Anda di halaman 1dari 4

Filosofi Pendidikan

Koneksi Antar Materi - Pendidikan dan Nilai Sosial Budaya


Nama : Musyarofah
Link publikasi :
https://www.kompasiana.com/musyarofah1176/653ccf64ee794a1ba6747302/koneksi-antar-
materi-pendidikan-dan-nilai-sosial
Sebelum mempelajari topik 2 ini, saya memahami peserta didik sebagai seorang
pelajar yang sedang berproses untuk menimba ilmu di sekolah dengan kegiatan proses
pembelajaran dan sebagai bekal masa depan anak. Pembelajaran dilakukan di kelas dengan
mengharuskan peserta didik itu disamaratakan untuk keberhasilan dan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Menurut Suharto (2011: 119) bahwa peserta didik merupakan orang yang
belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi dasar (fitrah) yang perlu dikembangkan.
Berdasarkan Pasal 1 ayat 4, UU RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Setelah adanya pembelajaran mata kuliah filosofi pendidikan Indonesia di topik 2 ini
dengan dasar-dasar pendidikan Ki Hajar Dewantara terkait pendidikan dan nilai sosial
budaya, ternyata pendidikan dan budaya tidak dapat dipisahkan, keduanya ini seperti dua sisi
mata uang yang saling berkaitan. Sebab, pendidikan diterapkan harus dapat menyesuaikan
dengan budaya yang ada seperti budaya dari peserta didik itu sendiri, budaya bangsa dan
negara. Untuk itu, padangan saya dan cara pengajaran terhadap peserta didik menjadi lebih
terbuka dan memahami karakter dari sudut pandang peserta didik sebab mereka terlahir dari
keluarga yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, bahkan diibaratkan seperti ini kakak adik
yang dilahirkan dari ibu yang sama juga belum tentu keduanya itu segeram pasti ada
perbedaan di antara keduanya, apalagi ini peserta didik yang beragam asalnya kebaisaanya
maka untuk itu saya perlu lebih menyesuaikan diri lagi agar dapat mengenal dan memahami
keinginan dan kebutuhan peserta didik.

Hal ini didukung dengan pemahaman peserta didik, bahwasannya peserta didik
sebagai makhluk individu yang mempunyai kepribadian dengan ciri-ciri yang khas yang
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia berada (Ramayulis & Nizar, 2010: 169).

Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur,


mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan
dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar. Pembelajaran juga dikatakan sebagai
proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam melakukan proses
belajar (Pane & Dasopang, 2017). Peserta didik sebagai individu bagian dari anggota
masyarakat yang beragam berdasarkan latar belakang yang berbeda membutuhkan arahan dan
bimbingan dari seorang pendidik dalam satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah
dengan kegiatan proses pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh guru untuk dapat
mewujudkan anak bangsa yang cerdas dan mampu mengembangkan potensi-potensi yang ada
di dalam diri peserta didik sebagai jembatan melalui perantara pembelajaran di kelas yang
diyakini untuk ditempuh demi kehidupan di masa depan yang lebih layak. Saya meyakini
ketika peserta didik sedang menempuh atau melakukan proses pembelajaran di kelas,
tentunya ada wawasan dan perubahan yang di alami peserta didik dari sebelumnya ini sebagai
tanda proses pembelajaran dapat di terima dan diterapkan oleh peserta didik.

Ki Hajar Dewantara (2009) menyatakan pendidikan dan pengajaran merupakan usaha


persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup
bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya. pengajaran dan
pendidikan yang berguna untuk perikehidupan bersama ialah memerdekakan manusia sebagai
bagian dari persatuan (rakyat). Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya lahir atau
batin tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.
Pendidikan menciptakan ruang bagi peserta didik untuk bertumbuh secara utuh agar mampu
memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir).
Kekuatan diri (kodrat) yang dimiliki, menuntun peserta didik menjadi cakap mengatur
hidupnya dengan tanpa diperintah oleh orang lain.

Untuk itu, pembelajaran dilakukan berdasarkan dengan lingkungan budaya dari


peserta didik agar peserta didik ini dapat menjadi manusia dewasa yang hidupnya lahir atau
batin tidak tergantung pada orang lain dan mampu menghadapinya sendiri. Jadi, saya sebagai
pendidik memberikan pengajaran dan pendidikan yang berpusat pada peserta didik dengan
melihat kondisi dan karakter peserta didik untuk dapat mewujudkan kehidupan dan
keberhasilan bagi peserta didik sebagai bekal di masa depannya kelak. Tujuan pendidikan
menurut Ki Hajar Dewantar yakni menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar
mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Maka, saya hanya bisa menuntun serta
mengarahkan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki etika agar dapat
terwujudkan prilaku dan sikap yang akan berkembang dan tertanam dalam diri anak namun
tidak menghilangkan jati diri anak.

Sebagai seorang pendidik saya juga jadi memahami bahwa memberikan arahan
kepada peserta didik juga haruslah dengan lembut dalam artian tidak dengan paksaan maupun
ancaman, seperti yang saya lakukan ketika mengajar ada peserta didik yang belum juga
mengumpulkan tugas kini saya ubah dengan afirmasi kepada peserta didik melalui
pendekatan “nak, kok tugasnya belum kunjung selesai kenapa yaa,apa ada yang belum
dimengerti. Tahu tidak tujuannya ibu memberikan batas waktu pengumpulan tugas, itu
supaya kamu terlatih menjadi tanggung jawab atas hidupmu. Masa iya tugas sekolah aja
belum dapat kamu selesaikan. Lalu, bagaimana dengan masa depan kamu ketika kamu sudah
dewasa terus bekerja atasan meminta segera menyelesaikan proyek yang kamu pegang. Nah,
mulai dari sini kita belajar hal-hal kecil terlebih dahulu supaya dalam diri kita sudah
tertanam dan melekat kegiatan-kegiatan positifnya”.

Bukan hanya itu, ketika di kelas saya juga akan menggali potensi kecerdasan budi
pekerti peserta didik melalui adanya diskusi terbuka baik menyakut pembelajaran maupun di
luar pembelajaran hal ini bertujuan untuk melatih keberanian peserta didik berbicara di ruang
umum dengan teman-temannya, mencoba untuk melatih kepeduliannya seperti ketika ada ada
temannya yang jatuh atau temannya yang mendapat nilai ulangan kecil apakah peserta didik
memiliki rasa empati dan peduli dengan begitu ia akan melakukan tindakan seperti menolong
temannya yang jatuh, memberikan semangat kepada temannya yang dapat nilai ulangan kecil
serta mengajak untuk belajar bareng.

Sebab budi pekerti dimaknai sebagai perpaduan antara cipta (kognitif), rasa (afektif)
sehingga menghasilkan karsa (psikomotorik). Untuk itu, saya sebagai pendidikan akan dapat
menerapkan perilaku-perilaku yang mencerminkan anak bangsa Indonesia. Ki Hajar
Dewantara juga mengatakan terbukalah dalam pendidikan namun tetap waspada terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi, “waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat
untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan
hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut diselaraskan lebih dahulu”. Apalagi di era
abad 21 teknologi kian maju, anak didik semakin handal mengelola teknologi untuk itu perlu
adanya penanaman dan karakter yang baik dari seorang pendidik, untuk menghidari hal-hal
yang negatif seperti judi online, hacker yang lagi ramai pengambilan uang di aplikasi dana
melalui berbagi link dan pengiriman aplikasi yang dapat mengontrol gawai orang lain, dan
sebagainya. Apabila siswa telah diberikan pupukan dan nilai moral yang baik sepintar dan
sehebat apapun dia maka tidak akan melalukan hal-hal tersebut karena guru ikut andil dalam
membentuk dan membangun jiwa kepribadian yang baik.

Anda mungkin juga menyukai