Anda di halaman 1dari 3

PPG PRAJABATAN GELOMBANG 1 2023

FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA


Nama : Tita Mardiana PRODI : Pendidikan Biologi
NIM : 2398011810 Tugas : T4-7. Koneksi Antar Materi
Pancasila dan Profil Pelajar Pancasila dari Perspektif lain

Perjalanan pendidikan di Indonesia telah melalui berbagai proses yang panjang, mulai
dari masa penjajahan hingga pada masa abad ke-21 seperti sekarang ini. Faktor-faktor sosial,
budaya, ekonomi dan politik mempengaruhi pendidikan di Indonesia. Faktor-faktor tersebut
memberikan tantangan tersendiri bagi para pendidik, terlebih tentang bagaimana proses
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman yang dimiliki setiap
anak manusia. Mengingat kembali semboyan yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara
yaitu tentang "Asas Trikon". Asas Trikon ini menjadi prinsip perubahan yang dapat kita
lakukan untuk mewujudkan transformasi pendidikan. Asas Trikon terdiri dari: (1)
kontinuitas, (2) konvergensi dan (3) konsentris. Kontinuitas merupakan pengembangan
pendidikan yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan, dilakukan terus menerus
dengan membuat perencanaan yang baik. Karena, suatu kondisi yang baik tidak akan mudah
dicapai dalam waktu yang singkat seperti sulap. Melalui perencanaan yang dilanjutkan
pelaksanaan dan diakhiri dengan evaluasi dan perbaikan yang tepat.
Konvergensi merupakan pengembangan pendidikan yang dilakukan bisa mengambil
dari berbagai sumber di luar negeri, namun harus disesuaikan dengan kebutuhan yang
kita miliki sendiri. Seperti dewasa ini, era digital yang telah memudahkan para guru untuk
dapat mempelajari berbagai informasi pendidikan dari mana saja dan kapan saja. Konsentris
merupakan pendidikan yang dilakukan tidak lepas dari kepribadian bangsa kita sendiri.
Karena, tujuan utama pendidikan kita adalah menuntun tumbuh kembang anak
setinggi-tingginya sesuai dengan karakter budayanya sendiri. Kita boleh mempelajari atau
menggunakan teori atau dasar pendidikan dari bangsa lain, namun harus kita sesuaikan dengan
budaya daerah agar memperoleh kemajuan yang sesuai dengan harapan. Manusia dan
kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dimana kebiasaan dan tingkah laku manusia
tertaut dengan budaya yang diwarisi oleh para leluhur mereka terdahulu. Oleh karena itu,
pendidikan saling terintegrasi dengan kebudayaan, pendidikan selalu berubah-sesuai
perkembangan kebudayaan. Dalam perspektif pendidikan, kekuatan sosiokultural di
Indonesia dimaknai sebagai salah satu upaya untuk mengurangi pengaruh budaya asing dengan
menerapkan pembelajaran sosio-kultural yang menuntun dan membentuk karakter murid
sesuai dengan kodratnya untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang seluas-luasnya.
Oleh karena itu, setiap fase perkembangan murid dalam setiap proses pembelajaran
menjadi sangat penting.
Pada perspektif pendidikan, Ki Hajar Dewantara juga telah menyampaikan "Dalam
melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu ingat bahwa segala kepentingan
anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya,
jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan,
baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara
mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan
dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan
dengan sifat-sifat kemanusiaan" (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21).
Identitas manusia Indonesia adalah sebagai manusia Pancasila, dimana Pancasila
sebagai landasan filosofis memuat jiwa bangsa, cita-cita luhur bangsa, rasa-perasaan sebagai
bangsa, dan nilai-nilai hidup berbangsa. Pancasila menjadikan manusia Indonesia kaya akan
nilai-nilai luhur yang hidup dalam kebiasaan sehari-hari dan menjadi nafas dalam setiap
langkah manusia Indonesia. Nilai-nilai luhur yang bersumber dari Pancasila inilah yang
menjadi akar dari pendidikan karakter sehingga ditanamkan kuat-kuat dalam pendidikan
nasional melalui proses belajar untuk mewujudkan pelajar yang berprofil Pancasila. Profil
Pelajar Pancasila ini dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan Indonesia. Tidak hanya
untuk kebijakan pendidikan di tingkat nasional saja, akan tetapi diharapkan juga menjadi
pegangan untuk para pendidik, dalam membangun karakter anak di ruang belajar yang lebih
kecil. Pelajar Pancasila disini berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki
karakter sesuai nilai-nilai Pancasila.
Pelajar yang memiliki profil Pancasila adalah pelajar yang terbangun utuh dari keenam
dimensi pembentuknya. Dimensi profil pelajar Pancasila ini meliputi: 1) Beriman, bertakwa
kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong;
4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. Keenam dimensi ini perlu dilihat
sebagai satu buah kesatuan yang tidak terpisahkan. Apabila satu dimensi ditiadakan, maka
profil ini akan menjadi tidak bermakna. Sebagai contoh: ketika seorang pelajar perlu
mengeluarkan ide yang baru dan orisinil untuk memecahkan masalah, diperlukan juga
kemampuan bernalar kritis untuk melihat permasalahan yang ada. Solusi yang dihasilkan juga
perlu mempertimbangkan akhlak kepada makhluk hidup lain yang dapat dimunculkan dari
dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, perlu
melibatkan orang lain beserta perannya dari dimensi Gotong Royong dan Berkebhinnekaan
Global, serta mempertimbangkan kemampuan diri dalam solusi yang dihasilkan dalam dimensi
Mandiri.
Pentingnya Pancasila sebagai fondasi pendidikan di Indonesia tercermin pada maksud
dari dan tujuan kelima nilai dalam pancasila. Perbedaan tak lagi menjadi hambatan bagi bangsa
ini untuk terpecah melainkan perbedaan harus dijadikan sebagai kekuatan yang dapat
membawa bangsa Indonesia ke level yang lebih tinggi dari negara-negara lain. Pancasila
menuntun murid sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat agar berketuhanan,
berkemanusiaan, bersatu dalam keberagaman, mementingkam kepentingan umum atau
bersama daripada kepentingan individu, serta berkeadilan untuk mencapai kebahagiaan dan
keselamatan yang seluas-luasnya didalam kehidupannya.
Dari pemaparan di atas, penulis memahami dan menyimpulkan bahwa dalam
perjalanan pendidikan Indonesia dari zaman penjajahan hingga sekarang telah melalui proses
yang panjang dan dalam prosesnya selalu menyelaraskan dengan identitas manusia Indonesia
itu sendiri. Nilai-nilai sosio-kultural serta nilai-nilai luhur yang ada dalam Pancasila menjadi
fondasi yang kuat dalam pendidikan di Indonesia untuk mempertahankan identitas dan entitas
manusia Indonesia melalui penguatan pendidikan karakter profil pelajar Pancasila.
Kemudian pesan kunci yang akan penulis sampaikan, sebagai bentuk pemahaman
penulis mengenai materi Perjalanan Pendidikan Indonesia, Dasar-Dasar Pendidikan Ki Hadjar
Dewantara, Identitas Manusia Indonesia, dan Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan di
Indonesia adalah sebagai berikut:
• Identitas manusia Indonesia adalah unik yang dimiliki oleh bangsa Indonesia saja
• Identitas manusia Indonesia sebagai manusia bhineka tunggal ika, manusia Pancasila
dan manusia yang religius merupakan identitas yang saling terkait
• Identitas manusia Indonesia sebagai manusia Pancasila menjadi sebuah landasan atau
fondasi kuat dalam mengimplementasikan pendidikan nasional

Anda mungkin juga menyukai