

Sumber 4: Susan
75

2. Bagaimana tanggapan peserta didik tentang guru Pendidikan Agama Katolik

dalam kegiatan belajar mengajar di kelas?

a. Mengasyikan atau tidak belajar agama Katolik di kelas?

“Asyik”.

b. Mengapa

“Karena suka pelajaran agama”.

c. Pernahkah guru bercerita saat pelajaran berlangsung?


“Pernah”.
d. Apakah kamu suka sama ceritanya?

“Suka sekali”

3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan motivasi

belajar di kelas?

a. Kamu suka belajar agama di sekolah?

“Sangat suka”.

b. Mengapa?

“Karena suka dengan cerita Tuhan Yesus”

c. Saat belajar agama di kelas, kalian memperhatikan atau sibuk sendiri?

(ngobrol sendiri, melamun, mengerjakan pekerjaan lain)

“Memperhatikan”

d. Mengerti atau tidak dengan penjelasan guru?

“Mengerti”

e. Kamu suka bertanya pada guru saat pelajaran agama?

“Suka bertanya”
76

f. Mengapa?

“Karena ingin tahu”

g. Kalian suka bercerita kembali pelajaran agama kepada orang lain?

(teman, orang tua, saudara )

“Bercerita kepada orang tua”

Sumber 5: Teopilus Apen


77

1. Bagaimana tanggapan peserta didik tentang guru Pendidikan Agama Katolik

dalam kegiatan belajar mengajar di kelas?

a. Mengasyikan atau tidak belajar agama Katolik di kelas?

“Kurang asyik”.

b. Mengapa

“Karena selalu diceramahi”

c. Pernahkah guru bercerita saat pelajaran berlangsung?


“Pernah”.
d. Apakah kamu suka sama ceritanya?

“suka”

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan motivasi

belajar di kelas?

a. Kamu suka belajar agama di sekolah?

“Tidak terlalu”.

b. Mengapa?

“Lebih suka cerita dan menyenyi”

c. Saat belajar agama dikelas, kalian memperhatikan atau sibuk sendiri?

(ngobrol sendiri, melamun, mengerjakan pekerjaan lain)

“memperhatikan”

d. Mengerti atau tidak dengan penjelasan guru?

“Tidak terlalu mengerti”

e. Kamu suka bertanya pada guru saat pelajaran agama?

“Kadang-kadang bertanya”
78

f. Mengapa kadang-kadang?

“kalau menyimak baru bertanya”

g. Kalian suka bercerita kembali pelajaran agama kepada orang lain?

(teman, orang tua, saudara )

“Tidak pernah”

Sumber 6: Nathasa Diva


79

1. Bagaimana tanggapan peserta didik tentang guru Pendidikan Agama Katolik

dalam kegiatan belajar mengajar di kelas?

e. Mengasyikan atau tidak belajar agama Katolik di kelas?

“Kurang asyik”.

f. Mengapa?

“Karena tidak pernah belajar sambil bernyanyi””.

g. Pernahkah guru bercerita saat pelajaran berlangsung?


“Pernah”.
h. Apakah kamu suka sama ceritanya?

“kurang suka cerita”

2. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan motivasi

belajar di kelas?

a. Kamu suka belajar agama di sekolah?

“Tidak terlalu”.

b. Mengapa?

“Lebih suka belajar sambil bernyanyi”

c. Saat belajar agama di kelas, kalian memperhatikan atau sibuk sendiri?

(ngobrol sendiri, melamun, mengerjakan pekerjaan lain)

“tidak terlalu memperhatikan karena sibuk sendiri”

d. Mengerti atau tidak dengan penjelasan guru?

“Tidak terlalu mengerti”

e. Kamu suka bertanya pada guru saat pelajaran agama?

“kadang-kadang bertanya”
80

f. Apa yang ditanyakan?

“Tentang pelajaran”

g. Kalian suka bercerita kembali pelajaran agama kepada orang lain?

(teman, orang tua, saudara )

“Bercerita kepada orang tua dan teman”

DAFTAR GAMBAR
81

1. Keterangan 1: SDN 37 Simpang Hulu Kab. Ketapang, Pukul 09:05, dokumentasi kegiatan

belajar mengaja

2. Keterangan 2: SDN 37 Simpang Hulu Kab. Ketapang, Pukul 09:08, dokumentasi keadaan
sekolah
82

3. Keterangan 3: SDN 37 Simpang Hulu Kab. Ketapang, Pukul 9:30, dokumentasi pertemuan
dengan guru PAK dan Kepala Sekolah

4. Ke
ter
angan 4: SDN 37 Simpang Hulu Kab. Ketapang, Pukul 10:00, dokumentasi visi-misi sekolah
83

5. Keterangan 5: SDN 37 Simpang Hulu Kab. Ketapang, Pukul 10:11, dokumentasi kantor guru
84

6. Keterangan 6: SDN 37 Simpang Hulu Kab. Ketapang, Pukul 10:13, dokumentasi keadaan
perpustakaan sekolah

7. Keterangan 8: SDN 37 Simpang Hulu Kab. Ketapang, Pukul 08:32, Kegiatan belajar
mengajar PAK siswa kelas IV
85

Anda mungkin juga menyukai