Anda di halaman 1dari 5

Koneksi antar materi

Tinjau kembali tugas individu dan kelompok yang telah dikembangkan pada fase Mulai Dari Diri,
Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi dan Demonstrasi Kontekstual serta pahami materi kunci Mata
Kuliah Perspektif Sosio Kultural dalam Pendidikan Indonesia.

Buatlah sebuah kesimpulan dan penjelasan mengenai pemikiran-pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang
Anda pelajari dalam modul ini.

Buatlah sebuah refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru yang Anda peroleh dalam modul ini dan
perubahan diri yang yang Andal alami dan akan Anda praktekan di sekolah dan kelas Anda.

Ceritakan (konstruksikan kembali) proses pembelajaran dan suasana kelas yang mencerminkan
pemikiran KH Dewantara secara konkret sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di kelas dan sekolah
Anda.

Kesimpulan dan refleksi disajikan dalam bentuk media informasi. Format media dapat disesuaikan
dengan minat dan kreativitas Anda. Contoh media yang dapat dibuat: artikel, ilustrasi, grafik, video,
rekaman audio, presentasi infografis, artikel dalam blog, dan lainnya.

Unggah hasil kerja Anda sesuai petunjuk pengiriman di bawah.

Pertanyaan pemantik dalam membuat kesimpulan dan refleksi terhadap pemikiran-pemikiran Ki Hadjar
Dewantara:

Apa yang Anda percaya tentang peserta didik dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari
topik ini?

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari topik ini?

Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda merefleksikan pemikiran KHD?

PEMIKIRAN PENDIDIKAN KHD


1. Asas Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah suatu tempat persemaian benih-benih
kebudayaan dalam masyarakat. (KHD, 2009). Dengan kata lain,
pendidikan merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk
menumbuh kembangkan budaya-budaya kearifan yang ada pada
masyarakat. Inti dari berkembangnya budaya ada pada perubahan.
Perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari hal yang tidak
bisa menjadi bisa,
KHD menjelaskan bahwa pendidikan bertujuan menuntun segala kodrat yang
ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai
anggota masyarakat. Untuk mencapai pada level selamat dan bahagia, maka
pertu tuntunan yang terarah agar tidak keluar dari jalurnya. Seorang pendidik
bertugas menuntun tumbuh kembangnya anak menyesuaikan dengan kodrat
nya (kodrat alam dan zaman). Pendidik digambarkan seperti seorang petani
yang menanam padi. Dia tidak bisa merubah tanaman padi yang
menghasilkan jagung. Dia hanya bisa memelihara nya (memberi pupuk,
menyirami dan lainya) agar tumbuh subur dan juga menghasilkan padi yang
berkualitas dan melimpah. Walaupun pendidikan hanya "menuntun" namun
memiliki peran yang sangat penting dalam proses perkembangan anak.
2. Menuntun Kodrat Anak
Kodrat keadaan yang dimiliki anak meliputi kodrat alam dan kodrat zaman.
Kodrat alam merupakan segala sesuatu yang dibawa oleh anak sejak lahir
seperti minat bakat anak, cara belajar, sikap/karakter dan keadaan lingkungan
dimana anak hidup dan berinteraksi dengan masyarakat, misalnya anak yang
tinggal di daerah pegunungan akan berbeda dengan anak yang tinggal di
daerah pesisir. Kodrat zaman dapat dilihat pada perubahan waktu dari tahun
ke tahun, pengaruh - pengaruh dari luar yang berkembang seperti
perkembangan teknologi yang terus berkembang dinamis mempengaruhi cara
belajar anak dan juga merubah cara menuntun nya.
3. Semboyan Pendidikan Indonesia
"Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun karso, Tut wuri
handayani" merupakan semboyan pendidikan di Indonesia yang diprakarsai
oleh KHD. Semboyan ini menjadi poin yang harus dimiliki dan dilaksanakan
seorang pemimpin pembelajaran dimana seorang pendidik harus mampu
memberikan keteladanan ketika didepan sehingga anak mampu membentuk
budi pekerti bagi pribadinya dan sekitarnya, kemudian memberikan bimbingan
atau membangun kemauan untuk menemukan potensi dan memberikan
dorongan / semangat agar mampu mengembangkan kreatifitasnya sehingga
mereka merasa merdeka dalam belajar. Ketiga semboyan itu harus
dilaksanakan secara Bersama dalam satu kesatuan sehingga akan mengarah
pada sistem Among. Sitem Among memberikan pendidikan yang berpihak
pada anak.
Pendidikan yang menghamba kepada anak bukan diartikan dalam konteks
agama, tetapi diartikan bahwa pendidik menjadikan anak sebagai subjek
pembelajaran. Anak bebas dalam menentukan minat dan bakatnya, tidak
memberikan tekanan materi-materi yang harus dipelajari dan targetnya.
Sebagai contoh pada awal pembelajaran dibuat kesepakatan antara pendidik
dan anak agar terjadi kolaburasi, sehingga anak tidak merasa itu perintah dari
pendidik melainkan akan mucul kesadaran bahwa itu merupakan
kesepakatan yang harus dilakukan secara sukarela dari hati (ikhlas).
4. Selamat dan Bahagia
Muara dari pendidikan adalah menjadikan anak selamat dan bahagia baik
sebagai pribadi manusia atau sebagai bagian dari masyarakat. Selamat dan
bahagia diartikan anak mampu untuk tidak bergantung pada orang lain secara
lahir batin namun mereka mampu untuk berdiri dengan kekuatan sendiri.
Selamat dan bahagia sebagai manusia berarti selamat dalam kehidupan
dunia dan akhiratnya dan sebagai anggota masayrakat berarti mampu
mewarnai kehidupan masyarakat, memberikan pengaruh positif dan tidak
menjadi duri atau bahkan merugikan orang lain. Oleh karena itu, budi pekerti
menjadi salah satu faktor yang mewujudkan itu.
Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan
antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga
menimbulkan tenaga. Anak bukan tabularsa yaitu bahwa anak dilahirkan
bukan kertas kosong yang bisa digambar sesuai dengan keinginan orang
dewasa namun diumpamakan sehelai kertas yang memiliki tulisan/garis
namun tulisan/garis tersebut masih buram tidak jelas. Untuk untuk
menebalkan tingkah laku anak perlu melihat konteks diri anak dan pengaruh
social budaya nya sehingga pendidik mampu menuntun untuk memadukan
kodrat anak yaitu gerak pikiran, perasaan dan kehendak sehingga akan
menimbulkan tenaga positif yang berfaedah bagi dirinya sebagai manusia dan
sebagai masyarakat.
C. REFLEKSI
Ada 3 (tiga) pertanyaan pemantik dalam merefelksi diri saya dalam
pendidikan Guru Penggerak dalam modul 1.1 sebagai berikut:
1. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas
sebelum Anda mempelajari modul 1.1?
Beberapa hal yang saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas
sebelum mempelajari modul 1.1, saya menganggap bahwa
Ø murid merupakan objek dalam pembelajaran di kelas dimana mereka
harus mengikuti medengarkan penjelasan materi dari saya, melakukan apa
yang diperintahkan dan harus dalam kondisi tertib dan tenang.
Ø Saya sebagai guru hanya bertugas memberikan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan sesuai kurikulum.
Ø Murid dituntut untuk memenuhi tugas-tugas yang diberikan sehingga
membuat murid merasa tertekan dan merasa bosan dalam mengikuti
pembelajaran di kelasnya.
Ø Murid harus memahami semua materi yang diajarkan dan menacapai pada
batas KKM yang ditentukan sehingga target kurikulum dapat terpenuhi.
Ø Saya tidak begitu memperhatkan sikap, minat dan bakat yang dimiliki
murid, saya menganggap semua memiliki kesamaan karena terfokus pada
materi dan tugas yang diberikan serta harus diselesaikan.
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah
mempelajari modul ini?
Setelah saya mempelajari materi pada modul 1.1, banyak sekali hal-hal baru
yang merubah pemikiran saya, diantaranya adalah

 Saya memahami pemikiran pendidikan dari Ki Hajar Dewantara dimana


Pendidikan itu harus berpihak pada anak dan Pendidikan itu bertujuan
menuntun segala kodrat anak untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi tingginya sebagai manusia dan atau sebagai
anggota masyarakat.
 Saya harus membenahi diri mulai dari diri saya bahwa seorang pendidik
bertugas hanya menuntun dalam proses tumbuhnya anak. Menuntun
saya artikan memberikan teladan, bimbingan arahan dan dorongan
pada anak agar mampu mengembangkan fitrah yang dibawanya
(potensi/minat/bakat). Pendidik adalah "pamong" yang bertugas untuk
"momong" anak agar menjadi manusia merdeka secara lahir batin.
 Saya semakin memahami bahwa dalam pendidikan harus
memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam perlu
diperhatikan agar pendidik mampu mengidentifikasi karakter siswa,
potensi, social budaya yang sudah dibawa oleh anak. Kita pendidik
hanya menuntun agar menuju ke jalurnya sesuai dengan nilai-nilai
kemanusian. Kodrat zaman juga menjadi dasar untuk mengidetifikasi
cara menuntun anak dengan menyesuaikan perkembangan peradaban
saat ini. Kita tidak boleh menyamakan ketika kita masih belajar yang
sudah sangat berbeda dengan saat ini.
 Saya memahami makna dari semboyan pendidikan Ing ngarso sung
tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani" sehingga mampu
merubahan pemikiran tentang pendidikan yang awalnya hanya sekedar
mentransfer pengetahuan kepada anak berubah menjadi proses
menuntun anak pada keselamatan dan kebahagian baik secara lahir
batin yang berarti menjadi manusia merdeka.
3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda
mencerminkan pemikiran KHD?
Beberapa hal yang segera akan diterapkan agar pembelajaran di kelas
mencerminkan pemikiran KHD adalah
v Merencanakan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik dengan
pembelajaran yang menyenangkan.
v Membuat kesepakatan bersama dengan peserta didik mampu
menumbuhkan kesadaran belajar bersama.
v Memberikan teladan kepada peserta didik dengan melaksanakan
pembiasaan untuk menumbuhkan budi pekerti.
v Mengidentifikasi cara belajar peserta didik, kemampuan menyerap materi,
potensi yang dimiliki peserta didik.
Demikian kesimpulan dan refleksi diri saya yang bisa saya sampaikan dalam
memahami pemikiran dari Ki Hadjar Dewantara. S emoga Allah memberikan
keberkahan agar apa yang saya sampaikan bisa bermanfaat bagi saya sendiri
dan juga bagi siapapun pembaca terutama para pendidik sehingga mampu
menerapkan dalam pembelajaran. "
Wallohu a'lamu bishowab"
Salam dan Bahagia.

Anda mungkin juga menyukai