Anda di halaman 1dari 21

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk

Meningkatkan Karakter Kedisiplinan dan Minat Belajar Pada Siswa Kelas


II di SD Muhammadiyah Karang Ploso

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas

Dosen Pengampu: M. Ragil Kurniawan, M.Pd

Oleh:

Nasihatun Azizah (1700005043)

Nadya Arivika P (1700005044)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia.
Pendidikan dijadikan sebagai bekal untuk meningkatkan kualitas hidup dan kelangsungan
kehidupan bangsa ini. Pendidikan merupakan sebuah usaha terencana dan sadar yang
bertujuan meningkatkan dan mewujudkan suasana pembelajaran dan proses pembelajaran
supaya siswa menjadi aktif dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk
memiliki ilmu pengetahuan agama (religius), pengendalian masing-masing orang terhadap
dirinya sendiri, kepribadian yang baik, kecerdasan, akhlak yang mulia dan baik, serta
keterampilan yang diperlukan bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara (Undang-
Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Dalam UU Nomer 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menjelaskan bahwa Pendidikan


Nasional berfungsi sebagai pengembangan kemampuan dan pembentukan watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka/tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
Indonesia. Manfaatnya yaitu untuk meningkatkan potensi siswa sehingga siswa tersebut
menjadi manusia yang bertaqwa dan beriman kepada pada Tuhan Yang Maha Esa,
mempunyai akhlak yang mulia, sehat jasmani dan rohani rohani, memiliki ilmu, bijak
dalam bertindak, kreatif, inovatif, dan mandiri. Secara formal upaya ntuk menyiapkan
kondisi, sarana dan prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah pada
pengembangan dan pembentukan perilaku dan budi pekerti generasi muda bangsa
Indonesia mempunyai landasan yuridis yang kuat dan kokoh.

Pendidikan di Indonesia sudah menerapkan pendidikan yang penguatannya pada


peningkatan karakter siswa, karena dinilai karakter mulai berkurang seiring perkembangan
zaman. Perilaku siswa dapat mencerminkan kedisiplinan di sekolah serta dapat
menunjukkan telah terjadinya sebuah permasalahan yang bersifat serius dalam
pengembangan dan peningkatan karakter disiplin. Hal ini ditandai dengan kemunculan
perilaku siswa kurang disiplin yang nantinya akan menunjukan bahwa ilmu pengetahuan
yang didapat berkorelasi dengan peningkatan, penguatan, dan peningkatan karakter siswa
dari sekolah. Hal itu menimbulkan masalah berupa terbentuknya dampak negatif dan
hilangnya dampak positif terhadap perubahan perilaku siswa menjadi lebih baik pada
kehidupan sehari-hari.
Seringkali saat pembelajaran berlangsung siswa kurang bergairah dalam mengikuti
pelajaran. Hanya beberapa siswa yang dapat memahami dan mengerjakan tugas dengan
semangat. Beberapa siswa juga mengerjakan tugas yang diberikan dengan perasaan
terpaksa atau takut. Hal ini menyebabkan tugas yang diberikan hasilnya kurang memuaskan
sehingga terkesan asal jadi. Dengan kondisi seperti ini, guru perlu mencari upaya
bagaimana menumbuhkan minat belajar siswa. Minat belajar siswaa merupakan faktor
yang sangat penting dalam keberhasilan siswa. Minat belajar siswa juga mempengaruhi
kegiatan belajar mengajar.

Siswa kelas II di SD Muhammadiyah Karang Ploso kurang berminat dalam belajar.


Ada beberapa masalah yang dihadapi siswa saat proses belajar mengajar. Masalah itu
seperti proses belajar yang monoton dan tidak menarik. Beberapa guru menjelaskan materi
pembelajaran dengan tidak melibatkan model pembelajaran serta media yang disediakan.
Selain itu masalah lain adalah kurang perhatian guru terhadap siswa sehingga siswa merasa
kurang diperhatikan. Diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran PBL maka
siswa dapat meningkatkan minat belajarnya.

Selain itu ada beberapa siswa kelas II SD Muhammadiyah Karang Ploso yang kurang
disiplin dalam melaksanakan aktivitas saat proses belajar dan mengajar. Karakter
kedisiplinan beberapa siswa rendah karena beberapa masalah seperti siswa yang asik
sendiri saat proses belajar mengajar dengan mengobrol bersama teman, bermain sendiri,
dan tidak memperhatikan guru saat menjelaskan. Selain itu karakter kedisiplinan beberapa
siswa rendah karena menyepelekan proses pembelajaran dengan tidak mematuhi aturan
yang sudah ditetapkan. Diharapkan dengan dilaksanakannya model pembelajaran PBL
yang sistematis maka siswa dapat meningkakan karakter kedisiplinannya.

Saat kegiatan belajar mengajar masih ditemukan guru sebagai pengajar yang
memposisikan siswa sebagai objek belajar saja, bukan sebagai individu yang harus
dikembangkan potensi yang dimilikinya. Model pembelajaran berbasis masalah (PBL)
berbeda dengan model pembelajaran yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan
guru adalah memberikan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi
investigasi serta dialog. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan
topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik
masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah guru menyediakan perancah
atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan dan
intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu
menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi
jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu
sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide siswa dalam menanggapi berbagai masalah.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang diatas maka dapat diidentifikasi
masalahnya, sebagai berikut:
1. Beberapa siswa kurang berminat dan bersemangat dalam melaksanakan proses
belajar mengajar
2. Beberapa siswa melakukan tindakan kurang disiplin seperti kesadaran dalam
menjalankan tata tertib sekolah
3. Pelaksanan pembelajaran cenderung monoton dengan kurang menyertakan
model maupun metode pembelajaran lain

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, terdapat beberapa permasalahan. Dalam
penelitian ini dibatasi permasalahannya berupa cara meningkakan karakter
kedisiplinan dan minat belajar siswa dengan menerapkan salah satu model
pembelajaran yaitu Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis
masalah. Model pembelajaran ini terintegrasi dengan pendidikan karakter
kedisiplinan untuk mengatasi rendahnya minat belajar siswa. Model pembelajaran
PBL dipilih karena dapat meningkatkan karakter kedisiplinan dan minat belajar
siswa melalui solusi permasalahan yang disajikan.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah ditetapkan dan dijabarkan, maka
rumusan masalahnya, sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan minat belajar siswa Kelas II SD Muhammadiyah
Karang Ploso melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah?
2. Bagaimana peningkatan karakter kedisiplinan siswa Kelas II SD
Muhammadiyah Karang Ploso melalui penerapan model pembelajaran
berbasis masalah?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan dan dijabarkan, maka dapat
diklasifikasikan tujuan penelitian diantaranya sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan minat belajar siswa Kelas II SD Muhammadiyah Karang
Ploso melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah
2. Untuk meningkatkan karakter kedisiplinan siswa Kelas II SD Muhammadiyah
Karang Ploso melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah

F. Definisi Operasional
1. Aspek minat belajar yang dipilih yaitu siswa kelas II SD Muhammadiyah
Karang Ploso yang mampu meningkatkan minat belajar yang dimiliki
2. Aspek kedisiplinan yang dipilih yaitu siswa kelas II SD Muhammadiyah Karang
Ploso yang mampu melaksanakan karakter kedisiplinan saat proses belajar
mengajar
3. Model pembelajaran yang dipilih yaitu Problem Based Learning
4. Untuk kelas II SD Muhammadiyah Karng Ploso Kelas II

G. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
menambah ilmu pengetahuan bidang ilmu pendidikan dan dijadikan sebagai bahan
pertimbangan meningkatkan karakter kedisiplinan dan minat belajar siswa melalui
model pembelajaran PBL, serta dapat di jadikan sebagai acuan sumber referensi
untuk melakukan penelitian sejenis dalam rangka menyempurnakan penelitian ini.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru

Di harapkan hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan atau


pemikiran bagi guru dalam meningkatkan karakter kedisiplinan dan minat
belajar siswa melalui model pembelajaran PBL untuk meningkatkan
professional kerja guru.

b. Bagi Siswa
Untuk memberdayakan siswa dalam aktivikas belajar dan meningkatkan
pembentukan nilai karakter siswa sehingga pengetahuan tentang peningkatan
karakter kedisiplinan dan minat belajar siswa melalui model pembelajaran PBL
sehingga memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

c. Bagi Sekolah

Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan


kegiatan belajar khususnya dalam mengatasi peningkatan karakter kedisiplinan
dan minat belajar siswa melalui model pembelajaran PBL di SD
Muhammadiyah Karang Ploso dan peningkatan kualitas pendidikan yang lebih
baik di masa yang akan datang.

d. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermaanfaat sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan


serta kemampuan dalam menganalisis suatu masalah. Penelitian ini dibuat
sebagai hasil studi yang telah dilakukan.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Manfaat bagi peneliti selanjutnya yaitu penelitian ini dapat digunakan sebagai
referensi pada penelitiannya khususnya untuk meningkatkan karakter
kedisiplinan dan minat belajar siswa melalui model pembelajaran PBL.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR PENELITIAN
A. Landasan Teori
1. Sikap Kedisiplinan
1.1 Pengertian Disiplin
Menurut bahasa, disiplin adalah tata tertib (di sekolah, kemiliteran
dan sebagainya); ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib dan
sebagainya.10 Sedang menurut Hadari Nawawi, disiplin diartikan bukan
hanya sekedar pemberian hukuman atau paksaan agar setiap orang
melaksanakan peraturan atau kehendak kelompok orang-orang tertentu
yang disebut pimpinan. Dalam menanamkan kedisiplinan pada siswa,
guru sebagai pendidik harus bertanggungjawab untuk mengarahkan apa
yang baik, menjadi tauladan, sabar dan penuh pengertian. Guru harus
mampu menumbuhkan dalam peserta didik, terutama disiplin diri.
Untuk kepentingan tersebut guru harus mampu melakukan hal-hal
sebagai berikut:
a. Membantu mengembangkan pola perilaku dalam dirinya.
b. Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya.
c. Menggunakan pelaksanaan aturan sekolah sebagai alatuntuk
menegakkan disiplin. disiplin, anak didik bersedia untuk tunduk dan
mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu.
Kesediaan semacam ini harus dipelajari dan harus secara sadar
diterima dalam rangka memelihara kepentingan bersama atau
memelihara tugas-tugas sekolah
1.2 Macam- macam Kedisiplinan
Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan
belajar dan mengajar yang teratur serta mencintai dan menghargai
pekerjaannya. Disiplin merupakan proses pendidikan dan pelatihan yang
memadai, untuk itu guru memerlukan pemahaman tentang landasan
Ilmu kependidikan akan keguruan sebab saat ini banyak terjadi erosi
sopan santun dan erosi disiplin. Macam-macam bentuk disiplin juga
terbagi menjadi:
a. Disiplin dalam menggunakan waktu. Maksudnya bisa
menggunakan dan membagi waktu dengan baik. Karena waktu amat
berharga dan salah satu kunci kesuksesan adalah dengan bisa
menggunakan waktu dengan baik
b. Disiplin diri pribadi Apabila dianalisi maka disiplin menganung
beberapa unsur yaitu adanya sesuatu yang harus ditaati atau
ditinggalkan dan adanya proses sikap seseorang terhadap hal
tersebut. Disiplin diri merupakan kunci bagi kedisiplinan pada
lingkungan yang lebih luas lagi. Contoh disiplin diri pribadi yaitu
tidak perna meninggalkan ibadah kepada Tuhan YME
c. Pada hakekatnya disiplin sosial adalah Disiplin dari dalam
kaitannya dengan masyarakat atau dalam hubunganya dengan.
Contoh perilaku disiplin sosial hádala melaksanakan siskaling verja
bakti. Senantiasa menjaga nama baik masyarakat dan sebagaiannya.
d. Disiplin Nasional
Berdasarkan hasil perumusan lembaga pertahanan nasional, yang
diuraikan dalam disiplin nasional untuk mendukung pembangunan
nasional. Disiplin nasional diartikan sebagai status mental bangsa
yang tercemin dalam perbuatan berupa keputusan dan ketaatan.
Baik secara sadar maupun melalui pembinaan terhadap norma-
norma kehidupan yang berlaku.
1.3 Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan akan sangat
berpengaruh terhadap hasil dari proses menerapkan kedisiplinan
tersebut. Faktor-faktor yang dapat memepengaruhi kedisiplinan peserta
didik antara lain :
a. Faktor pendidikan. usaha sadar serta sistematis yang berlangsung seumur
hidup pada rangka mengalihkan pengetahuaa n kepada sesorang terhadap
orang lain.
b. Faktor genetik, yaitu segala sesuatu dibawa pada setiap individu sejak lahir
dan terdapat pula keturunan/ warisan dari orang tua.
c. Faktor lingkungan yang memiliki peranan yang begitu mempengaruhi
terhadap kedisplinan setiap orang. Sifat kedisiplinan setiap orang selain
dapat dipengaruhi dari faktor genetik juga dapat dipengaruhi dari faktor
lingkungan, karena jika lingkungan berkondisikan baik, maka pengaruh
yang diambil seseorang tersebutjuga baik dan sebaliknya.
1.4 Indikator sikap kedisiplinan
Menurut Suharsimi Arikunto (2013:137) dalam penelitiannya tentang
kedisiplinan membagi tiga macam indikator yaitu:
1) kedisiplinan di dalam kelas,
2) kedisiplinan di luar kelas di lingkungan sekolah, dan
3) perilaku kedisiplinan di rumah
Disiplin dimaknai sebagai upaya pengembalian diri dan sikap mental
individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan
ketaatan terhadap aturan dan tatatertib berdasarkan dorongan dan
kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Disiplin dapat diaplikasikan
pada beberapa situasi yaitu:
(1) Disiplin dalam taat
(2) disiplin dalam menggunakan waktu
(3) disiplin diri
(4) disiplin sikap
(5) disiplin menegakan aturan
(6) disiplin beribadah

2. Minat Belajar
2.1 Pengertian Minat Belajar
1) Pengertian Minat
Kata minat secara etimologi berasal dari bahasa inggris “
interest” yang berarti kesukaan, perhatian (kecenderungan hati pada
sesuatu), keinginan. Jadi dalam proses belajar siswa harus
mempunyai minat atau kesukaan untuk mengikuti kegiatan belajar
yang berlangsung, karena dengan adanya minat akan mendorong
siswa untuk menunjukan perhatian, aktivitasnya dan partisipasinya
dalam mengikuti belajar yang berlangsung.
Menurut Slameto (2003:180), “minat adalah kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan”. Sedangkan menurut Djaali (2008: 121) “minat adalah
rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh”. Sedangkan menurut Crow&crow (dalam
Djaali, 2008: 121) mengatakan bahwa “minat berhubungan dengan
gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau
berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang
dirangsang oleh kegiatan itu sendiri”.

2) Pengertian Belajar
Menurut Djamarah (2011: 13) belajar adalah “serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasi dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor”.
Sedangkan menurut Khodijah (2014; 50) belajar adalah sebuah
proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuk
kompetensi, ketrampilan, dan sikap yang baru melibatkan proses-
proses mental internal yang mengakibatkan perubahan perilaku dan
sifatnya relative permanen.

3) Pengertian Minat Belajar


Minat merupakan rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih
yang dimiliki seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan.
Minat tersebut akan menetap dan berkembang pada dirinya untuk
memperoleh dukungan dari lingkungannya yang berupa
pengalaman. Pengalaman akan diperoleh dengan mengadakan
interaksi dengan dunia luar, baik melalui latihan maupun belajar.
Dan faktor yang menimbulkan minat belajar dalam hal ini adalah
dorongan dari dalam individu. Dorongan motif sosial dan dorongan
emosional. Dari beberapa pengertian minat dan belajar di atas dapat
disimpulkan bahwa pengertian minat belajar adalah kecenderungan
individu untuk memiliki rasa senang tanpa ada paksaan sehingga
dapat menyebabkan perubahan pengetahuan, ketrampilan dan
tingkah laku.
2.2 Ciri-ciri Minat Belajar
Menurut Elizabeth Hurlock (dalam Susanto, 2013: 62) menyebutkan ada
tujuh ciri minat belajar sebagai berikut:
1) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental
2) Minat tergantung pada kegiatan belajar
3) Perkembangan minat mungkin terbatas
4) Minat tergantung pada kesempatan belajar
5) Minat dipengaruhi oleh budaya
6) Minat berbobot emosional
7) Minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang terhadap
sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.
2.3 Indikator Minat Belajar
Menurut Safari (2003) Indikator minat belajar ada empat, yaitu:
a. Perasaan Senang
Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu
mata pelajaran, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang
disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada siswa untuk
mempelajari bidang tersebut.
b. Ketertarikan Siswa
Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong untuk cenderung
merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa
pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
c. Perhatian Siswa
Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap
pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain dari
pada itu. Siswa yang memiliki minat pada objek tertentu, dengan
sendirinya akan memperhatikan objek tersebut.
d. Keterlibatan Siswa
Ketertarikan seseorang akan suatu objek yang mengakibatkan orang
tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan
kegiatan dari objek tersebut.

2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar


Menurut Syah (2003: 132) ada tiga macam factor yang mempengaruhi
minat belajar, yaitu:

1) Faktor internal

Adalah faktor dari dalam diri siswa yang meliputi dua aspek, yakni:
a) Aspek fisiologis
Kondisi jasmani dan tegangan otot (tonus) yang
menandai tingkat kebugaran tubuh siswa, hal ini dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
pembelajaran.
b) Aspek psikologis
Aspek psikologis merupakan aspek dari dalam diri siswa
yang terdiri dari, intelegensi, bakat siswa, sikap siswa, minat
siswa, motivasi siswa.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu faktor lingkungan social
dan faktor lingkungan nonsosial

a) Lingkungan Sosial Lingkungan social terdiri dari sekolah,


keluarga, masyarakat dan teman sekelas

b) Lingkungan Nonsosial Lingkungan social terdiri dari gedung


sekolah dan letaknya, faktor materi pelajaran, waktu belajar,
keadaan rumah tempat tinggal, alat-alat belajar.

3) Faktor Pendekatan Belajar

Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi yang


digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses
mempelajari materi tertentu.

3. Model Problem Based Learning


3.1 Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)
Egen & Kauchak (2012: 307) Problem Based Learning (PBL)
adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah
sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi,
pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri. PBL merupakan
sebuah model pembelajaran yang berpusat pada siswa dari pendengar
informasi pasif menjadi aktif, mengembangkan masalah dan
keterampilan pemecahan masalah. PBL merupakan suatu model
pembelajaran yang menyajikan masalah sebagai titik awal untuk
mempelajari suatu materi pelajaran.Pembelajaran dengan model PBL
dapat terjadi jika guru merancang dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang dimulai dengan memberikan masalah kepada siswa

3.2 Langkah-langkah Model Problem Based Learning (PBL)


Di dalam pelaksanaanya, model PBL menuntut guru untuk
mempersiapkan bahan pembelajaran yang kompleks, maka guru juga
harus memahami dan melaksanakan langkah-langkah dalam Problem
Based Learning (PBL). Menurut Tan (2004: 9) proses pembelajaran
PBL terdiri dari beberapa langkah yaitu:
1) menemukan masalah;
2) menganalisis masalah;
3) menemukan dan melaporkan;
4) mempresentasikan solusi dan merefleksi;
5) melihat kembali, mengevaluasi dan belajar secara mandiri.
Meskipun kemampuan individual dituntut bagi setiap siswa,
tetapi dalam proses pembelajaran PBL siswa belajar dalam bentuk
kelompok untuk memahami persoalan yang dihadapi.
Sedangkan menurut Arends (2008:57) langkah-langkah pembelajaran
Problem Based Learning (PBL), adalah seperti pada table di bawah ini :

Fase Perilaku Guru


Fase 1 Memberikan orientasi Guru membahas tujuan
tentang permasalahannya pada pelajaran, mendeskripsikan
siswa berbagai kebutuhan logistic
penting, dan memotivasi siswa
untuk terlibat dalam kegiatan
mengatasi masalah
Fase 2 Mengorganisasikan siswa Guru membantu siswa untuk
untuk meneliti mendedinisikan dan
mengorganisasikan tugas-tugas
belajar yang terkait dengan
permasalahannya
Fase 3 Membantu investigasi Guru mendorong siswanya untuk
mandiri dan kelompok mendapatkan informasi yang
tepat, melaksanakan eksperimen,
dan mecari penjelasan dan solusi
Fase 4 Mengembangkan dan Guru membantu siswa dalam
mempresentasikan artefak dan merencanakan dan menyiapkan
exhibit artefak-artefak yang tepat,
seperti laporan, rekaman video,
dan model-model, dan
membantu mereka untuk
menyampaikannya kepada orang
lain
Fase 5 Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk
mengevaluasi proses mengatasi melakukan refleksi terhadap
masalah investigasinya dan proses-proses
yang di gunakan

3.3 Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)

Abidin (2014: 161) mengemukakan model PBL memiliki karakteristik


sebagai berikut:

a. Masalah menjadi titik awal pembelajaran.

b. Masalah yang digunakan dalam masalah yang bersifat konstektual


dan otentik.

c. Masalah mendorong lahirnya kemampuan siswa berpendapat secara


multiperspektif.

d. Masalah yang digunkan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap,


dan keterampilan serta kompetensi siswa.

e. Model PBL berorientasi pada pengembangan belajar mandiri. f.


Model PBL memenfaatkan berbagai sumber belajar.
g. Model PBL dilakukan melalui pembelajaran yang menekankan
aktivitas kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.

h. Model PBL menekankan pentingnya pemerolehan keterampilan


meneliti, memecahkan masalah, dan penguasaan pengetahuan.

i. Model PBL mendorong siswa agar mampu berfikir tingkat tinggi;


analisis, sintesis, dan evaluatif.

j. Model PBL diakhiri dengan evaluasi, kajian pengalaman belajar, dan


kajian proses pembelajaran.

Berdasarkan karakteristik di atas, maka dapat disimpulkan


bahwa model PBL memiliki karakteristik yang bertujuan agar siswa
dapat memecahkan suatu masalah dengan cara bertanya, menganalisis,
mengevaluasi, menyusun, menciptakan, dan sebagainya

3.4 Kelebihan Model Problem Based Learning (PBL)

Delisle dalam Abidin (2014:162) mengemukakan beberapa keunggulan


PBL yaitu sebagai berikut:

a. Model PBL berhubungan dengan situasi kehidupan nyata sehingga


pembelajaran menjadi bermakna.

b. Model PBL mendorong siswa untuk belajar secara aktif.

c. Model PBL mendorong lainnya sebagai pendekatan belajar secara


interdisipliner.

d. Model PBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih


apa yang akan dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.

e. Model PBL mendorong terciptanya pembelajaran kolaboratif.

f. Model PBL diyakini mampu meningkatkan kualitas pendidikan.

3.5 Kekurangan Model Problem Based Learning (PBL)


Kekurangan dalam model Problem Based Learning menurut Abidin
(2014:163) adalah sebagai berikut:
e. Siswa yang terbiasa dengan informasi yang diperoleh dari guru sebagai
narasumber utama, akan merasa kurang nyaman dengan cara belajar
sendiri dalam pemecahan masalah.
f. Jika siswa tidak mempunyai rasa kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan makan mereka akan merasa enggan
untuk memcoba masalah.
g. Tanpa adanya pemahaman siswa mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan msalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak akan
belajar apa yang ingin mereka pelajari.
Berdasarkan uraian diatas, sama halnya dengan model
pembelajaran yang lain model PBL juga memiliki kelemahan dalam
penerapannya, yaitu jika siswa kurang memahami materi maka siswa
akan sulit untuk memecahkan masalah, jika siswa tidak memiliki
kepercayaan bahwa masalah yang diberikann itu sulit maka siswa akan
merasa enggan dalam memecahkan masalah tersebut, dan model PBL
ini membutuhkan waktu cukup lama untuk mempersiapkannya.
4. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam
Karakter Kedisiplinan dan Minat Belajar Siswa
Dalam proses membentuk karakter kedisiplinan bagi siswa, guru
hendaknya menjadi teladan atau contoh bagi siswa. Guru bukan hanya
memiliki karakter kedisiplinan secara kasat mata, melainkan ia harus
senantiasa meningkatkan mutu diri dan profesionalisme sehingga siswa
dapat mempelajari dan meniru keteladanan guru. Sehingga nantinya siswa
diharapkan memperoleh ilmu dan materi yang luas.
Menurut Pusat Kurikulum (2009: 9) disiplin adalah tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan. Pertama, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap
peraturan atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian. Kedua disiplin
sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berperilaku
tertib. Kedisiplinan merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilainilai
yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi
tanggung jawabnya. Dalam pembelajaran dengan model PBL siswa dapat
menyelesaikan masalah yang diberikan dengan cara disiplin. Contohnya
siswa disiplin dalam pengerjaan mulai dari pengajuan masalah hingga
evaluasi. Jika salah satu langkah dalam pembelajaran disepelekan maka
hasilnya tidak maksimal. Model PBL juga lebih baik jika menggunakan
media pembelajaran yang sesuai dengan materi. Dengan begitu siswa lebih
tertarik dan paham.
Sedangkan karakteristik pembelajaran masalah menurut berbagai
pengembang pengajaran berbasis masalah (Arends, 2007) yaitu:
▪ pengajuan masalah yang menantang;
▪ fokus Interdisipliner;
▪ investigasi autentik;
▪ menghasilkan produk dan memamerkannya; dan
▪ kolaborasi.
Selain itu, menurut Trianto (2007), yang dimaksud dengan fokus
interdisipliner adalah permasalahan yang diajukan berkaitan dengan
bidang atau mata pelajaran lain. Sedangkan pengertian dari investigasi
autentik adalah pemecahan masalah mengharuskan peserta didik untuk
melakukan penyelidikan, yang diawali dengan mendefinisikan masalah,
mengembangkan hipotesis, menganalisa informasi dan merumuskan
kesimpulan. Jadi, perancangan pembelajaran dengan menggunakan model
PBL dan memanfaatkan media pembelajaran yang sesuai dengan materi
yang diberikan serta memperhatikan pencapaian indikator dapat
meningkatkan karakter kedisiplinan siswa.
Selanjutnya Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Learning) merupakan salah satu upaya alternatif yang dapat diterapkan
guru untuk memecahkan masalah kurangnya minat yang nantinya akan
berdampak juga pada hasil belajar siswa.
Menurut Nilakusmawati (2013:35) “model pembelajaran berbasis
masalah (Problem Based Learning) merupakan suatu model pembelajaran
yang merangsang dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk atas
inisiatif sendiri mampu melakukan analisis dan sintesis terhadap persoalan
yang dihadapi sehingga diperoleh penyelesaiannya.” Hal ini menunjukkan
bahwa penerapan model Problem Based Learning yang menggunakan
masalah sehari-hari akan membuat siswa lebih tertarik untuk belajar karena
siswa merasa penting tentang masalah tersebut, serta siswa menganalisis
sendiri, sehingga pemahaman siswa menjadi lebih tahan lama, oleh sebab
itu minat belajar dan hasil belajar siswa juga akan turut meningkat.

B. Kajian Penelitian yang Relevan


Terdapat beberapa penelitian yang menjadi sumber rujukan penulis di
antaranya:
1. Nur Indah 2015. Meningkatkan prestasi belajar IPA materi pokok sumber
energi gerak melalui penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) pada siswa kelas 1A SD Negeri 9 Karangka. Tujuan dari
penelitian ini adalah melalui PBL siswa dapat tertantang untuk mengajukan
permasalahan dan juga menyelesaikan masalah yang lebih rumit dari
sebelumnya, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengemukakan
pendapatnya , menggalang kerjasama dan kekompakan siswa dalam
kelompok, mengembangkan kepemimpinan siswa serta mengembangkan
kemampuan pola analisis dan dapat membantu siswa mengembangkan
proses nalarnya.
2. I Made Dwita Saraswatha, dkk 2016. Penerapan Model PBL untuk
meningkatkan minat dan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV. Tujuan dari
penelitian ini adalah melalui model PBL ketertarikan dan minat belajar
siswa akan meningkat, karena PBL menggunakan masalah sehari-hari yang
yang akan membuat siswa menjadi tertarik untuk belajar IPS. Hasil dari
penelitian ini berdasarkan siklus I dan siklus II, model PBL dapat
meningkatkan minat belajar IPS pada siswa kelas IV SD N 2 Banjar Tegal.
C. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir perlu dinyatakan dalam bentuk diagram (paradigma
penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami kerangka pikir tersebut.
Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka dapat dibuatkan kerangka pikir,
yaitu sebagai berikut:

Kondisi Tindakan Kondisi


Awal Akhir

1. Siswa kurang bergairah saat Di duga penerapan model


mengikuti pembelajaran
Model PBL PBL dalam dua siklus dapat
(tidak adanya minat belajar
pada diri siswa) meningkatkan aspek
2. Siswa tidak menunjukan
sikap disiplin saat kedisiplinan dan minat
mengerjakan tugas dan saat belajar siswa
pembelajaran berlangsung

D. Hipotesis Tindakan

Penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas II di SD


Muhammadiyah Karang Ploso mampu meningkatkan sikap karakter
kedisiplinan dan minat belajar siswa.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang


mempunyai sifat kolaboratif antara guru di SD Muhammadiyah Karangploso
dan peneliti dalam upaya meningkatkan karakter kedisiplinan dan minat belajar
siswa melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah. Menurut
Sutama (2010: 95) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan
oleh guru di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada
penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran. Sedangkan
tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Sutama (2010: 17) adalah
untuk mengadakan perbaikan atau peningkatan mutu praktik pembelajaran
dikelas.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaborasi antara guru dan
peneliti. Penelitian dikatakan berhasil jika adanya perbaikan secara terus
menerus sehingga tercapainya sasaran dari penelitian menurut tujuan yang
tertera. Perbaikan tersebut dilakukan pada setiap siklus yang dirancang oleh
peneliti dan guru. Penelitian tindakan kelas akan berhasil jika perbaikan
masalah terjadi secara berkesinambungan dan mencapai tolak ukur keberhasilan
siklus-siklus PTK.
Secara umum, penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Arikunto
(2013:17) terdiri atas beberapa siklus atau pengulangan dari siklus. Setiap setiap
siklus terdiri dari empat langkah, yaitu:
(1) perencanaan;
(2) pelaksanaan,
(3) pengamatan/observasi; dan
(4) refleksi.
Pertama tahap perencanaan, pada tahap ini, peneliti menjelaskan tentang
apa (what), mengapa (why), dimana (where), kapan (when), dan bagaimana
(how) penelitian dilakukan. Sedangkan pada tahap pelaksanaan, dilakukan
kegiatan implementasi atau penerapan perencanaan tindakan. Selanjutnya pada
tahap pengamatan terdapat dua kegiatan yang akan diamati, yaitu kegiatan
belajar peserta didk dan kegiatan pembelajaran. Terakhir, tahap refleksi yang
dilaksanakan ketika kolaborator sudah selesai melakukan pengamatan terhadap
peneliti dalam melaksanakan pembelajaran. Jika Siklus PTK digambarkan,
sebagai berikut :

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan
SIKLUS

Pengamatan

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah Karang Ploso
yang beralamatkan di Karang Ploso, Sitimulyo, Kec. Piyungan, Bantul,
Daerah Istimewa Yogyakarta 55792. Peneliti mengadakan penelitian di
SD Muhammadiyah Karang Ploso dengan mempertimbangkan belum
dilakukan penelitian dengan judul yang sama.

2. Waktu Penelitian
Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada
semester ganjil tahun 2020/2021.

Anda mungkin juga menyukai