Anda di halaman 1dari 5

Nama : Adinda Triana

Kelas : PGSD-1

Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia

Tugas : Topik 1- Demonstrasi Kontekstual

PPG PRAJABATAN GEL II UNIMED TAHUN 2022

KELOMPOK 4
Syahfitri Ridha Armaya
Desmi Fahrani
Eka Wulandari
Rahmadani Syahfitri
Fadlan Yunanda Sinaga
Adinda Triana

1. Berikan penjelasan bagaimana penerapan teori behavioristik, teori sosial kognitif,


dan teori konstruktivisme di dalam kelas!
A. Bagaimana penerapan teori behavioristik didalam kelas
Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang mengedepankan perubahan
perilaku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Terjadinya perubahan tingkah
laku siswa ini diakibatkan oleh adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Dengan kata lain, teori belajar behavioristik atau teori behaviorisme ini berorientasi
pada perilaku yang lebih baik. Jika siswa tidak menunjukkan perubahan setelah
diberikan pelajaran, maka menurut teori ini siswa tersebut tidak dapat dikatakan
telah belajar dengan baik. Beberapa kegiatan di kelas yang dapat dikategorikan
sebagai penerapan teori belajar behavioristik antara lain:
1. Guru harus menyusun materi atau bahan ajar secara lengkap. Dimulai dari materi
sederhana sampai kompleks.
2. Guru lebih banyak memberikan contoh berupa instruksi selama mengajar.
3. Saat guru melihat ada kesalahan, baik pada materi maupun pada siswa maka
guru akan segera diperbaiki.
4. Guru memberikan banyak drilling dan latihan agar terbentuk perilaku atau
pembiasaan seperti yang diinginkan.
5. Evaluasi berdasarkan perilaku yang terlihat.
6. Guru dituntut memiliki kemampuan memberikan penguatan (reinforcement),
baik dari sisi positif dan negatif.

B. Bagaimana penerapan teori sosial kognitif didalam kelas


Teori Belajar Sosial Kognitif
Teori belajar sosial kognitif merupakan teori belajar dimana manusia memiliki
kemampuan berfikir dan mengatur tingkah laku mereka sendiri. Teori belajar sosial
mendasari kemampuan kognitif manusia dalam berfikir dan belajar melalui
pengamatan sosial. Berdasarkan hal tersebut bahwa perilaku, kognitif dan sosial
memiliki hubungan sebagai interaksi yang dapat mempengaruhi dalam proses
pembelajaran, dimana faktor perilaku dapat mempengaruhi kognitif dan
sebaliknya, faktor lingkungan dapat mempengaruhi perilaku dan sebaliknya, faktor
kognitif dapat mempengaruhi lingkungan dan sebaliknya. Teori belajar sosial
kognitif menyatakan bahwa, orang belajar banyak perilaku melalui proses
peniruan. Kita bisa meniru beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap
perilaku model dan akibat yang ditimbulkannya. Proses belajar semacam ini
disebut observational learning atau pembelajaran melalui pengamatan. Selama
berjalannya observational learning, seseorang mencoba melakukan tingkah laku
yang dilihatnya dan melakukan reinforcement/punishment yang berfungsi sebagai
sumber informasi bagi seseorang mengenai tingkah laku mereka. Teori belajar
sosial ini menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang berkembang melalui
proses pengamatan.Istilah yang terkenal dalam teori belajar sosial adalah modeling
(peniruan). Modeling lebih dari sekedar peniruan atau mengulangi perilaku model
tetapi juga melibatkan penambahan dan atau pengurangan tingkah laku yang
teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan, sekaligus melibatkan proses
kognitif.
Pada proses penerapannya teori belajar sosial kognitif, seorang guru perlu fokus
pada proses berpikir siswa dan memberikan strategi yang tepat berdasarkan fungsi
kognitif mereka. Melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan, seperti memberikan
waktu bagi mereka untuk bertanya, kesempatan untuk membuat kesalahan dan
memperbaikinya berdasarkan hasil pengamatan, serta merefleksikan diri agar dapat
membantu mereka dalam memahami proses mental. Di bawah ini terdapat
beberapa contoh kegiatan yang dapat dilakukan seorang guru dalam pembelajaran
kognitif, antara lain:
1. Minta siswa untuk merefleksikan pengalaman mereka melalui pembuatan jurnal
atau laporan harian tentang kegiatan apa saja yang mereka lakukan.
2. Mendorong diskusi berdasarkan apa yang diajarkan dengan meminta siswa
untuk menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas dan ajak siswa lainnya
untuk mengajukan pertanyaan.
3. Membantu siswa menemukan solusi baru untuk suatu masalah untuk
mengembangkan cara berpikir kritis.
4. Minta siswa untuk memberikan penjelasan tentang ide atau pendapat yang
mereka miliki.
5. Membantu siswa dalam mengeksplorasi dan memahami bagaimana ide-ide bisa
terhubung.
6. Meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa melalui penggunaan visualisasi
dan permainan dalam menyampaikan materi.

C. Bagaimana penerapan teori konstruktivisme didalam kelas


Teori belajar konstruktivisme adalah teori belajar yang mengedepankan kegiatan
mencipta serta membangun dari sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa.
Penerapan teori belajaran ini ialah dengan :
1. Bapak/Ibu harus mampu membentuk pemikiran peserta didik bahwa bekerja
secara mandiri akan menghasilkan kegiatan belajar yang lebih bermakna.
2. Pada tahap ini, guru bisa memunculkan rasa keingintahuan peserta didik
terhadap suatu permasalahan melalui bertanya.
3. Membentuk masyarakat belajar atau belajar dengan kelompok-kelompok
tertentu.
4. Kemudian guru mulai membangun komunikasi dengan siswa agar mereka bisa
memberikan pendapat mereka
5. Guru meminta peserta didik untuk mencari solusi agar permasalahan yang
didapatkan dengan membaca buku atau mencari referensi agar mereka bisa
memenuhi rasa keingin taunya terhadap solusi dari permasalahan tersebut
6. Pada tahap ini siswa diminta untuk memaparkan hasil dari pencarian mereka tadi
terkait masalah yang telah mereka selesaikan, pada tahap ini juga guru bisa
memberikan penguatan terkait hasil yang telah siswa paparkan

2. Berikan penjelasan model-model pembelajaran apa saja yang terbentuk


berdasarkan prinsip konstruktivisme!

Pendekatan konstruktivistik dapat ditemui dalam pembelajaran kooperatif, dengan


model yaitu :

1. penemuan (inquiry) yaitu salah satu cara belajar atau penelaahan sesuatu yang
bersifat mencari sesuatu secara kritis, analitis, dan argumental (ilmiah) dengan
menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan (keyakinan)
yang meyakinkan karena didukung oleh data, kenyataan, dan argumen.
2. model jigsaw yaitu = metode atau strategi pembelajaran kooperatif yang
memungkinkan siswa untuk belajar berkelompok dengan masing-masing siswa
bertanggung jawab pada satu topik atau bahasan yang kemudian
dikolaborasikan dengan anggota kelompok lain sehingga membentuk
pengetahuan yang utuh.
3. cooperative scripting adalah cara bekerja sama dalam membuat naskah tulisan
tangan dengan berpasangan dan bergantian secara lisan dalam mengintisarikan
materi-materi yang dipelajari.
4. dan model investigasi kelompok adalah model pembelajaran kooperatif yang
melibatkan siswa secara maksimal dalam kegiatan pembelajaran mulai dari
merencanakan topik-topik yang akan dipelajari, bagaimana melaksanakan
investigasinya, hingga melakukan presentasi kelompok dan evaluasi.

3. Diskusikan dalam kelompok, buatlah rencana untuk meningkatkan motivasi para


siswa yang ada di kelas dengan gambaran sebagai berikut:
a. Tania, 7 tahun, memiliki kemampuan rendah dan keinginan yang rendah untuk
sukses. Anak tersebut diberikan motivasi ekstrinsik, motivasi ekstrinsik adalah
motivasi yang berasal dari luar, misalnya lingkungan. Contoh motivasi
ekstrinsik adalah iming-iming hadiah dari orang tua jika berprestasi, mengikuti
saran atau nasihat dari guru, dan sebagainya. Strategi motivasi yang diberikan
guru adalah dengan pujian, kenapa pujian anak kelas rendah sangat senang
dipuji, dengan pujian , siswa tersebut akan terus termotivasi untuk menjadi yang
terbaik di hadapan gurunya. Untuk siswa yang tidak menyukai pujian, bisa
menyiasatinya dengan reward yang lain. Seperti bintang atau point
b. Samuel, 10 tahun, yang bekerja keras untuk menjaga harga dirinya pada tingkat
tinggi, tetapi memiliki rasa takut akan gagal yang kuat. Bahaya mengalami rasa
takut gagal adalah terhadap perkembangan kehidupan siswa . Siswa akan
menjalani kehidupan dengan tidak maksimal karena dipenuhi dengan rasa takut
gagal untuk memulai sesuatu usaha yang baik.Sehingga siswa yang merasa
takut gagal akan membuat siswat tidak mau bertindak atau mencoba usaha yang
baik bagi kehidupan siswa. agar kehidupan siswa bergerak ke arah lebih baik.
Berikan motivasi intristik yaitu dengan nasehat-nasehat agar jangan takut untuk
gagal dan mencoba, guru mengajarkan metode trial and error supaya anak
terbiasa untuk berani gagal dalam mencoba sesuatu hal baru.
c. Sandra, 13 tahun, yang tenang di kelas dan meremehkan keterampilan mereka.
Setiap Siswa akan mengalami masa pubertas yang berbeda. Siswa perempuan
umumnya akan mengalami pubertas antara usia 10 dan 14 tahun, sedangkan
Siswa laki-laki mengalami pubertas antara usia 11 dan 15 tahun. Namun saat
ini tidak menutup kemungkinan Siswa akan mengalami masa pubertas lebih
awal. Guru harus mulai memberikan informasi pada Siswa perempuan seputar
pubertas Guru bisa memberikan motivasi eksternal Awalilah dengan
komunikasi. Guru bisa mengajak Siswa berdiskusi seputar pubertas.
Ceritakanlah dari hati ke hati seputar masa puber dan jangan menunggu Siswa
bertanya. Menghadapi Siswa dalam masa puber memang susah-susah
gampang. Perlu waktu dan kesabaran, serta logika rasional untuk berdiskusi
dengan Siswa . Sikap dominan dan otoriter untuk memaksa mereka agar
berterus terang malah memperburuk hubungan. Jadi posisikan diri gurusebagai
teman, agar Siswa tidak canggung dalam berdiskusi masalah pubertas.
Gurubisa memberikan kebebasan namun harus tetap bijak dan mengontrol
perilaku negatif yang mungkin terjadi pada Siswa .

Jangan kaget ketika Siswa memasuki usia ini menjadi semakin perasa karena
perubahan fisiknya yang cepat. Hargailah keterbukaan dan kejujuran Siswa .
Mulai libatkan mereka dalam tanggung jawab yang membuat mereka merasa
berharga dan dihargai. Pada masa ini, logika mereka semakin matang dan
cenderung bersikukuh dengan pemikiran yang mereka miliki. Mereka akan suka
menyendiri, mengurangi interaksinya dengan keluarganya dan cenderung suka
bergaul dengan kawan-kawannya. Mereka menganggap langkah ini bisa
membantunya menghilangkan kungkungan keluarga. Untuk itu guruperlu
waspada dan berusaha membiarkan Siswa untuk percaya diri, mengatur waktu
luangnya serta kebersamaan emosi dalam urusan keluarga. Selalu luangkan
waktu untuk bercengkrama dengan Siswa setiap harinya. Bersikaplah toleran
dan membiasakan sang Siswa berperilaku benar dan berkata jujur. Pada masa
ini Siswa cenderung suka meniru hal-hal yang sedang hits dan trend. Tenang
dan bijaksanalah saat menghadapi mereka yang tengah bereksperimen dengan
hal baru. Saat orangtua terbuka, secara tidak langsung Siswa juga merasa
terbuka dan percaya pada orangtua. Terus tanamkan nilai agama atau kearifan
lain dengan cara yang kreatif. Selain itu guruperlu mengenal teman dekat Siswa
dan harus terus memonitor beragam akun media sosial Siswa agar Siswa tidak
terjebak pada perhatian orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

Siapkan mental dan emosional guruuntuk menemani Siswa dalam menghadapi


masa pubertas. Guruharus memahami bahwa masa pubertas adalah proses alami
yang akan dialami oleh setiap Siswa . Sikap memahami dan menerima dari
guruakan mengantarkan Siswa menjalani masa pubertas secara positif dan
menunjang perkembangan mereka menuju masa dewasa secara matang.

d. Robert, 16 tahun, yang menunjukkan sedikit minat di sekolah dan saat ini
tinggal bersama dengan bibinya (Anda sudah tidak dapat menghubungi
orangtuanya) motivasi intriksik dapat meningkatkan minat belajar karena
motivasi intriksik ini motivasi internal yang ada pada dirinya sendiri untuk
dapat melakukan kegiatan berdasarkan minat dan kemauannya sendiri, yaitu
menjadikan robert ketua kelas agar rasa percaya diri dan keberanian dirinya
muncul karena ia seorang ketua kelas yang harus mengkondisikan dirinya untuk
belajar dan mengkondisikan keadaan kelas sehingga dapat meningkatkan minat
dalam belajar.

Anda mungkin juga menyukai