Anda di halaman 1dari 4

Nama : Dwi Puspitasari

NIM : 2206752
Prodi : Pendidikan Akuntansi 2B
Resume 3
Psikologi Pendidikan Perkembangan Peserta Didik dalam Pendidikan

Dalam sudut pandang psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang tumbuh dan
berkembang, baik dari segi fisik maupun psikologis sesuai dengan kodratnya. Sebagai individu yang
sedang tumbuh dan berkembang, peserta didik membutuhkan arahan dan bimbingan yang konsisten
untuk mencapai titik optimal kemampuan yang sesuai dengan kodratnya (Arifin, 1996).
Peserta didik yaitu pribadi, individu, atau seseorang yang tengah menerima pendidikan dari
satuan lembaga formal pada jenjang tertentu. Peserta didik berkembang sesuai dengan faktor alamiah
dari dalam dirinya serta terdapat pula faktor dari luar individu yang dibantu oleh lingkungan hidup dan
kebiasaannya (psikis) yang secara tidak langsung berkaitan pula dengan kondisi fisik.
Perkembangan yang terjadi pada peserta didik adalah meliputi perubahan-perubahan yang
dialami oleh pribadi/individu menuju tingkat kedewasaan (maturity) atau sampai pada tingkat tertentu
dan berlangsung secara sistematik (Lefrancois, 1975:197), progresif (Witherington,1952:57) dan
berkesinambungan (Hurlock, 1956:7), baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).
Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan kuantitatif yang bersifat alamiah dari segi fisik
(Lefrancois, 1975:180) dan menunjukkan pada suatu fungsi tertentu yang baru dari individu, baik fisik
maupun psikis dalam arti yang luas (Witherington 1952:87-88, & Hurlock, 1956). Kematangan atau
masa peka mengacu pada suatu waktu tertentu yang menjadi puncak dari suatu tahap pertumbuhan
(Witherington, 1952:88) sebagai awal dari kesiapan suatu fungsi (psikofisis) untuk menjalankan
tugasnya (Hurlock, 1956).
Adapun perwujudan dari perkembangan itu adalah, ditilik dari ada dan tidaknya perubahan
pada bagian – bagian, fungsi – fungsi ataupun sifat – sifat psikofisis seorang baik secara perhitungan
atau sistematis maupun deskriptif sampai batas tertentu yang diteliti dan diukur dengan teknik dan
instrumen yang tepat dan sesuai. Perubahan yang paling mudah untuk di lihat perwujudannya adalah
adanya perubahan yang berhubungan dengan perubaan fisik atau anggota tubuh (aspek anatomis dan
fisiologis). Hal ini berbanding terbalik dengan perubahan yang terjadi pada psikis dimana perubahan
pada psikis yang sulit untuk dilihat dan diidentifikasi.
Perkembangan psikis erat kaitannya dengan adanya perubahan perilaku, adapun empat jenis
mengenai perkembangan perilaku yaitu Perkembangan perseptual, perkembangan penguasaan dan
kontrol motorik, perkembangan penguasaan pola-pola keterampilan mental-fisik, serta perkembangan
pengetahuan bahasan dan berpikir. Selain itu ada pula beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan
serta perkembangan perilaku dan pribadi diantaranya ialah faktor bawaan (heredity), faktor lingkungan
(environment), serta faktor waktu (time). Selain ketiga faktor tersebut adapula pula faktor yang berasal
dari luar (makanan, iklim, kebudayaan, kondisi ekonomi, serta kedudukan anak dalam lingkungan
keluarga.), dalam (bakat atau pembawaan, sifat-sifat keturunan, serta dorongan dan insting), serta faktor
umum (tingkat kecerdasan anak/intelegensi ,jenis kelamin, kesehatan, serta suku/ras.)
Dalam buku Psikologi Pendidikan karya Prof. Abin Syamsuddin arah perkembangan seseorang
terbagi kedalam tiga bagian yaitu pertama individu yang tergolong normal, umumnya terjadi laju
perkembangan pesat sampai usia lima belas tahun dimana pada usia tersebut telah tercapainya titik
optimal kedewasaan dan fungsi-fungsi fisik serta psikis. Kedua terjadi pada seseorang yang setelah
mencapai titik optimalnya namun tidak berkesempatan untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi
untuk melatih fungsi – fungsinya (terutama dalam segi intelektual). Maka mereka cenderung tidak
berkembang lagi sampai usia sekitar empat puluh tahunan, bahkan tidak jarang sampai batas pikun di
usia tuanya karena fungsi-fungsinya tidak terlatih secara optimal. Ketiga Kemungkinan terakhir terjadi
pada seseorang yang berkesempatan mengenyam pendidikan lebih lanjut untuk melatih fungsi-fungsi
psikofisiknya. Mereka cendrung berkembang ke arah peningkatan atau perluasan fungsi-fungsi sampai
batas usia sekitar empat puluh tahunan. Jika seseorang setelah itu melanjutkan pekerjaan secara rutin
dan monoton, maka ia akan mencapai titik jenuh yang berakhir pada berhentinya perkembangan sampai
batas tersebut. Namun jika seseorang selepas usia empat pulih tahunan memilih untuk terus berusaha
belajar dan mengembangkan kemampuannya dengan mempelajari hal-hal yang baru, perkembangan
dapat terus terjadi hanya bersifat perluasan dan pendalaman.
Aspek-aspek perkembangan perilaku dan pribadi diantaranya yaitu:
pertama perkembangan fisik (aspek anatomis dan fisiologis) dan perilaku psikomotorik ( koordinasi
yang baik antara sistem saraf dan otot (neuronmuscular system) dengan fungsi psikologis seperti
kognitif, afektif, dan konatif.).
Kedua perkembangan bahasa dan perilaku kognitif. Perkembangan bahasa meliputi:
1. Mengkodifikasi (memuat kode), merekam, dan menyimpan hasil pengamatan yang berupa
kesan dan tanggapan, informasi, fakta, dan data, konsep dan ide, prinsip, serta sampai
dengantingkat membangun ilmu pengetahuan dan sistem-sistem nilai.
2. Mentransformasikan dengan cara mengubah, mengolah serta memproses informasi tersebut
melalui pemikiran dan menggunakan prinsip-prinsip logika seperti diferensiasi, asosiasi,
proporsi atau perbandingan, kausalitas, prediksi, kesimpulan, generalisasi, interpretasi, dan
inferensi, untuk menyelesaikan masalah dan menemukan hal-hal baru dengan cara yang kreatif.
3. Mengkoordinasikan dan mengekspresikan tujuan, sikap, penilaian, dan pengalaman (baik
secara etis, estetis, ekonomi, sosial, politik, religius, ataupun budaya).
4. Mengkomunikasikan (menyimpan dan menerima) berbagai informasi, gagasan, opini, sikap,
penilaian, aspirasi, keinginan, dan rencana kepada orang lain.
Sedangkan perkembangan perilaku kognitif yaitu:
1. Perkembangan Fungsi-fungsi Kognitif secara Kuantitatif
a. Perkembangan kecerdasan terjadi dengan sangat cepat hingga masa remaja awal, namun
setelah itu kecepatannya mulai menurun secara bertahap.
b. Umumnya, puncak perkembangan kecerdasan dicapai pada akhir masa remaja, yaitu sekitar
usia dua puluhan. Setelah itu, perubahan-perubahan kecil terjadi hingga usia 50 tahun, dan
kemudian terjadi periode ketetapan atau plateau (sampai usia 60 tahun), untuk selanjutnya
berangsur menurun (deklinasi).
c. Ada perbedaan variasi dalam waktu dan kecepatan penurunan menurut jenis keahlian
khusus yang ada.
2. Perkembangan Perilaku Kognitif secara Kualitatif
a. Periode sensorimotor (0,0 - 2,0) dicirikan oleh penggunaan intensif sensorimotor
(pengamatan dan penginderaan) terhadap dunia sekitar. Prestasi intelektual yang dicapai
pada periode ini termasuk perkembangan bahasa, hubungan objek, pengendalian skema,
kerangka berpikir, pembentukan konsep, dan pengenalan hubungan sebab – akibat.
b. Periode praoperasional (2,0 - 7,0) terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pra-konseptual (2,0 -
4,0) dan tahap intuitif (4,0 - 7,0). Tahap pra-konseptual ditandai oleh cara berpikir yang
bersifat transduktif (menarik kesimpulan tentang sesuatu yang spesifik; misalnya, sapi
disebut juga kerbau). Sementara itu, tahap intuitif ditandai oleh dominasi pengamatan yang
bersifat egosentris (belum memahami cara pandangan orang lain terhadap objek yang
sama).
c. Periode operasional konkret (7,0 - 11 atau 12,0) ditandai oleh tiga kemampuan dan
keterampilan baru, yaitu: kemampuan untuk mengklasifikasikan angka atau bilangan,
kemampuan untuk mempertahankan pemahaman tentang objek yang sama meskipun
terjadi perubahan tampilan, serta kemampuan untuk berpikir secara logis meskipun masih
terikat dengan objek yang bersifat konkret. Anak – anak pada periode ini mampu
melakukan proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika dengan baik.
d. Periode operasional formal (11,0 atau 12,0 - 14,0 atau 15,0) ditandai oleh kemampuan
untuk mengoperasikan kaidah – kaidah logika formal tanpa terikat pada objek-objek
konkret.
Ketiga perkembangan perilaku sosial, moralitas, dan keagamaan:
1. Perkembangan Perilaku Sosial
a. Proses sosialisasi dan perkembangan sosial
b. Kecenderungan pola orientasi sosial
2. Perkembangan Moralitas
a. Tingkat dan tahapan perkembangan moralitas
b. Perkembangan intelektual dan moralitas
3. Perkembangan Penghayatan Keagamaan
Para ahli umumnya sepakat bahwa perkembangan penghayatan keagamaan dapat
dibagi menjadi tiga tahapan: masa kanak-kanak, masa anak sekolah, dan masa remaja yang
dibagi menjadi dua sub tahapan. Tiap tahapan memiliki karakteristik penghayatan keagamaan
yang berbeda, seperti sikap keagamaan reseptif, pandangan ke-Tuhan-an anthropomorph
(dipersonifikasikan), dan penghayatan rohaniah yang masih superficial (belum mendalam)
pada masa kanak-kanak, sikap keagamaan reseptif dengan pengertian dan penghayatan
rohaniah yang makin mendalam pada masa anak sekolah, serta sikap skeptis pada masa remaja
awal
Keempat perkembangan perilaku afektif, konatif, dan kepribadian
1. Perkembangan Fungsi-fungsi Konatif
Fungsi konatif atau motivasi adalah faktor yang mendorong perilaku manusia, terutama karena
kebutuhan dasarnya.
2. Perkembangan Emosional dan Perilaku Afektif
Emosi adalah keadaan perasaan yang kompleks dan getaran jiwa yang menyertai atau muncul
sebelum atau sesudah perilaku. Beberapa gejala seperti takut, cemas, marah, dongkol, iri,
cemburu, senang, kasih sayang, dan simpati merupakan beberapa proses manifestasi dari
keadaan emosional pada diri seseorang.
3. Perkembangan Kepribadian
1) Masa bayi (infancy)
Faktor-faktor seperti kasih sayang, sentuhan, makanan, dan kepercayaan sangat penting dalam
mempengaruhi kualitas kehidupan bayi. Jika bayi merasa aman dan percaya pada orang tua,
maka ia akan memiliki kekuatan psikososial yang fundamental untuk tahapan perkembangan
selanjutnya.
2) Masa kanak-kanak awal (early childhood)
Anak perlu kesempatan untuk mengembangkan self-control tanpa merusak harga dirinya agar
dapat tumbuh menjadi individu yang mandiri. Jika tidak, anak akan merasa bergantung dan
merasa malu dan ragu-ragu.
3) Masa kanak-kanak (childhood)
Anak memerlukan kesempatan untuk berprakarsa dengan adanya kepercayaan dan
kemandirian, agar ia dapat mengembangkan inisiatif. Jika terlalu banyak dilarang, anak akan
merasa bersalah dan canggung.
4) Masa anak sekolah (school age)
Anak mulai dituntut untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Kemampuan untuk melakukan
hal ini akan menumbuhkan kepercayaan pada kemampuan dirinya. Jika tidak, anak akan merasa
rendah diri.
5) Masa remaja (adolescence)
Remaja sering dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan tentang identitas, peran dalam
masyarakat, dan masa depan. Jika remaja dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan
kepercayaan pada dirinya sendiri, maka ia akan menemukan identitas/jati dirinya. Jika tidak, ia
akan mengalami kebingungan dan kekacauan.
6) Masa dewasa muda (young adulthood)
Setelah menemukan identitas diri, individu dituntut untuk mampu turut ambil bagian dalam
kehidupan bersama. Jika individu dapat menjaga keseimbangan antara kebutuhan pribadi dan
kebutuhan bersama, maka ia akan tumbuh rasa keakraban. Jika tidak, ia akan merasa terasing.
7) Masa dewasa (adulthood)
Individu dituntut untuk hidup secara kreatif, produktif, dan bersemangat dalam membina
kehidupan generasi mendatang. Jika individu memiliki kesempatan dan kemampuan, maka ia
akan merasa bersemangat dalam hidup. Jika tidak, ia akan merasa cukup puas saja dengan
keadaan.
8) Masa hari tua (old age)
Bagi yang bergairah, akan merasa merasa dihargai dan mendapatkan tempat yang layak di
tengah masyarakat. Jika tidak, ia akan merasa sepi dan kurang berharga.

Anda mungkin juga menyukai