Anda di halaman 1dari 4

TOPIK 2 - RUANG KOLABORASI - NILAI LUHUR SOSIAL BUDAYA SEBAGAI

TUNTUNAN

Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia


Kelas : PGSD 6
Nama Kelompok :

1. Indah Novita Sari


2. Indar Nuryati
3. Indri Puspitasari
4. Jesi Utari
5. Johanes Irwansyah
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda


yang sejalan dengan pemikiran KHD?

Jawab :

Berikut adalah beberapa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah kelompok 1 yang


sejalan dengan pemikiran KHD:
a. Penghargaan terhadap Budaya Lokal
Penghargaan yang tinggi terhadap budaya lokal adalah kekuatan konteks
sosiokultural di daerah kami. Pentingnya menghormati dan melestarikan budaya
lokal dapat dikaitkan dengan prinsip-prinsip luhur kearifan budaya lokal yang
sesuai dengan pemikiran KHD. Sehingga membantu dalam membentuk karakter
peserta didik yang memiliki rasa kecintaan dan kebanggaan terhadap budaya
daerah.
Contoh : Pertunjukan kuda kepang
b. Adat Istiadat dan Norma Sosial yang Dihormati
Adat istiadat dan norma sosial sangat penting dalam kehidupan sehari-hari di
daerah kami. Sesuai dengan pemikiran KHD konsep menuntun dan menghormati
adat istiadat dapat dikaitkan dengan kekuatan konteks sosio kultural untuk
membantu membentuk karakter peserta didik yang hormat dan patuh terhadap
norma sosial dan adat istiadat yang berlaku.
Contoh : Menghormati orang yang lebih tua, mengikuti aturan yang ditetapkan
oleh daerah setempat.
c. Nilai-nilai Gotong Royong
Salah satu nilai luhur budaya yang kuat di daerah adalah gotong royong. Nilai ini
sejalan dengan pemikiran KHD tentang betapa pentingnya kerja sama dan sinergi
antara keluarga, masyarakat, dan sekolah untuk membentuk karakter peserta didik
yang baik.
Contoh: kegiatan bersih desa, menghias desa dalam rangka lomba desa.
d. Kebersamaan dan Solidaritas
Nilai sosiokultural yang kuat di daerah adalah kebersamaan dan solidaritas.
Pandangan KHD tentang pendidikan yang humanis dan berlandaskan kemandirian
dapat diterapkan dengan mengajarkan peserta didik untuk saling membantu dan
peduli terhadap sesama.
Contoh : Menjenguk tetangga yang sedang sakit

2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai


luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter
peserta didik sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks
lokal sosial budaya di daerah Anda?
Jawab :

Pemikiran KHD dapat dikontekstualkan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya yang
relevan untuk memperkuat karakter peserta didik sebagai individu dan sebagai anggota
masyarakat dalam konteks lokal sosial budaya. Oleh karena itu, pendidikan yang
menganut prinsip kontekstual bergantung pada nilai-nilai luhur yang mengandung
kearifan budaya lokal yang relevan bagi peserta didik.

a. Menerapkan Konsep Tripusat Pendidikan

Ini adalah salah satu pemikiran Ki Hajar Dewantara yang dapat digunakan dalam
konteks lokal sosial budaya. Tripusat Pendidikan adalah konsep yang dimaksudkan
untuk mendorong kerja sama antara lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah
untuk membentuk karakter peserta didik yang baik. Konsep ini dapat dikaitkan
dengan prinsip-prinsip luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan, seperti
solidaritas dan saling membantu, yang membentuk karakter peserta didik.
b. Menggunakan Ide Menuntun
Konsep menuntun dalam pemikiran KHD dapat dikaitkan dengan nilai-nilai luhur
kearifan budaya daerah asal yang relevan, seperti adat istiadat dan norma sosial yang
dijunjung tinggi dalam masyarakat di daerah tersebut. Konsep-konsep ini dapat
membantu membentuk karakter peserta didik yang memiliki sikap hormat dan patuh
terhadap adat istiadat dan norma sosial yang berlaku di daerah asal peserta didik.
c. Menumbuhkan Rasa Cinta Tanah Air
Pandangan KHD tentang pendidikan yang humanis dan berlandaskan kemandirian
dapat dikaitkan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan,
seperti rasa cinta tanah air dan kecintaan terhadap budaya lokal. Ini dapat membantu
membentuk karakter peserta didik yang memiliki rasa nasionalisme dan kecintaan
terhadap budaya lokal.
d. Menerapkan Konsep Pendidikan Karakter
Pemikiran KHD tentang pendidikan yang dapat membentuk karakter peserta didik
dapat dikaitkan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan,
seperti kejujuran, kerja keras, dan keberanian.Mereka dapat tumbuh menjadi individu
yang tidak hanya berdaya dalam menghadapi tantangan global, tetapi juga
berkomitmen untuk menjaga warisan budaya dan memperkuat keharmonian sosial di
lingkungan sekitar mereka melalui pendidikan yang mengintegrasikan pemikiran
Ki Hajar Dewantara dan nilai-nilai budaya.
3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di
kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda
yang diterapkan.
Jawab :
Pendekatan pendidikan berbasis budaya adalah salah satu kekuatan pemikiran Ki Hadjar
Dewantara yang menebalkan laku peserta didik di sekolah atau kelas di Lampung, yang
sesuai dengan konteks lokal sosial budaya daerah Lampung. Sebagai tokoh pendidikan
terkemuka di Indonesia, Ki Hadjar Dewantara sangat mengutamakan penghormatan
terhadap budaya dan tradisi lokal sebagai dasar pendidikan. Metode ini terkait dengan
budaya "Piil Pesenggiri" dalam hal nilai pendidikan karakter, dan diperlukan dalam
proses pembinaan kepribadian seseorang di daerah Lampung. Berikut ini adalah beberapa
ide Ki Hadjar Dewantara yang relevan dengan konteks lokal sosial budaya di daerah
Lampung. Dalam konteks Lampung, terdapat sejumlah ide yang relevan dengan prinsip-
prinsip Ki Hadjar Dewantara yang dapat diterapkan:

a. Pendidikan Berbasis Budaya Lokal: Ki Hadjar Dewantara menekankan betapa


pentingnya membangun sistem pendidikan yang mengakar pada budaya lokal. Nilai-
nilai, tradisi, dan kearifan lokal Lampung dapat dimasukkan ke dalam kurikulum
sekolah. Peserta didik memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang warisan
budaya mereka dan hubungannya dengan pembelajaran di sekolah sebagai hasilnya.
b. Budaya "Piil Pesenggiri" Sebagai Nilai Karakter: Budaya Lampung menekankan
nilai-nilai seperti tenggang rasa, keberanian, kejujuran, dan kepemimpinan. Ide-ide
pendidikan karakter Ki Hadjar Dewantara dapat diterapkan dalam pendidikan dengan
memasukkan nilai-nilai ini ke dalam kurikulum. Ini akan membantu peserta didik
memahami dan menginternalisasi prinsip-prinsip tersebut dan menggunakannya
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pembinaan Kepribadian: Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan bukan
hanya memberikan pengetahuan akademik, tetapi juga membangun kepribadian dan
karakter yang kuat. Metode ini dapat diterapkan di Lampung dengan meningkatkan
kepribadian peserta didik dengan mengajarkan nilai-nilai budaya lokal. Ini akan
menghasilkan peserta didik yang lebih peduli, bertanggung jawab, dan memiliki rasa
kebanggaan terhadap tanah air mereka sendiri.
d. Keterlibatan Komunitas Lokal: Ki Hadjar Dewantara menekankan betapa pentingnya
terlibat dalam proses pendidikan dengan komunitas lokal. Di Lampung, ini berarti
bekerja sama antara sekolah dan komunitas lokal untuk menerapkan metode
pembelajaran yang terkait dengan budaya daerah dan melibatkan tokoh- tokoh lokal
dalam proses pendidikan.
e. Penanaman Rasa Cinta Tanah Air: Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya
pendidikan untuk menanamkan rasa cinta pada tanah air. Ini dapat dilakukan di
Lampung dengan mengajarkan sejarah, kearifan, dan budaya lokal untuk
menumbuhkan rasa cinta terhadap Lampung sebagai identitas mereka.
Pendekatan pendidikan di Lampung dapat lebih mengakar pada budaya lokal dengan
menerapkan gagasan Ki Hadjar Dewantara. Ini akan membantu peserta didik menjadi orang
yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab serta memberikan pemahaman yang lebih baik
tentang nilai-nilai dan identitas budaya Lampung.Penjelasan diatas mengambil salah satu
contoh budaya dari rekan mahasiswa yang berasal dari daerah Lampung, sehingga contoh
yang kami jelaskan mengangkat tentang budaya yang berada di Lampung yaitu “piil
pesenggiri”, atau adat istiadat peraturan yang ada disuku lampung.

Anda mungkin juga menyukai