TULISAN REFLEKTIF
Setiap individu memiliki identitas sebagai tanda pengenal yang mewakili gambaran
secara umum perihal individu tersebut, begitu pula dengan manusia Indonesia yang tentunya
memiliki identitas sebagai bangsa Indonesia. Secara tersurat, identitas manusia Indonesia
dapat dilihat melalui sila-sila pancasila, pembukaan dan batang tubuh UUD Negara Republik
Indonesia tahun 1945, serta KTP yang dimiliki semua masyarakat Indonesia. Namun, bangsa
Indonesia juga memiliki ciri khas yang berupa keragaman, di mana keanekaragaman inilah
yang menjadi corak indah dari bangsa ini. Keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia berupa etnik, ras, bahasa daerah, kuliner, tradisi, status sosial, dan kepercayaan
(agama) yang menyebar di 16.766 pulau di bawah naungan bhineka tunggal ika.
Esensi dari keragaman yang bernaung di bawah bhineka tunggal ika ini diaplikasikan
dalam bentuk gotong royong, musyawarah untuk mufakat, toleransi, rasa kemanusiaan, sopan
santun, serta berlaku adil kepada siapapun. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai luhur yang
tumbuh dan mengakar dalam bangsa Indonesia sejak dahulu sehingga telah melekat dalam
segala ranah yang ada di Indonesia. Rekatnya nilai-nilai luhur tersebut dengan ranah kehidupan
masyarakat Indonesia menjadikan nilai-nilai ini sebagai identitas bangsa Indonesia secara
tersirat di mana nilai-nilai tersebut ditekankan dan ditanamkan dalam dunia pendidikan secara
nasional agar tidak lekang sebagai identitas manusia Indonesia.
Dari hasil kegiatan observasi PPL 1 selama dua minggu di SMP Negeri 01 Bengkulu
Tengah, identitas manusia Indonesia di sekolah terlihat dari keragaman budaya, bahasa, agama,
etnik, suku, dan status sosial. Penerapan nilai-nilai Pancasila sebagai identitas manusia
Indonesia dapat dilihat dari kegiatan berikut:
Ketika saya menjadi seorang pendidik, nilai-nilai Pancasila terus ditanam dan
ditumbuhkan, sementara nilai-nilai pancasila yang telah diterapkan akan tetap dipertahankan.
Menerapkan hal ini, maka saya akan mengacu pada buah pemikiran Ki Hajar Dewantara, di
mana seorang guru semestinya mampu menerapkan konsep tri loka kepada semua siswa di
sekolah. Tri loka yang dimaksud adalah Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa,
Tut wuri handayani, di mana pengimplementasian tri loka ini dapat dikolaborasikan dengan
nilai-nilai pancasila. Seorang guru harusnya juga mampu menjadi pamong yang menjadikan
peserta didik sebagai among, di mana guru menuntun peserta didik agar dapat tumbuh dan
berkembang sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya. Keragaman yang dimiliki oleh sekolah
merupakan tantangan bagi seorang guru dalam menerapkan esensi tri loka Ki Hajar Dewantara,
untuk itu maka sebagai seorang guru, saya harus terus belajar, sepanjang hayat.