Setelah adanya pembelajaran mata kuliah filosofi pendidikan Indonesia di topik 2 ini
dengan dasar-dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara terkait pendidikan dan nilai sosial
budaya, ternyata pendidikan dan budaya tidak dapat dipisahkan, keduanya ini seperti dua sisi
mata uang yang saling berkaitan. Sebab, pendidikan diterapkan harus dapat menyesuaikan
dengan budaya yang ada seperti budaya dari peserta didik itu sendiri, budaya bangsa dan
negara. Untuk itu, padangan saya dan cara pengajaran terhadap peserta didik menjadi lebih
terbuka dan memahami karakter dari sudut pandang peserta didik sebab mereka terlahir dari
keluarga yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, bahkan diibaratkan seperti ini kakak adik
yang dilahirkan dari ibu yang sama juga belum tentu keduanya itu segeram pasti ada
perbedaan di antara keduanya, apalagi ini peserta didik yang beragam asalnya kebaisaanya
maka untuk itu saya perlu lebih menyesuaikan diri lagi agar dapat mengenal dan memahami
keinginan dan kebutuhan peserta didik.
Hal ini didukung dengan pemahaman peserta didik, bahwasannya peserta didik
sebagai makhluk individu yang mempunyai kepribadian dengan ciri-ciri yang khas yang
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada (Ramayulis & Nizar, 2010: 169).
Sebagai seorang pendidik saya juga jadi memahami bahwa memberikan arahan
kepada peserta didik juga haruslah dengan lembut dalam artian tidak dengan paksaan maupun
ancaman, seperti yang saya lakukan ketika mengajar ada peserta didik yang belum juga
mengumpulkan tugas kini saya ubah dengan afirmasi kepada peserta didik melalui
pendekatan “nak, kok tugasnya belum kunjung selesai kenapa yaa,apa ada yang belum
dimengerti. Tahu tidak tujuannya ibu memberikan batas waktu pengumpulan tugas, itu
supaya kamu terlatih menjadi tanggung jawab atas hidupmu. Masa iya tugas sekolah aja
belum dapat kamu selesaikan. Lalu, bagaimana dengan masa depan kamu ketika kamu sudah
dewasa terus bekerja atasan meminta segera menyelesaikan proyek yang kamu pegang. Nah,
mulai dari sini kita belajar hal-hal kecil terlebih dahulu supaya dalam diri kita sudah
tertanam dan melekat kegiatan-kegiatan positifnya”.
Bukan hanya itu, ketika di kelas saya juga akan menggali potensi kecerdasan budi
pekerti peserta didik melalui adanya diskusi terbuka baik menyakut pembelajaran maupun di
luar pembelajaran hal ini bertujuan untuk melatih keberanian peserta didik berbicara di ruang
umum dengan teman-temannya, mencoba untuk melatih kepeduliannya seperti ketika ada ada
temannya yang jatuh atau temannya yang mendapat nilai ulangan kecil apakah peserta didik
memiliki rasa empati dan peduli dengan begitu ia akan melakukan tindakan seperti menolong
temannya yang jatuh, memberikan semangat kepada temannya yang dapat nilai ulangan kecil
serta mengajak untuk belajar bareng.
Sebab budi pekerti dimaknai sebagai perpaduan antara cipta (kognitif), rasa (afektif)
sehingga menghasilkan karsa (psikomotorik). Untuk itu, saya sebagai pendidikan akan dapat
menerapkan perilaku-perilaku yang mencerminkan anak bangsa Indonesia. Ki Hajar
Dewantara juga mengatakan terbukalah dalam pendidikan namun tetap waspada terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi, “waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat
untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan
hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut diselaraskan lebih dahulu”. Apalagi di era
abad 21 teknologi kian maju, anak didik semakin handal mengelola teknologi untuk itu perlu
adanya penanaman dan karakter yang baik dari seorang pendidik, untuk menghidari hal-hal
yang negatif seperti judi online, hacker yang lagi ramai pengambilan uang di aplikasi dana
melalui berbagi link dan pengiriman aplikasi yang dapat mengontrol gawai orang lain, dan
sebagainya. Apabila siswa telah diberikan pupukan dan nilai moral yang baik sepintar dan
sehebat apapun dia maka tidak akan melalukan hal-hal tersebut karena guru ikut andil dalam
membentuk dan membangun jiwa kepribadian yang baik.